Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir ini dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Dr.
Achmad Mochtar, Bukittinggi.
Laporan akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Selesainya penulisan laporan akhir ini
tidak terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, baik moril maupun
materil, selama melaksanakan kegiatan PKPA.
2. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
3. Ibu Deni Noviza, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
4. Bapak dr. Khairul, Sp.M selaku Direktur Utama dan Ibu Dra. Trizayenni, M.Sc.,
Apt selaku Wadir Penunjang dan SDM RSUD Dr. Achmad Mochtar, Bukittinggi
yang telah memberikan izin dan memfasilitasi untuk dilaksanakan kegiatan
PKPA.
5. Bapak Defi Oktafia, S.Si., M.Farm.Klin., Apt selaku Pembimbing I sekaligus
Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang telah
memberikan banyak arahan dan bimbingan selama dilaksanakan kegiatan PKPA.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas selaku Pembimbing II
yang telah membimbing penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
7. Bapak/Ibu Apoteker Instalasi Farmasi selaku preseptor di RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
dilaksanakan kegiatan PKPA.
ii
8. Bapak/Ibu Dokter dan Apoteker di Bangsal Anak, Bangsal Neurologi, dan
Bangsal Interne selaku preseptor di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama dilaksanakan kegiatan
PKPA.
9. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian, Perawat/Ners dan Pegawai di lingkungan
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi atas segala bantuan, ilmu, dan
bimbingannya selama kegiatan PKPA.
10. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Apoteker Angkatan I Tahun
2018 Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran atas ketidaksempurnaan laporan akhir ini. Semoga laporan akhir ini dapat
bermanfaat di kemudian hari dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
1
I. CASE STUDY BANGSAL ANAK
HALAMAN PENGESAHAN 2
BAB I. TINJAUAN KASUS 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8
BAB III. ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP 13
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
27
II. CASE STUDY BANGSAL NEUROLOGI
HALAMAN PENGESAHAN 28
BAB I. TINJAUAN KASUS 29
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 32
BAB III. ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP 36
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 56
DAFTAR PUSTAKA 57
58
III. CASE STUDY INSTALASI FARMASI
HALAMAN PENGESAHAN 59
BAB I. PENDAHULUAN 60
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 63
BAB III. PEMBAHASAN 75
iv
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 78
DAFTAR PUSTAKA 79
80
IV. CASE STUDY BANGSAL PENYAKIT DALAM
HALAMAN PENGESAHAN 81
BAB I. TINJAUAN KASUS 82
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 85
BAB III. ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP 94
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 122
DAFTAR PUSTAKA 123
v
CASE STUDY
BANGSAL NEURO
Oleh :
1
BAB I
1.1 IdentitasPasien
No.RM : 52xxxx
Nama : Ny. VY
JenisKelamin : Perempuan
Agama :Islam
Pembayaran/Status : Umum
1.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran sejak 4 hari yang lalu,
2
Hipetensi (+) 4 tahun yang lalu, Riwayat jantung (+)
1.3 DataPenunjang
- BeratBadan : 100 kg
- TinggiBadan : 165 cm
Tekanan
Nadi
Tanggal Darah Laju Nafas Suhu (°C)
(x/menit)
(mmHg)
03/8 160/80 98 20 37
04/8 160/80 98 20 37
3
1.3.3 Data Laboratorium
4
1.4 Diagnosa
Stroke Haemoregik, hipertensi stage 2, hipokalemia
Tanggal Keterangan
31 juli 2019 Pasien masih masih belum sadar penuh TD :166/97 N:110
P:26 T: 37,5
01 juli 2019 Tekanan sudah mulai turun pasien mulai sadar tapi anggota
gerak masih lemah, mata melotot ,aktivitas dibantu keluarga,
BAB (-) nyeri otot , TD : 158/111 N: 114 P : 16 T: 37,2
02 juli 2019 Pasien sudah mulai makan lewat mulut, anggota gerak pasien
masih lemah, mata melotot ,aktivitas di bantu keluarga, BAB
(+) tapi masih sedikit TD: 180/ 100 N: 96 P :34 T: 37
03 juli 2019 Sudah mulai sadar penuh, Tangan dan kaki pasien masih
lemah , mata masih melotot , TD : 160/ 80 P : 20 N : 98 T :
37
5
80 N : 98 P : 20 T : 38,3
05 juli 2019 Pasien sudah sadar penuh, tapi anggota gerak kai masih
lemah, mata masih nelotot , tekanan darah sudah mulai
turun TD : 140/90 , N : 87 P: 20 T : 38,5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi stroke
Stroke merupakan onset mendadak dari defisit neurologis fokal yang
berlangsung setidaknya 24 jam dan dianggap berasal dari vaskuler (DiPiro, et
al., 2015). Sedangkan menurut Kemenkes RI (2016) stroke adalah kondisi
yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel-sel pada sebagian
area di otak.
7
selama dan setelah pendarahan juga dapat mempengaruhi pembuluh darah
terdekat dan jaringan otak (Caplan, 2009). Ruang ekstravaskuler atau
subarachnoid merupakan ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak (Feigin, 2006).
8
tubuh
Eritrosit pada >5000/mm3 >25000/mm3
cairan serebrospinal
(LCS)
CT-scan Area putih Kadang normal
a) Hipertensi arterial
Hipertensi merupakan penyebab utama terbanyak PIS, yaitu antara 70-
90%. Pada arteri tampak degenerasi tunika media dinding arteri yang
diinduksi oleh hipertensi.
b) Aneurisma intrakranial
Pendarahan intraserebral akibat ruptur aneurisma biasanya menuju ke
ruang subaraknoid. Sekitar 16-23% PIS disebabkan karena aneurisma
pecah.
c) Angiopati miloid
Sekitar 10% dari seluruh pendarahan intraserebral disebabkan oleh
angiopati miloid.
d) Malformasi arteri-venosa
9
Malformasi arteri-venosa (MAV) merupakan penyebab terbanyak
pendarahan intraserebral akut. Kelainan ini merupakan kelainan
kongenital yang terjadi pada minggu kedelapan kehidupan embrional,
yang kemudian menyebabkan hubungan persisten antara sistema arterial
dan vena (Setyopranoto, 2008).
e) Patofisologi
Stroke pendarahan intraserebral terjadi ketika suatu pembuluh
darah intraserebral pecah sehingga menyebabkan darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan otak, serta menyebabkan
terbentuknya hematoma. Terdapatnya darah di jaringan saraf dapat
berakibat gangguan fungsi sel yang berat bahkan nekrosis sel saraf
(Junaidi, 2009). Stroke pendarahan intraserebral dapat menyebabkan
kerusakan melalui dua cara, yaitu: (1) kerusakan otak yang terjadi saat
pendarahan dan (2) hematoma yang menyebabkan iskemia pada jaringan
sekitarnya (Elliot & Smith, 2010).
f) Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya PIS dapat diklasifikasikan menjadi faktor
resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor tidak
dapat dimodifikasi antara lain, jenis kelamin, usia dan etnis. Sementara
resiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, konsumsi alkohol,
penggunaan obat-obat seperti warfarin dan aspirin dosis tinggi (Elliot &
Smith, 2010).
10
Gejala defisit neurologik yang terjadi dapat berupa:
b. Patofisiologi
11
Penyebab yang paling sering pada PSA primer adalah robeknya
aneurisma, dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma
kongenital (bawaan), yang terletak di sekitar lingkaran willisi. Aneurisma
adalah kantung patologis yang terbentuk dari dinding arteri yang lemah,
sehingga menonjol seperti balon (Junaidi, 2009).
a) Hipertensi
b) Merokok
c) Penggunaan obat-obat simpatomimetik, seperti kokain
d) Riwayat pendarahan subaraknoid aneurismal sebelumnya
e) Riwayat pendarahan subaraknoid aneurismal pada keluarga
f) Riwayat aneurisma pada keluarga
g) Stress mental dan fisik (Connoly et al., 2012).
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala umum sebagaimana yang terjadi pada tipe stroke lain
juga terjadi pada stroke pendarahan subaraknoid. Diantara tanda dan gejala
tersebut adalah:
12
a) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher.
b) Mual dan muntah.
c) Fotofobia.
d) Paresis saraf okulomotoris, pupil ansokor, pendarahan retina pada
funduskopi.
e) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik).
f) Kaku leher dan kuduk (meningismus), bila pasien masih sadar.
g) Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (sonmolen) sampai kesadaran
hilang (Junaidi, 2009).
e. Klasifikasi PSA berdasarkan Hunt & Hess
a) Stadium 1, pendarahan asimtomatik, sakit kepala ringan, sadikit kaku
kuduk.
b) Stadium 2, sakit kepala sedang sampai berat, kaku kuduk, belum ada
gangguan defisit neurologis.
c) Stadium 3, kesadaran hilang, hemiparesis sedang sampai berat, mungkin
ada gannguaan otonom.
d) Stadium 4, koma, kaku decerebrate (Caplan, 2009).
2.1.6 Diagnosis
13
b. CT scan (Computed Tomographic Scan)
CT scan akan menunjukkan warna putih pada area perdarahan dan gelap
pada daerah infark. CT scan dapat membantu identifikasi penyebab kerusakan
neurologi nonvaskular seperti tumor otak. CT scan adalah standar
pemeriksaan yang direkomendasikan untuk pasien stroke.
a. Apabila Tekanan Darah Sistolik (TDS) >200 mmHg atau Mean Arterial
Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan darah diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontiniu dengan
pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
b. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala
dan tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan
14
tekanan intrakranial. Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat
antihipertensi intravena secara kontinu atau intermiten dengan pemantauan
tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.
c. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala
dan tanda peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan
secara hati-hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena
kontinu atau intermitten dengan pemantauan tekanan darah setiap 15
menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg.
d. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta
(labetalol dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem)
intravena, digunakan dalam upaya diatas.
e. Bila tekanan sistolik <180 mmHg dan tekanan darah diastolik <105
mmHg, ditangguhkan pemberian obat antihipertensi.
15
C. Obat Antihipertensi pada Pasien Stroke Hemoragik
Kriteria obat yang ideal dalam penanganan hipertensi pada stroke akut
menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dalam
guideline stroke tahun 2004, yaitu:
16
2) Antihipertensi Penghambat Saluran Kalsium (Calsium Channel Blocker)
Penghambat saluran kalsium adalah obat penurun tekanan darah yang
memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri sehingga
arteri menjadi rileks dan menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung (Muchid,
2006). Ada dua jenis utama dari penghambat saluran kalsium: dihidropiridin, seperti
amlodipin dan nifedipin yang bekerja dengan melebarkan arteri, dan
nondihidropiridin seperti diltiazem dan verapamil yang agak kurang melebarkan
arteri tetapi juga mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas (Weber et al., 2013).
Antagonis saluran kalsium bekerja menginduksi relaksasi otot polos pembuluh darah,
terutama arteri. Relaksasi yang terjadi pada otot polos pembuluh darah kemudian
menyebabkan penurunan tekanan darah (Luellmann, 2005).
17
Gambar . Algoritma terapi atihipertensi pada pasien stroke hemoragik
18
BAB III
ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP
3.1 TerapiFarmakologi
Aturan Tanggal
No Nama Obat
29/7 30/7 31/7 01/8 02/8 03/8 04/8 05/8
Pakai
NonParenteral
1 Amlodipin 10 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √
2 Candesartan 16 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √
3 Simvastatin 20 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √
4 Spironolakton 25 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √
5 KSR 3x1 √ √ √ √ √ √ √
6 Concor (Bisoprolol) 1x1 √ √ √ Off
1,25 mg
7 Concor (Bisoprolol 1x1 √ √ √ √ √
2,5 mg)
8 Dulcolax supp 1x1 -- - - - √ - - -
Parenteral
1 Citicolin Injeksi 2 x 250 mg √ √ √ √ √ √ √ √
2 Lansoprazole Injeksi 1x1 √ √ √ √ √ √ √ √
3 Ceftazidime Injeksi 1x1 √ √ √ √ √ √ √ Off
19
4 Lasix injeksi 3x2 √ √ √ √ √ √ √ √
5 PCT √ √ √ √ √
Cairan Intravena
1 RL √ √ √ √ √ √ √ √
2 Nitrogliserin 10 μg/menit √ off
Trinitrat (NTG)
3 Infus manitol 4x100 cc √ √ √ √
4 Perdipine 2,5 √ √ √ Off
μg/menit
20
3.2 PerhitunganDosis
(Martindale 36th)
36th)
7 Candesartan 16 mg 1x1 8-32 mg sekali sehari 16 mg/hari Sesuai
21
(Martindale 36th)
(Martindale 36th)
9 Bisoprolol 1,25 mg 1x1 Dosis awal 1,25 mg dosis 1,25 mg/hari Sesuai
tunggal, tingkatkan dua kali
lipat setelah 1 minggu
(Martindale 36th)
10. Bisoprolol 2,5 mg 1x1 Dosis awal 1,25 mg dosis 2,5 mg/hari Sesuai
tunggal, tingkatkan dua kali
lipat setelah 1 minggu
(Martindale 36th)
11. Manitol inf 20% w/v 4x100 ml 50-100 gram selama 24 jam 80 gram/hari Sesuai
dalam infus intravena 5 atau
22
15. Citicolin Injeksi 2 x 250 Maksimal 1 g/hari 500 mg/hari Sesuai
mg (Martindale 36th)
16. Lansoprazole Injeksi 1x1 15-30 mg 1 x sehari selama 1x 15 mg Sesuai
4 minggu (MIMS)
1. Parasetamol Meredakan nyeri dan menurunkan demam Pemberian obat tepat, karena suhu tubuh pasien
tinggi maka diberikan obat ini
2. KSR Mengatasi kondisi dan gejala hypokalemia Pemberian obat tepat, karena kadar kalium pasien
rendah
23
5. Spironolakton Sebagai diuretic Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah.
6. Amlodipin Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal
7. Candesartan Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal
8. Perdipin/Nikardipin Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal
9. Concor/Bisoprolol Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
yang menderita penyakit jantung melebihi normal dan memiliki riwayat penyakit
jantung
10. Manitol Sebagai diuretik Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah.
11. Simvastatin 20 mg Menurunkan kadar kolesterol dalam darah Pemberian obat tepat, karena kadar kolesterol total
dan LDL pasien tinggi
12. Nitrogliserin Mencegah nyeri dada (angina) dan mengobati Pemberian obat tepat, karena pasien memiliki
gejala gagal jantung riwayat penyakit jantung dan mencegah serangan
24
jantung akut
13. Dulcolax
Obat konstipasi Untuk melancarkan BAB pasien
14. Citicolin Injeksi i.v Sebagai neuroprotektor Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
stroke, maka untuk mempertahankan fungsi otak
secara normal dan mengurangi jaringan otak yang
rusak diberikan obat ini. Selain itu citicolin mampu
meningkatkan aliran darah dan konsumsi oksigen di
otak serta mempercepat masa pemulihan akibat
stroke
15. Lansoprazole Injeksi Gangguan lambung Pemberian lansoprazole untuk mengatasi efek
samping obat yang berpotensi mengiritasi lambung
25
3.4 AnalisaPermasalahan
Obat rekomendasi
1 Korelasi antara terapi obat 1. Adakah Obat tanpaindikasi? 1. TidakAda 1. Obat yang diberikan
dengan penyakit sudah sesuaiindikasi
2. Adakah pengobatan yang tidak 2. TidakAda
2. Semua kondisi klinis
dikenal?
sudahditerapi
3. TidakAda
3. Adakah kondisi klinis yang tidak
3. Semua kondisi klinis
diterapi?
sudahdiobati
2 Pemilihan obat yang 1. Bagaimana pemilihan obat? 1. Sudah 1. Obat yang diberikan
sesuai Apakah sudah efektif dan telah sesuai dengan
merupakan obat terpilih pada kasus 2. Sudah gejala penyakit dan
ini? liniterapi
3. Bisa
2. Apakah pemilihan obat tersebut 2. Tidak terdapat
relatifaman? masalah selama
masih dilakukan
3. Apakah terapi obat dapat
pemantauan
ditoleransi olehpasien?
26
3. Terapi obat dapat
ditoleransi oleh
pasien
3 Regimen Dosis 1. Apakah dosis, frekuensi dan cara 1. Sesuai 1. Dosis, frekuensi dan
pemberian mempertimbangkan cara pemberian telah
efektifitas keamanan dan sesuai dengan kondisi
kenyamanan serta sesuai dengan pasien
kondisipasien? 2. Jadwal pemberian
dosis
2. Apakah jadwal pemberiandosisbisa
2. Bisa bisamemaksimalkan
memaksimalkan efek terapi,
efek terapi,
kepatuhan, meminimalkan efek
kepatuhan,
samping, interaksi obat, dan
meminimalkan efek
regimen yang kompleks?
samping dan interaksi
3. Apakah lama terapi sesuai dengan
3. Sesuai obat
indikasi?
3. Lama terapi sudah
sesuai dengan
indikasi
27
4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi? 1. Ya 1. Amlodipin dan
nicardipin merupakan
obat antihipertensi
dengan golongan
yang sama yaitu
golongan CCB dan
digunakan secara
bersamaan
5 Alergi Obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran 1. Tidak ada 1. Tidak ada riwayat
terhadap salah satu obat? Permasalahan alergi pasien
6 Efek Merugikan 1. Apakah ada gejala/permasalahan Tidak ada permasalahan Tidak ada permasalahan
28
7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan 1. Ada interaksiobat 1. Interaksi obat yang
kontraindikasi obat? Apakah signifikan secara terjadi dapatdiatasi
klinis? 2. Tidak adapermasahan
2. Tidak ada interakasi
2. Apakah ada interaksi obat dengan obat dengan makanan
3. Tidak adapermasalahan
makanan? Apakah bermakna yang bermakna
secaraklinis? secaraklinis
3. Apakah ada interaksi obat dengan
3. Tidak ada interaksi
datalaboratorium?
obat dengan data
laboratorium
29
3.5 Lembar Pengkajian Obat
1. Selasa/30 Juli 8, 17 Amlodipin dan nicardipin: amlodipin Selama penggunaan obat, dilakukan monitoring terhadap
2019 dan nicardipin dapat meningkatkan tekanan darah pasien dan kemungkinan terjadinya efek
efek antihipertensi samping obat
2. Selasa/30 Juli 8 Amlodipin dan Simvastatin: Waktu penggunaan obat dibedakan. Amlodipin digunakan
2019 amlodipin dapat meningkatkan efek pada pagi hari sedangkan simvastatin digunakan pada
dari simvastatin dan meningkatkan malam hari
risiko miopati
30
3. Selasa/ 30 8 Candesartan dan spironolakton dapat Selama penggunaan obat, dilakukan monitoring terhadap
Juli 2019 meningkatkan kadar kalium kadar kalium
(Interaksi Obat)
Kode Masalah:
1. Indikasi : 3. Dosis obat 7. Lama pemberian 10. Ketidaksesuaian RM dengan: 14. Kompatibilitas
obat
a. Tidak ada indikasi a. Kelebihan (over dosis) 8. Interaksi obat a. Resep 15. Ketersediaan
obat/kegagalan mendapat obat
b. Ada indikasi, b. Kurang (under dosis) a. Obat b. Buku injeksi 16. Kepatuhan
tidak ada terapi 4. Interval pemberiab b. Makanan/minuman 11. Kesalahan penulisan resep 17. Duplikasi terapi
c. Kontra indikasi 5. Cara / waktu pemberian c. Hasil laboratorium 12. Stabilitas sediaan injeksi 18. Lain-lain
2. Pemilihan obat 6. Rute pemberian 9. Efek Samping Obat 13. Sterilitas sediaan injeksi
31
3.6 Monitoring Rencana PelayananFarmasi
Tujuan Terapi Obat Obat Parameter Monitoring Efek Akhir Yang Frekuensi Monitoring
Diinginkan
Menurunkan suhu tubuh Parasetamol Suhu tubuh Suhu tubuh normal Setiap hari
pasien
Terapi menangani KSR Kadar kalium darah Kalium darah menjadi Setiap hari
kondisi hipokalemia normal
pasa pasien
32
Mengatasi kondisi Lasix Injeksi Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
kelebihan cairan pada pasien
pasien
Mengatasi kondisi Spironolakton Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
kelebihan cairan pada pasien
pasien
Menormalkan tekanan Candesartan Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien
Menormalkan tekanan Amlodipin Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien
Menormalkan tekanan Bisoprolol Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien
Tekanan darah pasien Nicardipin Tekanan darah pasien Tekanan darah pasien Setiap hari
normal normal
33
Mengatasi edema pada Manitol Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
pasien pasien
Mempertahankan fungsi Citicolin Injeksi Kemampuan kognitif Kemampuan kognitif Setiap hari
otak dan mempercepat dan motorik pasien dan motorik pasien
masa pemulihan kembali normal
Menurunkan kadar Simvastatin Kadar kolesterol darah Kadar kolesterol darah Setiap hari
kolesterol tinggi menjadi normal
Mencegah nyeri Nitrogliserin Nyeri jantung Intensitas nyeri pada Setiap hari
dada (angina), serangan angina (nyeri
membatasi jumlah dada) dapat berkurang.
serangan jantung
yang dimiliki.
Sebagai obat Dulcolax supp Sakit perut/ konstipasi BAB pasien tidak Setiap hari
pencahar, dan terhambat
mengurangi
konstipasi
Untuk Lansoprazole Injeksi Nyeri lambung Produksi asam Setiap hari
menurunkan lambung berkurang
produksi asam dan pasien tidak
34
lambung sehingga mengeluhkan nyeri
mengobati tukak lambung
lambung
35
3.7 Konseling
Uraian Rekomendasi/Saran
KSR Diminum 3 x sehari sesudah makan pada pagi, siang dan malam hari
Citicolin Injeksi Citicolin digunakan 2 x sehari pada pagi dan malam hari
36
Nitrogliserin Digunakan saat penderita terkena angina atau beberapa saat sebelum melakukan aktivitas fisik, misalnya berolahraga.
1 Melatih pasien untuk mengatur koordinasi seperti cara berbicara, bergerak dll
4 Hindari konsumsi garam berlebih dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi
37
3.8 TinjauanObat
1. Paracetamol
Dosis 325-650 mg tiap 4 jam atau bila perlu tidak lebih 4 g /hari
(Medscape)
38
sulfat dan glukuronida; 226 sejumlah kecil (5-10%)
dioksidasi oleh jalur yang bergantung pada CYP (terutama
CYP2E1 dan CYP3A4) menjadi metabolit toksik, N-acetyl-
p-benzoquinoneimine (NAPQI) .226 NAPQI didetoksifikasi
oleh glutathione dan dihilangkan; setiap metabolit toksik
yang tersisa dapat berikatan dengan hepatosit dan
menyebabkan nekrosis sel.
Ekskresi : Terutama diekskresikan dalam urin sebagai
konjugat.
2. KSR
39
3. Ceftazidime
40
4. Lasix (Furosemid)
5. Spironolakton
41
Dosis 25-100 mg/ hari (AHFS)
6. Candesartan
42
Mekanisme Candesartan menghambat ikatan angiotensin II pada
Kerja reseptor AT1 di jaringan yang menyebabkan vasodilatasi
dan pelepasan aldosteron.
Dosis HTN : 8-16 mg / hari
CHF : 4 mg / hari
Max : 32 mg / hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hamil, hipersensitifitas, gangguan hati berat, diabetes
Efek Samping Udem perifer, pusing, hipertriglicerida,
Peringatan Riwayat angiodema, hipovolemia, resiko hipotensi,
perhatikan penggunaan pada pasien gangguanginjal,
lakukan penyesuaian dosis.
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi di saluran gastrointestinal,
bioavailabilitas absolut sekitar 15%. Waktu mencapai
puncak plasma 3-4 jam.
Distribusi : volume distribusi 0,13 L/Kg. Ikatan protein
plasma >99%
Metabolisme : candesartan cilextil mengalami hidrolisis
ester di saluran GI menjadi bentuk aktif candesartan
Ekskresi : melalui urin dan empedu dalam bentuk tak
berubah dan meabolit inaktif.
7. Amlodipin
Komposisi Amlodipine 10 mg
Kelas terapi Calcium channel Blockers (Antihipertensi, Antiangina)
Indikasi Hipertensi, penyakit arteri koroner, angina.
43
Mekanisme Menghambat perpindahan ion Ca melewati membran otot
Kerja tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga
menghambat kontraksi otot jantung, otot polos vaskuler
dan otot rangka.
Dosis 5 mg / hari. Maksimal 20 mg / hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Efek Samping Udem, udem paru, sakit kepala, mual pusing, nyeri perut,
mengantuk.
Peringatan CHF, perhatikan reaksi pada kulit, angina lebih parah
dapat terjadi saat peningkatan dosis. Pehatikan
penggunaan pada pasien kardiomiopatihipertropik.
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi dnegan baik pada saluran GI.
Bioavailability sekitar 60-65%. Waktu mencapai puncak
plasma 6-12 jam
Distribusi : volume distribusi 21 L/Kg
8. Perdipin
Komposisi Nikardipin
Kelas terapi Calcium Channel Blockers (Antihipertensi)
Indikasi Hipertensi, angina kronis, angina pektoris
44
Mekanisme Menghambat perpindahan ion Ca melewati membran otot
Kerja tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga
menghambat kontraksi otot jantung, otot polos vaskuler
dan otot rangka.
Dosis Peroral : 20 – 40 mg setiap 8 jam.
9. Bisoprolol
Komposisi Bisoprolol
Kelas terapi Beta bloker (Antihipertensi)
Indikasi Hipertensi, angina pectoris, gagal jantung
Mekanisme Bisoprolol secara selektif dan kompetitif menghambat
Kerja reseptor β1-adrenergik pada jantung dan otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan denyut
jantung, curah jantung, tekanan darah.
45
Dosis
HTN, Angina pectoris: 5-10 mg dosis tunggal
10. Manitol
Komposisi Manitol
Kelas terapi Diuretik osmotic
Indikasi Peningkatan tekanan intracranial, cerebral edema, glaukoma
46
Mekanisme Manitol meningkatkan pengeluaran urin dengan
Kerja menghambat reabsorpsi air dan elektrolit pada tubulus.
Terjadi peningkatan tekanan osmotic plasma sehingga air
keluar dari jaringan tubuh
Dosis
50-100 gram selama 24 jam dalam infus intravena 5 atau
20%. Kecepatan infus 30-50 ml/jam
Pemberian Obat Drip/infus
Kontraindikasi Edema paru, pendarahan intracranial, anuria, dehidrasi
serius
Efek Samping Hipotensi, mual, muntah, haus, sakit kepala, pusing,
demam, takikardia, hiponatremia
Peringatan Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit. Osmolaritas
serum, fungsi paru dan ginjal
Kepala
Mekanisme Citikolin meningkatkan laju aliran darah dan konsumsi O2
47
Kerja di otak.
IV / IM : maksimal 1 g /hari
Pemberian Obat Injeksi (IV / IM)
Kontraindikasi Riwayat Hipersensitivitas / alergi
Efek Samping Insomnia, sakit kepala, diare, mual, penglihatan terganggu,
12. Simvastatin
Komposisi Simvastatin 20 mg
Kelas terapi Agen Dislipidemia
Indikasi Hiperkolesterolemia, pencegahan gangguan koroner
Mekanisme Menghambat HMG-CoA reduktase, menghambat
Hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitifitas, penyakit hati, kehamilan.
Efek Samping Konstipasi, infeksi saluran nafas atas, flatulen,sakit
48
Peringatan Meningkatkan level gula darah dan HbA1c, perhatikan
penggunaan pada gangguan elektrolit berat, gangguan
endokrin dan metabolisme
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi 85% di saluran GI.Bioavailability
<5%.
13. Nitrogliserin
Komposisi Nitroglycerin
Kelas terapi Vasodilator golongan nitrat
Indikasi Mengurangi intensitas serangan angina (nyeri dada),
terutama pada penderita penyakit jantung koroner.
Mekanisme Melebarkan pembuluh darah dengan cara dilatasi vena
perifer dan pembuluh darah koroner serta meningkatkan
Kerja
pasokan darah dan oksigen ke otot jantung.
Dosis 10-200 mikrogram/menit
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia
Efek Samping Sakit kepala, muka merah, hipotensi, pusing
Peringatan Penggunaan Nitroglycerin memang berfungsi
untuk menurunkan rasa nyeri pada saat serangan jantung
terjadi, tetapi penggunaan Nitroglycerin tidak dapat
mencegah kematian akibat gagal jantung.
49
14. Dulcolax supp
Komposisi Bisacodyl
Kelas terapi Stimulan laxative
Dosis Umur >10 tahun dan usia dewasa, 10 mg per hari setiap
pagi hari.
Pemberian Obat Suppositoria
Kontraindikasi Wanita hamil dan menyusui, obstruksi usus, perforasi usus,
dehidrasi berat.
Efek Samping Gangguan pada saluran pencernaan, Hiperkalemia,
Gripping.
Komposisi Lansoprazole 30 mg
Kelas terapi Proton pump inhibitor (PPI)
Indikasi Kelebihan produksi asam lambung,
seperti gastroesophageal reflux disease (GERD),
tukak lambung atau tukak usus, dan erosif esophagitis.
Mekanisme menghambat secara spesifik dan irreversibel sistem pompa
Kerja asam dalam mukosa lambung. Obat ini menghambat
50
sistem enzim H + / K + ATPase pada sel parietal lambung.
3.9 Pembahasan
180/90 mmHg, nadi 75 x/menit, nafas 27 x/menit, dan suhu tubuh 37,5oC.
Pasien didiagnosa menderita stroke iskemik, hipertensi stage 2 dan
hipokalemia. Pasien di rawat di HCU (Health Care Unit) bangsal neurologi RS
Achmad Mochtar Bukittinggi tanggal 29 Juli 2019 dan diberikan resep obat
yaitu nitrogliserin injeksi 1x1, concor 1x1,25 mg, spironolakton 1x25 mg, lasix
injeksi 3x2, citicolin injeksi 2x250 mg, lansoprazole injeksi 1x1, dan
ceftazidime injeksi 1x1.
51
Concor atau bisoprolol merupakan obat antihipertensi golongan beta
bloker. Pasien diberikan concor sebagai obat antihipertensi dikarenakan
tekanan darah pasien masih diatas normal yaitu 174/90 mmHg. Bisoprolol
secara selektif dan kompetitif menghambat reseptor β1-adrenergik pada jantung
dan otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan denyut jantung,
curah jantung, tekanan darah.
52
kalium pasien dan obat antihipertensi diantaranya amlodipin 10 mg,
candesartan 16 mg dan perdipin injeksi. Hal ini dikarenakan tekanan darah
pasien masih diatas normal yaitu 174/90. Amlodipin dan nicardipin merupakan
obatantihipertensi golongan Calcium Chanel Blocker (CCB) yang bekerja
dengan cara menghambat perpindahan ion Ca melewati membran otot tanpa
mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga menghambat kontraksi otot
jantung, otot polos vaskuler dan otot rangka, sehingga efeknya dapat
menurunkan lanju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan tekanandarah. Candesartan merupakan antihipertensi golongan
angiostensin reseptor blocker (ARB) yang bekerja menghambat ikatan
angiotensin II pada reseptor AT1 di jaringan yang menyebabkan vasodilatasi
dan pelepasan aldosteron.
Pada tanggal 5 Agustus 2019 pasien diberi tambahan obat manitol yang
merupakan diuretic osmotic yang berfungsi untuk mengurangi edema pada
pasien. Manitol bekerja meningkatkan pengeluaran urin dengan menghambat
reabsorpsi air dan elektrolit pada tubulus. Terjadi peningkatan tekanan osmotic
plasma sehingga air keluar dari jaringan tubuh
Hasil analisa Drug Related Problem (DRP) yang mungkin ada dalam
terapi yang diberikan pada pasien adalah adanya interaksi obat dan duplikasi
terapi, yaitu pada obat amlodipin dengan nicardipin, candesartan dengan
53
spironolakton dan amlodipin dengan simvastatin. Amlodipin dengan nicardipin
merupakan obat antihipertensi dengan golongan yang sama yaitu golongan
Angistensin Reseptor Blocker (ARB). Pemberian dua obat dalam satu
golongan yang sama dapat meningkatkan efek terapi dari obat tersebut
sehingga dapat terjadinya penurunan tekanan darah yang besar, selain itu juga
dapat menyebabkan peningkatan efek samping obat seperti hipotensi, sakit
kepala, udem perifer, hipotensi, mual, pusing, ruam. Oleh karena itu,
pemberian obat Amlodipin dengan Nicardipin perlu pemantauan tekanan darah
pasien dan efek samping yang mungkin terjadi pada pasien.
Interaksi candesartan dan spironolakton dapat meningkatkan kadar
kalium pasien. Pasien mengalami hipokalemia sehingga interaksi kedua obat ini
dapat meningkatkan kadar kalium pasien. Meskipun begitu tetap perlu dilakukan
monitoring kadar kalium pasien.
54
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pasien didiagnosa menderita penyakit stroke iskemik, hipertensi
stage 2, dan hypokalemia
4.2 Saran
1. Disarankan untuk memonitoring kondisi pasien secara berkala
(memantau tekanan darah, kadar kalium pasien dan kondisi
fisikpasien).
2. Kepada pasien atau keluarga pasien disarankan untuk
mengkonsumsi obat sesuai dengananjuran.
3. Perlu pemantauan efek samping dari obat yang diterima olehpasien.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anderson CS, Huang Y, Wang JG, Arima H, Neal B. 2008. Intensive blood
pressure reduction in acute cerebral haemorrhage trial (INTERACT): A
randomized pilot trial. Lancet Neurology.7:391-399.
Caplan, LR. 2009.Caplan’s Stroke A Clinical Approach 4th Edition. New York.
USA: Elsevier Inc;
Connoly ES, Rabinstein AA, Carhuapoma JR, Derdeyn CP, Dion J, Higashida
RT, Hoh BL, Kirkness CJ. 2012.Guidelines for the Management of
Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage: AGuideline for Healthcare
Professionals From The American Heart Association/American Stroke
Association. Dallas: AHA/ASA
56
Hwang SK, Kim SJ, Jung HK, Chang KH, Kook HY. 2012. Antihypertensive
treatment of acute intracerebral hemorrhage by intravenous nicardipine
hydrochloride: Prospective multi-center study. J Korean Med Sci. 9: 1085–
1090.
Katzung BG. 2006.Basic and Clinical Pharmacology (10th Edition). New York:
McGraw Hill
Medidata. 2016. MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 16. Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer
57
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2011. Guideline
Stroke Tahun 2011. Jakarta, Indonesia: Kelompok Studi Serebrovaskuler
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Tjay TH, Kirana R. 2010. Obat-obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: Alex Media
Komputindo
Weber MA, Ernesto LS, William BW, Samuel M, Lars HL, John GK. 2013.
Clinical practice guidelines for the management of hypertensionin the
community a statement by the american society of hypertension and the
international society of hypertension. The Journal of Clinical
Hypertension. 2013;1-13.
58
CASE STUDY
BANGSAL NICU
Oleh :
59
60
BAB I
No. RM : 524xxx
Nama : By Ny. MD
Agama : Protestan
Ruangan : NICU
Pembayaran/Status : BPJS
1.2 Anamnesa
Keluhan Utama
- Pasien rujukan dari RSUD Ahmad Darwis dengan diagnosa BBLR, Udem
- Bayi dengan berat badan lahir 1100 g, lahir normal (27-28 minggu) di RS
61
- Sesak napas (-), biru (-), merintih (-).
62
26/7 1420 141 46 37,3
63
1.3.2 Data Laboratorium
9 g/dl 22/7/2019
18,4 5/8/2019
13,8 10/8/2019
8.920/uL 25/7/2019
6.070/uL 1/8/2019
10.560/uL 5/8/2019
8.460/uL 10/8/2019
64
HCT 20-48 % 36,2 % 15/7/2019
26,2 % 22/7/2019
33,6 % 25/7/2019
23,1 % 1/8/2019
55,3 % 5/8/2019
42% 10/8/2019
109.000 25/7/2019
100.000 1/8/2019
20.000 5/8/2019
29.000 10/8/2019
65
102,5 mEq/L 19/7/2019
66
Sulfametoxazol Novobiocin 12/8/2019
Norvloxacin 12/8/2019
1.4 Diagnosa
Tanggal Keterangan
BAB (+), BAK (+). Sore hari pasien edema (+), demam
67
(+).
(-), BAB (+), BAK (+). Sesak (+), Edema (+), terpasang
cc/jam/KgBB
22/7 Pasien udem (+), muntah (-), kembung (-), sesak (-), BAB
23/7 Bayi sesak (+), retraksi (-), muntah (-), kembung (-),
06.00 WIB.
Pada malam hari pasien sesak (-), muntah (-), kembung (-),
24/7 Bayi rawat di inkubator, muntah (-), BAB (+), BAK (+)
sesak (-), retraksi (-), muntah (-), kembung (-), demam (-),
68
26/7 Bayi rawat di inkubator, terpasang O2 nasal 0,2, sesak (-),
retraksi (-), muntah (-), kembung (-), demam (-), BAB (+),
28/7 Bayi rawat di inkubator, sesak (+), retraksi (+), muntah (-),
69
30/7 Bayi rawat di inkubator, muntah (-), kembung (+), demam
(-), sesak (-),demam (+), BAB (+), BAK (+). Diuresis 4,7
(-), muntah (-), kembung (-), BAB (+), BAK (+). Diuresis
retraksi minimal.
70
(+), retraksi minimal, kembung (-), BAB (+), BAK (+).
muntah (-), kembung (-), demam (-), sesak (+), retraksi (+),
71
Diuresis 27 cc/jam/kgbb.
sesak (-), retraksi (-), muntah (-), kembung (-), demam (-),
10/8 Bayi rawat di inkubator, CPAP FiO2 25% dan 21% PEEP 5
(-).
11/8 Bayi rawat di inkubator, CPAP dengan FiO2 25% dan 21%
12/8 Bayi rawat di inkubator, CPAP dengan FiO2 25% dan 21%
72
jam 16.00 20% 8,5 ml selama 10 jam + lasix
dipertengahan.
sesak (+), retraksi (-), BAB (+), BAK (-). O2 nasal 0,1
73
lpm, kembung (-).
74
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian BBLR
lahir. Rerata berat bayi normal adalah 3200 gram (usia gestasi 37 s.d. 41
minggu). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam pertama setelah
lahir rendah dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat
lahir 1500 – 2500 gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),
berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER)
2. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR ) adalah :
kurang)
75
f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan) (Maryunani dkk, 2009).
C. Penatalaksanaan BBLR
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan
defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
b. Termoregulasi
\ Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang
Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah
36,7°C – 37,3°C.
76
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.
2) Pemancar pemanas
4) Inkubator
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi
preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
77
c. Perlindungan terhadap infeksi
baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas
seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
mencegah penularan.
2.2 Sepsis
2.2.1 Definisi
sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi 1-18 tahun (9,7 versus 0,23
klinis dan setidaknya dua tanda laboratorium atau sebagai akibat infeksi yang
dicurigai atau terbukti (biakan positif, mikroskop atau reaksi berantai polimerase)
jaringan dan organnya sendiri. Jika tidak dikenali lebih awal dan dikelola dengan
78
segera, itu dapat menyebabkan syok septik, kegagalan banyak organ, dan
2.2.3 Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit. Respon imun terhadap bakteri dapat menyebabkan
disfungsi organ atau sepsis dan syok septik dengan angka mortalitas relative
tinggi. Organ tersering yang merupakan infeksi primer, adalah paru-paru, otak,
- kelemahan sistem imun seperti pada pasien keganasan dan diabetes melitus,
Mikroorganisme patogen penyebab sepsis pada anak sesuai usia (IDAI, 2016):
komunitas
Neisseria meningitides
Staphylococcus aureus
Streptokokus grup A
Bordetella pertussis
79
Bayi dan anak di rumah Sesuai pola kuman di rumah sakit •
sakit
Coagulase-negative Staphylococcus (akibat kateter
vaskular)
(MRSA)
Pseudomonas aeruginosa
Klebsiella
,E.coli,
Acinetobacter sp
Haemophilus influenza
80
virus)
81
82
83
84
85
BAB II
Tanggal
No Nama Obat Aturan Pakai
19/7 20/7 21/7 22/7 23/7 24/7 25/7 26/7 27/7 28/7 29/7 30/7 31/7 1/8
Non Parenteral
1 Interlac 1x3 ml √ off
2 Nistatin drop 3x1 ml - √ √ √ √ √ √ - - - √ √ √ √
Parenteral
1 Ceftazidime 2 x 60 mg √ √ √ √ off
3x 60 mg - - - √ √ √ √ √ √ off
2 Paracetamol 4 x 1,2 ml √ √ off
3 Lasix 1 x 1,3 mg
- √ √ √ - - - √ √ √ - - - -
86
4. Micafungin 1 x 4 mg
- - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Gentamicin 1 x 6 mg/ 36
- - - - - - - √ √ √ √ √ √ √
jam
6 Meropenem 3 x 45 mg - - - - - - - - √ √ √ √ √ √
7 Dexametason 2 x 0,04 mg - - - - - - - - - - - - - √
Cairan Intravena
1 Infus kogtil √ √ √ √ √ √ off
87
Tanggal
No Nama Obat Aturan Pakai
2/8 3/8 4/8 5/8 6/8 7/8 8/8 9/8 10/8 11/8 12/8 13/8 14/8 15/8 16/8
Non Parenteral
1 Nistatin drop 3x1 ml √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Apialys 1 x 0,2 ml √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Parenteral
3 Lasix 1 x 1,6 mg - - - - √ - - - - - - - - - -
1x1,7 mg - - - - - - √ √ - √ √ - - - -
4 Micafungin 1 x 4 mg off
1x 4,5 mg √ √ √ √ off
5 Gentamicin 1 x 6 mg/ 36
√ √ √ √ √ √ off
jam
6 Meropenem 3 x 45 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ off
3 x 50 mg - - - - - - - - - - √ √ √ √ √
88
1 x 10 mg - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
89
2.2 PerhitunganDosis
90
6. Micafungin 1x4,5 mg 2-10 mg/kg/hari satu kali sehari
2 mg/kgbb x 1,540 kg= 3,08 Sesuai
mg/hari
(Lexicomp, 2019) 10 mg/kgbb x 1,540 kg= 15,40
mg/hari
3 mg-15 mg
7. Gentamisin 1x6 mg tiap Umur gestasi <30 minggu, umur 5 mg/kgbbx 1,290= 6,450 mg ≈ Sesuai
36 jam postnatal ≥15 hari: 5 6 mg/ 36 jam
mg/kg/dosis tiap 36 jam
(lexicomp, 2019)
100
91
9. Albumin 6 cc Albumin normal 3,5 gr/dl Rumus=(𝐷−𝐴)∗(𝐵𝑊∗40)∗2 = Tidak Sesuai
(3,5−2,8)∗ (1,42∗40) ∗2 =
100
=0,7*1,136 = 0,7952 gram
(3,5−3,1)∗ (1,64∗40) ∗2
100
92
11. Nistatin 3 x 1 cc 3 kali sehari 1 cc ( Hassan., 300.000 unit (3 cc) Sesuai
et al, 2014)
12. Ceftazidime Injeksi 2 x 60 mg 30-100 mg/kg bb/ hari dalam 2- BB= 1,38 kg Sesuai
3 dosis terbagi (Martindale,
3 x 60 mg 2009) Dosis: 30 mg/kg/dosis x 1,38
kg= 41,4 mg/dosis
13. Lasix Injeksi 1 x 1,3 mg IM/IV, PMA < 31 minggu: BB: 1,38 kg Sesuai
usual dose: 1 mg/kg/dosis Dosis: 1 mg/kg/dosis x 1,38
1 x 1,6 mg setiap 24 jam, range dose: kg= 1,38 mg
0,5-2 mg/kg/dosis (Lexicome,
2019). BB: 1,640
Dosis: 1 mg/kg x 1,64= 1,64
mg
BB: 1,78 kg
Dosis : 1 mg/kg bb x 1,78= 1,7
mg
93
14. Paracetamol 4 x 1,2 cc IV, GA 28 - < 32 minggu, BB= 1,38 kg Sesuai
LD: 20 mg/ml/dosis, MD: 10 Dosis= 10 mg/kg/dosis x
mg/kg/dosis setiap 12 jam, 1,38kg= 13,8 mg
atau 7,5 mg/kg/dosis setiap 8
jam, DM: 22,5 mg/kg/hari Dosis= 7,5 mg/kg/dosis x
(Lexicome, 2019) 1,38 kg= 10,38 mg
15. Apialis 1 x 0,2 cc Drops<12 mth 0.3 mL sekali 0,3 mL Dosis kurang
sehari. (MIMS, 2019)
16. Flukonazol 1x19 mg dan Profilaksis infeksi fungi pada 3- 12 mg/kg/hari x 1,6 gram= Sesuai
pasien imun rendah 19,2 ~ 19 mg
1 x 10 mg
4 minggu- 11 tahun : 3-12 3 mg/kg/hari x 1,6 gram = 4,8
mg/kg/hari mg ~ 5 mg
(5 mg- 19 mg)
94
2.3 Penyiapan obat injeksi
sediaan Kompatibel
Tambahkan 10 ml water 2-8oC = 7 hari
dengan NaCl
Serbuk
1. Ceftazidim for injection 20-25oC = 18 jam
0.9%,dekstrosa,
kering
RL
95
1vial(80 mg) 30 hari setelah kemasan ditusuk, 24 jam
Gentamisin Larutan Nacl 0.9 % dan dekstrosa Dilarutlam 50-200 mL D5 jika dicampur dengan NaCl dan
5.
atau NS dekstrosa
96
2.4 Kajian Kesesuaian Indikasi
1. Meropenem Infeksi bakteri, infeksi kulit, meningitis, sistik Tepat karena pasien didiagnosis sepsis dan
2. Dexametason Inflamasi, edema, immunosupresif Tidak tepat karena pasien terindikasi infeksi
3. Interlac Menjaga kesehatan fungsi saluran pencernaan pada Tepat karena bertujuan menjaga fungsi saluran
4. Micafungin Infeksi jamur, candidiasis, profilaksis candidiasis Tepat untuk mencegah infeksi jamur pada
5. Gentamisin Infeksi bakteri berat, infeksi saluran urin Tepat karena pasien didiagnosis sepsis dan
97
antibiotik golongan aminoglikosida
6. Albumin Mengatasi hipoalbuminemia Pemberian obat tepat karena kadar albumin pasien
7. Flukonazol Infeksi jamur, candidiasis, profilaksis candidiasis Tepat untuk mencegah infeksi jamur pada
8. Parasetamol Meredakan nyeri dan menurunkan demam Pemberian obat tepat, karena suhu tubuh pasien
tinggi maka diberikan obat ini (MIMS, 2019)
10. Lasix Sebagai diuretic Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah (MIMS, 2019).
98
11. Nistatin Infeksi jamur, candidiasis, profilaksis candidiasis Tepat untuk mencegah infeksi jamur pada
12. Apialis Meningkatkan sistim imun pasien Tepat karena sistem imun pasien turun karena
sepsis.
99
menurunkan kadar kalium
dan ureum.
2 Pemilihan obat yang 1. Bagaimana pemilihan obat? 1. Sudah 1. Obat yang diberikan telah
sesuai Apakah sudah efektif dan sesuai dengan gejala penyakit
merupakan obat terpilih pada kasus dan lini terapi
ini?
2. Pemilihan obat sudah aman
2. Apakah pemilihan obat tersebut 2. Sudah
3. Terapi obat dapat ditoleransi
relatif aman?
oleh pasien
3. Apakah terapi obat dapat
3. Bisa
ditoleransi oleh pasien?
3 Regimen Dosis 1. Apakah dosis, frekuensi dan cara 1. Sesuai namun ada 1. Dosis, frekuensi dan cara
pemberian mempertimbangkan beberapa yang tidak pemberian telah sesuai
efektifitas keamanan dan sesuai dengan kondisi pasien namun
kenyamanan serta sesuai dengan ada dosis yang kurang
kondisi pasien?
2. Jadwal pemberian dosis
2. Apakah jadwal pemberian dosis sudah memaksimalkan efek
100
bisa memaksimalkan efek terapi, 2. Bisa terapi, kepatuhan,
kepatuhan, meminimalkan efek meminimalkan efek samping
samping, interaksi obat, dan dan interaksi obat
regimen yang kompleks?
3. Lama terapi sudah sesuai
3. Apakah lama terapi sesuai dengan dengan indikasi
3. Sesuai
indikasi?
4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi? 1. Tidak ada 1. Terapi yang diberikan untuk
masing-masing indikasi
hanya diberi satu jenis obat
5 Alergi Obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran 1. Tidak ada 1. Tidak ada riwayat alergi
terhadap salah satu obat? Permasalahan pasien
2. Apakah pasien telah tahu yang
harus dilakukan jika terjadi alergi?
2. Tidak ada permasalahan
6 Efek Merugikan 1. Apakah ada gejala/permasalahan Tidak ada permasalahan Tidak ada permasalahan yang
medis yang diinduksi obat? diinduksi obat
101
7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan 1. Ada interaksi antara 1. Lasix dan furosemide dapat
kontraindikasi obat? Apakah signifikan secara Lasix dan gentamisin meningkatkan efek
klinis? nefrotoksisitas dan
ototoksisitas (Serius) serta
2. Apakah ada interaksi obat dengan
2. Tidak ada permasahan dapat berisiko menurunkan
makanan? Apakah bermakna
kadar kalium darah pasien
secaraklinis?
(monitor)
102
2.6 Lembar Pengkajian Obat
2 Agustus (Interaksi obat) Penggunaan furosemide dan Monitoring fungsi ginjal pasien
(Medscape)
(Monitor):
kalium pasien
Kode Masalah:
3. Indikasi : 3. Dosis obat 7. Lama pemberian 10. Ketidaksesuaian RM dengan: 14. Kompatibilitas obat
d. Tidak ada indikasi a. Kelebihan (over dosis) 8. Interaksi obat a. Resep 15. Ketersediaan obat/kegagalan mendapat obat
e. Ada indikasi, b. Kurang (under dosis) a. Obat b. Buku injeksi 16. Kepatuhan
tidak ada terapi 4. Interval pemberiab b. Makanan/minuman 11. Kesalahan penulisan resep 17. Duplikasi terapi
f. Kontra indikasi 5. Cara / waktu pemberian c. Hasil laboratorium 12. Stabilitas sediaan injeksi 18. Lain-lain …
4. Pemilihan obat 6. Rute pemberian 9. Efek Samping Obat 13. Sterilitas sediaan injeksi
103
2.7 Monitoring Rencana PelayananFarmasi
Tujuan Terapi Obat Obat Parameter Monitoring Efek Akhir Yang Frekuensi Monitoring
Diinginkan
Mengatasi sepsis pada Meropenem WBC pasien, suhu tubuh, WBC rentang normal, Setiap hari dan setiap pemeriksaan
Profilaksis atau Micafungin Ada tidaknya infeksi Tidak ada infeksi jamur Setiap hari
Mengatasi sepsis pada Gentamisin WBC pasien, suhu tubuh, WBC rentang normal, Setiap hari dan setiap pemeriksaan
104
Epidermidis) frekuensi sesak menurun
Sebagai pengganti cairan Infus Kogtil Kadar elektrolit tubuh Kadar elektrolit tubuh Setiap hari
Mencegah infeksi jamur Flukonazol Pantau LFT, tes fungsi Mencegah timbulnya Setiap hari
pada bayi dan baru lahir ginjal dan kadar serum K jamur pada permukaan
dan penggunaan antibiotic secara berkala (MIMS) kulit
spectrum luas
Mengendalikan infeksi Ceftazidime Suhu tubuh, leukosit Suhu tubuh normal, Setiap hari dan setiap pemeriksaan
leukosit normal labor
bakteri
Profilaksis atau Nystatin Jumlah Jamur di mulut Jumlah jamur dimulut Setiap hari
mengendalikan
infeksi jamur
105
Mengurangi udem atau Lasix Jumlah udem, Jumlah udem dan atau Setiap hari
berkurang
Menurunkan deman Paracetamol Suhu tubuh Suhu tubuh normal Setiap hari
Meninggkankan sistem Apialis Suhu tubuh Suhu tubuh normal Setiap hari
imun
2.8 Konseling
Uraian Rekomendasi/Saran
106
Infus kogtil Digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, dilakukan pemantauan nutrisi setiap hari
Lasix Di injeksikan 1 x sehari atau pada pertengahan transfuse albumin atau darah
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Untuk antibiotik empiris kombinasi yang bakteri penyebabnya belum
karbapenem.
antibiotik keluar, namun hasil uji sensitifitas terkontaminasi oleh flora normal
meropenem. Hal ini sangat disayangkan karena hasil uji sensitifitas tersebut tidak
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi. Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi sepsis dapat pula berasal
dari jamur, virus, atau parasit. Maka dari itu, penggunaan antijamur pada terapi
nistatin, flukonazol, dan amfoterisin (Hassan, 2014). Menurut IDAI, terapi lini
terapi lini kedua adalah mikafungin. Terapi antijamur yang diberikan kepada
pasien adalah nistatin oral, injeksi mikafungin, dan injeksi flukonazol. Nistatin
122
dan flukonazol digunakan sebagai profilaksis infeksis jamur pada sistemik. Dosis
nistatin, mikafungin dan flukonazol yang diberikan kepada pasien telah sesuai.
dan menurunnya ikatan dengan ikatan molekul tinggi protein lainnya. Untuk
edema yang terjadi akibat hipoalbumin. Furosemid merupakan loop diuretic yang
bekerja secara reversibel dengan melekat pada situs pengikat klorida kotransporter
Na+ ClK+ di membran sel luminal pada segmen henle. Kotransporter ini
bertanggung jawab untuk transpor natrium dari saluran kemih ke dalam sel
Hasil analisa Drug Related Problem (DRP) yang mungkin terjadi pada
terapi yang diberikan pada pasien adanya interaksi obat antara furosemide dan
Solusi untuk DRP ini dengan menjarakkan penggunaan obat furosemide dan
123
gentamisin, dimana gentamisin diberikan pada pukul 12.00 dan furosemide pada
pukul 18.00. selain itu juga perlu dilakukan pamantauan terhadap fungsi ginjal
124
125
126