Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Kimia

analisis

merupakan

ilmu

yang

bertujuan

untuk

menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam suatu


sampel (kualitatif) dan juga menentukan berapa banyak komponen
yang ada dalam suatu sampel (kuantitatif). Analisis kuantitatif terbagi
atas 2 bagian, yaitu analisis gravimetrik dan analisis volumetrik.
Analisis volumetrik juga dapat dikatakan sebagai titrimetri (Gandjar,
2007).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu
zat

dengan

menggunakan

konsentrasinya.

zat

lain

yang

sudah

diketahui

Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan

metode volumetri secara garis besar diklasifikasikan dalam empat


kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu: titrasi asidi-alkalimetri,
titrasi oksidimetri, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri
(Sitti Chadijah, 2012).
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat
di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa.
Titrasi asam basa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri yaitu penetapan kadar
larutan

basa

menggunakan

larutan

baku

asam,

sedangkan

alkalimetri adalah penetapan suatu asam dengan menggunakan


larutan baku basa.
Metode titrasi Asam-Basa ini juga digunakan untuk menghitung
penetapan kadar suatu larutan asam atau basa, sehingga pada
percobaan ini dilakukan metode titrasi basa berdasarkan alkalimetri
untuk mengetahui penetapan kadar asam sitrat dan asam asetat.
Untuk mencapai titik akhir dari titrasi digunakan larutan baku
NaOH dan indikator fenolftalein yang dapat memberi perbedaan

warna dalam suasana asam maupun dalam suasana basa setelah


proses titrasi.
I.2

Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan


Mengetahui dan mempelajari dan memahami cara menentukan
kadar suatu larutan asam dan basa dalam metode asidimetri dan
alkalimetri dengan cara titrasi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain:
1. Mahasiswa dapat menetapkan % kadar dari asam sitrat dengan
metode alkalimetri.
2. Mahasiswa dapat menghitung PH dari asam sitrat.
3. Mahasiswa dapat menetapkan % kadar dari asam asetat dengan
metode alkalimetri.
4. Mahasiswa dapat menghitung PH dari asam astetat.
I.3

Prinsip Kerja
Prinsip dari percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri ini, yaitu
reaksi netralisasi yang lebih dikenal sebagai asam basa, reaksi ini
menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Dalam percobaan ini
dilakukan percobaan alkalimetri, yaitu berdasarkan pada penentuan
kadar suatu senyawa asam dengan menggunakan larutan baku yang
bersifat basa. Ion H+ akan bereaksi dengan OH- menghasilkan air
yang bersifat netral.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori
Titrasi Asam-Basa merupakan penentuan suatu kadar zat (asam
atau basa) berdasarkan atas reaksi Asam-Basa atau sering disebut
reaksi netralisasi. Titrasi Asam-Basa dibagi menjadi dua, yaitu
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan
air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai
reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa)
(Day, 1986).
Asidimetri ialah analisa volumetri dengan mempergunakan
larutan baku asam. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya
perubahan warna indikator yang ditambahkan. Sedangkan alkalimetri
ialah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku basa.
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna
indikator yang dipakai (Staf Pengajar Kimia Medik Fakultas
Kedokteran, 1997).
Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan
asam dan basa diantaranya: (1) titrasi yang melibatkan asam kuat
dan basa kuat, (2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa
kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah.
Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya
kation dan anion dari garam yang terbentuk (Chang Raymond,
2004).
Pada proses titrasi dibutuhkan indikator. Indikator asam-basa
adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau
kekeruhan pada suatu trayek pH tertentu. Indikator asam-basa
terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator
dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan

perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.


Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron.
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH yang
berbeda (Khopkar, 2010).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode
titrasi (titrasi asam-basa), yaitu suatu penambahan indikator warna
pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang
merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi apabila larutan tersebut
merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan
ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena
merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan
dalam laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan).
Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode
titrasi asam-basa, biasanya cara umum yang sering dilakukan adalah
dengan menetesi larutan yang diuji, yang sebelumnya telah diberi
larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga terjadi
perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan
warna yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan
(Day, 1986).
Kemudian

nilai

konsentrasi

larutan

yang

diuji

dihitung

berdasarkan cara yang telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada


metode ini mata manusia memegang peranan penting dalam
pengamatan terjadinya perubahan warna, juga dalam pengendalian
proses yang berlangsung dan penentuan nilai konsentrasi larutan,
perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan menggunakan
cara ini terdapat beberapa kelemahan antara lain kesalahan
paralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk perhitungan
atau penentuan nilai konsentrasi larutan. Karena setiap individu
dengan individu yang lainnya relatif berbeda, dalam pengamatan dan

penghitungannya tergantung pada ketelitian masing-masing individu


(Nusi, 2003).
Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu (Gandjar, 2007) :
1. Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja
ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen.
2. Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat
berlangsung sempurna.
3. Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah
menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu (Rivai,H., 2006):
1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang
digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk
membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung
dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang
dibuat. Contohnya : HCO , 2HO, Asam Benzoat (CHCOOH),
NaCO, KCrO, AsO, KBrO, KIO, NaCl, dll. Syarat-syarat
baku primer, yaitu:
1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
3. Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO, cahaya dan uap air
4. Mempunyai Mr yang tinggi
2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya
oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian
digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh: larutan
natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Reaksi netralisasi ini mempunyai nilai yang berarti untuk analisa
kuantitatif harus berjalan sedemikian sempurna. Reaks ini dapat
disempurnakan

dengan

cara-cara

seperti

misalnya:

dengan

pembentukan suatu zat dengan derajat ionisasi yang kecil, dengan


membebaskan gas dari suatu reaksi, dengan pembentukan endapan

dari suatu reaksi, dengan membebaskan ion kompleks, dengan


mengubah muatan ion dan dengan menambah suatu pereaksi yang
berlebihan. Bila larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH, dimana
keduanya merupakan elektrolit kuat (terionisasi sempurna dalam air),
maka ion hidrogen dari HCl akan bersatu dengan ion hidroksida dari
NaOH membentuk molekul air dengan derajat ionisasi yang sangat
kecil dan dalam larutan terdapat ion natrium dan ion kloridadalam
jumlah yang setara sebagai natrium klorida.
H+Cl- + Na+OH-

Na+Cl- + H2O

Pada reaksi netralisasi terjadi reaksi yang sempurna seperti yang


ditunjukkan pada reaksi diatas. Dalam hal titrasi asam klorida
dengan natrium hidroksida, terdapat ion hidrogen yang berlebihan
dalam larutan asam klorida sampai tepat pada waktu penambahan
larutan natrium hidroksida dalam jumlah yang setara. Pada titik
stoikiometri atau titik akhir, ion hidrogen yang ada dalam larutan
hanya berasal dari disosiasi molekul air dan nilai (H +) = (OH-) = 1 X
10-7, maka pH = 7 (Basset, 1994).
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Air suling (FI III: 96)
Nama resmi
:
Nama lain
:
Berat molekul
:
Rumus molekul
:
Rumus Struktur
:
Pemerian

Aqua destillata
Air suling, aquadest
18,02
H2O
H
H

O
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.


Kelarutan
: Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
: Sebagai zat pelarut.
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan.
II.2.2 Asam asetat (FI IV : 45-46)
Nama resmi
: Acidum Aceticum
Nama lain
: Asam asetat, asam cuka
Berat molekul
: 60,05
Rumus molekul
: CH3COOH / C2H4O2
6

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna ; bau khas,

Kelarutan

menusuk, ; rasa asam yang tajam.


: Dapat bercampur dengan air, dengan etanol,

dan dengan gliserol.


Khasiat
: Sebagai titrat.
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
II.2.3 Asam Sitrat (FI III: 50)
Nama resmi

: Acidum Citricum

Nama lain

: Asam Sitrat

Berat molekul

: 210,14

Rumus molekul

: C6H8O7

Rumus Struktur

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih,


tidak berbau

rasa

sangat asam, agak

higroskopi, merapuh dalam udara kering dan


Kelarutan

panas.
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air, dan
dalam 1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
II.2.4 Etanol (FI III: 65)

dalam eter
P.
: Sebagai titrat.
: Sebagai tambahan.
: Dalam wadah tertutup baik.

Nama resmi

: Aethanolum

Nama lain
Nerat molekul
Rumus molekul

: Etanol, alkohol
: 46,07
: C2H6O

Rumus struktur

Pemerian

: Cairan

tak

berwarna,

jernih,

mudah

menguap, dan mudah bergerak, bau khas,


rasa

panas,

mudah

terbakar

dengan

Kelarutan

memberikan nyala biru yang tidak berasap.


: Sangat mudah larut dalam air, dalam

Penyimpanan

kloroformI dan dalam eter P.


: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.


Khasiat
: Sebagai antiseptik.
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan.
II.2.5 Fenolftalein (FI IV: 675)
Nama resmi
: Phenolftalein.
Nama lain
: Fenolftalein.
Berat molekul

: 318,32

Rumus molekul
Rumus Struktur

: C20H14O4
:

Pemerian

: Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan,


larut dalam etanol, agak sukar larut dalam
eter.

Kelarutan

: Sukar larut dalam air, larut dalam etanol


(95%) P.

Khasiat

: Sebagai indikator.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

II.2.6 Kalium Biftalat (FI III: 686)


Nama resmi

: Kalium hidrogenftalat

Nama lain

: Kalium biftalat

Berat molekul

: 204,2

Rumus molekul

: CO2.C6H4.CO2K

Rumus struktur

CCCCCCCCK
O

Pemerian

: Serbuk hablur, putih tidak berwarna.

Kelarutan

: Larut perlahan-lahan

dalam

air, larutan

jernih.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Sebagai baku primer.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan.

II.2.7 Natrium hidroksida (FI IV: 589)


Nama resmi

: Natrii hydroxydum

Nama lain

: Natrium hidroksida

Berat molekul

: 40,00

Rumus molekul

: NaOH

Rumus struktur

: Na O - H

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, masa hablur atau


keping, kering, rapuh dan mudah meleleh
basah, sangat alkalis dan korosif, segera
menyerap CO2.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol


(95%).

Khasiat

: Sebagai titran.

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

BAB III
METODE KERJA
III.1

Alat dan Bahan

III.1.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Batang pengaduk
Botol
Buret
Cawan porselin
Gelas kimia
Gelas ukur
Labu erlenmeyer
Neraca analitik
Pipet tetes
Pipet volume
Sendok tanduk
Statif dan klem

III.1.2 Bahan
1.
2.
3.
4.

Aluminium Foil
Aqua destilata
Asam asetat
Asam sitrat
10

5.
6.
7.
8.
9.
10.
III.2

Aetanolum
Fenoftalein
Kalium biftalat
Kertas perkamen
Natrium hidroksida
Tissue

Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan air bebas CO2


1.
2.
3.
4.
5.

Disiapkan alat dan bahan.


Diukur air sebanyak 500 mL.
Dituangkan ke dalam gelas kimia.
Ditutup dengan aluminium foil.
Dipanaskan menggunakan kompor listrik selama beberapa

menit.
6. Didinginkan.
III.2.2 Pembuatan larutan NaOH
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditimbang seksama NaOH sebanyak 20 g.


Diukur aquades sebanyak 500 mL.
Dimasukkan ke dalam gelas kimia.
Diaduk hingga larut.
Dimasukkan ke dalam botol.
Diberi label NaOH.

III.2.3 Pembakuan NaOH 1 N


1.
2.
3.
4.

Ditimbang kalium biftalat sebanyak 0.3 g.


Dikeringkan dalam oven pada suhu 1500C selama 30 menit.
Dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2.
Dipipet sebanyak 3 mL larutan kalium biftalat ke dalam labu

erlenmeyer.
5. Ditambahkan 3 tetes indikator fenoftalein.
6. Dititrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna menjadi merah
keunguan.
III.2.4 Penentuan kadar asam sitrat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditimbang seksama asam sitrat sebanyak 300 mg.


Dilarutkan dalam 100 mL air.
Dipipet 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer.
Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna.
Dicatat volume titran.

III.2.5 Penentuan kadar asam asetat

11

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Diukur asam asetat sebanyak 20 mL.


Dilarutkan dalam 20 mL air.
Dipipet 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer.
Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna.
Dicatat volume titran.

12

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1

Tabel Hasil Pengamatan

IV.1.1 Penetapan kadar asam sitrat


No Sampel
1.

Vol. Titrat

Vol.Titran (mL)

Indikator

Perubahan
warna

(mL)

V1

V2

PP

20

0,5

0,4

3 tetes

Asam sitrat

Pink
keunguan

IV.1.2 Penetapan kadar asam asetat


No
1

IV.2

Sampel

Vol. Titrat

Asam
asetat

Vol.Titran (ml)

Indikator

Perubahan
warna
Pink

(ml)

V1

V2

PP

20

30,4

26,5

3 tetes

Perhitungan

IV.2.1 Penetapan kadar asam sitrat


Dik
:
- Volume NaOH (V1)
- Normalitas NaOH (N1)
- Volume Asam Sitrat (V2)
Dit
: Normalitas Asam Sitrat?
Penye :
V1 x N 1
=
V2 x N2
0,45 x 1
=
20 x N2
N2

=
=

0.0225 N

% kadar asam sitrat

13

= 0,45 mL
=1N
= 20 ml

keunguan

pH asam sitrat
dik :
- Asam sitrat
Mr asam sitrat
Ka
V asam sitrat
Dit : pH asam sitrat
Penye :

[H+]

= 300 mg = 0,3 g
= 192
= 10-5
= 20 mL = 0,02 L
=

.?

mol =

=
= 0,0016
M

=
=
= 0,08 mol L-1

[H+]

= 10-5 x 8.10-2)
= (8 x 10-7)
= 2,83 x 10-3,5

pH

= 3,5 log 2,83


= 3,5 - 0,453
= 3,047

IV.2.2 Penetapan kadar asam asetat


Dik
:
- Volume NaOH (V1)
14

= 28,45 mL

- Normalitas NaOH (N1)


- Volume Asam asetat (V2)
Dit
: Normalitas Asam asetat?
Penye :
V1 x N 1
=
V2 x N2
28,45 x 1 =
20 x N2
N2

=1N
= 20 ml

=
% kadar asam asetat

1,423 N

pH asam asetat
dik :
- Asam asetat
Mr asam asetat
Ka
V asam asetat
Dit : pH asam asetat
Penye :

[H+]

= 20 mL = 20 g
= 60
= 10-5
= 20 mL = 0,02 L
= .?

mol =

=
= 0,33 mol
M

=
=

15

[H+]

= 10-5 x 165 . 10-1)


= (165 x 10-6)
= 12,85 x 10-3

pH

= 3,5 log 12,85


= 3,5 1,11
= 2,39

IV.3 Reaksi-reaksi
IV.3.1 Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat
KHC8H4O4 + NaOH

KNaC8H4O4 + H2O

IV.3.2 Penetapan kadar asam sitrat


C6H8O7 + NaOH

C6H7O7Na + H2O

IV.3.3 Penetapan kadar asam asetat


CH3COOH + NaOH

CH3COONa + H2O

BAB V
PEMBAHASAN
V.1 Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat

16

Dalam percobaan ini, hal yang dilakukan sebelum melakukan


titrasi adalah menyiapkan alat dan bahan. Semua alat yang
digunakan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% agar alat
yang akan digunakan tersebut

bersih dan tidak terkontaminasi

dengan bakteri. Setelah itu langkah selanjutnya adalah pembuatan


air bebas CO2. Adapun yang pertama dilakukan adalah diukur 500
mL aqua destilata, kemudian dipanaskan aqua destilata tersebut
menggunakan

kompor

listrik

hingga

mendidih.

Setelah

itu

didinginkan kemudian terbentuklah 500 mL air bebas CO 2, kemudian


ditutup dengan aluminium foil. Hal ini bertujuan agar air tersebut
tidak terkontaminasi dengan CO2 dari luar (Achmad, 2006).
Sebelum

melakukan

pembakuan,

terlebih

dahulu

harus

melakukan pembuatan larutan NaOH 1 N. Adapun yang pertama


dilakukan yaitu ditimbang 20 gram NaOH, kemudian dilarutkan ke
dalam 500 mL air bebas CO2. Alasan pengguaan air bebas CO2
yaitu karena jika menggunakan air lain akan mempengaruhi
keasaman dari larutan (Ahmad, 2006). Lalu diaduk hingga larut,
sampai terbentuk larutan NaOH 1 N.
Selanjutnya pada pembakuan NaOH,langkah pertama yang
dilakukan adalah menimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 gram dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 150 0 C selama 30 menit.
Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam larutan
baku sehingga menghasilkan konsentrasi yang tepat pada proses
pembakuan (Achmad, 2006). Kemudian dilarutkan dalam 75 mL air
bebas CO2 dan diaduk hingga homogen. Dalam pembakuan ini,
harus menggunakan air bebas CO2 karena, Jika tidak menggunakan
air bebas CO2 maka akan mempengaruhi keasaman dari botol atau
kebasaan botol berkurang, sehingga analisa akan sulit dilakukan
karena analisanya bersifat basa terlebih dahulu sebelum dititrasi
dengan NaOH 1 N (Nusi, 2003).

17

Setelah larutan menjadi homogen, lalu ditambahkan 3 tetes


indikator penolfthalein, indikator ditambahkan untuk mempengaruhi
adanya perubahan warna pada titik ekuivalen kemudian di titrasi
dengan NaOH, sehingga terbentuk perubahan warna merah
keunguan mantap pada akhir titrasi, sehingga menghasilkan larutan
baku NaOH 1 N.
V.2 Penetapan kadar asam sitrat
Setelah

pembakuan

NaOH

N,

selanjutnya

dilakukan

penetapan kadar asam sitrat. Pertama ditimbang asam sitrat


sebanyak 0,3 gram kemudian dilarutkan dalam 100 mL air, lalu
dipipet 20 mL dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, dititrasi
dengan NaOH 1 N kemudian diteteskan indikator fenolftalein
sebanyak 3 tetes sampai terjadi perubahan warna menjadi pink
keuguan. Dalam percobaan ini indikator yang digunakan adalah
fenolftalein, hal ini disebabkan karena fenolftalein mempunyai warna
ungu dan tak berwarna atau penambahan ion hidroksida untuk
menghilangkan atau menggantikan perubahan indikator-indikator
menjadi warna ungu. Fenolftalein juga digunakan sebagai tanda
bereaksinya antara NaOH yang telah direaksikan dengan kalium
biftalat sehingga menghasilkan titik akhir titrasi dengan adanya
perubahan warna menjadi menjadi pink keunguan (Dirjen POM,
1995). Berdasarkan pengamatan, volume titran yang digunakan
pada proses titrasi penetapan kadar asam sitrat dengan titrasi
pertama 0,5 mL dan titrasi kedua adalah 0,4 ml.
Berdasarkan perhitungan % kadar yang diperoleh asam sitrat
adalah 0,425 % dan pH adalah 3,047.
V.3 Penetapan kadar asam asetat
Penetapan kadar asam asetat (CH 3COOH) dengan natrium
hidroksida (NaOH) merupakan titrasi alkalimetri untuk menitrasi
asam lemah dengan basa kuat. Langkah pertama yang dilakukan
dalam penetapan kadar asam asetat yaitu mengukur sebanyak 20

18

mL kemudian dilarutkan dalam 20 mL air,lalu dipipet sebanyak 20 mL


dan dimasukkan dalam labu erlemnmeyer. Setelah itu ditambahkan 3
tetes fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH.
Berdasarkan pengamatan volume titran yang digunakan pada
proses titrasi asam asetat dengan titrasi pertama 30,4 mL dan titrasi
kedua 26,5 mL, warna titrat berubah menjadi pink keunguan.
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau
membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range pH tertentu.
Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH.
Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat
organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer
elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang
berbeda dan akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH
yang berbeda (Khopkar, 2010). Berdasarkan perhitungan % kadar
yang diperoleh asam asetat adalah 0,356 % dan pH 2,39.
Volume titran yang digunakan pada penetapan kadar asam sitrat
lebih banyak dibandingkan pada penetapan asam asetat, karena
asam asetat memiliki tingkat keasaman lebih tinggi dibandingkan
dengan asam sitrat (Day, 1986).

19

20

Anda mungkin juga menyukai