Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS

PRAKTIKUM RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Tri Wijayanti, S.Farm., MPH

Disusun Oleh :
Kelas A/Kelompok 5
Devyana Priwita Kurniasari 2120414596
Dewi Lestari 2120414597

PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
202
KASUS 5
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam
penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, karena ketidakefisienan dan
ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik
secara medik, sosial maupun secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah salah satu unit
di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek
yang berkaitan dengan obat / perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit.
Pengelolaan obat yang baik sangat penting untuk menunjang pelayanan kesehatan pada pasien.
Berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber didapatkan hasil :

No Variabel Hasil Keterangan

1 Gudang penyimpanan obat terpisah dari ruang pelayanan Ya


atau apotek RS

2 Gudang cukup besar untuk menyimpan semua persediaan Ya Luas Gudang


obat dan aman untuk pergerakan petugas 20×22 m²

3 Terdapat ruang penyimpanan obat yang terpisah dengan Ya


alat kesehatan

4 Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor Ya

5 Lantai dibuat dari segel/semen Ya

6 Dinding gudang dibuat licin Ya

7 Gudang memiliki ventilasi Tidak karena ruang


gudang suhu
berupa AC

8 Gudang memiliki jendela yang berteralis

9 Penerangan gudang yang cukup Ya

10 Adanya pengaturan suhu ruangan Ya 24°C-25°C

11 Adanya pengaturan kelembapan Ya 44-45%

12 Terdapat ruang/ lemari terpisah untuk obat yang mudah Ya


terbakar

13 Terdapat ruang/lemari untuk obat berbahaya Ya


14 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda Ya

15 Tersedia termometer ruangan Ya

16 Tersedia rak/ lemari penyimpanan obat Ya

17 Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk penyimpanan Ya


obat Narkotika dan psikotropika

18 Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan jenis obat Ya Obat-obat yang


tertentu yang memerlukan suhu dingin harus disimpan
dikulkas seperti
vaksin, supositoria,
insulin dl

19 Tersedia rak atau lemari khusus untuk obat rusak dan Tidak
kadaluarsa

20 Tersedia alat bantu pemindahan obat dalam gudang Tidak

21 Tersedia kartu stok obat untuk memberi Tidak Kartu stok yang
keterangan di rak/ lemari penyimpanan tersedia secara
komputerisasi dan
yang secara manual
hanya untuk obat
psikotropika dan
narkotika

22 Tersedia pallet/ papan alas untuk barang Tidak

23 Jarak pallet dengan lantai (min. 10 cm) Tidak

24 Jarak pallet dengan dinding (max. 30 cm) Tidak

25 Tersedia pendingin ruangan / AC Ya

26 Tersedia keterangan untuk obat berbahaya Ya

27 Tersedia keterangan untuk obat yang mudah terbakar Tidak

Pertanyaan :
1. Jelaskan kajian anda terhadap hasil observasi gudang farmasi RS L tsb?
2. Jelaskan standar penyimpanan obat di Gudang farmasi?
3. Bagaimana upaya perbaikan yang dapat dilakukan?
4. Berikan rekomendasi penyimpanan obat dan alkes di Gudang farmasi RS L.
Jawaban
1. kajian anda terhadap hasil observasi gudang farmasi RS L
Kondisi Ruangan dan Fasilitas pada Gudang Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit L berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik Indonesia
(2010)

No Variabel Ya Tidak Keterangan

1 Gudang penyimpanan obat terpisah dari ruang pelayanan atau Ya


apotek RS

2 Gudang cukup besar untuk menyimpan semua persediaan obat Ya Luas


dan aman untuk pergerakan petugas Gudang
20×22 m²

3 Terdapat ruang penyimpanan obat yang terpisah dengan alat Ya


kesehatan

4 Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor Ya

5 Lantai dibuat dari segel/semen Ya

6 Dinding gudang dibuat licin Ya

7 Gudang memiliki ventilasi Tidak karena ruang


gudang suhu
berupa AC

8 Gudang memiliki jendela yang berteralis Ya

9 Penerangan gudang yang cukup Ya

10 Adanya pengaturan suhu ruangan Ya 24°C-25°C

11 Adanya pengaturan kelembapan Ya 44-45%

12 Terdapat ruang/ lemari terpisah untuk obat yang mudah Ya


terbakar

13 Terdapat ruang/lemari untuk obat berbahaya Ya

14 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda Ya

15 Tersedia termometer ruangan Ya

16 Tersedia rak/ lemari penyimpanan obat Ya

17 Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk penyimpanan obat Ya


Narkotika dan psikotropika

18 Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan jenis obat Ya Obat-obat


tertentu yang memerlukan suhu dingin yang harus
disimpan
dikulkas
seperti
vaksin,
supositoria,
insulin dl

19 Tersedia rak atau lemari khusus untuk obat rusak dan Tidak
kadaluarsa

20 Tersedia alat bantu pemindahan obat dalam gudang Tidak

21 Tersedia kartu stok obat untuk memberi Tidak Kartu stok


keterangan di rak/ lemari penyimpanan yang
tersedia
secara
komputerisa
si dan yang
secara
manual
hanya untuk
obat
psikotropika
dan
narkotika

22 Tersedia pallet/ papan alas untuk barang Tidak

23 Jarak pallet dengan lantai (min. 10 cm) Tidak

24 Jarak pallet dengan dinding (max. 30 cm) Tidak

25 Tersedia pendingin ruangan / AC Ya

26 Tersedia keterangan untuk obat berbahaya Ya

27 Tersedia keterangan untuk obat yang mudah terbakar Tidak

Total 19 8

Presentase Kesesuaian = 70,4%

Dari hasil observasi di IFRS L kesesuaian sarana dan prasarana di ruang


penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan Standar Akreditasi sebesar
70,4%, yang berarti baik. Gudang penyimpanan di RS L dari 27 parameter yang sesuai
yaitu 19. Gudang penyimpanan obat di RS L terpisah dengan ruang pelayanan farmasi
karena sistem distribusi sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di RS L
menggunakan metode distribusi desentralisasi. Desentralisasi adalah Pelayanan farmasi
mempunyai cabang di dekat unit pelayanan/ruang rawat yang disebut depo/satelit
farmasi. Ukuran ruang penyimpanan atau gudang Farmasi di RS L ini kurang lebih
10x22m2, ukuran ini cukup untuk menyimpan semua obat dan bahan medis habis pakai
yang ada di IFRS dan masih terdapat ruangan untuk pergerakan petugas. Obat dan alat
kesehatan diletakkan di rak terpisah tetapi masih satu ruangan. Ruang penyimpanan di RS
L memiliki atap gudang dalam keadaan baik dan tidak bocor. Lantai terbuat dari semen,
dan dinding dibuat licin agar terhindar dari bakteri dan debu. Ruang penyimpanan tidak
memiliki ventilasi udara karena ruangan ini di desain untuk ruangan ber AC (sehingga
suhu dalam ruang penyimpanan senantiasa terjaga antara 24-25oC. Pengaturan suhu pada
ruang penyimpanan ini bertujuan untuk menjaga mutu obat selama proses penyimpanan,
karena obat akan rusak atau hilang khasiatnya jika terjadi perubahan suhu. Selain
dilengkapi dengan pengatur suhu berupa AC, ruang penyimpanan di RS L juga
dilengkapi dengan pengatur kelembaban 44-45% sehingga mutu obat senantiasa terjaga.
Ruang penyimpanan produk obat harus dikontrol suhu dan kelembabannya untuk
menghindari kontaminasi silang dari obat satu dengan yang lain. Jika suhu ruang
penyimpanan fluktuatif potensi paparan dari obat-obatan di ruangan tersebut akan
meningkat. Apoteker sebagai penanggung jawab di IFRS berkewajiban untuk
mengintegrasikan manajemen pengelolaan obat mulai dari penyimpanan sampai
penggunaan obat di RS termasuk penyimpanannya sehingga produk obat senantiasa
berkualitas dan terjaga mutunya (Ziance, et al., 2009). Ruang penyimpanan memiliki
jendela yang berteralis dan penerangan gudang yang cukup. Penerangan dalam gudang
cukup terang untuk mendukung kegiatan yang berlangsung di ruang penyimpanan. Pada
ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai yang di RS L tersedia lemari
khusus yang dilengkapi dengan kunci untuk penyimpanan obat Narkotika dan
Psikotropika. Ruang Penyimpanan di RS L dilengkapi dengan lemari pendingin untuk
menyimpan jenis obat seperti vaksin, suppositoria, insulin dan obat lainnya yang bersifat
termolabil, yaitu obat-obatan yang mudah rusak akibat perubahan suhu. Untuk obat yang
sudah rusak dan kadaluarsa tidak disimpan di lemari tersendiri (lemari khusus), sehingga
dapat terjadi kesalahan dalam pengambilan obat. Instalasi Farmasi RS L tidak
menyediakan alat bantu pemindahan obat seperti troli sehingga kesulitan memindahkan
obat. Tidak tersedia juga kartu stok untuk mencatat setiap pengambilan dan penambahan
obat di rak sehingga dapat terjadi kesalahan kehilangan obat. Pallet/papan pengalas tidak
tersedia di gudang untuk untuk melindungi obat dari genangan air / banjir dan membantu
mengatur sirkulasi udara dari bawah/lantai (febriawati, 2013). Sehingga dapat
menyebabkan kerusakan obat karena pengaruh kelembaban lantai. Namun, tersedia AC
sebagai pendingin ruangan sehingga dapat mengontrol suhu didalam ruangan
penyimpanan. Obat berbahaya diberi keterangan pada rak agar mudah diketahui. Ruang
Penyimpanan obat di RS L tidak ada keterangan untuk obat obat yang mudah terbakar
seperti alkohol dan eter. Untuk obat-obat tersebut masih disimpan bercampur dengan obat
yang lain tanpa penandaan khusus sehingga kurang sesuai dengan standar operasional
prosedur yang berlaku.
2. Standar Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Depkes, 2006). Kegiatan
penyimpanan obat meliputi :
 Pengaturan tata ruang
Untuk memperoleh kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian, dan
pengawasan obat, diperlukan pengaturan tata ruang yang baik. Faktorfaktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak Untuk memudahkan bergerak, maka gudang ditata sebagai
berikut:
1) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat sekat.
Jika menggunakan sekat-sekat perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakkan.
2) Berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran obat, lorong ruang gudang
dapat di tata berdasarkan sistem : arus garis lurus, arus huruf U, arus garis L.
b. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor yang penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan termasuk pengaturan kelembaban udara dan
pengaturan pencahayaan.
c. Rak dan pallet
d. Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet yang benar dapat
meningkatkan sirkulasi udara.
e. Penyimpanan khusus
1) Obat, vaksin dan serum di simpandi lemari pendingin khusus (coldchain) dan
di lindungi dari kemungkinan putusnya arus listrik.
2) Bahan kimia disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari gudang
khusus.
3) Peralatan besar / alat besar memerlukan tempat khusus untuk
penyimpanannya dan pemeliharaannya.
f. Pencegahan kebakaraan Alat pemadam kebakaran harus diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup (Depkes, 2009).
 Cara penyimpanan obat
a. Pengaturan penyimpanan obat
Pengaturan obat di kelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara
alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh kelompok sediaan tablet,
kelompok sediaan sirup dan lain-lain
b. Penyusunan berdasarkan FEFO
Penyusunan berdasarkan sistem First Expired First Out (FEFO) adalah
penyimpanan obat yang berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih
cepat maka dikeluarkan lebih dulu.
c. Penyusunan berdasarkan FIFO
Penyusunan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan
obat berdasarkan obat yang datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.
d. Susun obat dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan teratur.
e. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.
f. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya matahari, di simpan ditempat yang kering.
g. Simpan obat dalam rak dan cantumkan nama masing-masing obat pada rak
dengan rapi.
h. Pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk
penggunaan luar dan di berikan nomor kode.
i. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
j. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu dilakukan
rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada di belakang
sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis (Depkes, 2010)
k. Disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk obat yang mudah menguap (ether,
halotane)
l. Disimpan terlindung dari cahaya (tablet, kaplet, sirup)
m. Disimpan dengan zat pengering/penyerap lembab (kapsul)
n. Disimpan pada suhu 15-30° C (tablet, kaplet, sirup)
o. Disimpan pada suhu 5-15° C (minyak atsiri, salep mata, krim, ovula,
suppositoria, tingtur)
p. Disimpan di tempat dingin suhu 0-5 ° C (vaccina)
3. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) penyimpanan obat adalah
suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan
merupakan fungsi dalam managemen logistik farmasi yang sangat menentukan
kelancaran pendistribusian serta tingkat keberhasilan dari manajemen logistik farmasi
dalam mencapai tujuannya. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menghindarikehilangan
dan pencurian, serta memudahkan pencarian dan pengawasan. penyimpanan obat dan
alkes di Gudang farmasi RS L sebaiknya disesuaikan dengan standar pelayanan
kefarmasian rumah sakit seharusnya :
a. Obat kadaluarsa yang menunggu waktu pemusnahan disimpan di tempat khusus yaitu
ruang karantina
b. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan tanggal kadaluarsa) disimpan
dipisah dan diberi penandaan kusus
c. Tersedia alat pengangkut sesuai kebutuhan
d. Bahan yang mudah terbakar disimpan dalam dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan mudah terbakar
e. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan nahan medis habis pakai harus dilindungi dari
pencurian atau kehilangan oleh karena itu harus tersedia kartu stok obat dan
diletakkan berdekatan dengan obat yang bersangkutan. Pencatatan harus dilakukan
setiap kali ada mutasi (keluar/masuk obat atau jika ada obat yang hilang, rusak dan
kadaluarsa
f. Tersedia pallet yang cukup ubtuk melindungi sediaan farmasi dan kelembaban lantai
g. Pallet yang tersedia di gudang berjarak dengan lantai minimal 10 cm dan berjarak
dari dinding minimal 30 cm
4. Obat disimpan dalam gudang khusus obat dan terpisah dengan alat kesehatan. Obat dan
bahan medis habis pakai disimpan sesuai dengan First In First Out (FIFO) yaitu obat
yang datang duluan maka dikeluarkan terlebih dahulu dan First Expired First Out
(FEFO) yaitu obat yang mendekati kadaluarsa atau yang waktu kadaluarsa lebih cepat
maka dikeluarkan terlebih dahulu. Obat diletakkan di rak dan tidak langsung menempel
pada dinding untuk menghindari kelembaban obat, Obat disimpan sesuai dengan bentuk
sediaan dan sesuai dengan kelas farmakoterapi, sediaan padat dan cair maupun injeksi
diletakkan terpisah, diberi pelabelan pada rak penyimpanan, terdapat lemari khusus untuk
obat-obat golongan Narkotika, Psikotropika dan Obat-Obat High Alert Medication.
Selain itu obat yang berukuran kecil juga tidak disimpan di tempat yang tersembunyi,
tumpukan obat dan bahan medis habis pakai maksimal 2,5 m dan setiap obat dilengkapi
dengan kartu stok. Penyimpanan obat-obatan golongan LASA (Look Alike Sound Alike)
tidak disimpan berdekatan dan telah diberi penandaan khusus. Penyimpanan obat-obatan
LASA ini harus menjadi perhatian khusus karena sering menyebabkan kesalahan dalam
pengambilan sehingga berpotensi terjadinya Medication Error.

Daftar Pustaka :
Depkes RI. 2004. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes

Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72 Tahun


2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai