Anda di halaman 1dari 57

Laporan

TEKNOLOGI SEDIAAN
LIQUIDA DAN SEMISOLID
Shampo Ketokonazole

O
L
E
H
KELOMPOK

: 1 (SATU)

KELAS

: C- S1 FARMASI 2014

ASISTEN

: Nur Aini Fadillah S.farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

Lembar Pengesahan

TEKNOLOGI SEDIAAN
LIQUIDA DAN SEMISOLID

OLEH
KELOMPOK : I
1.

Aditya R. Lalapa

8214 14 095

2.

Wahyu Saputra Laoh

8214 14

3.

Sagita Abdul Azis

8214 14 079

4.

Ardya Pramesti P. Junus

8214 14 091

5.

Karina Hasan

8214 14 103

Gorontalo,

November 2016

Mengetahui,
NILAI

Asisten

Nur Aini Fadillah S.farm

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan penuh rasa tasyakur yang mendalam, kami panjatkan Puji Sukur
kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum teknologi sedian
liquida dan semisolid tentang SHAMPO KETOKONAZOLE.
Dalam penulisan laporan ini, sesungguhnya tidak sedikit tantangan,
kesulitan dan hambatan yang kami hadapi, namun dengan penuh percaya diri
disertai tekad dan kemauan yang keras pada akhirnya laporan ini dapat kami
selesaikan sebagaimana adanya.
Faktor anugerah dan bantuan dari berbagai pihak telah memperlancar
penulisan laporan ini dan oleh karena itu dengan mendahulukan syukur
Alhamdulillah pada kesempatan yang berharga ini, kami merasa berkewajiban
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang penuh keikhlasan telah memberikan bantuan
moril dan materil kearah penyelesaian laporan ini.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2016

Kelompok 1

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
I.1

Latar Belakang........................................................................................1

I.2

Tujuan Percobaan....................................................................................2

BAB II TINJAUN PUSTAKA............................................................................3


II.1

Dasar Teori .............................................................................................3

II.2

Uraian Bahan...........................................................................................6

II.3

Analisis permasalahan.............................................................................7

BAB III PENDEKATAN FORMULA...............................................................9


BAB IV FORMULASI DAN PERHITUNGAN............................................... 36
IV.1

Formula.................................................................................................. 36

IV.2

Perhitungan ........................................................................................... 37

BAB V CARA KERJA DAN EVALUASI........................................................ 41


V.1

Cara kerja............................................................................................... 41

V.2

evaluasi.................................................................................................. 42

BAB VI PEMBAHASAN................................................................................... 46
BAB VII PENUTUP...........................................................................................
VII.1

Penutup.................................................................................................. 47

VII.2

kesimpulan............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis
serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta
pendstribusiannya dan penggunaannya secara aman.
Seiring dengan perkembangan di dalam obat, bentuk sediaan dalam
bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut antara lain
sediaan padat seperti serbuk, kapsul, suppsitoria, tablet,Sediaan setengah
padat terdiri dari salep, gel, krim, pasta dan sediaan liquid seperti larutan,
suspensi dan emulsi. Adanya berbagai bentuk sediaan tesebut diharapkan
dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen. Salah satu
contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran, apotik, instalasi kesehatan
dan toko obat yakni sediaan cait (liquid).
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung
satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdipersi stabil dalam medium
homogeny pada saat diaplikasikan. Sediaan cair atau liquid banyak
diminati dari kalangan anak-anak, dewasa dan lansia, sehingga satu
keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan sediaan-sediaan lain
adalah dari segi rasa dan bentuk sediannya. Salah satu dari sediaan liquid
adalah emulsi.
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (Dirjen POM,
1995). Salah satu sediaan emulsi yang digunakan dalam kosmetik antara
lain shampo.
Shampo adalah sediaan kosmetika untuk mAksud keramas rambut,
sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih dan sepadat
mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Shampo merupakan
produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak,
debu, serpihan kulit dan kotoran lain di rambut.

Sebuah forulasi shampo yang baik mempunyai kemampuan khusus


yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff)
serta dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan.
Shampo antiketombe merupakan shampo yang ditujukan untuk
mengontrol sel kulit mati di kulut kepala. Formulasinya terdiri dari zat
aktif seperti selenium sulfida, zinc pirythion dan natrium lauril sulfat serta
bahan pendukung lainnya seperti air, surfaktan, pengawet, dapar,
antioksidan, humektan, emolien dan pengaroma.
Dalam praktikum ini, dilakukan percobaan sediaan shampo dengan zat
aktif ketokonazol yang diindikasikan untuk pengoatan infeksi ragi jenis
pityrosorum, seperti pityriasis versicalar, dermatitis seborrhoeic dan
pityriasis capitis yang mengakibatkan ketombe dengan eksipien-eksipen
pendukung dan memformulasi sediaan shampo ketokonazol serta
mengevaluasi sediaan shampo ketokonazol.
I.2

Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan shampo ketokonazol emulgator
tween 80 dan span 80.
2. Untuk mengetahui cara memformulasi sediaan shampo ketokonazol
emulgator tween 80 dan span 80.
3. Untuk mengetahui cara mengevaluasi sediaan shampo ketokonazol
emulgator tween 80 dan span 80.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
A. Definisi Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil (Dirjen POM, 1995).
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang
tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya
dalam bentuk tetesan-tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 m, yang
distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Komponen emulsi
yang staibil harus harus terdiri dari 3 komponen yaitu fase terdispersi
atau fase internal, fase kontinyu atau fase eksternal, dan bahan
pengemulsi (Tungadi R, 2014).
B. Tipe Emulsi
Dua tipe emulsi menurut Ansel (2011) adalah sebagai berikut:
1. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air
disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai
emulsi M/A
2. Emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak
disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi A/M
Menurut Tungadi R, (2014) ada 3 tipe emulsi yaitu:
1. M/A (Minyak/Air) : suatu emulsi dimana minyak terdispersi
sebagai tetesan-tetesa dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak
dalam air.
2. A/M (Air/Minyak) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak
adalah medium pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam
minyak.
3. Emulsi ganda telah dikembangkan berdasarkan pendundaan
pelepasan bahan aktif. Dalam tipe emulsi ini memiliki 3 fase yang

disebut bentuk emulsi A/M/A atau M/A/M atau disebut emulsi


dalam emulsi
C. Cara menentukan tipe emulsi
Ada beberapa uji untuk menentukan tipe emulsi adalah sebagai
berikut (Tungadi, 2014):
1. Uji Pengenceran
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi m/a dapat
diencerkan dengan air dan emulsi a/m dengan minyak. Saat minyak
ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan akan
nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila
penambahan air atau minyak diamati secara mikroskop.
2. Uji konduktivitas
Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat dianggap memiliki
konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi dimana fase kontinyunya
adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektrode dihubungkan
dengan sebuah ampu dan sumber listrik, dimasukkan dalam emulsi
m/a, lampu akan menyala karena menghantarkan arus untuk ke dua
elektrode. Jika lampu tidak menyala , diasumsikan bahwa tipe a/m.
3. Uji Kelarutan Warna
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari
emulsi. Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase
minyak. Jadi ketikapengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat
warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu, uji ini diulangi
menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, pewarnaan fase
kontinyu menunjukkan tipe a/m.
D. Shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, selsel yang sudah mati dan sebagainya (Latifah, 2007). Fungsi shampo
pada umumnya digunakan dengan mencampurkan dengan air dengan
tujuan sebagai berikut :

1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk


melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala
sehingga dapat meluruhkan kotoran.
E. KETOKONAZOLE
Ketokonazol merupakan antijamur imidazol yang mengganggu
sintesis ergosterol dan karena itu mengubah permeabilitas membran sel
jamur sensitif.. Ketokonazol memiliki spektrum yang luas dari aktivitas
antimikroba termasuk aktivitas terhadap Blastomyces dermatitidis,
Candida spp., Coccidioides immitis, Epidermophyton floccosum,
Histoplasma capsulatum, Malassezia spp., Microsporum canis,
Paracoccidioides brasiliensis, Trichophyton mentagrophytes, dan
T.rubrum. Beberapa strain Aspergillus spp., Cryptococcus neoformans,
dan Sporothrix schenckii sensitif.
Ketokonazol memiliki aktivitas terhadap beberapa bakteri Grampositif dan beberapa aktivitas antiprotozoal terhadap Leishmania spp.
Ada laporan langka Candida albicans memperoleh resistensi terhadap
ketoconazole.
Ketokonazol diterapkan secara topikal sebagai krim 2% dalam
pengobatan infeksi candida atau dermatofit pada kulit, atau dalam
pengobatan pityriasis versicolor. Hal ini digunakan sekali atau dua kali
sehari dan dilanjutkan selama setidaknya beberapa hari setelah
hilangnya gejala.
Shampoo yang mengandung 1 atau 2% ketokonazol juga itu
diterapkan dua kali seminggu selama 2 sampai 4 minggu (atau kadangkadang lebih lama) dalam pengobatan ketombe atau dermatitis
seboroik. 2% shampoo digunakan sekali sehari hingga 5 hari di
pityriasis versicolor. Untuk profilaksis seboroik dermatitis 2% shampoo

digunakan sekali setiap 1 sampai 2 minggu; untuk profilaksis pityriasis


versicolor dapat digunakan sekali sehari selama maksimal. 3 hari
sebelum paparan sinar matahari
II.2

Studi Preformulasi
1. Ketokonazole
Nama resmi

ketoconazole
Nama lain

: Ketoconazolum; Ketokonatsoli; Ketokonazol;


Ketokonazolas;

Rm/Bm

:
C

26

H28Cl2N4O4

532,4

Rumus struktur

Pemerian

: berbentuk serbuk partikel putih atau hampir


putih

Pka

: 2,9 dan 6,5

pH

: 5-6

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air; sedikit larut dalam


alkohol; bebas larut dalam diklorometana; larut
dalam metil alkohol.

Inkompatibilitas

:-

Stabilitas

: shampoo harus disimpan pada suhu tidak


melebihi 250c dan harus dilindungi dari cahaya,
1% shampoo harus disimpan antara 2-300c dan
harus dilindungi dari cahaya dan pembekuan

Farmakologi

: ketokonazol adalah fungistatikum emidazol


pertama, spectrum kerjanya mirip dengan
mikonazol dan meliputi banyak fungi pathogen
(ragi,dermatofit,termasuk pityrosporum ovale)
zat ini digunakan pada infeksi jamur sistemik
yang parah dan kronis;secara local pada
gangguan ketombe hebat

Kegunaan

: sebagai zat aktif

II.3 Analisis permasalahan


-

Ketokonazol yang dibuat dalam bentuk shampoo diindikasikan sebagai


pengobatan anti ketombe.

Ditinjau dari kelarutan ketokonazol praktis tidak larut dalam air akan
tetapi sedikit larut dalam alkohol, tujuan ketokonazol dibuat shampoo
yaitu diindikasikan untuk infeksi ragi jenis pityrosporum, seperti:
pityriasis versicalar, dermatitis seborrhoeic dan pityriasis capitis
(ketombe) (Rowe,2009).

Alasan lainnya ketokanazol dibuat dalam bentuk shampo, dikarenakan


untuk mempermudah pasien menggunakannya, disiuaikan juga dengan
indikasi dari ketokonazole ini dimana memang ditujukan untuk

mengobati ketombe, karena mempertimbangkan indikasinya maka lebih


baik diformulasi sebagai sediaan shampo
-

tujuan dikombinasikan tween 80 dan span 80 sebagai emulgator, yaitu


untuk dapat memberikan pembentukan emulsi lebih baik dibandingkan
dengan yang tunggal (kim, 2005).

Untuk mencegah adanya pertumbuhan mikroba yang dikarenakan


sediaan ini mengandung air, kami menggunakan pengawet. Pengawet
yang digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben, metil paraben
sebagai pengawet pada fase air dan propil paraben sebagai pengawet
pada fase minyak (Rowe, 2009).

tujuan digunakan propilenglikol sebagai humektan yang akan menahan


penguapan air pada sediaan dan dikulit berfungsi sebagai moisturizer
(pelembab) untuk kulit kepala (Rowe,2009; Nursiah, 2011).

tujuan penggunaan antioksidan sendiri ditujukan pada fase ir untuk


menghindari terjadinya oksidasi oleh bahan-bahan emulsi yang ada pada
fase air.

tujuan digunakan -tokoferol yaitu sebagai sumber vitamin E serta


menunjukkan sifat antioksidan (Rowe, 2009)

Bahan pendapar digunakan untuk mempertahankan ph sediaan. Hal ini


berhubungan dengan stabilitas sediaan. Tujuannya untuk menghindari
terjadinya penguraian zat aktif. Penurunan kadar selama penyimpanan.
Ph sediaan ini dapat mempengaruhi stabilitas sediaan

BAB III
PENDEKATAN FORMULA
III.1

Uraian Bahan
a. Zat aktif
1.

Ketokonazole (Martindale 539, Dirjen POM 1995 ; 486)


Nama lain

: KETOCONAZOLUM

RM/BM

: C26H28Cl2N4O4/531,14

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk hablur, putih tidak berbau.

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air, sedikit


larut dalam alkohol ; bebas, larut
dalam metil alkohol, melindungi dari
cahaya

Inkompatibilatas

: -

Stabilitas

: disimpan pada suhu tidak melebihi


250c dan harus dilindungi dari cahaya,
harus disimpan antara 2-300c dan
harus dilindungi dari cahaya dan
pembekuan

Konsentrasi

: 2%

Kegunaan

: zat aktif

Penyimpanan

: disimpan antara 2-300c

b. Emulgator
1. Tween 80 (rowe 2009 1978,syed 2014,kim 2005, FI III, hal 509)
Nama lain

: POLYSORBATUM 80

RM/BM

: -

Rumus struktur

Pemerian

: cairan kental seperti minyak, kuning;


bau asam lemak, khas

Kelarutan

: mudah

larut

etanoltidak

dalam

larut

air,

dalam

dalam
minyak

mineral
Inkompatibilitas

: perubahan

warna

dan

atau

pengendapan terjadi dengan berbai


zat terutama fenol, tanin
Stabilitas

: stabil untuk elektrolit dan asam lemah


dan basa

Konsentrasi

: 1-10%

Kegunaaan

: emulgator

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup bai

Span 80 (rewe,2009,FI III hal 567)


Nama lain

: SORBITOLUM

RM/BM

: C6H14O6 /182,17

Rumus struktur

H OH

H OH OH H

HO - C C C - C C C - OH
H H OH H H
Pemerian

: serbuk, butiran atau kepingan ; putih ;


rasa manis higroskopik

Kelarutan

: pada

umumnya

larut

/terdispersi

dalam minyak larut dalam pelarut


organik, praktis tidak larut dalam air
Inkompabilitas

: dengan asam atau basa kuat, terjadi


pembentukan sabun dengan basa kuat

Stabilitas

: perlahan-lahan akan membentuk busa


dengan adanya asam kuat dan basa
stabil terhadap asam lemah dan basa
lemah

Konsentrasi

: 1-10%

Kegunaan

: emulgator

Pemyimpana

: dalam wadah tertutup rapat

Natrium laurel sulfat (rowe,2009 hal ; 651-652, Dirjen POM,1995


hal; 595)
Nama lain

: SODIUM LAUREL SULFATE

RM/BM

: C12H25NaO4s

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk putih, atau krim sampai kristal


kuning

Kelarutan

: mudah larut dalam air, membentuk


larutan opalesen.

Inkompatibilitas

: natrium lauril sulfat bereaksi dengan


surfaktan

kationik

menyebabkan

hilangnya aktifitas bahkan dalam


konsentrasi

terlalu

rendah,

menyebabkan tidak seperti sabun, hal


ini kompatibel dengan asam encer
dan ion kalsium dan magnesium.

Natrium laurel sulfat inkompatibilitas


dengan garam polivalen ion logam
seperti alumunium, tima atau seng
dan presifat dengan garam kalium.
Larutan natrium laurel sulfat (pH 9,510) agak korosif baja ringan tembaga,
kuningan dan alumunium.
Stabilitas

: natrium laurel sulfat stabil dibawah


kondisi normal penyimpanan. Namun
dalam larutan kondisi ekstrim yaitu
pH 2,5 atau dibawah itu mengalami
hidrolisis laurel alkohol dan natrium
bisulfate.

Bahan

harus

disimpan

dalam wadah tertutup dengan baik


dari agen oksidasi yang kuat ditempat
yang dingin kering.
Konsentrasi

: 1%

Kegunaan

: emulgator

Penyimpanan

: kering. dalam wadah tertutup dengan


baik dari agen oksidasi yang kuat
ditempat yang dingin

4 Setil stearil alkohol (rowe 2009, 149)


Nama lain

: CETOSTEARYL ALCOHOL

RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemrian

: berbentuk granul, butiran atau kubus


yang seperti lilin

Kelarutan

: larut dalam etanol (95%), eter dan


minyak, praktis tidak larut dalam air

Inkompabilitas

: inkompatibel dengan agen oksidasi


yang kuat dan garam logam

Stabilitas

: setilstearil alkohol stabil dibawah


kondisi normal penyimpanan. Setil
steril alkohol harus disimpan dalam
wadah tertutup baik ditempat yang
dingin kering

Konsentrasi

: 9%

Kegunaan

: emulgator

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah tertutup baik


ditempat yang dingin kering

c bahan pengawet
1. Metylparaben (Dirjen POM 1979, hal 378,rowe 2009, hal 442)
Nama lain

: METHYLIS PARABENUM

RM/BM

: C8H8O3

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk kristal tidak berwarna sampai


putih, dan tidak berbau

Kelarutan

: larut dalam 500 bagian air, dalam 20


bagian air mendidih, dalam eter dan
dalam larutan alkali hidroksida larut
dalam 60 bagian gliserol p panasdan
dalam 40 bagian minyaknabati panas,
jika didinginkan larutan tetap jernih.

Inkompatibilitas

: aktivitas

antimikroba

dari

metilparaben dan paraben lainnya


jauh

berkurang

dengan

adanya

surfaktan nonionik, seperti polisorbat


80

Stabilitas

: stabil pada pH 3-6 stabil sampai


sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
metilparaben harus tersimpan dalam
wadah tertutup baik dalam sejuk dan
kering

Konsentrasi

: 0,02%-0,3%

Penyimpanan

: tersimpan dalam wadah tertutup baik


dalam sejuk dan kering

Kegunaan

: sebagai pengawet

2 Propilparaben (Rowe 2009 hal 597, FI IV hal 713, FI III hal 535)
Nama lain

: PROPYLIS PARABENUM

RM/BM

: C10H12O3/180,21

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk hablur putih ; tidak berbau ;


tidak berbusa

Kelarutan

: sangat sukar larut dalam air, larut


dalam 3,5 bagian etanol (95%) dalam
3 bagian aseton p dalam 140 bagian
gliserol p dalam bagian minyak
lemak, mudah larut dalam alkil
hidroksida.

Inkompatibilitas

: aktifitas

antimikroba

propilparaben
surfaktan
micellization

berkurang
nonionik
mg,

dari
jauh

di

sebagai
alumunium

trisilikat

dilaporkan

menguap

isopropyl

paraben

sehingga

mengurangi

aktifitas

pengawet

propilparaben berubah warna dengan


adanya

besi

dan

tunduk

pada

hidrolisis oleh alkali lemah dan asam


kuat.
Stabilitas

: solusi paraben besar pada Ph 3-6


dapat disterilkan dengan autoklaf
terhadap dekomposisi pada Ph 3-6,
larutan air stabil < 10% dekomposisi
sampai sekitar Ph 8 atau diatas adalah
subjek / dihidrolisis yang cepat 10%
atau lebih

Konsentrasi

: 0,02%

Kegunaan

: sebagai pengawet

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

3 bronopol (rowe 2009,70)


Nama lain

: BRONOPOL

RM/BM

: C3H6BrNO4/200.00

Rumus struktur

Pemerian

bronopol adalah bubuk kristal putih


atau hampir putih, tidak berbau atau
putih karakteristik, bau samar

Kelarutan

: larut dalam etanol (1:2) propilenglikol


(1:2), bronopol (1:4) air, gliserol
(1:100), isopropilmiristat (1:200)

Inkompatibilitas

: senyawa
penurunan

sulfhidril
yang

menyebabkan

signifikan

pada

aktifitas

bronopol,

dan

sistein

hidroklorida dapat digunakan sebagai


agen menonaktifkan dalam tesifikasi
pengawet,

kombinasi/lesitin

atau

polisorbat tidak cocok untuk tunjuan


ini bronopol tidak kompatibel dengan
natrium triosulfat, dengan natrium
metabisulfit,
oksida

dan

atau

hidrolisat,

protein
dan

atau

amina

surfaktan

dengan

metabisulfit,
oksida

dengan

natrium

dengan

protein

amina

surfaktan

hidrolisat, karena ketidak cocokan


dengan

alumunium,

penggunaan

alumunium dalam kemasan produk


yang mengandung bronopol harus
dihindari
Stabilitas

: bronopol

stabil

antimikroba

dan

adalah

aktifitas

praktis

tidak

terpengaruh ketika disimpan sebagai


padat

pada

suhu

kamardan

kelembaban relatif ambien sampai 2


tahun
Konsentrasi

: 0,02%

kegunaan

: sebagai pengawet

penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

d agent pengental
1. Hpmc (rowe 2009,314)
Nama lain

: HIDROKSI

PROPIL

METIL

SELULOSA (HYPROMELLOSE)
RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: putih,

putih

keabuan,

kekuningang,

bubuk

atau

putih
granul,

higroskopik, setelah pengeringan


Kelarutan

: larut dalam air dingin, membentuk


koloid kental larutan, praktis tidak
larut dalam air panas, kloroform
etanol (9%) dan eter, tapi larut dalam
campuran etanol dan diklorometana,
dan

campuran

metanol

dan

diklorometanol dan campuran air dan


alkohol. Nilai tertentu hypromellose
yang larut dalam larutan aseton berair,
campuran diklorometana dan propan2-ol, dan pelarut organik lainnya.
Beberapa nilai yang label swel dalam
etanol.
Stabilitas

: bubuk hypromelouse adalah bahan


yang

stabil,

meskipun

higroskopis
solusi

setelah

stabil

bersifat

penegringan,

pada

Ph

hypromellose

3-11,

mengalami

transformasi sol-gel reversible pada


pemanasan dan pendinginan, masingmasing, suhu gelasi adalah 50-908 oc
trergantung

pada

kelas

dan

konsentrasi

bahan.

Untuk

suhu

dibawah
larutan

suhu

gelasi,

menurun

meningkat.

Diluar

viskositas

karena
suhu

suhu
gelasi,

viskositas meningkat karena suhu


meningkat.
Konsentasi

: 2%

Kegunaan

: agent pengental

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

2. Carbopol (rowe, hal 110)


Nama lain

: CARBOMER

RM/BM

: -

Rumus struktur

Pemerian

: berwarna putih, berbau asam, bubuk


higroskopis dengan sedikit bau yang
khas

Kelarutan

: swellabe dalam air dan gliserin dan


setelah

dinetralisir,

dalam

etanol

(95%), karbomer tidak larutn tetapi


hanya membengkak sampai batas
yang biasa, karena mereka mereka
adalah tiga dimensi mimrogels silang
Inkompatibilitas

: karbomer yang berubah warna oleh


resorsinoldan

tidak

kompatibel

dengan fenol, polimer kationik, asam


kuat, dan tingkat tinggi elektrolit.
Adjuvan antimikroba tertentu juga
harus dihindari atau digunakan pada
timgkat rendah. Tingkat jejak besi dan
lainnya logam transisi lkatalis dapat
menurunkan

dispersi

karbomer,

tertentu

aktif

fungsional

dengan

membentuk

aminokompleks

dengan karbomer.
Stabilitas

: karbomel stabil, bahan higroskopis


yang dapat dipanaskan pada suhu
dibawah 104oc sampai 2 jamtanpa
mempengaruhi efisiensi penebalan.
Namun,

paparan

berlebihan

suhu

dapat

yang

mengakibatkan

perubahn warna dan mengurangi


stabilitas.

Lengkap

dekompossi

terjadi dengan pemanasan selama 30


menitdi 260oc. Kering bentuk bubuk
kerbomertidak
pertumbuhan

mendukung
jamur.

Sebaliknya,

mikroorganisme tumbuh dengan baik


saat karbomer didispersikan dalam
air,dan

karena

pengawet
chlorocresol,

itu

penggunaan

antimikroba

seperti

methylparaben,

propilparaben, atau thimerosal harus


ditambahkan. Itu selain
3. Na CMC (rowe,2009,118, FI III, 401)
Nama lain
: NATRII
CARBOXYMETHYLCELLULOSU
M
RM/BM
: Rumus struktur
:

Pemerian

: serbuk atau butiran ; putih atau putih


kuning gading; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; higroskopik

Kelarutan

: mudah

mendispersi

dalam

air,

membentuk suspensi koloidal; tidak


larut dalam etanol (95%) p, dalam
eter p dan dalam pelarut organik lain.
Inkompatibilitas

: inkompatibel dengan larutan asam


kuat dan dengan larutan gram besi
dan

beberapa

logam

seperti

alumunium, merkuri, dan zink juga


dengan gom xanthan; pengendapan
terjadi pada pH di bawah 2 dan pada
saat

pencampuran

dengan

etanol

95%; membentuk kompleks dengan


gelatin dan pektin.
Stabilitas

: larutan

stabil

pada

pH

2-10

pengendapan terjadi pada pH dibawah


2.

Viskositas

larutan

berkurang

dengan cepat jika pH diatas 10


menunjukan viskositas dan stabilitas
maksimum

pada

pH

7-9.

Bisa

disterilisasi dalam kondisi kering


pada suhu 160oc.
Konsentrasi

: 3-6%

Kegunaan

: sebagai pengental

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat.

e Dapar
1
-

Dapar sitrat ( Natrium sitrat dan asam sitrat )

Natrium sitrat
Nama lain

: NATRII CITRAS

RM/BM

: C6H5Na3O7.2H2O/294,10

Rumus struktur

: -

Pemerian

: hablur tidak berwarna atau serbuk


halus putih.

Kelarutan

larut pada air yang sedikit basa dan


prakti tidak larut dalam etanol (95%)

inkompatibilitas

: akan bereaksi dengan zat asam, akan


terjadi pengendapan jika bereaksi
dengan pereaksi basa, zat pereduksi
dan oksidasi agent

stabilitas

: sodium sitrat dihidrat adalah bahan


yang

stabil

pada

penyimpanan.

air

dapat

menyebabkan

Larutan

pemisahan

kecil

harus

disimpan

dalam wadah kedap udara dalam


sejuk dan kering

konsentrasi

0,3-2,0%

kegunaan

: sebagai pendapar

penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

Asam sitrat
Nama lain

: CITRII ACID

RM/BM

: C6H8O7.H2O/192

Rumus struktur

Pemerian

: berbentuk kristal, tidak berwarna atau


bening,atau

kristal

efflorescent.tidak

putih,

bubuk

berbau

dan

memiliki rasa asam yang kuat


Kelarutan

: larut dalam kurang dari 1 bagian air


dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) p,
sukar larut dalam eter p

Inkompatibilitas

asam sitrat tidak kompatibel dengan


kalium

tartrat

alkali

tanah

dan

bikarbonat, asetat dan sulfida tidak


kompatibel juga mencakup oksidator
basa, mengurangi agent, dan nitrat.
Hal ini berpotensi meledak dengan
nitrat

logam

pada

penyimpanan

sukrosa dapat mengkristal dari sikap


dengan keberadaan asam sitrat
Stabilitas

: asam sitrat monohidrat kehilangan air


saat kristalisasi pada udara lembab.
Asam sitrat monohidrat disimpan
pada tempat sejuk dan kering

Konsentrasi

: 0,3-2,0%

Kegunaan

: sebagai pendapar

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup rapat

f emolien
1. Gliserin (FI III, 1979: 271, Excipient 6 th, 2009:295)
Nama lain

: GLYCEROLUM

RM/BM

: C3H8O3/92,10

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan seperti sirup, jernih, tidak

CH2OH-CHOH-CH2OH

berwarna, tidak berbau, manis diikuti

rasa

hanyat,

higroskopis

jika

disimpan beberapa lama pada suhu


rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidaj berwarna, yang
tidak melebur hingga suhu mencapai
kurang 200C
Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, dengan


etanol (95%) P praktis tidak larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak

Inkompatibilitas

: Incompatibel
pengoksida,

dengan

bahan

pottarium

klorat,

petasium permanganat
Stabilitas

: Stabil

pada

tekanan

dan

suhu

maksimal
Konsentrasi

: 30%

Kegunaan

: sebagai zat tambahan

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

2. Paraffin liquidum (rowe,2009,hal;446, dirjen pom, 1995;hal; 652, FI III,


474)
Nama lain

: PARAFFINUM LIQUIDUM

RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: cairan

kental,

transparan,

tidak

berflouresensi tidak berwarna,hampir


tidak berbau,hampir tidak mempunyai
rasa
Kelarutan

: Praktis tidak larut etanol 95% gliserin


dan air. Larut dalam jenis minyak
lemak hangat

Inkompatibilitas

: Inkompatibilitas

dengan

agen

oksidator kuat
Stabilitas

Dapat teroksidasi oleh panas

dan cahaya
Konsentrasi

: 1-32

Kegunaan

: sebagai emolien

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik terlindungi


dari cahaya

3. gliseril monostearat (Rowe, 2009 hal : 290-292 ; Rowe, hal : 308 310
; jurnal)
Nama Resmi

gliseril monostearat

Nama lain

stearic acid, gliserin monostearat

RM/BM

C21H42O4 / 358.6

Rumus struktur

Pemerian

putih ,berwarna krem, seperti lilin


padat, serpih atau bubuk. dan
memiliki bau lemak sedikit dan rasa

Kelarutan

Larut

dalam etanol panas, eter,

kloroform, aseton panas, minyak


mineral, dan minyak tetap. Praktis
tidak larut dalam air, tetapi dapat
tersebar di dalam air dengan bantuan
sejumlah kecil sabun atau surfaktan
lain.
Stabilitas

Jika disimpan pada suhu hangat,


gliseril monostearat kenaikan nilai
asam pada penuaan karena untuk
saponifikasi ester dengan jumlah

jejak air. antioksidan yang efektif


dapat

ditambahkan,

seperti

hidroksitoluen butylated dan propil


gallate.
Kegunaan

sebagai agen emolien

Penyimpanan

disimpan ditempat sejuk dan dalam


wadah tetutup rapat

Inkompatibilitas

Incompatible dengan zat asam

Kosentrasi

0,5 5 %

Alasan Peggunaan

Gliseril monooleat digunakan dalam


formulasi farmasi oral dan topikal
dan umumnya dianggap sebagai yang
relatif non iritan dan eksipien tidak
beracun.
jenis gliseril monostearat digunakan
sebagai emulsifier nonionik,
penstabil, emolien, dan plasticizer
dalam berbagai makanan, farmasi,
dan aplikasi kosmetik

g Humektan
1. Propilenglikol (rowe hal: 592-593 , FI III, 534)
Nama lain

: PROPYLENGLYCOLUM

RM/BM

: C3H8O2/76,10

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan kental, jernih, tidak berwarna,


tidak

berbau;

mani;higroskopik

rasa

agak

Kelarutan

: Larut

dengan

aseton,

kloroform,

etanol (95%), gliserin, dan air; larut


pada 1 di 6 bagian eter; tidak larut
dengan minyak atau tetap minyak
mineral ringan
Inkompatibilitas

: Propylene glycol tidak sesuai dengan


reagen pengoksidasi seperti kalium
permanganat.

Stabilitas

: Pada suhu dingin, propilen glikol


stabil dalam keadaan tertutup rapat,
tetapi pada suhu tinggi, di tempat
terbuka,

ia

cenderung

untuk

mengoksidasi, sehingga menimbulkan


produk seperti propionaldehida, asam
laktat, piruvat asam, dan asam asetat.
Propylene

glycol

secara

kimiawi

stabil saat dicampur dengan etanol


(95%), gliserin, atau air.
Konsentrasi

: 15%

Kegunaan

: zat tambahan :pelarut

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

2. Sorbitol (rowe, 342)


Nama resmi

: SORBITOL

Nama lain

: Isomalt

RM/BM

: C12H24O1/344.32

Rumus struktur

Pemerian

: putih atau hampirbubuk putih atau


butiran atau bahan kristal. Memiliki

menyenangkan sugarlike rasa dengan


rasa manis yang ringan sekitar 5060% dari yang sukrosa
Kelarutan

sangat mudah larut air, sukar

larut dalam etanol, dalam methanol


dan dalam asetat
Inkompatibilitas

sorbitol

akan

membentuk

kelat larut dalam air dengan banyak


divalent dan logam trivalent ion
dalam kondisi sangat asam dan basa
Stabilitas

: stabil diudara dengan tidak adanya


katalis dan dingin encer asam dan
basa. Sorbitol tidak terurai pada suhu
yang tinggi atau dengan amina.

Kegunaan

: sebagai humektan

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah yang tertutup


rapat, dan ditempat kering.

Konsentrasi

3-15%

Alasan penambahan

: sorbitol secara kimiawi relative dan


kompatibel dengan sebagian besar
bahan

pembantu.

Sorbitol

tidak

membuat inflamasi, tidak korosif dan


tidak relative
3. Polyethylene glycols (rowe,2009;hal;517-518)
Nama resmi

: Polyethylene Glycol

Nama lain

: Carbowax; Carbowax Sentry; Lipoxol;


polyoxyethylene glycol.

RM/BM

: H(OCH2CH2)nOH/7 000-9 000

Rumus struktur

Pemerian

: berwarna putih atau tidak berwarna,


dan serpih lilin, bau manis.

Kelarutan

: larut dalam air dan larut dalam semua


proporsi

dengan

polietilen

glikol

lainnya
(Setelah leleh, jika perlu). larutan air
dari highermolecular- nilai berat badan
dapat membentuk gel. polyethylene
cair
glikol

yang

larut

dalam

aseton,

alkohol, benzena, gliserin, dan glikol.


glikol polietilen padat yang larut
dalam

aseton,

diklorometana, etanol (95%), dan


metanol; mereka sedikit larut dalam
hidrokarbon alifatik dan eter, tapi larut
dalam lemak, minyak tetap, dan
minyak mineral
Stabilitas

: polietilen glikol secara kimiawi stabil


di udara dan dalam larutan, meskipun
nilai dengan berat molekul kurang dari
2000

yang

hidroskopis. polietilen

glikol tidak mendukung pertumbuhan


mikroba,
dan mereka tidak menjadi tengik.
polietilen glikol dan solusi polietilen
glikol berair dapat disterilkan dengan
autoklaf, filtrasi, atau iradiasi sinar
gamma
Kegunaan

: sebagai humektan

Konsentrasi

: -

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah tertutup rapat


terhindar dari sinar matahari

Alasan penambahan

: polietilen glikol banyak digunakan


dalam berbagai

formulasi farmasi,

termasuk parenteral, topikal, polietilen


glikol

stabil,

dasarnya

non

zat

hidrofilik

irritant

yang

pada

kulit

Mereka tidak mudah menembus kulit,


meskipun glikol polietilen yang larut
dalam air dan mudah dihapus dari
kulit dengan mencuci.
h Antioksidan
1. Natrium metabisulfit (rowe, 2009; FI III, 1979, 419)
Nama lain

: NATRII PYROSULFIS

RM/BM

: Na2S2O5/190,10

Rumus struktur

: -

Pemerian

: tidak berwarna, berbentuk kristal


prisma atau serbuk kristal berwarna
putih, hingga putih kecoklatan yang
berbau sulfur dioksida dan asam.

Kelarutan

: Larut dalam dua bagian air sukar larut


dalam etanol

Inkompatibilitas

: Natrium metbisulfat bereaksi dengan


simpatomimetik dan lainnya obat
yang orto atau parahidroksibenzil
derivat alkohol untuk membentuk
turunan asam sulfat yang memiliki
sedikit/tidak

ada

farmakologi,
metabi

selain
sulfitsesuai

kloramfenikolk

aktivitas
itu

natrium
dengan

Stabilitas

: Pada paparan udara dan kelembababn


natrium metbisulfit secara perlahan
teroksidasi menjadi natrium sulfat
dengan desintegrasi kristal

Konsentrasi

: 0,01-1 %

Kegunaan

: antioksidan

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

2. BHA (effionora 2012, rowe,2009)


Nama lain

: BUTHYLIS
HYDROXYTOLUENNUM

RM/BM

: C15H24O/220,35

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk kristal putih atau hampir putih,


padatan seperti lilin berwarna kuning
lemah, bau aromatik yang khas

Kelarutan

: larut dalam etanol dalam kloroform


dan dalam eter Tidak larut dalam air
dan propilenglikol mudah

Inkompatibilitas

: BHA adalah senyawa fenolik dan


mengalami reaksi karakteristik fenol.
Hal ini tidak sesuai dengan oksidator
dan garam besi.

Stabilitas

: Paparan
perubahan

cahaya
warna

menyebabkan
dan

hilangnya

aktivitas bha harus disimpan dalam


wadah tertutup rapat
Konsentrasi

: 0,005-0,02 %

Kegunaan

: sebagai antioksidan

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah tertutup rapat

3. - tokoferol (Rowe, 2009)


Nama lain

: -tokoferol,vitamin E

RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: praktis tidak berbau dan tidak berasa,


berupa

Kelarutan

minyak

kental

jernih

: praktis tidak larut dalam air bebas


larut dalam minyak aseton, etanol,
eter dan sayuran

Inkompatibilitas

: tokoferol tidak kompatibel dengan


pengoksida

dengan

ion

logam

terutama besi tembahag dan perak.


Tokoferol dapat diserap kedalam
plastik
Stabilitas

: tokoferol teroksidasi perlahan oleh


oksigen atmosfer dan cepat dengan
besi dan garam perak. Tokoferol ester
lebih stabil terhadap oksidasi daripada
tokoferol hars disimpan dalam wadah
kedap udara ditempat yang sejuk dan
kering terlindung dari cahaya

Konsentrasi

: 0,001-0,05%

Kegunaan

: sebahgai antioksidan

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah kedap udara


ditempat yang sejuk dan kering
terlindung dari cahaya

i Pembusa
1. Sodium Lauryl Sulfate (FI III, 1979:713; Rowe, 2009:651)

Nama lain

: NATRIUM LAURYL SULFATE

RM/BM

: C12H25NaO4S/288,38

Rumus struktur

Pemerian

: serbuk putih, atau krim sampai kristal


kuning

Kelarutan

: Sangat larut dalam air, larut sebagian


dalam etanol

Inkompatibilitas

: Tidak kompatibel dengan garam dari


palsuelen logam seperti aluminium,
timah, seng, dan presipitasi dengan
garam kalium

Stabilitas

: Sodium laurit sulfat stabil dalam


kondisi penyimpanan normal, namun
dalam larutan dan dalam keadaan
ekstrim

yaitu Ph 2,5, mengalami

hodrolisis untuk lauryl alkohol dan


sodium tiosulfat
Konsentrasi

: 10%

Kegunaan

: sebagai pembusa

Penyimpanan

: kering. Dalam wadah tertutup dengan


baik dari agen oksidasi yang kuat
ditempat yang dingin.

2. Cetostearil alkohol (Rowe, 150)


Nama resmi

: CETOSTEARIL ALKOHOL

Nama lain

: Alcohol

cetylicus

et

stearylicus;

cetearyl alcohol; cetyl stearyl alcohol


RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: putih atau berwarna krem bermanismanis massa, serpih, pelet atau


butiran.

Memiliki

samar

sebuah,

karakteristik manis bau.


Kelarutan

: Larut dalam etanol (95%), eter, dan


minyak; praktis tidak larut dalam air.

Inkompatibilitas

: Incompatible with strong oxidizing


agents and metal salts.

Stabilitas

: Setostearil alkohol stabil di bawah


kondisi

penyimpanan

normal.

Setostearil alkohol harus disimpan


dalam wadah tertutup baik dalam
sejuk dan kering.
Konsentrasi

: -

3. Cetil alkohol (rowe, 155)


Nama lain

: Cetyl Alcohol

Nama resmi

: Alcohol cetylicus; Avol; Cachalot;


palmityl alcohol;

RM/BM
Rumus

Pemerian

: C16H34O/242.44
struktur

: serpihan putih, butiran, kubus, atau


coran. Memiliki bau yang khas samar
dan rasa hambar

Kelarutan

: Bebas larut dalam etanol (95%) dan


eter, kelarutan meningkat dengan
meningkatnya suhu; praktis tidak
larut dalam air. Larut ketika meleleh
dengan lemak, cairan dan parafin
padat, dan isopropil miristat.

Inkompatibilitas

: Kompatibel dengan oksidator kuat.


Setil

alkohol

untuk

bertanggung

menurunkan

ibuprofen,

yang

kecenderungan

titik

jawab
leleh

Hasil

mencuat

di
selama

proses lapisan film kristal ibuprofen


Stabilitas

: Setil alkohol stabil dengan adanya


asam, alkali, cahaya, dan udara; tidak
menjadi tengik.

Penyimpanan

: harus disimpan dalam wadah tertutup


wadah di tempat yang sejuk dan
kering.

Konsentrasi

: 2-5%

Kegunaan

: pembusa

J Pengaroma
1. Oleum citrit (FI III,455)
Nama lain

: OLEUM CITRI

RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: cairan, kuning pucat atau kuning


kehijauan, bau khas ; rasa pedas dan
agak pahit.

Kelarutan

: larut dalam 12 bagian volume etanol


(90%) p. Larutan agak beropalesensi;
dapat

bercampur

dengan

etanol

mutlak P
Inkompatibilitas

: -

Stabilitas

: disimpan dalam wadah tertutup rapat

Konsentrasi

: q.s

Kegunaan

: sebagai pengaroma

Penyimpanan

: disimpan dalam wadah tertutup rapat

2. Menthol (rowe,2009,FI III,362)


Nama lain

: MENTHOLUM

RM/BM

: C10H20O/156,30

Rumus struktur

Pemerian

: hablur, berbentuk jarum atau prisma ;


tidak berwarna ; bau tajam seperti
miyak permen ; rasa panas dan
aromatik, diikuti rasa dingin.

Kelarutan

: sangat larut dalam etanol (95%),


kloroform, eter, minyak lemak, dan
paraffin cair, larut dalam aseton dan
benzona, sangat sedikit larut dalam
gliseron, praktis tidak larut dalam air

Inkompatibilitas

: kompatibel dengan butyl kloralhidrat,


kloralhidrat, kromium trioksida, bnaftol, fenol, kalium permanganate,
piro galol, resorsinal dan timol

Stabilitas

: formulasi yang engandung mentol 1%


b/b

dalam

krim

berair

telah

dilaporkan stabil hingga 18 bulan,


bila disimpan pada suhu kamar.
Mentol harus disimpan dalam wadah
tertutup

baik

melebihi

250C

pada

suhu

karena

tidak
mudah

tersublimasi
Konsentrasi

: dalam formulasi topical yaitu 0,0510,0%

Kegunaan

: sebagai pengaroma

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik ; ditempat


sejuk

3 Minyak zaitun (FI III,458)


Nama lain

: OLEUM OLIVAE

RM/BM

: -

Rumus struktur

: -

Pemerian

: cairan, kuning pucat, atau kuning


kehijauan ; bau lemah tidak tengik ;
rasa khas. Pada suhu rendah sebagian
atau seluruhnya membeku

Kelarutan

: sukar larut dalam etanoln(95%) p;


mudah larut dalam kloroform p dalam
eter p dan dalam eter minyak tanah p

Inkompatibilitas

: -

Stabilitas

: ketika didinginkan minyak zaitun


menjadi

kruh

sekitar108oc

dan

menjadi massa mentega 08oc minyak


zaitun harus disimpan ditempat yang
sejuk

dan

kering

dalam

ketat,

terlindung dari cahaya untuk minyak


olahan dimaksudkan untuk digunakan
dalam pembuatan parenteral, bentuk
sediaan

yang

pada

Ph

6,2

menyatarakan bahwa minyak curah


disimpan dibawah gas inert
Konsentrasi

: q.s

Kegunaan

: sebagai pengaroma

Penyimpanan

: disimpan ditempat yang sejuk dan


kering

BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
IV.1 Formulasi
a. Formula utama
R/
Ketokonazol shampoo
Tween 80
Span 80
Metil paraben
Propil paraben
HPMC
Dapar sitrat
Asam sitrat
Natrium sitrat
Gliserin
Propilenglikol
Natrium metabisulfit
-tokoferol
NLS
Oleum citrate
Aquadest
b. Formula alternative
R/
Ketokonazole shampoo
NLS
Metil paraben
Propil paraben
Hpmc
Dapar sitrat
Asam sitrat
Natrium sitrat
Gliserin
Propilenglikol
Natrium metabisulfit
-tokoferol
Oleum citrit
Aquadest
c. Formula yang disetujui
R/
Ketokonazol shampoo
Tween 80
Span 80

2%
10%
10%
0,18%
0,02%
2%

30%
15%
1%
0,05%
10%
q.s
ad 100 %
2%
10%
0,18%
0,02%
2%

30%
15%
1%
0,05%
q.s
ad 100 %
2%
10%
10%

Metil paraben
Propil paraben
Hpmc
Dapar sitrat
Asam sitrat
Natrium sitrat
Paraffin
Propilenglikol
Natrium metabisulfit
-tokoferol
NLS
Minyak zaitun
Aquadest
IV.2 Perhitungan
a. Perhitungan dapar
Ph stabilitas zat aktif
Ph dapar sitrat

0,18%
0,02%
2%

1%
15%
1%
0,05%
10%
q.s
ad 100 %

= 5-6

= 2,2-8,5

Pka1 = 3,128 ; Pka2 = 4,761 ; Pka3 = 6,396


Ph kulit

= 6

Ph yang didapar = 6
Pka

= -Log ka

6,396

= - log ka

Ka

= 10-6,396
= 4,01 x 10-7

Ph

= -log [H+]

= -log [H+]

[H+]

= 10-6

H +

H +

= 2,303 C
{ka +
ka .

0,01

= 2,303 C

4,01 x 10 x 7 .10 x 6
{4,01 x 10 x7+ 10 x6 }2

0,01

= 2,303 C

4,01 x 10 x 13
12
1,96 x 10 x

0,01

= 2,303 C . 204 x 10-3

0,01

= 2,303 C . 0,204

0,01

= 0,469 C

= 0,021

Ph

= pKa + log g/a

= 6,396 + log g/a

0,396

= log g/a

Garam

= 2,48 (asam)

= garam + asam

0,021

= 2,48 (asam) + asam

0,021

= 3,48 (asam)

Asam

= 0,0060

Garam

= C-asam
= 0,021-0,0060
= 0,015

Massa asam = Bm.asam.volume


= 192,12.0,0060.0,12 L
= 8,138 gram
%

= 0,138/120 x 100%
= 0,115%

Massa garam = Bm.garam.volume


= 294,10.0,015.0,12 L
= 0,529 gram
%

= 0,529/120 x 100%
= 0,440%

Perhitungan bahan

Volume sediaan

Volume dilebihkan :

120 ml
3%

120

+ (3/100 x 120)=120 ml + 3,6 = 123,6


ml

Perhitungan aligasi
Tween 80

15

7,5
12

Span 80

4,5

Perhitungan bahan
Tween 80 = 7,5/12 x 10% =0,0625 %
= 0,0625/100 x 123,6 ml
=0,07725 gram
Span 80 = 3/12 x 10%
=0,025%
=0,025/100 x 123,6 ml
=0,0309 gram
Ketokonazole

=2/100 x 123,6
=2,472 gram

Metil paraben

=0,18/100 x 123,6 ml
=0,22248 gram

Propil paraben

=0,02/100 x 123,6 ml
=0,02472 gram

HPMC

=2/100 x 123,6 ml
= 2,472 gram

Gliserin

=30/100 x 123,6 ml
= 37,08 gram

Propilenlikol

=15/100 x 123,6 ml
=18,54 gram

Na metbisulfit

=1/100 x 123,6 ml
=1,236 gram

Nls

=10/100 x 123,6 ml

=12,36 gram
Aquadest
=100%- (2 + 10+ 0,18+0,02+2+0,440+0,115+10+15+1+0,005+10)
=100% - 70,8
=29,2 %

BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
1. Cara kerja
V.1.1 Pembuatan shampoo KEOCONAZOLE
1) Dipisahkan fase minyak dan fase air. Dimana fase minyak terdiri dari
ketokonazole, span 80, propil paraben,-tokoferol, paraffin, Oleum
citrid, dan fase air terdiri dari natrium bisulfat, SLS, metal paraben,
gliserin.
2) Disiapkan 2 beker gelas
3) Dimasukan bahan pada beker pertama untuk fase air berdasarkan titi
leleh bahan
4) Dimasukan bahan pada beker kedua untuk fase minyak
5) Dipanaskan beker pertama diatas waterbath pada suhu 800C
6) Dipanaskan beker kedua diatas waterbath pada suhu 700C
7) Dimasukan fase minyak kedalam fase air
8) Diaduk hingga tercampur dengan ultraturax
9) Dicampur dengan HPMC
10) Diaduk dengan ultraturax dengan kecepatan 600 selama 2 menit
11) Dikemas dala wadah

2. Evaluasi shampoo
Tabel hasil evaluasi sediaan emulsi teknologi sediaan liquida dan
semisolida
Jenis Sediaan

: Shampo Ketokonazole

Kelompok / Kelas

: 1 (Satu) C-S1 Farmai 2014

Nama Evaluator

: Sagita Abdul Azis


Aditya R. Lalapa

no

Jenis evaluasi

Prinsip evaluasi

Hasil pengamatan

Uji organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)

1
Pengamatan secara
visual
2

Uji Ph larutan

Penentuan
densitas larutan

Berdasrkan angka
yang ditunjukan eleh
alat pengukur Ph (Ph
meter) yang di
celupkan pada sampel
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang masa
larutaqn sebsnayak
volume tertentu
dengan piknomenter
yang kemudian
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui identitasnya
(aquadest) pada suhu

Warna : putih
Bau: olive oil
Warna : putih
Bau: olive oil
Warna : putih
Bau: olive oil

0
1

2
3

Pikno kosong : 17,72


gram
Pikno+sediaan : 28,00
gram
Pikno kosong : 17,72
gram
Pikno+sediaan : 25,70
gram
Pikno kosong : 17,72

gram
Pikno+sediaan : 27,9
gram

tertentu

Penentian
vikositas dengan
alat brookfield

Uji tipe emulsi

Uji tinggi busa

Uji freezetaw
(pemisahan
akibat paparan
suhu)

Sebuah spindle
dicelupkan sediaan
yang akan diukur
viskositasnya. Gaya
gesek
antarpermukaaan
spindle dengan cairan
akan menentukan
tingkat viskositas
sediaan
Sediaan ditetesi
dengan metilen blue
secukupnya,
kemuadian diamati
Dicampurka 1 gram
sampel dengan 50 ml
air dikocok selama 20
detik dan diamati
tinggi busa
Sediaan diletakan
pada tempat dengan
suhu 5oC, biarkan
selam 2 hari.
Kemudian amati
terjadi pemisahan
atau tidak. Kemudian
letakan pula sediaan
pada tempat ddengan
suhu 40o C. dibiarkan
selama 2 hari . amati
terjadi pemisahan
atau tidak.

0
1

160 cp

384 cp

136 cp

0
1

m/a

m/a

m/a

0
1

8,0 cm

8,0 cm

8,0 cm

1
siklu
s

Pada suhu 4o sediaan


mengalami pemisahan,

BAB VI
PEMBAHASAN
VI.1 PEMBAHASAN
Shampo adalah salah satu produk perawatan rambut yang digunakan untuk
menghilangkan minyak, debu, ketombe, partikel-partikel kasar yang berasal
dari lingkungan dan kotoran lain dari rambut (Putra, 2009). Pada praktikum
teknologi sediaan liquida dan semi solid ini, dibuat shampo dalam bentuk
emulsi minyak dalam air.
Shampo ketokonazole sendiridiindikasikan

untuk pengobatan ketombe

atau dermatitis seboroik. 2% shampoo digunakan sekali sehari hingga 5 hari di


pityriasis versicolor. Untuk profilaksis seboroik dermatitis 2% shampoo
digunakan sekali setiap 1 sampai 2 minggu (rowe,2009)
Pada Formulasi Ini Digunakan Bahan Emulgatornya adalah Tween 80 dan
Span 80 dengan konsentrasi 10%, pengawet pada fase air adalah Metil paraben
0,18% , dan pada fase minyak adalah Propil paraben 0,02%, untuk bahan
peningkat viskositas adalah HPMC sebanyak 2% , dan bahan pendapanya
adalah Asam sitrat 0,115%, Natrium sitrat 0,440%, untuk bahan emoliennya
dipakai Gliserin 30%, serta humektannya adalah Propilenglikol 15%, pada
formulasi ini juga kami menggunakan antioksidan pada fase air adalah Natrium
metabisulfit 1%, dan antioksidan pada fase minyaknya adalah -tokoferol
0,05%, dikarenakan sediaan ini adalah shampo kami menambahkan NLS 10%
sebagai pembusa, dan sebahai agen pengaroma adalah Olive oil, serta tidak lupa
juga menambahkan Aquadest yang di ad 100 % sebagai pembawa fase airnya.
Penggunaan Emulgator twen dan span ini merupakan surfaktan nonionik,
dimana twen dan span ini tidak akan mengiritasi kulit, sehingganya lebih aman
digunakan oleh pengguna. Selain itu NLS yang Digunakan sebagai agen
pembusa dikarenakan NLS ini merupakan surfaktan anionik yang memang
biasa digunakan dalam formulasi kosmetik. NLS ini juga merupakan sufaktan
anionik, sehingganya dalam proses pembersihan akan terjadi dengan mudah
(rowe,2009).

Untuk menunjang aseptabilitas dari sediaan shampo ketoknazole ini, kami


menmbahkan HPMC sebagai peningkat viskositas sediaan selain itu hpmc ini
juga bisa untuk menjaga kestabilan busa (faizatun,2008). Selain itu digunakan
bahan pengawet pada fase air dan minyak dimana pengawet pada fase air adalah
metil paraben dan pada faase minyak adalah propilparaben. Pengawet ini
ditujukan untuk menjaga cemaran mikroba pada sediaan. Sediaan mengandung
air, dan air ini merupakan media utama pertumbuhan mikroba. Antioksidan
yang digunakan adalah natrium metabisulfit pada fase air dan alfa tokoferol
pada fase minyak. Penambahan antioksidan disini ditujukan untuk mencegah
terjadinya oksidasi. Formulasi shampo ketokonazole ini menggunakan bahan
pelembut (emolient) berupa gliserin. Hal ini berdasarkan Rowe (2009) bahwa
dalam formulasi topikal dan kosmetik gliserin utamanya digunakan sebagai
emolien dan humektan. Humektan disini juga kami menggunakan propilenlikol
yaitu untuk menjaga kulit kepala agar tetap dalam keadaan lembab.
Menurut Tungadi (2014), cara pembuatan emulsi secara umum yaitu
dengan menggunakan metode beker dimana metode ini digunakan jika emulsi
yang dibuat terdiri dari 2 jenis yaitu emulgator larut minyak dan larut air.
Prosedur kerja pembuatan shampo dalm bentuk emulsi minyak dalam air ini
yaitu dipanaskan fase air dan fase minyak pada masing-masing beker diatas
water bath hingga suhu 70C untuk fase minyak dan 80C untuk fase air. Hal ini
dimaksudkan karena minyak lebih lama dingin dibandingkan dengan air
(Tungadi, 2014).
HPMC dilakukan perlakuan khusus yaitu didispersikan ke dalam air panas
60-70C. Kemudian diaduk dengan ultraturax dengan kecepatan 100 rpm
selama 6 menit dan didinginkan sampai suhu 20-25C. Setelah dipanaskan, fase
minyak dimasukkan ke dalam fase air dan dicampur dengan ultraturax.
Ditambahkan campuran tersebut ke dalam HPMC dan diaduk lagi dengan
ultraturax dengan kecepatan 600 rpm selama 2 menit sampai homogen. Shampo
ketokonazole dikemas dalam kemasan botol yang tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya.

BAB VII
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara membuat sediaan shampo ketokonazol yaitu dengan cara di
pisahkan bahan fase air dan fase minyak, lalu dipanaskan masingmasing fase, kemudian diamsukkan fase minyak ke dalam fase air dan
dicampur pada ultraturax, lalu dicampurkan dengan pengental dan
ditambahkan pengroma.
2. Cara memformulasi sediaan shampo ketokonazol yaitu dengan
menambahkan zat tambahan seperti surfaktan, pengawet, pendapar,
pengental, emolien, humektan, pengaroma.
3. Cara mengevaluasi sediaan shampo ketokonazol yaitu uji organoleptis,
uji pH, uji viskositas, uji bobot jenis, uji tipe emulsi dan uji tinggi busa.
VII.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum,

praktikan diharapkan bisa

mengetahui bagaimana cara menggunakan alat yang baik dan benar, agar
dapat meminimalisir berbagai kesalahan yang mungkin saja terjadi pada
saat praktikum berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia Jilid Iii. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Dirjen Pom. 1995. Farmakope Indonesia Jilid Iv. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Effionora. 2012, Eksipien Dalam Sediaan Farmasi (Karakterisasi Dan Aplikasi),
Jakarta: Dian Rakyat
Faizatun,2008. Formulasi Sediaan Sampo Ekstrak Bunga Chamomile Dengan
Hidroksi Propil Metil Selulosa Sebagai Pengental.Jakarta: Universitas
Pancasila.
Grace, 2010. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Carbopol 940 Sebagai Bahan
Pengental Terhadap Viskositas Dan Ketahanan Busa Sediaan Shampo.
Yogyakarta: Universitas Senata Dharma.
Nusiyah Hasyim 2011, Formulasi Gel Dari Sari Belimbing Wuluh. Makassar:
Universitas Hassanudin
Rowe, R. 2008. Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th Edition. Washington:
Pharmaceutical Press
Sweetman.S. Et All.2009. Martindale 36th . London: Pharmaceutical Press.
Tungadi,2014. Teknologi Sediaan Liquida Dan Semisolid.Jakarta: Sagung Seto.

LAMPIRAN
Foto sediaan

Skema Kerja

HPMC
-

Ditimbang
Didistribusikan ke dalam air panas pada
suhu 60-70 0C
Diaduk menggunakan ultraturax dengan
kecepatan 100 rpm selama 6 menit
Didinginkan sampai 20-25 0C

Fase
air
-

Fase
minyak
Disiapkan gelas beker
Dimasukkan natrium bisulfat,
SLS, metal paraben, gliserin.
Dipanaskan pada suhu 80 0C

-Disiapkan gelas beker


-Dimasukkan ketokonazole, span
80, propil paraben,-tokoferol,
paraffin, Oleum citrid
-Dipanaskan pada suhu 70 0C
-Diaduk hingga homogen

Dimasukkan fase minyak ke dalam fase air


Diaduk hingga homogen
Dimasukkan kedua fase kedalam HPMC
Di ultra turax dengan kecepatan 600 rpm
selama 2 menit
Disimpan pada suhu ruangan

kekokonazole shampo

Anda mungkin juga menyukai