Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM FARMASETIKA FARMASI

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN V
LVP
RINGER LAKTAT

DISUSUN OLEH :

FARMASI A 2015

JURUSAN FARMASI

FAKULTASMATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017
X. Pembahasan

Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan


farmasi yang paling banyak dipakai terutama saat pasien dioperasi, diinfus,
disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya.
Semuanya membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang
bersentuhan langsung dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan
dimasukkan langsung kedalam cairan atau rongga tubuh memungkinkan
terjadinya infeksi bila obat tidak steril. Karena itu, dibutuhkan sediian obat
yang steril dan juga dalam kondisi isohidris dan isotonis agar tidak
mengiritasi (Lachman, 1986).
Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan
sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh
(Lachman, 1989).
Menurut Latifah dan Natsir (2009) sediaan-sediaan parenteral hanya
dapat diberikan kerja yang optimal apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Kandungan bahan obat yang terdapat dalam sediaan parenteral, harus
sama yang terdapat didalam etiket dan tidak terjadi pengurangan
kualitas dan kuantitas selama penyimpanan, baik terjadinya kerusakan
secara kimia maupun secara fisika.
b. Wadah yang digunakan pada sediaan parenteral harus sesuai sehingga
wadah tersebut buakan hanya menjaga sterilitasnya saja, tetapi juga
dapat mencegah terjadinya interaksi antara bahaan obatnya dengan
material dari dinding wadahnya.
c. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi
d. Harus steril
e. Bebas pirogen
f. Isotonis dan isohidris
g. Bebas dari partikel
Injeksi volume besar adalah injeksi ini besar untuk digunakan
dengan infus i.v biasanya cairan i.v dan digolongkan ke dalam kelompok
produk steril yang terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai
volume 100 ml atau lebih, dari dalam pewadahan tidak ditambahkan
bahan-bahan, cairan intravena dikemas dalam wadah100-1000ml (RPS 18
th : 1570).
Infus adalah sediaan parenteral volume besar yang ditujukan untuk
diberikan secara intravena yang sering disebut Intravena (i.v) cairan atau
cairan infus. Infus atau cairan infus dikemas dalam wadah yang
mempunyai kapasitas dari 150 sampai 1000 ml. Infus tipe ini dengan
wadah kapasitas 250 ml tersedia dengan pengisian 50 ml dan 100 ml
larutan obat ketika digunakan dalam teknik piggyback (SDF : 163).
Injeksi ringer laktat adalah larutan steril dari Kalsium Klorida,
Kalium Klorida, Natrium Laktat dalam air untuk injeksi; tiap 100ml
mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0 mg
natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3) , tidak kurang dari 14,1 mg dan
tidak lebih dari 17,3 mg kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0
mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCl), tidak kurang dari 4,90 g dan tidak
lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg
dan tidak lebih dari 22,0 mg CaCl2.2H2O), tidak kurang dari 368,0 mg
dan tidak lebih dari 408,0 mg klorida (Cl, sebagai NaCl,KCl dan
CaCl2.2H2O ), dan tidak kurang dari 231,0 mengandung tidak lebih dari
261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak kurang dari 290,0 mg dab
tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer Laktat tidak boleh
mengandung bahan antimikroba. [Catatan Injeksi Ringer Laktat
mengandung kalsium, kalium dan natrium berturut-turut lebih kurang 2,7;4
dan 130 miliekuivalen per liter.] (Anonim,1995).
Syarat-syarat dari injeksi volume besar ialah harus steril, bebas
pirogen dan bebas dari bahan partilukat, dikemas dalam wadah dosis
tunggal dalam wadah gelas atau plastik yang sesuai (SDF : 163-164).
Kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak boleh mengandung
bakterisida dan zat dapar larutan untuk intravena harus jernih dan praktis
bebas partikel (FIIII: 12).
Cairan intravena umumnya digunakan untuk sejumlah kondisi klinik.
Ini termasuk (RPS 18 th : 1570)
Memperbaiki kerusakan keseimbangan elektrolit
Memperbaiki kerusakan cairan tubuh (penggantian cairan)
Berperan dalam penyediaan nutrisi dasar
Dasar untuk penyediaan total nutrisi parenteral
Digunakan untuk pembawa substansi obat.
Pada praktikum kali ini, sediaan yang dibuat adalah sediaan steril
yaitu sediaan infus dengan Kalsium Klorida, Kalium Klorida, Natrium
Laktat dalam air. Sediaan ini dibuat dalam wadah infus dengan volume
500 ml. Zat pengisotonis yang digunakan NaCl karena sediaan yang dibuat
kali ini hanya berisi elektrolit. Selain isotonis, sediaan juga harus bersifat
isohidris, yaitu pH sediaan harus sama atau paling tidak mendekati pH
fisiologis tubuh, yaitu 6,8 7,4. Hal ini dimaksudkan agar sediaan tidak
menyebabkan phlebesetis (inflamasi pada pembuluh darah) dan throbosis
(timbulnya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah).
Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah agar sediaan yang dibuat
tetap stabil pada penyimpanan.
Hal pertama yang dilakukan sebelum proses pembuatan sediaan
adalah sterilisasi alat. Dimana kami melakukan sterilisasi alat pada
autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan
persiapan bahan bahan yang akan digunakan.
Kemudian melakukan penimbangan bahanbahan, dimulai dari
natrium klorida sebanyak 3,6 ml, kalium klorida sebanyak 0,05 gram,
kalsium klorida sebanyak 0,15 gram dan natrium laktat sebanyak 1,55
gram. Kemudian dicampur keempat bahan tersebut dalam gelas kimia 500
mL lalu larutkan dengan aqua pro injeksi hingga 500 ml. Aduk dengan
batang pengaduk hingga larut dan tercampur homogen. Masukkan
campuran tersebut dalam wadah infus. Lalu diberi etiket.
Setelah sediaan disterilisasikan, maka sediaan diuji kejernihan, uji
kebocoran, uji PH dan volume terpindahkan.
Pemeriksaan uji kejernihan, dilihat dari warna sediaan tersebut. Hasil
yang didapatkan larutan dikatakan jernih dan benar-benar bebas dari
partikelpartikel. Adapun menurut Langille (2015) uji kejernihan larutan
bertujuan untuk mengetahui bahwa sediaan jernih dan benar benar bebas
dari partikel partikel kecil yang dapat terlihat oleh mata. Dengan metode
pemeriksaan dilakukan secara visual di bawah penerangan cahaya yang
baik, dan berlatar belakang warna hitam. Dan dipastikan bahwa sediaan
benarbenar jernih dan tidak ada partikelpartikel yang terlihat. Penafsiran
Hasil : Sediaan jernih dan tidak ada partikelpertikel kecil yang dapat
terlihat oleh mata. Satu persyaratan utama dari larutan yang diberikan
secara parenteral ialah kejernihan. Sediaan itu harus jernih berkilauan dan
bebas dari semua zat-zat khusus yaitu semua yang bergerak, senyawa yang
tidak larut, yang tanpa disengaja ada. Termasuk pengotoran-pengotoran
seperti debu, serat-serat baju, serpihan-serpihan gelas, kelupasan dari
wadah gelas atau plastik atau tutup atau zat lain yang mungkin ditemui,
yang masuk ke dalam produk selama proses pembuatan, penyimpanan dan
pemberian (Ansel,1989).
Pemeriksaan uji kebocoran, dilihat dari keluarnya larutan melalui
penutup vial. Hasil yang didapatkan tidak adanya larutan yang keluar
melalui penutup vial. Adapun menurut Langille (2015) uji kebocoran
wadah bertujuan untuk memastikan tidak adanya kebocoran pada wadah
sediaan. Prinsip yaitu memasukan sediaan beserta wadahnya ke dalam
wadah yang berisi metilen blue. Metode pada pembuatan kecil-kecilan
dapat dilakukan secara visual. Penafsiran hasil : tidak ada kebocoran pada
wadah sediaan.
Pemeriksaan uji PH, dilakukan dengan alat PH meter. Hasil yang
didapatkan PH 6,7. Adapun menurut Depkes (1995) evaluasi pH bertujuan
untuk dapat menentukan pH dari sediaan. Metode penetapan pH dilakukan
dengan menggunakan kertas pH meter. Prinsip pengukuran pH sediaan
dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH meter dicelupkan
ke dalam sediaan kemudian dicocokkan kertas pH dengan indikatornya
sehingga diperoleh pH akhir. Penafsiran hasil : pH sediaan harus sama atau
paling tidak mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8 7,4.
XI. Kesimpulan

1. Infus adalah sediaan parenteral volume besar yang ditujukan untuk


diberikan secara intravena yang sering disebut Intravena (i.v) cairan
atau cairan infus. Infus atau cairan infus dikemas dalam wadah yang
mempunyai kapasitas dari 150 sampai 1000 ml.
2. Hasil yang didapatkan adalah larutan jernih, tidak bocor, PH 6,7 serta
volume terpindahkan 100 %.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard (1989) Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press.
Jakarta
Dirjen POM (1979) Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.
Dirjen POM (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta.
Djide, Natsir dan Rahman, Latifah (2009) Sediaan Farmasi Steril. Unhas Press.
Makassar.
Gennaro,A.R, et all (1990) Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18 th Edition,
Marck Publishing Company, Pensylvania.
Groves,M.J.. Parenteral Technology Manual, Second Edition. Interpharm Press.
Lachman, Leon dkk (2008) Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi III Jilid 2.
UI Press. Jakarta.
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., (2009) Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association. London.
Sweetman, S.C (2009) Martindale 36 The Complete Drug Reference. The
Pharmaceutical Press. London.
Torce, Salvatore dan Robert S King (1974) Sterile Dosage Form, Lea Febinger,
Philadelphia.
Voight, Rodulf (1995) Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai