Anda di halaman 1dari 33

OLEH :

KELOMPOK 1
Dermatologi (dari bahasa Yunani: derma yang
berarti kulit) adalah cabang kedokteran yang
mempelajari kulit dan bagian-bagian yang
berhubungan dengan kulit seperti rambut,
kuku, kelenjar keringat, dan lain sebagainya.
Dermatokosmetika topikal merupakan
cabang ilmu yang mempelajari tentang kulit
dan sediaannya/kosmetik pada penggunaan
topikal.
- Potensi bahan aktif
- Daya obat berpenetrasi pada kulit

Tujuan
Mencapai homeostasis
Menghilangkan gejala
Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3
interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif
terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat aktif terlarut
dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan.
Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi
vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi fungsi
reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut
dengan kulit (lag phase, rising phase,falling phase)
Proses penyerapan obat

- Lag phase: di atas kulit, di darah


- Rising: di str.korneum ke kapiler dermis darah
- Falling: obat habis di str. korneum berkurang
Melalui :

Stratum korneum

Epidermis

Papila dermis

Aliran darah
Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan
intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang
dominan, obat akan menembus stratum korneum melalui
ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel
korneosit. Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid
protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus
stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis
sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh
kapiler. Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi
obat menembus dinding stratum korneum sel korneosit
yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum
korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang berada
di lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah stratum
basal epidermis dan berdifusi ke kapiler.
Analisis penetrasi secara folikular muncul
setelah percobaan in vivo. Percobaan tersebut
memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti
kafein dapat berpenetrasi tidak hanya
melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui
rute folikular. Obat berdifusi melalui celah
folikel rambut dan juga kelenjar sebasea
untuk kemudian berdifusi ke kapiler.
Stratum korneum (sawar kulit untuk obat)
Oklusi
Frekuensi aplikasi
Kuantitas obat yang diaplikasi
Faktor lain
Stratum Korneum penyerapan obat

Ketebalan kulit dan lokasi


- anatomi
- mukosa
- skrotum
- kelopak mata
- muka
- dada dan punggung
- lengan atas
- tungkai bawah
- punggung tangan dan
- kaki
- telapak tangan dan kaki
- Kuku
Oklusi

- Meningkatkan penetrasi.
- Mempercepat efek samping, infeksi,
folikulitis
Frekuensi aplikasi penyerapan obat

- Kebanyakan obat kortikosteroid topikal


cukup diaplikasi satu kali sehari.

- Beberapa emolien, krim protektif


penyerapannya meningkat bila
pemakaiannya berulang (bukan karenalama
kontaknya).
Kuantitas aplikasi penyerapan obat

Jumlah pemakaian harus cukup,


pemakaian berlebihan tidak berguna.

Jumlah yang dipakai sesuai dengan luas


permukaan kulit
Peningkatan penyerapan
- menggosokan /memijat
- folikel rambut
- mengecilkan ukuran partikel obat
- memperbaiki sifat kelarutan obat
- memperbaiki penetrasi obat, konsentrasi
tepat, viskositas

Menghalangi serap
- Kulit kering
Tergantung obat, vehikulum, oklusi, lokasi,
frekuensi, durasi, jenis kelainan kulit, kondisi
renal, hepar

Anak kecil mempunyai ratio obat


dipermukaan kulit lebih besar dibandingkan
dewasa.
Iritasi, alergik, atrofik, komedogenik,
teleangiektasis, pruritus, stinging, dan nyeri.

Proses pengeringan kulit, atau merusak


lapisan kulit epidermis.
Obat topikal merupakan salah satu bentuk
obat yang sering dipakai dalam terapi
dermatologi. Obat ini terdiri dari vehikulum
(bahan pembawa)dan zat aktif. Kecermatan
memilih bentuk sediaan obat topikal yang
sesuai dengan kondisi kelainan kulit
merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam keberhasilan terapi topikal
Secara umum, zat pembawa dibagi atas 3
kelompok, cairan, bedak, dan salep. Ketiga
pembagian tersebut merupakan bentuk
dasar zat pembawa yang disebut juga
sebagai bentuk monofase. Kombinasi bentuk
monofase ini berupa krim, pasta, bedak
kocok dan pasta pendingin.
Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan
komposisi air. Cairan digunakan sebagai
kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang
dipakai dalam kompres biasanya bersifat
astringen dan antimikroba. Pada saat
diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan
cairan akan berperan melunakkan karena difusi
cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di
atas permukaan kulit; sebagian kecil akan
mengalami evaporasi.
Bedak

Merupakan sediaan topikal berbentuk padat


terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum
dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan
efek sangat superfi sial karena tidak melekat
erat sehingga hampir tidak mempunyai daya
penetrasi, sehingga digunakan sebagai penutup
permukaan kulit, mencegah dan mengurangi
pergeseran pada daerah intertriginosa.
Salep

Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar


lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep
yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon,
dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan
air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan
salep menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi)
kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi
karena komponen airnya yang besar.
Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang


mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi
krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak
(W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air
(O/W), misalnya vanishing cream. Penetrasi krim jenis
W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W
karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan
bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu
menembus lapisan kulit lebih jauh.
Pasta

Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga


komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep
misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum,
oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku
yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
mempunyai daya penetrasi lebih rendah dari salep.
Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung
karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh.
Gel

Penetrasi gel mampu menembus lapisan


hipodermis sehingga banyak digunakan pada
kondisi yang memerlukan penetrasi seperti
sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur
transfolikuler gel juga baik, disebabkan
kemampuan gel membentuk lapisan
absorpsi.
Bedak kocok

Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama


pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan agar
komponen bedak melekat lama di atas
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat
maksimal
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai