Anda di halaman 1dari 30

92

BAB IV KRIM
4.1. Definisi Krim merupakan istilah yang digunakan kedokteran dalam dan dunia kosmetik, farmasi, sebagai Krim dapat digunakan untuk

pemberian obat melalui vagina. 2. Menururt FI edisi III krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung minimal 60 % air untuk pemakaian luar. Krim rusak karena pengaruh suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan. Krim yang sudah

sediaan berbentuk emulsi, dan bersifat semi solid. Krim biasanya digunakan untuk pemakaian pada kulit atau membran mukosa. Beberapa definisi krim, adalah sebagai berikut : 1. Krim atau adalah lebih bentuk sediaan atau setengah padat, mengandung satu bahan terlarut terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV, 1994). Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.

diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Pengawet yang digunakan metil paraben (0,12-0,18 %) atau propil paraben (0,02-0,05 %) 3. Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi M/A (krim berair) atau emulsi A/M (krim berminyak) (The Pharmaceutical Codex) 4. Krim adalah sediaan homogen, viscous atau semi solid yang biasanya mengandung larutan atau suspensi satu atau lebih zat aktif dalam basis yang cukup. Krim diformulasikan menggunakan basa hidrofilik atau hidrofobik untuk mendapatkan krim yang tersatukan dengan secret kulit. Krim biasanya

93 digunakan pada kulit atau membran mukosa untuk perlindungan, pengobatan atau pencegahan. Krim harus menggunakan pengawet serta mengandung zat tambahan yang cocok seperti anti oksidan, stabilizer, pengemulsi dan pengental (BP, 1988) 5. Krim adalah sediaan yang diformulasi misibel dengan sekret kulit, dimaksudkan untuk digunakan di kulit atau membran mukosa tertentu dengan tujuan protektif, terapeutik, atau profilaktik, terutama yang tidak memerlukan efek oklussif (BP 2002) campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifilik) merupakan sediaan asam yang rantai kosmetik lemak lebih umumnya beberapa pemakaian popular. b.Tipe A/M atau W/O Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool alkohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa. 4.2. a. b. neomisin Berdasarkan tipe emulsinya a.Tipe M/A atau O/W Krim M/A (Vanishing krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi Penggolongan Krim Keuntungan Sediaan Krim U U Keuntungan sediaan krim adalah : 1. 2. 3. air Mudah dicuci dan dihilangkan dari kulit dan pakaian Tidak berminyak Basis krim mengandung dalam sel obat. jumlah hidup banyak biasanya itu, Berdasarkan pemakaian ntuk kosmetik, Contoh : Cold cream ntuk pengobatan, Contoh : Krim

panjang alkohol walaupun untuk

sedangkan pelepasan

lembab. Hal ini akan mempercepat Selain tegangan permukaan kulit akan diturunkan oleh emulgator dan bahan pembantu lain yang terdapat

94 dalam basis krim sehingga absorbsi lebih cepat. Basis krim yang berair juga dapat memelihara kelembaban sel kulit yang rusak. 4. Krim mudah dipakai, memberikan dispersi obat yang baik pada permukaan kulit dan mudah dicuci dengan air. 5. Absorbsi obat yang optimal adalah pada obat yang larut air dan larut minyak, maka bentuk pembawa yang cocok untuk memperoleh absorbsi yang optimal adalah krim atau basis salep emulsi (RPS, Hal 413). Untuk membuat sediaan krim yang berkhasiat dan aman, diperlukan data-data sebagai berikut: 1.Monografi zat aktif untuk keperluan pemeriksaan digunakan. dapat farmasi. 2.Monografi sediaan krim zat X untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi oleh sediaan krim yang meliputi : a.Identifikasi dan penetapan kadar zat aktif dalam sediaan zat dan cara penetapannya. bahan Bahan baku baku untuk yang harus sediaan b.Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sediaan krim zat X. 3.Data farmakologi untuk menentukan dosis zat aktif kontra dalam sediaan, efek indikasi, pasien. 4.Data preformulasi dan bahan baku pembantu untuk menyusun formula sediaan krim. 5.Undang-undang yang berhubungan, yaitu peraturan-peraturan mengenai penggolongan obat, penandaan dan pengemasannya. Untuk membuat sediaan krim, dibutuhkan beberapa bahan pembantu. Pemilihan bahan pembantu didasarkan pada kesesuaian dan bentuk fisik jenis campuran serbuk yang dibutuhkan. Bahan Semakin digunakan, pembantu banyak semakin yang digunakan mungkin. yang pula sebaiknya seminimal indikasi,

samping, interaksi dan peringatan

bahan banyak

memenuhi persyaratan farmakope agar digunakan

masalah yang timbul, seperti masalah inkompatibilitas. Karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan benar-benar formulasi. dibutuhkan Akan lebih baik dalam jika

menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam.

95 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sediaan krim adalah : 1. Pemilihan zat aktif untuk sediaan krim harus dalam bentuk aktifnya. 2. Pemilihan disesuaikan basis dengan krim sifat harus atau b. kontaminasi alat untuk mikroorganisme. Dapat terjadi mikroorganisme selama pertumbuhan

yang berasal dari bahan baku, maupun penggunaan sediaan. 5. Karena krim mengandung minyak, maka perlu ditambahkan anti oksidan untuk mencegah terjadinya ketengikan. 6. Penggunaan emulgator harus disesuaikan dengan jenis krim yang dikehendaki dan tersatukan dengan zat aktif. 7. Penambahan fasa air dalam krim tidak boleh dilakukan secara biasa, tapi dilakukan secara hati-hati dan secara partikular untuk mencegah kontaminasi mikroba. Penambahan dilakukan secara tepat dan air dapat dari terhindar dari efek panas selama pencampuran. secara mempengaruhi Penambahan stabilitas berlebihan

kestabilan zat aktif yang digunakan. a. Bila zat aktif larut lemak, maka sebaiknya tipe emulsi A/M dan demikian pula sebaiknya. b. pH stabilitas zat aktif harus diperhatikan. c. OTT zat aktif dengan bahan tambahan maupun basis dalam sediaan harus diperhatikan. d. Sifat termolabil zat aktif proses mempengaruhi basis. 3. Konsistensi cukup sediaan untuk krim yang menjamin diinginkan adalah konsistensi yang kental, stabilitas dispersi, tetapi cukup lunak sehingga mudah dioleskan. 4. Pada a. pembuatan krim perlu ditambahkan pengawet, karena : Krim mengandung banyak air yang merupakan media yang baik

pencampuran zat aktif ke dalam

beberapa krim. Jika diencerkan, krim seharusnya digunakan dalam 2 minggu setelah pembuatan. 8. Pembuatan krim sebaiknya dilakukan secara aseptik, semua alat yang dibutuhkan harus direbus dalam air dan kemudian

96 didinginkan dan dikeringkan berkarat, maka bagian tube sebelah dalam harus dilapisi dengan larutan dammar dalam pelarut mudah menguap (Fornas, 1979). Pengetiketan : a. untuk 1979) b. Bila perlu, Pada tercantum : (BP 1988 bahwa krim tersebut steril. Tanggal kadaluarsa, dimana krim tidak boleh digunakan lagi. Kondisi penyimpanan. c. dicantumkan konsentrasi sebagai ditambahkan. Sediaan Krim yang Ideal Dapat menjamin stabilitas sistem dispersi, tetapi juga cukup lunak sehingga mudah dioleskan. Bebas dari partikel kasar atau partikel yang tidak larut. Pada nama label dan yang maka tidak karena dan boleh akan untuk etiket Pada antibiotika etiket harus harus tertera Obat Luar, dan dan tercantum daluarsanya (FI III,

(Fornas, Hal 313). 9. Bila sediaan terutama ditujukan untuk penggunaan pada luka terbuka yang besar atau kulit yang parah, maka krim harus steril (BP 1993). 10. Wadah dan penyimpanan: i. Wadah tertutup rapat, sehingga mencegah penguapan kontaminasi dari isinya. Bahan dan konstruksinya harus tahan terhadap sorpsi atau difusi isinya. Krim sebaiknya disimpan pada suhu tidak leih dari 25oC, kecuali dinyatakan lain oleh produsen. Krim tidak boleh didinginkan (BP 2002). ii. Jika krim diwadahkan dalam tube aluminium, digunakan raksa terbentuk aluminium pengawet kompleks senyawa pengawet

organik

antimikroba pengawet

mengatasinya tube harus dilapisi dengan bahan yang inert (Fornas, 1979). Untuk itu, saat memasukkan krim ke dalam tube, krim dimasukkan beserta kertas perkamennya, untuk melindungi dari dinding tube, dan juga bisa ditambahkan zat pengkhelat. iii. Untuk tube yang mudah

97 maksimum. 4.3. Formulasi Krim 4. 3.1 Basis Krim Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorpsi: sifat kulit, aliran darah dan jenis luka (Art of Compounding). Pertimbangan utamanya adalah konsistensi sediaan yang diharapkan. sifat zat berkhasiat yang digunakan dan Persyaratan basis (RPS 18th ed. 2002) antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. noniritasi mudah dibersihkan tidak tertinggal di kulit stabil tidak tergantung pada pH tersatukan dengan berbagai obat Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan basis adalah (RPP, 2002): 1. 2. 3. 4. 5. kualitas dan kuantitas bahan cara pencampuran, kecepatan suhu pembuatan jenis emulgator dengan konsentrasi yang kecil Bioavalabilitas Basis krim terdiri atas basis emulsi tipe A/M dan tipe M/A (RPS 18th ed., 2002): 1. Basis emulsi tipe A/M. Contoh: lanolin, cold cream Sifat : emolien oklusif mengandung air beberapa mengabsorpsi air yang ditambahkan berminyak 2. Basis emulsi tipe M/A. Contoh: hydrophilic ointment Sifat: mudah dicuci dengan air tidak berminyak dapat diencerkan dengan air tidak oklusif Pada kontinu saat pemakaian, menguap, fasa dan akan

meningkatkan konsentrasi zat larut air pada lapisan yang melekat. Untuk mencegah terjadinya pengendapan obat, dan untuk meningkatkan absorbsi melalui kulit, ditambahkan zat yang tercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen gilkol). Formulasi yang lebih baik adalah krim yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.

dan tipe pencampurannya

sudah dapat membentuk emulsi yang stabil dengan tipe emulsi yang dikehendaki (M/A atau M/A)

98 Basis komponen, emulsi yaitu terdiri fasa dari tiga (pengaduk) 2. Fasa air dengan yang kedua, berbagai

minyak,

kecepatan pengadukan. mengandung kemudian pengemulsi dimasukkan ke dalam kontainer dilarutkan dan dipanaskan sampai suhu 75C. Fasa air kemudian ditambahkan perlahan-lahan sambil terus diaduk ke fasa minyak. 3. Penambahan dilakukan pertama perlahan-lahan harus tapi

pengemulsi dan fasa air. 1. Fasa minyak biasa disebut fasa internal, biasanya terbentuk dari petrolatum atau liquid petrolatum dengan satu atau lebih alkohol berbobot molekul tinggi seperti setil atau stearil alkohol. Stearil alkohol dan petrolatum membentuk fasa minyak yang mempunyai kegunaan menghaluskan berpersn pengemulsi. 2. Fasa air mengandung pengawet, pengemulsi pengemulsi atau dan bagian dari humektan. dan sebagai membuat adjuvan nyaman kulit. Stearil alkohol juga

terus-menerus dan diaduk dengan hati-hati, artinya pengemulsi tidak boleh diaduk dengan laju pengadukan yang menyebabkan terlalu banyak gelembung udara yang terperangkap. Aduk terus perlahan-lahan selama penambahan fasa air dan sampai suhu mencapai 30C. 4. Zat aktif biasanva ditambahkan setelah emulsi terbentuk dan telah banyak fasa air yang ditambahkan. Senyawa obat ditambahkan secara berkala sebagai konsentrat terdispersi dalam air. Demikian

Humektan biasanya berupa gliserin, propilen glikol atau polietilenglikol. Fasa air juga bisa mengandung komponen larut air dari sistem emulsi, bersama dengan zat tambahan lain seperti penstabil, antioksidan, dapar dll. Setelah pemilihan komponen yang tepat, basis emulsi dibuat melalui proses pemanasan dan pengadukan. 1. Fasa minyak dilelehkan dengan dan

juga pewarna dan dye. (RPS 18th ed, 2002) Contoh Basis Krim

dipanaskan dalam kontainer yang dilengkapi agitator

99 Beberapa contoh formula standar untuk krim basis M/A adalah sebagai berikut: R/ Emulgid 15 % ol. Sesami 15% Aquades ad 100% R/ Emulgid 15% Parafin liq 15% Aquades ad 100% Formula standar di atas R/ Emulgid 15% ol. Arach 15% Aquades ad 100% Karena oleum Sesami .

mudah

tengik biasanya diganti dengan paraffin liquidum. Contoh formula lain adalah: R/ Emulgid 15% ol. Sesami 15% Aquades ad 100% Gliserol Aquades 13,5g 61,3 g

digunakan untuk zat-zat yang tahan terhadap basa. Bila zat aktif tidak tahan basa, maka basis emulgid dinetralkan dengan NaH2P04 sebanyak 2% dari jumlah emulgid dan ditambah emulgator surfaktan Formula untuk basis krim yang lainnya antara lain: 1. Van Duin hal. 121 R/ Asam stearat 25% Adeps lanae 5% TEA 1,5% Gliserin 7% Aquades ad 100 % 2. Art of Compounding hal. 362 R/ Parafin liq. 20% Asam stearat 10% Setil alkohol 10% TEA 10% aquades ad 60 g 3. Martindale ed 28 hal. R/ TEA 1,2 g Asam stearat 24 g

AJHP vol 26 Feb 1969 hal. 94 R/ Setil alkohol 20 % Mineral oil 20% Span 80 0,5 % Tween 80 4,5% Metil paraben 0,4% Propil paraben 0,08% Aquades ad 100% 5. USP26 NF 21 0,25 g 0,15g 10g 120g 250 g 370 g 1000 g 2003

(Hydrophilic ointment) hal. 1349 R/ Metil paraben Propil paraben Na-lauril sulfat Propilen glikol Stearil alkohol Aquades Dibuat

White petroleum 250 g

100 Cara: lelehkan stearil alkohol dan white petrolatum dalam tangas air sampai suhu 70C. dalam Tambahkan air dan bahan-bahan lain yang sebelumnya dilarutkan dihangatkan sampai suhu 75C dan aduk campuran krim. 6. Fornas 1978 hal. 135 R/ Setomakrogol 1000 Setostearil alkohol Parafin liq. Vaselin album aquades ad 7. R/ Parafin liq. Vaselin album Polisorbat 80 Span 85 Carbopol 934 TEA Aquades Cara pembuatan : karbopol dikembangkan dengan air suling tambahkan TEA, aduk sampai homogen tambahkan polisorbat 80 panaskan pada tangas air hingga 60C vaselin album, parafin liquidum, Span 85 dilelehkan di tangas air sampai suhu 55C tuang fasa minyak ke mortir, tambahkan fasa air sedikitsedikit, aduk homogen Basis krim lain R/ GMS Na-lauril sulfat 15 Parafin liq 15 Aquades ad 100 Basis ini merupakan basis standar yang merupakan HLB kombinasi kecil (GMS) emulgator 300 mg 1,2g 1g 2,5 g 10g 8. Keither, The Formulation of Cosmetics cream) 3,75 g 3,75 g 0,775 g 0,225 g 0,250 g 0,337 g 8,163 g R/ Asam stearat 20% Lanolin 2% Gliserin 2% TEA 0,9 % Borax 0,5 % Aquades 74,6 % 9. Pharmaceutical 19th ed. Hal. 19 R/ Parafin liq. 35% Lemak domba 1% Setil alkohol 1% Emulgator 7% Aquades ad . 100% (jumlah air 56% lebih lunak) Handbook and Cosmetics Specialist, hal. 68 (Vanishing 7. Martin, Dispensing of

Medication hal. 827 Formulanya adalah; R/ Asam stearat Setil alkohol Gliserin Light mineral oil TEA Aquades ad 7% 2% 10% 20% 2% 100%

101 dengan emulgator HLB besar (Nalauril sulfat) 4.3.2. Zat Tambahan dalam Krim A. Pengawet (Pharmaceutical Codex" 12nd ed., hlm. 151, RPS 18th, hlm. 1607) Kriteria pengawet yang ideal adalah sebagai berikut : 1. Tidak toksik pada dan tidak mensensitisasi yang digunakan 2. 3. 4. 5. 6. Lebih mempunyai daya bakterisid daripada bakteriostatik Efektif pada konsentrasi yang Stabil pada kondisi relatif rendah untuk spektrum luas penyimpanan. Tidak berbau dan tidak berasa Tidak mempengaruhi/dapat konsentrasi b. Senyawa organik

merkuri. Senyawa ini cenderung toksik dan mensensitisasi kulit. Pemakaian dibatasi dalam formulasi untuk digunakan dekat atau dalam mata. c. mudah tinggi. d. Senyawa Fenol ini terhalogenasi. berbau, dapat Formaldehid. Bersifat menguap dan berbau,

mengiritasi kulit dan reaktivitas

diinaktivasi oleh nonionik, anionik dan protein. Aktivitas terbatas untuk Contoh: bakteri Gram negatif. pHexachlorophene-o(HPCMC), (PCMX),

chloro-m-cresol chloro-m-xylenol e. Kalium tinggi

dichloro-m-xylenol (DCMX). Asam sorbat. Contoh: sorbat, dapat untuk formula oleh

bercampur dengan bahan lain dalam formula dan bahan pengemas. 7. 8. Larut dalam konsentrasi yang Tidak mahal Contoh a. pengawet Senyawa dan digunakan.

dengan pH 6,5 -7, pada konsentrasi teroksidasi warna cahaya matahari dan menyebabkan penghilangan f. sediaan, benzoat. pH 5.5 atau terbatas hanya untuk antibakteri. Asam

keterbatasan pemakaiannya : ammonium kuarterner. Senyawa ini dapat diinaktivasi oleh senyawa ionik, nonionik dan protein.

Contoh: Natrium benzoat, untuk formula dengan kurang, tidak banyak digunakan lagi karena hanya terbatas untuk

102 antibakteri. (Sumber: RPS 18th ed., hlm. 1607) g. Metilparaben atau propilparaben. Senyawa ini umum digunakan. Menurut Fornas edisi II., hlm. untuk 313 propil untuk metilparaben sejumlah sejumlah 0,12%-0,18%, sedangkan paraben 0,02%-0,05%. Tetapi penggunaan Tween 80 dan Tween 20 dapat mengikat metil paraben dan propil paraben sehingga pengawet menjadi tidak aktif. Metil paraben & propil paraben dapat terikat pada Tween 80 sebanyak 57% dan 90% sehingga agar keduanya tetap efektif sebagai antimikroba, maka konsentrasinya harus h. aktivitas ditingkatkan. Pengawet sebagai (Lachman, yang antifungi lain dan Teori & Praktek Ind. Far., 1066). adalah klorkresol yang mempunyai antibakteri. Konsentrasi klorkresol yang dipakai 0,1%. i. akan Na turun Benzoat dengan sebagai adanya pengawet antimikroba, potensinya makromolekul, tetapi masih lebih baik dibandingkan turunan paraben. Oleh karena itu, penggunaan Na benzoate biasanya dalam konsentrasi tinggi, bisa mencapai 0,5%. C. Humektan atau pembasah Humektan meminimalkan meningkatkan digunakan air untuk dari hilangnya penerimaan zat Dalam Penandaan pengawet Bila pada krim ditambahkan pengawet maka nama dan konsentrasi pengawet tersebut harus ditulis/tertera pada label. B. Pendapar Pertimbangan aktif, untuk yang pengaruh penggunaan meningkatkan maksimum. harus pendapar pendapar pendapar adalah untuk menstabilkan bioavailabilitas memilih diperhatikan zat aktif.

tersebut terhadap stabilitas krim dan

sediaan mencegah kekeringan dan terhadap produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan konsistensi secara umum. Pemilihan didasarkan viskositas akhir. krim pada dan humektan sifatnya untuk produk biasa gliserol,

menahan air dan efeknya terhadap konsistensi yang Bahan-bahan dan gel

digunakan sebagai humektan pada adalah: propilenglikol, sorbitol, dan makrogol dengan BM rendah. ("Pharmaceutical Codex" 12nd ed.)

103 Poliol,Gliserin, lebih rendah propilenglikol, sebagai krim. menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan kontak antara zat padat dengan cairan. Pembasah ditambahkan ke serbuk sebelum masuk ke cairan lainnya. Surfaktan yang berfungsi sebagai wetting agent memiliki HLB 7-10 dengan konsentrasi 0,05-0,5%. Surfaktan kurang dari 0,05% akan memberikan pembasahan yang belum sempuma dan apabila surfaktan lebih dari halus, 0,5% maka akan ukuran terjadi partikel penggabungan partikel yang sangat kandungan distribusi berubah, dan pertumbuhan kristal. HLB tinggi menyebabkan adanya busa. Surfaktan ionik lebih efektif tapi lebih sensitif terhadap pH dan eksipien lain. Umumnya surfaktan beras pahit kecuali poloxamers. Sorbat 80 (Tween 80) paling banyak digunakan karena toksisitas lebih rendah daripada yang lain dan kompatibel dengan banyak bahan lain. Tween 80 merupakan surfaktan nonionik yang kompatibel dengan eksipien kation dan anion, konsentrasi yang digunakan 0,1%. Nonoxynols dan poloxamers diperlukan berguna karena untuk efektif di bawah nilai KMKnya. Kalium klorida menurunkan KMK, menurunkan tegangan permukaan dan jika dapat

sorbitol 70 dan PEG dengan BM yang digunakan dalam pelembab (humektan)

Bahan-bahan ini : 1. mencegah krim menjadi kering, 2. mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas dalam botol, 3. memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya memungkinkan Penambahan suatu krim krim dipergunakan pada kulit sehingga menyebar tanpa digosok. pelembab menyebabkan sediaan lebih pekat. Sorbitol 70% lebih higroskopis daripada gliserin dan digunakan pada konsentrasi yang lebih rendah, umumnya 3% sorbitol 70% sebanding dengan 10% gliserin. Propilenglikol dan PEG kadang-kadang lembab dikombinasi lebih dalam 15% dengan gliserin karena kemampuan menyerap penambahan pembuatan diberikan Industri II). Pembasah hidrofob. mayoritas obat di suspensi adalah Surfaktan keduanya glikol rendah daripada gliserin. Selain itu, propilen krim dengan sebagai humektan

konsentrasi

(Lachman, Teori dan Praktek Farmasi

104 meningkatkan 0,008%, pembasahan. 0,26% Alkohol digunakan viskositasnya mengkoreksi turun. busa yang Untuk muncul,

0,1%,

sebagai pembasah, dipilih tergantung kemampuan membasahi permukaan obat hidrofob. (Disperse System, Vol.I, dan Vol II). Suspensi neocolamin, zinc oxide, magnesia magma dengan metil selulosa ditambah 0,1 mL polysorbate 80 (Tween 80) untuk 60 mL sediaan suspensi, penampilannya baik walaupun
Tipe surfaktan Anionik Nonionik Clocusate sodium Na-lauril sulfat Polysorbate 65 Octoxynol 9 Nonoxynol 60 Polysorbate 60 Polysorbate 80 Polysorbate 40 Polysorbate 20 Poloxamer 235 Poloxamer 180

ditambah sorbitan monooleat (Span 60) dalam jumlah yang sama. Na-lauril sulfat: bersifat anionik dan OTT dengan obat kationik. Biasa digunakan untuk surfaktan eksternal. Tabel beberapa berikut tipe memperlihatkan

HLB

Keterangan Pahit, busa Pahit, busa Pahit Pahit Pahit Pahit Biasa digunakan, pahit Toksisitas rendah, pahit Pahit Toksisitas rendah, rasa baik Busa, pahit

10,5 12,2 13,2 14,9 15 15,6 16,7 10 19

D. Antioksidan Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antioksidan: warna, bau, potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, kompatibilitas. Antioksidan yang dapat ditambahkan antara lain: 1. Antioksidan sejati: tokoferol, alkil galat, BHA, BHT. 2. Antioksidan sebagai agen pereduksi: garam Na dan K dari asam sulfit.

3. Antioksidan sinergis : asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat, tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.

E. Pengompleks

105 Pengompleks diperlukan untuk cenderung menstabilkan emulsi

mengomplekskan logam yang ada dalam sediaan yang dapat mengoksidasi. F. Zat Pengemulsi / Emulgator Asam stearat digunakan dalam krim yang basisnya dapat dicuci dengan air, sebagai zat pengemulsi untuk memperoleh konsistensi krim tertentu serta untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Jika sabun stearat digunakan sebagai pengemuls maka umumnya kalium hidroksida atau trietanolamin ditambahkan secukupnya agar bereaksi dengan 8-20% asam stearat. Asam lemak yang tidak bereaksi meningkatkan mengkilap pembentukan natrium konsistensi karena kristal-kristal krim. adanya asam Krim ini bersifat lunak dan menjadi

M/A sediaan semipadat. Ion-ion polivalen, seperti Mg, Ca, dan Al cenderung menstabilkan emulsi A/M dengan membentuk ikatan silang dengan gugus-gugus polar banan lemak. Tanah liat, emulsi dengan magnesium aluminium silikat. juga membantu A/M jika menstabilkan digunakan

pengemulsi yang cocok, mungkin dengan efek pengentalnya pada fase internal sehingga aluminium ke membentuk bahan silikat daerah suatu tersebut mencegah penggabungan. Magnesium dapat antarmuka, berpindah

lapisan tipis yang lebih kuat. Jenis emulsi sabun dapat menjadi tidak stabil dengan adanya zat-zat yang bereaksi kationik pH asam. atau Pengemulsi dipilih nonionik

stearat. Krim yang dibuat dengan stearat mempunyai konsistensi yang jauh lebih keras. Dalam jumlah yang cukup, stearil alkohol menghasilkan krim keras yang dapat diperlunak dengan setil alkohol. Zat Pengemulsi Penambahan zat-zat polar yang bersifat lemak, seperti setil alkohol

untuk obat-obat yang memerlukan asam. Senyawa dapat emulsi amonium membantu ini bila kuarterner setil trimetil amonium klorida menstabilkan

dikombinasikan dengan alkohol berlemak seperti setil alkohol. Zat pengemulsi nonionik digunakan untuk emulsi M/A ataupun A/M, karena zat ini dapat bercampur

106 dengan sebagian besar bahan-bahan obat. Pengemulsi nonionik dapat digunakan kuat. Krim yang dibuat dari emulgator anionik seperti sabun dan emulsifying wax BP dapat mengalami: i) pemisahan bila dalam krim tersebut terdapat emulgator kationik seperti cetrimide emulsifying wax ii) menurunkan aktivitas antimikroha dari pengawet yang bersifat kation. Alkil sulfat dan fosfat seperti Na-lauril sulfat dan Na-setostearil sulfat bila digunakan sendiri menghasilkan tipe M/A dengan stabilitas yang rendah tetapi ketika dikombinasi dengan lemak alkohol maka memberikan stabilitas yang baik (Aulton, Pharmaceutical Practice, ). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonionik. Jenis emulgator yang digunakan ada 3: surfaktan, emulgator alam dan serbuk padat terbagi halus. Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe M/A digunakan zat pengemulsi stearat seperti trietanolaminil dan golongan (TEA-stearat) Campuran pengemulsi yang banyak digunakan, adaah : 1. Emulsifying wax BP Campuran dari Na-lauril sulfat 10% dengan Cetostearyl Alkohol 90% 2. (Aulton, Pharmaceutical Lannex wax Practise). Emulgator yang ideal untuk farmaseutika a. b. c. d. e. Stabil. Inert. Bebas dari bahan yang Sebaiknya tidak berbau, harus memenuhi persyaratan berikut: dengan garam-garam asam kuat atau dengan elektrolit sorbitan, polisorbat poliglikol, sabun. Untuk membuat zat krim tipe A/M seperti digunakan pengemulsi

lemak bulu domba, setil, alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.

toksik dan iritan. tidak berasa dan tidak berwarna. Menghasilkan emulsi yang Zat pengemulsi terdiri dari pengemulsi anionik (misalnya ion lauril sulfat, TEA stearat), kationik (garam amonium kuarterner) dan pengemulsi nonionik (polioksietilenlauril alkohol dsb). stabil pada tipe yang diinginkan.

107 Campuran etil dan stearil alkohol yang disulfonasi 3. emulsifying wax Campuran dari Cetrimide 10% dengan Cetostearyl alkohol 90% (Aulton, Pharmaceutical Practise). 4. emulsifying wax. Sistem campuran pengemulsi ini selain sebagai pengemulsi juga berfungsi konsistensi. biasanya sebagai Golongan lemak adalah pengatur ampifil alkohol Cetomacrogol Cetrimide dan merupakan eksipien yang dapat konsistensi. seperti benzalkonium b. dalam mengandung lauril sulfat. c. Emulgator oleh ini nonionik. elektrolit. biasanya dibandingkan yang dari untuk asam fenolat. Efektif pada pH 3-10, tidak dipengaruhi Emulsi emulgator lebih dengan Salah satu sedikit yang menggunakan domiphen bromide. Emulgator emulsi bahan anionik. yang obat Efektif pada pH 7-8 digunakan mempertinggi Contohnya: cetrimide, klorida dan

senyawa ammonium kuarterner

anionik. Contohnya: TEA, Na-

tinggi (C14-C18) dan asam lemak seperti palmitat dan stearat, dimana keduanya merupakan zat pengemulsi M/A degan lemak. Faktorikan yang harus diperhatikan dalam pemilihan emulgator (Cooper & Guns, hlm 127-135) 1. 2. a. Berdasarkan harga HLB Sifat ionik emulgator Emulgator kationik. Efektif pada pH 3-7, digunakan dalam emulsi yang mengandung bahan obat kationik, konsentrasi elektrolit yang tinggi, keasaman yang tinggi. Sifat-sifat emulgator kationik: daya pengemulsi lemah butuh, umumnya kombinasi

memberikan efek iritasi yang emulsi kelemahan nonionik

menggunakan emulgator ionik. emulgator adalah

kecenderungannya pengawet karboksilat golongan dan

mengikat atau menginaktivasi

Contoh: gliseril monostearat, sorbitan monolaurat, sorbitan monooleat, sorbitan mono palmitat, polioksi 8 stearat dll.

108 3. Tipe komponen kimia emulgator. dari Perbandingan gugus hidrofil dan lipofil. HLB adaiah ukuran keseimbangan keadaan lipofil dan hidrofil yang merupakan karakteristik golongan perhitungan HLB: emulgator surfaktan. Cara

Perbedaan. tingkat kejenuhan lipofilik emulgatormempengaruhi stabilitas emulsi. 4. Tujuan pemakaian, apakah untuk oral atau topikal. 5. Yang harus diperhatikan dari emulgator : a. Cara substitusi 4,3x + 15 (1-x) = 12,1 -10,7x = -2,9 x = 0,27 .

Ariacel 80 yang diperlukan = 0,27 X 7 g = 1,89 g Tween 80 yang diperlukan = (1-0,27) X 7 g = 5,11 g b. Cara aligasi HLB campur : (80 % x 4,3) + (80% x 15,0) = 15.44 Ariacel 80 HLB 4,3 12,1 Tween 80 HLB 15,0 10,7 Ariacel 80 yang diperlukan = 2,9/10,7 X 7 g = 1,89 g Tween 80 yang diperiukan = 7,8/10,7 X 7 g = 5.11 g (Keterangan system HLB : Pharmaceutical Codex, hal.86) Emulgator digunakan: a.Golongan tragakan, PGS b.Semi Sintetik: sulfat, TEA-stearat, Na-stearat, Contoh emulgator menurut 20,40,60,80,85, Remington Pharmaceutical Practice. 1. tipe emulsi M/A TEA-lauril Span/Tween alam: gom arab, yang sering rnacrogol-300, 4000, 1540, setil alkohol, GMS, emulgid. c.Zat terbagi halus: veegum, bentonit. 7,8 2,9

109 wax Cetomacrogol Alkali metal & Emulgator campuran Beberapa contoh Emulgator: 1. tearil Handbook hlm. 1308) Kelarutan : tidak larut dalarn air, larut dalam alkohol, eter, aseton, benzen, kloroform, minyak tumbuhan. misal Kegunaan : pengemulsi, peningkat kemampuan untuk menahan air, pengental pada krim. lemak Stabilitas : stabil terhadap asam dan basa, stabil terhadap ketengikan. Keamanan : non toksik, non iritan, dapat menyebabkan hipersensitivitas. Higher setil fatty alkohol. alkohol stearil 2. sam Setaseum Emulgid Soap of di & trivalent Glikol & gliserol ester hlm.1632, Handbook hlm.1312) Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam 1:20 alkohol, 1:2 kloroform, 1:3 Stearat USP of 26 A (Martindale hlm.2844, Pharmaceutical eter alkohol of S (Martindale Pharmaceutical

dan surfaktan Emulsifying wax Lanetewax. Cetrimide emulsifying

hlm.1385, USP 26 hlm. 2844, Excipients 4th ed. hlm. 618, RPS 18

ammonium soaps Glikol & gliserol ester Macrogol ester Macrogol mengandung soap

cetomacrogol 1000 2. untuk tipe A/M Ca misal alkohol metal misal GMS Adeps lanae Wool alkohol Ester asam

dengan sorbitan Garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2 misal

Excipients 4th ed.hlm. 615, RPS 18

110 eter, 1:25 aseton, 1:6 karbon tetraklorida; sangat larut dalam karbon disulfida; larut dalam amil asetat, benzen, toluene OTT : dengan logam membentuk stearat yang tidak larut, dengan garam Zn dan Ca menunjukkan terjadi penggumpalan. 3. rietanolamin (Trolamin, T TEA) kecenderungan atau pengeringan hilangnya pengendapan. K egunaan: dikombinasi dengan asam lemak bebas membentuk sabun untuk digunakan sebagai emulgator, pH netral 8. Dalam bentuk sabun tidak menyebabkan iritasi. Sabun ini membentuk emulsi yang sangat stabil untuk hampir semua minyak, lemak atau malam untuk pemakaian luar. Konsentrasi yang digunakan sebagai pengemulsi 2-4 TEA dan jumlah asam lemak yang digunakan 2-5 kali. TEA juga Ti Pe K : tidak bercampur berfungsi sebagai humektan. estabilan: menggunakan cenderung selama sediaan sabun menjadi K yang TEA gelap untuk warna dan

(Martindale 32 hlm.1639, p 26 hlm. 2852, Handbook of Pharmaceutical Excipients 4th ed. hlm. 663, RPS 18 hlm. 1317) tikleleh : 20-21 C merian: sangat higroskopis. elarutan

penyimpanan;

dengan air atau alkohol; larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter, benzen. garam tembaga logam dan ester; O dengan garam TT: dengan asam membentuk membentuk berat

menghindari hilangnya warna maka harus dihindari cahaya dan kontak langsung dengan logam. pada kulit dan K membrane eamanan: menyebabkan iritasi mukosa.

kompleks; dengan garam-garam menyebabkan

111 4. Se Penggunaan:

til alkohol (Martindale 32 hlm. 1383, USP 26 hlm. 2716, Handbook of Pharmaceutical Excipients 4th ed. hlm. 130, RPS 18 hlm. 1312) 50C alkohol, dilelehkan solid. emollient, pada emulsi Kegunaan: mempunyai tipe A/M, lemah Kelarutan: kloroform, bersama tidak aseton, larut dalam air; larut baik dalam benzen; tidak bercampur bila lemak, paraffin liquid, dan paraffin Titik leleh: 455.

sebagai emulgator dan emollien konsentrasinya 2-5%

Polysorbates (Tween) (Handbook of Pharmaceutical Excipients 4th ed. hlm. 479, RPS 18 hlm. 1314) elarutan: T ween 20: larut dalam air, alkohol, tidak larut dalam minyak mineral; T ween 40: larut dalam air, alkohol, tidak larut dalam minyak mineral; T ween 60: larut dalam air, alkohol, tidak larut dalam minyak mineral; T ween 80: larut dalam air, alkohol, tidak larut dalam minyak mineral. nonionik, estabilan: stabil pembasah K egunaan: merupakan surfaktan dan K terhadap emulgator, pengsolubilisasi. K

kemampuan mengabsorpsi air merupakan emulgator

untuk emulsi tipe A/M, dapat meningkatkan digunakan sebanyak konsistensi vaselin 25%., album kombinasi (viskositas krim) atau dapat

dengan emulgator yang larut air akan menstabilkan emulsi M/A. Kestabilan: stabil dengan adanya asam dan basa, cahaya dan udara, dan tidak tengik. Keamanan: non toksik, non iritan.

112 elektrolit, juga terhadap asam dan basa lemah. Dengan asam dan asam basa oleat kuat bertahap. dari terjadi Ester polisorbat O TT : terjadi penghilangan warna dan atau pengendapan dengan bahan-bahan seperti fenol, tannin, tar. Tween 80 dan Tween 20 dapat mengikat pengawet seperti metil paraben, propil paraben, benzalkonium klorida, asam dehidroasetat dan asam sorbat eamanan: praktis mengiritasi, toksisitas rendah. 6. Sorbitan esters (Span) Kelarutan: (RPS 18 hlm. 1308) - Span 20 larut (Sorbitan dalam monolaurat): dalam aquadest. - Span 80 (Sorbitan monooleat): larut dalam kebanyakkan : minyak mineral dan minyak tumbuhan, sukar larut dalam eter, terdispersi dalam sehingga pengawet K tidak menjadi tidak aktif. penyabunan aquadest, tidak larut dalam aseton. - Span 40 (Sorbitan terdispersi monopalmitat):

dalam aquadest 50C, larut dalam etil asetat tidak larut dalam aquadest dingin. - Span 60 (Sorbitan monostearat): larut (di atas titik leleh) dalam minyak mineral air, dan alkohol minyak dan tumbuhan, tidak larut dalam propilenglikol. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 4th ed. hlm. 591) Secara umum larut/terdispersi dalam minyak dan juga dalam sebagian besar pelarut organik. Dalam air umumnya mereka tidak larut tetapi terdispersi. Kestabilan: stabil dalam asam atau basa lemah, dan terbentuk sabun secara bertahap dengan adanya asam atau basa kuat. Kegunaan: emulgator dengan konsentrasi 1-15%; pengsolubilisasi kombinasi dengan : tunggal dalam emulsi A/M

sensitif terhadap oksidasi.

methanol, alkohol, terdispersi

113 emulgator 10%; digunakan pembasah dengan konsentrasi 0,1-3%. Keamanan: per oral, dapat tingkat hidrofilik dalam O

emulsi M/A konsentrasinya 1-

TT: dengan surfaktan kationik dapat menyebabkan hilangnya aktifitas, dapat pengendapan; walaupun dengan konsentrasi sangat kecil yang menyebabkan asam-asam

toksisitas rendah, praktis tidak mengiritasi untuk penggunaan topikal. 7. N

dengan pH kurang dari 2,5; garam-garam alkaloid, garam kalium dan Pb. Tidak OTT dengan asam encer, ion Ca dan Mg. egunaan: yang teremulsi alkohol konsentrasinya emulgator membentuk sendiri K anionik basis dengan berlemak, 0,5-2,5%; K

a-lauril sulfat (Martindale 32 hlm. 1468, Handbook of Pharmaceutical Excipients 4th ed. hlm. 568, RPS 18 hlm. 1307) H larutan 0,1% : 7-9,5 elarutan: 1:10 dalam K air p

deterjen dan pembasah. eamanan: menyebabkan iritasi kulit bila digunakan dengan konsentrasi tinggi, tetapi tidak menyebabkan hipersensitivitas. 8. etomacrogol 1000 (Polyoxyethylene alkyi ethers) (Handbook of Pharmaceutical Kestabilan: stabil Excipients 14h ed. hlm. 469) dalam asam dan basa kuat, C

membentuk larutan yang keruh, larut sebagian dalam alkohol, praktis tidak eter larut dan dalam light K kloroform, petroleum. estabilan: stabil pada pH 7. Hidrolisis terjadi pada larutan dengan pH di bawah 4 dan kecepatan hidrolisis meningkat pada larutan dengan pH di bawah 2,5.

114 adanya elektrolit kuat akan dari terjadi seng oksida, oksida logam berat, zat-zat yang tidak tahan terhadap suasana basa. (Catatan: emulgid yang digunakan untuk krim yang mempunyai komponen bersifat asam harus dinetralkan dahulu dengan NaH2P04 sebanyak 2 % dari dengan emulgid). Contoh: R/ Prometazin HCl Emulgid Parafin liq. m.f. cream R/ Prometazin HCI Basis krim Emulgid Hal ini 2% 15% 55% 100% 2g 98 g 14,7g menyebabkan perlu gugus

mendorong cetomacrogol, menyebabkan peroksida

pemisahan dapat

otooksidasi selama penyimpanan terbentuknya peningkatan dan OTT:

keasaman terus-menerus. sulfonamida, salisilat, senyawa fenolat, iodida, garam merkuri, tannin, benzokain dan senyawa obat yang teroksidasi akan dapat pengawet dengan fenolat terjadi penghilangan warna dan pengendapan; menginaktivasi golongan

maka untuk 100-gram krim :

terjadinya ikatan hydrogen pada atom oksigen dari gugus eternya. Kegunaan: sebagai surfaktan nonionik digunakan sebagai emulgator untuk emulsi A/M dan M/A, pengsolubilisasi minyak atsiri, vitamin berbentuk minyak dan senyawa obat yang kelarutannya dalam air rendah. 9. mulgid Emulgid terdiri dari 30% GMS, 10 asam lemak bebas, 7% sabun OTT: zat-zat yang bereaksi asam, larutan garam-garam dalam air dengan konsentrasi tinggi, E

NaH2P04 2% X 14,7 g = 0,294 g hidroksi emulgid tidak aktif lagi sehingga surfaktan ditambahkan sebagai hidrofil

emulgator (misalnya Tween 80) dan dihitung jumlah GMS dan Tween 80 berdasar HLB masingmasing agar memenuhi HLB butuh parafin liquidum. HLB butuh parafin liquidum: HLB butuh paraffin liquidum = 10,5 HLB GMS = 3,3 HLB Tween 80 = 15

115 Atau dengan mengganti emulgator sehingga formula resep tersebut menjadi: R/ Prometazin HCI 2 Na-lauril sulfat 15 Parafin liq. GMS m.f. cream PERHATIAN Dalam sediaan topikal untuk penggunaan lokal, zat berkhasiat harus dalam bentuk aktifnya misalnya Hidrokortison bentuk aktifnya adalah 4.4. Pembuatan Krim 1. (Emulsions KJ. Hlm. 758) Yaitu sabun yang digunakan sebagai emulsifier terbentuk dalam emulsi M/A proses selama Metode in situ and Emulsion - Campurkan keduanya dalam cawan penguap (yang masih panas tersebut). - Gerus sampai terbentuk basis yang halus dan homogen. 2. Menurut Remington Pharmaceutical Practice: - Bahan-bahan larut minyak dan lemak dilelehkan dalam suatu wadah hingga suhu 75C. - Air dipanaskan bersama komponen-komponen larut air (biasanya termasuk emulgator) dalam wadah lain dengan suhu diatas 75oC. - Keduanya dicampurkan pd suhu yg sama (75oC) dan dcampur sampai suhu mendekati 35C. 15 30 100 Hidrokortison asetat. Pada label

dicantumkan tanggal kadaluarsa dan kondisi penyimpanan krim tersebut TAMBAHAN : Untuk fase minyak, dapat digunakan minyak nabati. Tetapi, karena minyak nabati mudah tengik, maka digunakan minyak mineral yang stabil terhadap oksidasi, sehingga tidak diperlukan anti oksidan. Minyak mineral yang dapat digunakan antara lain parafin liquidum (parafin cair), yang memberikan sifat emolient.

Technology, Part II Vol. 6, Lissant,

emulsifikasi. Cth: asam stearat & trietanolamin (TEA) mbentuk sabun trietanolamin stearat. Cara pembuatan: - Panaskan air dan TEA hingga suhu 70oC. - Lelehkan asam stearat pada suhu 65C.

116 - Pengadukan dilakukan hingga yang berkhasiat terhadap suhu pada saat pelelehan. Dilakukan dengan cara: dengan titik bahan leleh yang paling untuk beberapa Timbang yang bahan akan berkhasiat

krim halus terbentuk. 3. Menurut Dispensing of Medication (Martin) : - Fasa minyak dilelehkan sebagian dimulai mempunyai kemudian - Fasa air

digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki. Timbang yang basis tahan semisolida

tinggi. Fasa minyak yang lain ditambahkan dipanaskan menurunkan titik leleh. derajat diatas suhu titik leleh fasa minyak. - Kemudian digabungkan. kedua Bila yang fasa akan

pemanasan, panaskan di atas penangas air hingga di atas suhu leleh (sampai lumer). Untuk sediaan krim pemanasan fasa air dan minyak dilakukan terpisah Setelah masing-masing dipanaskan dilakukan pada suhu 70oC. masukkan ke dalam mortir hangat (dengan cara membakar alkohol di dalam mortir), aduk homogen sampai dingin dan terbentuk masa semisolida. 5. Metode Triturasi Zat yang tidak larut sedikit didistribusikan dengan

dibuat adalah sistem A/M maka tambahkan fasa air ke dalam fasa minyak dan lakukan pengadukan. - Bahan-bahan yang mudah menguap seperti parfum, mentol, kamfer tambahkan setelah basis didinginkan 40C. - Bila bahan obat adalah padatan dan tidak larut dalam basis maka dihaluskan cara triturasi. 4. Metode pelelehan (fusion) Zat pembawa + zat aktif, dilelehkan dan diaduk hingga membentuk fasa homogen. Perhatikan stabilitas zat terlebih dulu dan dicampurkan pada basis melalui

basis atau dengan salah satu zat pembantu, tambahkan sisa basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan teriebih dulu zat aktif kemudian

117 dicampurkan dengan basis yang akan digunakan. Dekomposisi Sabun asam garam atau pengendapan dapat terjadi tidak akibat

emulgator . Contoh : alkali kemudian alkali, yang terdekomposisi dengan adanya

4.5.

PERMASALAHAN Permasalahan yang

DALAM terjadi

SEDIAAN KRIM berupa kerusakan krim sebagai akibat dari ketidakstabilan emulsi. Berikut ini faktor-faktor 1. Cracking, globul pemisahan yaitu fase koalesen terdispersi dari dan yang yang menyebabkan rusaknya sediaan krim :

pembebasan asam lemak dan mempunyai kekuatan sebagai emulgator cracking Terjadinya salting out dari natrium atau kalium soaps oleh adanya NaCl dan elektrolit tertentu lain sehingga emulgator mengendap Pen Emulgator anionik yang tidak kompatibel dengan bahan yang mempunyai konsentrasi kation tinngi, begitu pula sebaliknya, dan emulgator yang tidak protein of yang M/A yang kompatibel dengan fenol Penambahan gum, gelatin , dan kasein yang tidak larut dalam alkohol apabila emulgator menyebabkan mengendap. b. Pe nambahan larutan dimana fase terdispersi dan pendispersinya menggunakan emulgator alkohol sebagai pelarut akan sehingga penambahan asam ini terjadi

terdispersi

membentuk lapisan yang terpisah. Penyebab cracking adalah : a. berlawanan. Contoh : Sabun-sabun dari logam (soaps metals) emulsi monovalen monovalen menghasilkan of ambahan emulgator dengan tipe

ditambahkan ke dalam soaps divalenmetals menghasilkan emulsi A/M dan begitu pula sebaliknya. Penggunaan emulgator anionik dan kationik yang tidak kompatibel

118 dalam bentuk terlarut pada terdispersi dalam fase pendispersi. Sedangkan pergerakan diterima direkonstitusi Creaming visual, Aksi dapat sedimentasi adalah ke dapat dikocok. secara dielektrik, partikel-partikel asalkan saat diukur

sistem satu fasa yang merusak emulsi. Contoh : penggunaan castor oil, soft soaps dan air yang larut atau bercampur alam alkohol sehingga penggunaan alkohol c. dalam emulsi ini menyebabkan larutan jernih mikroba (jamur dan bakteri) oleh karena itu emulsi sebaiknya menggunakan pengawet d. berlebihan Jika terdispersi partikel berbentuk dari fase sferis dan Inko rporasi dari fase terdispersi yang

bawah. Kedua hal ini masih dapat

mikroskopik,

analitik, dan teknik radioisotop. (Lieberman, Herbert A, Martin M. Rieger , and Gilbert S. Banker, Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Sistem vol 1, 1998, New York, Hlm 236-239) Creaming dengan : a. Mengurangi terdispersi ukuran globul b. Meningkatkan viskositas fase pendispersi mempertahankan globul c. Disimpan ditempat sejuk (Cooper & Gun, Dispensing for Pharmaceutical Students, 12nded) 3. Flokulasi ( agregasi) Flokulasi terjadi sebelum, saat, atau setelah creaming. Flokulasi merupakan agregasi yang untuk pergerakan ukuran dan partikel distribusi dapat diminimalkan

seragam maka volumenya tidak akn melebihi 74% dari volume total emulsi, tetapi kebanyakan bentuk partikel tidak sferis dan tidak seragam maka volume yang terjadi lebih dari 74% dari volume total sehingga terjadi cracking. (Cooper & Gun, Dispensing for Pharmaceutical Students, 12nded) 2. Creamin

g, terjadi emulsi yang terkonsentrasi membentuk krim pada permukaan emulsi. pergerakan Creaming keatas merupakan droplet yang

119 reversibel dari droplet fase dalam berbentuk cluster 3 dimensi. Penyebab emulgator Flokulasi hanya dapat terjadi saat barier mekanik/elektrik tidak cukup mencegah droplet Flokulasi Coalesence lebih besar. Teknik fase yang yaitu digunakan secara dan untuk visual, coutler memeriksa koalesen dan pemisahan photomicrography, : : partikel-partikel bersatunya membentuk suatu kumpulan agglomerates menjadi drops yang terjadinya koalesen, flokulasi : kurang 1. Penampilan Dilihat dengan adanya pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau tengik, perubahan warna. 2. Homogenitas Dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan diperhatikan partikel adanya kasar partikelatau

ketidakhomogenan. 3. Viskositas dan rheologi 4. Ukuran partikel: Prinsip : perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam sebagian ternyata dengan berwarna cahaya suatu mengabsorbsi yang kekuatan masuk, terbalik dari

berbanding

counter (untuk ukuran partikel). Emulsi yang stabil tidak akan menunjukkan koalesen, creaming pada saat self time atau saat dibekukan dan dicairkan berulangulang atau pada suhu tinggi (4050oC) (Lieberman, Herbert A, Martin M. Rieger , and Gilbert S. Banker, Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Sistem vol 1, 1998, New York, Hlm 236-239) 4.6. EVALUASI SEDIAAN KRIM 4.6.1. Evaluasi Fisik

diameter partikel. Prosedur : sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop. Lihat di bawah mikroskop. Syarat : Tidak boleh lebih dari 20 partikel berukuran >20m, tidak boleh lebih dari 2 dan partikel tidak berukuran >50m,

satupun partikel berukuran >90m. 5. Stabilitas krim Dilakukan uji percepatan dengan Agitasi atau sentrifugasi

120 (mekanik) (Lachman, Teori dan Praktek Far. Ind., Hal 1081). Prosedur : sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (+ 30000 RPMO). Amati adanya pemisahan atau tidak. Menurut Becher : sentrifugasi 3750 rpm, radius 10 cm, 5 jam sebanding dengan efek gravitasi 1 tahun. Ultrasentrifugassi 25000 rpm atau lebih sebanding dengan efek yang tidak diamati selama umur normal emulsi/krim. Uji Stabilitas dengan Manipulasi suhu (termik) (Lachman). Prosedur : krim dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60 dan 70 C. Amati dengan bantuan indikator (ex. Sudan merah), mulai suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu, krim makin stabil. 6. Isi minimum (FI IV, 1994, hal 997) 7. Penentuan tipe emulsi Uji kelarutan zat warna (Martin) Sedikit zat warna larut air, misal metilen biru atau biru brillian CFC diteteskan pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada fase B. Evaluasi Kimia 1. Identifikasi (tergantung monografi). 2. Uji penetapan kadar (Tergantung monografi). 3. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan
o

eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi adalah M/A. Jika zat warna tampak sebagai tetesan di fase internal, maka tipe emulsi adalah A/M. Hal yang terjadi adalah sebaliknya jika digunakan zat warna larut minyak (Sudan III). Uji pengenceran (Martin) Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi tercampur baik dengan air, tanpa adanya ketidakcampuran, maka tipe emulsi adalah M/A. Hal ini dapat dilakukan dengan mikroskop untuk memberikan visualisasi yang baik tentang tidak adanya ketidakcampuran. 8. Penetapan pH (FI IV, 1994 hal 1039-1040) 9. Uji kebocoran tube (FI ed IV, 1994)

121 krim dengan cara mengukur penerima yang sama, bersuhu 37oC. Kadar zat aktif dalam sample ditentukan Prosedur : permukaan mungkin. Cairan penerima disiapkan (dapar, Lar. NaCl 0,9%, dll) dalam gelas kimia 600 mldengan volume tertentu (ex. 250 mL). Kemudian gelas kimia direndam dalam water bath bersuhu dipasang cairan 370C. tepat antara penerima Penafsiran hasil Bahan aktif dinyatakan mudah lepas dari sediaan apabila pada waktu tunggu (waktu pertama kali zat aktif ditemukan dalam cairan penerima) semakin kecil. Cawan Dalam hal ini tergantung dari pembawa, penerima. C. i Biologi Penetapan potensi antibiotik (FI IV, 1994, Hal 891-899) Evaluas penambahan komponen lain dan jenis cairan Cairan tertentu, missal pada Pengaduk permukaan 60 rpm. dimasukkan. waktu penerima dipipet pada waktumenit ke 5, 10, 15, 25, 30, 60, 90, 120, 180 dan 240. Cairan yang dipipet diganti dengan cairan Petri yang telah diolesi krim Sejumlah dibuat serata krim dioleskan pada cawan Petri, dengan metode yang sesuai, jika perlu diencerkan. Jika komponen krim mengandung bahan yang dapat bercampur dengan cairan penerima, maka pada permukaan krim dipasang membran selofen sehingga krim tidak kontak langsung dengan cairan penerima.

konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu tertentu.

ditengah-tengah

dengan krim, dengan kecepatan

Anda mungkin juga menyukai