Disusun oleh:
P17335113005
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1.
2.
II.
PENDAHULUAN
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%).
Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci
dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim
dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan
suhu dan perubahan suhu dan perubahan komposisi ( adanya penambahan salah
satu fase secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai
pengenceran yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang
sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan.
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan emulgid, lemak
bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat,
PEG, dan sabun.
Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,120,18%, propilparaben (nipasol) 0,02-0,05%.
Cara pembuatan krim : bagian lemak dilebur diatas tangas air kemudian
tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu
campuran yang berbentuk krim. (Syamsuni, 2006; 74-75)
Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu, kemampuan
bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat pengering, dan lain-lain,
atau efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual bebas, sering
mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam pengobatan
kondisi tertentu seperti, infeksi kuli yang ringan, gatal-gatal, luka bakar, merah
bekas popok, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit
dan keras, kutil, ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis (psoriasis), dan eksim.
Pemakaian obat pada kulit yang memerlukan resep, umumnya mengandung bahan
obat tunggal yang dimaksudkan untuk melawan kondisi diagnosis khusus.
Walaupun pada umumnya diinginkan dalam pengobatan penyakit kulit, untuk obat
dalam pemakaiannya mengandung bahan obat supaya meresap melalui permukaan
dan masuk kedalam kulit, biasanya tidak dimaksudkan (kecuali untuk sistem
pengobatan melalui kulit) bahwa pengobatan masuk kedalam sirkulasi umum.
Bagaimanapun juga sekali obat ini melalui epidermis, akan sampai ke pembuluh
darah kapiler dan mengisi jaringan subkutan dan absorpsinya masuk kedalam
sirkulasi umum ini bukan tidak mungkin. Pada kenyataannya, absorpsi seperti itu
biasanya terjadi sesudah pemakaian preparat tertentu secara topikal, seperti
dibuktikan deteksi kadar obat dalam darah dan ekskresi obat atau hasil
metabolitnya dalam urin. Untungnya kebanyakan bahan untuk pemakaian topikal
jumlah diabsorbsi pada umumnya tidak cukup beracun, sehingga pengaruh
absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
Absorpsi Perkutan
Absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi bawah kulit tercakup masuk ke dalam
aliran darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Pada umunya, absorpsi perkutan
dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau
pasta tidak hanya bergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi
juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam pembawa farmasetika dan pada
kondisi dari kulit. Cukup dikenal bahwa walaupun pembawa farmasetika tidak
dapat lebih jauh menembus kulit, atau membawa bahan obat melalui kulit,
terhadap kadar dan tingkat penembus kulit, pembawa tidak mempengaruhi laju
dan derajat penetrasi zat obat, dan derajat serta laju penetrasi variasi dengan
berbedanya obat dan berbedanya pembawa. Oleh karena itu untuk absorpsi
perkutan dan efektivitas teurapeutik, tiap kombinasi obat harus diuji secara
sendiri-sendiri.
Kulit
Pada permukaan kulit ada lapisan dari bahan yang diemulsikan terdiri dari
campuran kompleks dari cairan berlemak, keringat dan lapisan tanduk yang dapat
terkelupas, yang terakhir dari lapisan sel epidermis yang tealah mati yang disebut
lapisan tanduk atau stratum corneum dan letaknya langsung dibawah lapisan
yang diemulsikan. Dibawah lapisan tanduk yang teratur terdapat lapisan
penghalang epidermis yang hidup atau stratum germinativum, dan dermis atau
kulit sesungguhnya.
Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf timbul dari jaringan lemak
subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai pada epidermis. Kelenjar keringat
berada pada jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh
keringat menemukan jalannya ke permukaan kulit. Kelenjar lemak dan folikel
rambut yang berpangkal pada dermis dan lapisan subkutan juga menemukan
jalannya ke permukaan dan nampak seperti pembuluh dan rambut berturut-turut.
Penetrasi Kulit oleh Obat
Mungkin obat dapat berpenetrasi kulit yang utuh setelah pemakaian topikal
melalui dinding folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar lemak atau antara
sel-sel dari selaput tanduk. Sebenarnya bahan obat yang dipakai mudah memasuki
kulit yang rusak atau pecah-pecah, akan tetapi sesungguhnya penetrasi semacam
itu bukan absorpsi perkutan yang benar.
Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi obat umumnya melalui
lapisan epidermis, lebih baik pada folikel rambut atau kelenjar keringat, karena
luas permukaan terakhir lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak
mengandung elemen anatomi ini. Selaput yang menutupi lapisan tanduk umumnya
tidak terus-menerus dan sebenarnya tidak mempunyai daya tahan terhadap
penetrasi. Karena susunan dari bermacam-macam selaput dengan proposi lemak
dan keringat yang di produksi dan derajat daya lepasnya melalui pencucian serta
penguapan keringat, selaput bukan penghalang yang sesungguhnya terhadap
pemindahan obat selama tidak memiliki komposisi, ketebalan atau kelanjutan
tertentu.
Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung
obat melalui stratum corneum, tebal lapisan datar mengeringkan sebagian demi
sebagian jaringan mati yang membentuk permukaan kulit paling luar. Stratum
corneum terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40%
air dengan lemak berupa perimbangannya terutama sebagai trigliserida, asam
lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Kandungan lemak dipekatkan dalam
fase ekstraseluler stratum corneum dan sebegitu jauh akan membentuk membran
mengelilingi sel. Komponen lemak dipandang sebagai faktor utama yang secara
langsung bertanggung jawab terhadap rendahnya penetrasi obat melalui stratum
corneum. Sekali molekul obat melalui stratum corneum kemudian dapat terus
melalui jaringan epidermis yang lebih dalam dan masuk ke dermis apabila obat
mencapai lapisan pembuluh kulit maka obat tersebut siap untuk diabsorpsi ke
dalam sirkulasi umum.
Stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan
yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif.
Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrang lapisan kulit tergantung pada
konsentrasi obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya.
Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air,
merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum seperti juga
melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit.
Walaupun kulit telah dibagi secara histologi ke dalam stratum korneum, epidermis
yang hidup, dan dermis secara bersama-sama dapat dianggap merupakan lapisan
penghalang. Penetrasi lapisan ini dapat dengan cara difusi melalui :
1. Penetrasi Transseluluer (menyebrangi sel)
2. Penetrasi interseluluer ( antarsel)
3. Penetrasi transappendagel. ( melalui folikel rambut, keringat, kelenjar
lemak, dan perlengkapan pilo sebastian). (Ansel, 1989)
Kedap cahaya, kental, tidak berlemak Menunjukkan dua atau lebih transisi pada
atau berlemak lemah,
kebanyakan TGA
mengindikasikan
sekurang-
Basis pada krim dan salep adalah sama, terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
A. Basis berminyak/hidrokarbon (oleagenous)
Basis hidrokarbon juga dikenal sebagai basis berminyak, bebas air,
inkoporasi air hanya dalam jumlah kecil dan dengan kondisi yang cukup
sulit. Peran utama untuk basis ini meliputi efek emuliensa (melunakkan),
dapat bertahan pada kulit untuk periode waktu yang cukup lama,
mencegah penguapan kelengasan kelembaban dari kulit menuju atmosfer
dan tidak mudah tercuci. Basis hidrokarbon berkerja pula sebagai
pembalut oklusif sehingga meningkatkan hidrasi kulit dengan cara
menurunkan kecepatan hilangnya air permukaan. Juga tidak mengering
atau berubah pada proses penuaan. Basis hidrokarbon semisolida meliputi
hidrokarbon cair C16 hingga C30 rantai lurus dan bercabang, terjerat
dalam matriks kristal halus dari hidrokarbon solida berbobot molekul
tinggi.
Gentamisin
adalah
antibiotik
aminoglikosida
dan
memiliki
aksi.
dalam
proses
lingkungan
sel
yang
Aminoglikosida
bakteri
sensitif
yang
oleh
dihambat
dalam
anaerobik,
hiperosmolar.
Dalam
sel
diambil
transpor
aktif
asam
atau
mereka
mengikat
bakteri,
menghambat
sintesis
protein
dan
kesalahan dalam transkripsi kode genetik. Cara di mana kematian sel yang
disebabkan yang tidak dipahami kode genetik, dan mekanisme lain
mungkin berkontribusi, termasuk efek pada permeabilitas membran.
Francisella,
Klebsiella,
Proteus,
Providencia,
Listeria
epidermidis
monocytogenes
mungkin
juga
dan
sensitif
beberapa
terhadap
strain
gentamisin,
organisme
Gentamisin
juga
dalam
konsentrasi
menyebabkan
disarankan.
telah
Gram-negatif
diterapkan
0,1%,
tetapi
timbulnya
Konsentrasi
topikal
dan
untuk
penggunaan
resistensi
0,3%
digunakan
lainnya.
infeksi
tersebut
dan
dalam
kulit
dapat
dianggap
sediaan
III.
FORMULASI
1. Bahan aktif
Zat Aktif
Gentamisin Sulfat
Struktur
Kelarutan
Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P,
dalam kloroform P dan dalam eter P.
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 266)
Stabilitas
Inkompabilitas
Aminoglikosida
yang
aktif
dalam
vitro
dan
durasi
kontak.
perbedaan
menengah.
ampisilin
inaktivasi,
,
benzilpenisilin
penisilin
dan
antipseudomonal
seperti karbenisilin dan tikarsilin memproduksi inaktivasi
ditandai
Ketika
melalui
intravena
aminoglikosida
diberikan
yang
dengan
sama
beta
Antibiotik
lain
Penyimpanan
Kadar
0.1%
penggunaan
2. Vaselin Album
Zat
Vaselin Album
Sinonim
Struktur
Rumus
molekul
Titik lebur
3860 C
Masa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan
dan
dibiarkan
hingga
dingin
tanpa
diaduk.
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol. Etanol (95%) panas atau
dingin, gliserin, dan air ; larut dalam benzene, karbon disulfide,
kloroform, eter, heksana, dan minyak atsiri.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)
Stabilitas
cahaya,
kotoran
ini
dapat
dioksidasi
menjadi
Keterangan
lain
Penyimpanan
penggunaan
Emulsi topikal
: 4- 25%
Salep topikal
: sampai 100%
Butylated Hydroxytoluene
Sinonim
Agidol;
BHT;
2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;
2,6-di-tert-butyl-p-cresol;
hydroxytoluene;
E321;
Embanox
BHT;
3,5-di-tert-butyl-4Impruvol;
Ionol
Titik lebur
C15H24O
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)
70C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
Keterangan
lain
Penyimpanan
Antioxidant.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 75)
Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tempat sejuk dan
kering.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 76)
Kadar
penggunaan
b-Carotene 0,01%
Minyak nabati 0,01%
Minyak atsiri dan agen pemberi rasa 0,02-0,5%
Lemak dan minyak 0,02%
4. Metil Paraben
Zat
Metil Paraben
Sinonim
ester;
metagin;
parahydroxybenzoas;
Methyl
methyl
Chemosept;
p-hydroxybenzoate;
methylis
Methyl
Rumus molekul
C8H8O3
125 128 C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
(10%)
berpotensi
mengurangi
aktivitas
dengan adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam
kuat.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 443)
Keterangan lain
Pengawet antimikroba
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 441)
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
: 0,065 0,25 %
Larutan inhalasi
: 0,025 0,07 %
Injeksi intradermal
: 0,10 %
: 0,033 %
Sediaan optalmik
: 0,015 0,2 %
: 0,015 0,2 %
Sediaan rektal
: 0,1 0,18 %
Sediaan topikal
Sediaan vagina
: 0,02 0,3 %
: 0,1 0,18%
5. Propil Paraben
Zat
Propil paraben
Sinonim
Titik lebur
C10H12O3
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)
295 C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)
Pemerian
Kelarutan
Inkompabilitas
Keterangan
lain
Penyimpanan
Pengawet antimikroba
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)
Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tempat sejuk dan
kering.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 596)
Kadar
penggunaan
: 0,005 0,2 %
Larutan inhalasi
: 0,015 %
Injeksi intradermal
: 0,02 0,26 %
Larutan nasal
: 0,017 %
Sediaan optalmik
: 0,005 0,01 %
: 0,01 0,02 %
Sediaan rektal
: 0,02 0,1 %
Sediaan topikal
: 0,01 0,6 %
Sediaan vagina
: 0,02 0,1 %
6. Paraffin Liquidum
Zat
Paraffinum liquidum
Sinonim
Struktur
Rumus
molekul
Titik lebur
>360 C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 446)
Pemerian
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 474)
Stabilitas
untuk
menghambat
oksidasi,
butylated
Keterangan
lain
Penyimpanan
Emolien, pelarut
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 445)
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal 475)
Kadar
penggunaan
Salep optalmik
Sediaan otik
Emulsi topikal
: 3,0 60,0%
: 0,5 3,0%
: 1,0 32,0%
: 0,1 95,0%
7. Cetostearyl Alcohol
Zat
Cetostearyl Alcohol
Sinonim
4956 C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)
Pemerian
Kelarutan
Larut dalam etanol (95%), eter dan minyak; praktis tidak larut
dalam air.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)
Stabilitas
Inkompabilitas
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
25 %
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 150)
8. Aquadestilata
Zat
Aquadestilata
Sinonim
Struktur
Rumus
molekul
Titik lebur
H2O
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)
Titik didih : 100C
Titik Beku : 0C
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 766)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
dalam adanya air atau uap air) pada lingkungan dan temperatur
yang tinggi.Air dapat bereaksi dengan logam alkali, logam alkali
dan oksida nya dengan cepat, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat
untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dengan bahan
organik tertentu dan kalsium karbida.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 768)
Keterangan
Pelarut
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
IV.
Permasalahan
Zat
aktif
Penyelesaian
ditujukan
untuk Sediaan
penggunaan topikal
dibuat
tambahkan
krim
vaselinum
dan
di
album
sebagai basis
2
mencegah
ditambahkan
BHT
teroksidasi,
sebagai
antioksidan.
3
Krim
kurang
mengandung
dari
60%,
air
sebagai pengawet.
Digunakan
aquadest
sebagai
pembawa
5.
Krim
ditujukan
ke
pembuluh darah
6.
Agar
massa
stearil alkohol.
krim
V.
VI.
panas).
PENDEKATAN FORMULA
No.
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Gentamisina Sulfat
0,1%
Bahan aktif
Vaselinum album
10%
Basis
Metil paraben
0,6%
Antimikroba
Propil paraben
0,3%
Antimikroba
BHT
0,1%
Antioksidan
Paraffinum liquidum
10%
Emolien
Cetostearyl Alcohol
10%
Emolien, emulgator
Aquadest
68,9 %
Pembawa
PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 100 gram untuk 8 pot (@ 10 gram) = 80 gram
No.
Nama Bahan
Gentamisin Sulfat
0,1 gram
Vaselinum album
10 gram
Metil paraben
0,6 gram
Propil paraben
0,3 gram
BHT
0,1 gram
Paraffinum liquidum
10 gram
Cetostearyl Alcohol
10 gram
Aquadest
68,9 ml
VII.
PROSEDUR PEMBUATAN
1)
2)
Dipanaskan mortir dan stamper dengan air panas, dengan cara menuangkan air
panas ke dalam mortir dan merendam stamper diatas mortir.
3)
Ditimbang vaselinum album 10 gram, metil paraben 0,6 gram, propil paraben 0,3
gram, paraffinum liquidum 10 gram, cetostearil alkohol 10 gram dengan
menggunakan timbangan analitik, kemudian dicampurkan ke dalam beaker glass I
(fase minyak). Dilebur diatas hotplate sampai homogen dan mencapai suhu 70 C
dengan cara mengukur dengan termometer.
4)
Diukur aquadest sebanyak 68,9 ml dengan gelas ukur, dimasukan ke dalam beaker
glass II (fase air). Dipanaskan diatas hotplate hingga mencapai suhu 70 C dengan
cara mengukur dengan termometer.
5)
Pada keadaan suhu yang sama, dimasukkan fase air ke dalam mortir dan
kemudian fase minyak ke dalam mortir yang telah dipanaskan secara bersamaan.
Kemudian, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.
6)
Ditimbang Gentamisin Sulfat 0,1 gram, dan BHT 0,1 gram dengan timbangan
analitik. Masukan kedalam motir, digerus hingga homogen.
7)
Ditimbang pot krim kosong beserta tutupnya diatas timbangan analitik, dan dicatat
beratnya.
8)
Jenis
Prinsip evaluasi
evaluasi
Jumlah
sampel
Hasil pengamatan
Syarat
Tidak terjadi
perubahan
Organoleptik
Pemeriksaan
Warna : Putih
meliputi pengamatan
3 pot
krim
Stuktur : Baik
warna, tidak
berbau
tengik, dan
struktur
harus
merata.
Tidak ada
2
Uji
homogenitas
Pemeriksaan dengan
mengoleskan diatas
butiran zat
3 pot
Homogen
kaca arloji
aktif yang
belum
terdispersi.
Uji pH
3 pot
pH 6-7
Dalam setiap
sediaan tidak
Pemeriksaan pH
ada
dengan kertas
perbedaan
indikator pH
pH yang
terlalu jauh.
4.
Uji isi
minimum
Pot 2 : 9,937 g
dan
Pot 3 : 9,9961 g
kemudian ditimbang
pot
krim
terdapat
isi
Pot 1 : 9,909 g
Isi sediaan
tidak boleh
yang
Pot 4 : 9,986 g
Pot 5 : 9,948 g
yang tertera
dan
kemudian ditimbang.
di etiket.
Pot 6 : 9,934 g
Pot 7 : 9,889 g
5.
yaitu dengan
menambahkan
metilen blue, air, dan
minyak
3 pot
M/A
IX.
PEMBAHASAN
Pada laporan praktikum ini telah dibuat sediaan topikal krim gentamisin sulfat
0,1%. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%). (Syamsyuni, 2006; 74)
Gentamisin sulfat dalam pembuatan krim ini berfungsi sebagai bahan aktif.
Gentamisin
adalah
antibiotik
aminogikosida
yang
digunakan,
sering
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Gentamisina Sulfat
0,1%
Bahan aktif
Vaselinum album
10%
Basis
Metil paraben
0,6%
Antimikroba
Propil paraben
0,3%
Antimikroba
BHT
0,1%
Antioksidan
Paraffinum liquidum
10%
Emolien
Asam Stearat
3%
Emolien, emulgator
Cetostearyl Alcohol
3%
Emolien, emulgator
Propilen Glikol
15%
Emolien
10
Aquadest
60 %
Pembawa
Kemudian, Propilen glikol dan asam stearat tidak digunakan, karena ketika
dilakukan optimasi sediaan menjadi stabil, homogen dan dapat tercucikan.
Sehingga didapatkan formulasi :
No.
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Gentamisina Sulfat
0,1%
Bahan aktif
Vaselinum album
10%
Basis
Metil paraben
0,6%
Antimikroba
Propil paraben
0,3%
Antimikroba
BHT
0,1%
Antioksidan
Paraffinum liquidum
10%
Emolien
Cetostearyl Alcohol
10%
Emolien, emulgator
Aquadest
68,9 %
Pembawa
Setelah itu dapat dibuat skala besar yaitu sebanyak 100 gram. Kemudian,
dilanjutkan dengan evaluasi dengan didiamkan selama 7 hari. Berikut ini adalah
jenis evaluasi yang dilakukan :
1. Evaluasi organoleptik
Setelah didiamkan selama 7 hari dalam suhu ruangan, sediaan krim diperiksa
meliputi pengamatan warna, bau, dan struktur sediaan. Untuk evaluasi ini
disiapkan 3 pot sediaan untuk di uji. Hasil evaluasinya yaitu warna putih, bau khas
krim, dan strukturnya baik. Syarat untuk lulus evaluasi sediaan ini yaitu tidak
terjadi perubahan warna, tidak berbau tengik, dan struktur harus merata.
2. Evaluasi pH
Masing-masing sediaan krim di periksa pHnya dengan indikator kertas pH. Untuk
evaluasi sediaan ini disiapkan 3 pot untuk diuji. Dan didapatkan pH setiap pot-nya
yaitu antara 6-7.
3. Evaluasi Homogenitas
Masing-masing sediaan krim dilakukan pemeriksaan dengan cara mengoleskan
krim diatas kaca arloji. Untuk evaluasi sediaan ini disiapkan 3 pot untuk diuji.
Dan didapatkan hasil yaitu di setiap pot tidak ditemukan butiran zat aktif yang
belum terdispersi, sehingga bisa disebut bahwa setiap sediaannya homogen.
X.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No.
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Gentamisina Sulfat
0,1%
Bahan aktif
Vaselinum album
10%
Basis
Metil paraben
0,6%
Antimikroba
Propil paraben
0,3%
Antimikroba
BHT
0,1%
Antioksidan
Paraffinum liquidum
10%
Emolien
Cetostearyl Alcohol
10%
Emolien, emulgator
Aquadest
68,9 %
Pembawa
XI.
DAFTAR PUSTAKA