Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FITOTERAPI

TOKSISITAS TANAMAN Nerium oleander L.

Dosen Pengampu :

apt. Mamik Ponco R., M.Si

Kelas A/Kelompok 8
Nama Anggota :
Asis Gusbiantoro 2120414582
Alien Prisma Febrianti 2120414573
Devi Widyastuti 2120414595
Dewi Lestari 2120414597

PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, tanaman
obat sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa
Indonesia sudah seharusnya dimanfaatkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi. Tanaman obat biasanya
dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional merupakan
pengobatan yang menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan yang
terdapat di alam sekitar (Bahar, 2011).
Di samping berbagai banyak manfaatnya, tanaman tradisional juga memiliki
beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat
tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan
formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya
yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan
uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal ini
maka pada upaya pengembangan obat tradisional ditempuh berbagai cara dengan
pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat tradisional yang
telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah
serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka
(Katno, 2008).
Obat tradisional tersebut yang asalnya aman menjadi tidak aman atau
berbahaya bagi kesehatatan. Di samping itu, perlu disadari pula bahwa memang ada
bahan ramuan obat tradisional yang baru diketahui berbahaya setelah melewati
beragam penelitian. Demikian juga adanya ramuan bahan-bahan yang bersifat keras
dan jarang digunakan selain untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara-cara
tertentu pula. Secara toksikologi, bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik
alami atau sintesis, organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam
keadaan, jumlah, dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh
manusia atau hewan sedemikian, sehingga mengganggu kesehatan baik sementara,
tetap atau sampai menyebabkan kematian.
Ada beberapa tanaman obat atau ramuan yang berefek keras atau mempunyai
efek samping berbahaya terhadap salah satu organ tubuh, salah satunya yaitu tanaman
oleander yang dapat mempengaruhi organ jantung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu :
a. Kandungan kimia apa yang dapat menyebabkan tanaman oleander bersifat toksik?
b. Bagaimana mekanisme toksisitas tanaman oleander pada organ vital?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui kandungan kimia yang ada didalam tanaman oleander yang
dapat menyebakan efek toksik
b. Untuk mengetahui mekanisme toksisitas tanaman oleander
BAB II

PEMBAHASAN

1. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium.
Species : Nerium oleander L.
Tanaman Nerium oleander L. termasuk dalam familia Apocynaceae. Di
Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan nama jure (jawa), kenyeri (Bali), kembang
mentega, bunga mentega, oleander. Nerium oleander merupakan tanaman yang
berasal dari Asia dan memiliki sifat tahan panas dan kekeringan. Tanaman ini dapat
ditemukan di berbagai negara seperti India, China, Indonesia, dan beberapa negara
Asia lainya. Tanaman ini merupakan perdu, tumbuh tegak, tinggi 2−5 m, berdaun
tebal, bertangkai sekitar 1 cm yang agak membengkok, 3 daun sering tumbuh
melingkar, bergetah dan dapat tumbuh pada ketinggian antara 1−700 mdpl. Helaian
daun berbentuk lanset dengan ibu tulang daun yang menonjol, ujung dan pangkal
daun runcing, tepi rata, panjang 7−20 cm, dan lebar 1−3 cm. Antara bunga yang satu
dan yang lain memiliki bentuk yang tidak identik. Bunga dalam karangan berbentuk
malai di ujung ranting, mahkota berbentuk corong, tabung pada pangkal sempit,
berwarna merah muda atau putih. Buah berbentuk lonjong, panjang 7−15 cm, dan
pada permukaan luarnya keras dan kering. Cabang tanaman tumbuh secara rutin,
tumbuh tegak, warna hijau tidak menyolok, permukaan luarnya tidak ada duri, dan
memiliki ketebalan yang cukup. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat yang teduh atau
di bawah sinar matahari penuh, dapat ditanam di tanah liat, tanah pasir.
2. Kandungan senyawa kimia tanaman Oleander
Kandungan yang terdapat pada tanaman oleander adalah fenolat, tanin,
terpenoid, alkaloid, saponin dan antrakuinon.

3. Fitokimia beracun
Meskipun terdapat beberapa senyawa polifenol bioaktif, sifat anti kanker dan
khasiat toksikologi oleander telah dikaitkan dengan adanya berbagai glikosida jantung
dan fitokimia sitotoksik.  Oleander terkenal dengan keberadaan glikosida jantung
seperti oleandrin, adynerin dan digitoxigenin, dengan aktivitas sitotoksik yang kuat
dan kemiripan struktural dengan digitoksin dari Digitalis purpurea L. (Foxglove;
family Scrophulariaceae). Jika oleandrin masuk ke dalam luka bisa menyebabkan
kelumpuhan. Jika tertelan, oleandrin bisa menyebabkan detak jantung meningkat,
sesak nafas, iritasi hingga berakhir dengan kematian.

4. Mekanisme toksisitas
Toksisitas tanaman oleander dikaitkan dengan adanya glikosida jantung yang
tersebar di seluruh bagian tanaman. Namun, pada akar dan biji mengandung jumlah
tertinggi dari cardenolides. Sementara glikosida utama dalam oleander berbunga putih
dan merah muda adalah oleandrin, adynerin dan digitoxigenin, oleander berbunga
kuning yang kurang umum mengandung thevetin A, thevetin B, neriifolin, peruvoside
dan ruvoside. Cara kerja utama dari cardenolides ini adalah
penghambatan pompa Na + / K + -ATPase pada kardiomiosit, yang
menghasilkan pembentukan Na + intraseluler. Namun, selain jantung, tanda klinis
toksisitas oleander telah dilaporkan di paru-paru, hati dan pada tingkat sistemik,
dengan gambaran patologis umum. Komponen toksik utama oleander telah dikenal
sebagai oleandrin, karena sifat lipotoksik yang tinggi, ekskresi urin yang lambat dan
penyerapan gastrointestinal yang cepat, oleandrin menyebabkan keracunan yang fatal

5. Dosis toksisitas

Data klinis tentang tingkat toksisitas oleander sangat bervariasi. Sementara 5–


15 daun oleander dapat menyebabkan keracunan yang fatal bagi orang dewasa, hanya
setengah daun yang dapat menjadi racun bagi anak-anak. Sebaliknya, laporan
sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi 3 daun oleander hanya menyebabkan
toksisitas ringan pada anak berusia 7 tahun di tenggara Queensland, Australia. Tikus
Swiss albino diambil secara oral berbagai ekstrak oleander. Data menunjukkan bahwa
hingga dosis 2 g/kgBB tidak menimbulkan kematian atau perilaku fisiologis yang
tidak biasa seperti tremor, kejang, kelesuan, air liur, gelisah, koma, tidur yang tidak
biasa, dan pola pernapasan, diare, atau pola perilaku, sedangakan dosis mematikan
oleander untuk tikus adalah 4 g / kg.

6. Kasus keracunan Oleander


- Laporan pertama Toksisitas Oleander berasal dari tahun 1866 di India pada
seorang pria berusia 20 tahun, karena konsumsi kulit akar oleander sebagai
pengobatan chancre sifilis
- laporan sebelumnya dari Toxic Exposure Surveilance System (AS) mencatat
bahwa dari 874 kasus paparan oleander, hanya 3 kasus berubah menjadi
mematikan.
- beberapa kasus keracunan oleander telah dilaporkan pada hewan termasuk sapi,
kucing, anjing, ayam, kuda dan lain-lain. Padahal hanya terpapar asap yang
dihasilkan dari pembakaran oleander bisa jadi beracun karena panas tidak
menonaktifkan konstituen beracun. Secara klinis tanda-tanda keracunan oleander
serupa pada manusia dan hewan itu termasuk aritmia jantung, hiperkalemia dan
iritasi gastrointestinal.
7. Tanda klinis toksisitas oleander
Jantung
 Edema intrafasicular
 Inflamasi
 Sinus aritmia dan takikardi
 Pendarahan kognetif
 Pembentukan vakuola intra sarcoplasmic
 Dregadasi glanular miosit, nekrosis koagulatif
 Frahmentasi otot jantung, hilangnya lurik

Paru – paru

 Infiltrasi inflamasi
 Dilatasi dan kolaps alveolar
 Pendarahan
 Gangguan lipatan mukosa bronkus
 Pnemunia interstisial
 Hilangnya alveolus paru
 Penebalan matriks

Hati

 Pengendapan besi
 Degradasi hidropik hati
 Nekrosis hepatoseluler
 Inflamasi infiltrate
 Congestion and hemorrahage
 Pemecahan lemak
 Hiperpalsia saluran empedu
 ALT, AST meningkat

Sirkulasi

 Peningkatan hemoglobin korpuskular rata-rata


 Penurunan sel darah putih termasuk limfosit
 Penurunan volume platelet rata-rata
 IL-1, IL-6, TNFα, CRP, LDH meningkat
 Zat besi dan hepsidin meningkat, ferritin rendah
BAB III

KESIMPULAN

Toksisitas tanaman oleander dikaitkan dengan adanya glikosida jantung yang tersebar
di seluruh bagian tanaman. Komponen toksik utama oleander telah dikenal sebagai oleandrin,
karena sifat lipotoksik yang tinggi, ekskresi urin yang lambat dan penyerapan gastrointestinal
yang cepat, oleandrin menyebabkan keracunan yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Dey P. 2020.The pharmaco-toxicological conundrum of oleander: Potential role of gut


microbiome. Department of Biotechnology, Thapar Institute of Engineering and
Technology, Patiala, Punjab, India. Science derect.

Anda mungkin juga menyukai