Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 1
MODUL
I. PENDAHULUAN
Modul ini berisi tentang pengertian sediaan larutan, suspensi, emulsi, salep,
supositoria serta penjelasan tentang cara pembuatan dan evaluasinya. Tujuan dari
pembuatan modul ini adalah agar peserta dapat menguasai prinsip-prinsip pada proses
pembuatan sediaan cair dan semipadat khususnya larutan, suspensi, emulsi, salep, dan
mengevaluasi pada saat proses pembuatan dan kualitas produk yang dihasilkan. Pada
proses pembelajaran maka peserta dapat melakukan diskusi dengan pengajar dan melihat
proses pembuatan sediaan serta evaluasinya secara lebih jelas melalui video yang sudah
1. Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pembuatan sediaan cair dan semipadat yang
2. Mampu melakukan pekerjaan produksi sediaan farmasi (suspensi, emulsi, salep dan
menyimpan mengacu pada cara pembuatan yang baik (good manufacturing practice)
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 2
III. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN:
1. Peserta menguasai prosedur cara pembuatan sediaan larutan, suspensi, emulsi, salep,
dan supositoria
2. Peserta menguasai metode evaluasi pada saat proses pembuatan dan hasil produksi
3. Peserta mampu memberikan umpan balik terhadap kasus-kasus dalam pembuatan dan
IV. MATERI
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara
merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau
dicampur. Sediaan padat secara kimia umumnya lebih stabil dibanding senyawa dalam
larutan dan dapat dikemas lebih ringkas dan ringan. Untuk semua larutan terutama yang
mengandung pelarut mudah menguap harus menggunakan wadah tertutup rapat dan
terhindar dari panas berlebih. Jika senyawa tidak stabil dan mudah mengalami degradasi
Terdapat beberapa jenis larutan yang terbagi berdasarkan cara pemberian (oral,
topikal) atau sistem pelarut dan zat terlarut (spirit, Tingtur, Larutan Air).
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 3
1. Larutan oral
Adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
2. Larutan Topikal
Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut
lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal
larutan Lidokain Oral Topikal untuk penggunaan pada mukosa mulut. Istila lotio
3. Larutan Otik
Adalah larutan yang mengandung air atau glserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi untuk penggunaan telinga luar misalnya Larutan Otik Benzokain dan
Antipirin, Larutan Otik neomisin dan Polimiksin B Sulfat dan larutan Otik
Hidrokortison.
4. Spirit
Adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan. Beberapa bahan spririt
kadar etanol dalam spirit dengan mencampurkan sediaan yang mengandung air
seringkali menyebabkan kekeruhan. Spirit harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya untuk mencegah penguapan dan memperkecil perubahan akibat
oksidasi.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 4
5. Tingtur
Adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimiawi. Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam tetapi
6. Air aromatik
Kecuali dinyatakan lain air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari
minyak mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan mudah menguap lain. Bau
dan rasanya mirip dengan obat atau senyawa mudah menguap yag ditambahkan.
3. Cairan pembawa
6. Penggunaan bahan tambahan lain seperti buffer pH, solubilizer, suspending agent,
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 5
Kontrol kualitas sedian Larutan oral-topikal Lidokain hidroklorida adalah
Sejumlah volume yang setara dengan 100 mg Lidokain hidroklorida diukur secara
seksama dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50ml. Larutan tersebut diencerkan
dengan fase gerak sampai tanda. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan fase
gerak campuran asam asam asetat glasial P-air (50:930) dan pH diatur menjadi 3.40
dicampur dengan i bagian volume asetonitril sehingga diperoleh waktu retensi 4-6
menit. Larutan disaring dengan penyaring membran (dengan porositas 1µm atau lebih
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Persyaratan suatu suspensi
adalah zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap serta jika digojog
1. Bahan obat dengan karakteristik memiliki kelarutan yang rendah bahkan tidak larut
namun ditujukan untuk pasien yang tidak bisa menelan atau untuk sediaan parenteral
2. Pertimbangan stabilitas bahan aktif. Misalkan tetracycline HCI akan cepat rusak dalam
3. Pertimbangan rasa dimana dalam bentuk suspensi dapat ditambahkan bahan pemanis
sehingga rasanya lebih enak daripada larutan. Misalkan klorampenikol dalam bentuk
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 6
larutan rasanya pahit, sedangkan dalam bentuk suspensi rasanya lebih enak.
4. Pertimbangan terapi dalam jangka waktu tertentu misalnya: injeksi suspensi intra
muskular.
Metode pembuatan suspensi dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan cara
dispersi dan presipitasi. Pada cara dispersi bahan-bahan suspensi dicampurkan dan diaduk
hingga semua bahan terdispersi sedangkan pada metode presipitasi obat dilarutkan terlebih
dahulu sesuai kondisi yang dibutuhkan kemudian diendapkan. Kedua tipe pembuatan ini
akan memberikan kondisi stabilitas suspensi yang berbeda. Selain pengaruh cara
1. Ukuran partikel
2. Pergerakan partikel
4. Konsentrasi suspensi
tersebut juga diperlukan in process control untuk memastikan produk akan memenuhi
persyaratan. Tahapan pembuatan suspensi dan in proces control disajikan pada gambar 1.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 7
Tabel II. Sifat fisikokimia Parasetamol
Sifat Fisikokimia Keterangan
Pemerian Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol
Jarak lebur Antara 1680 dan 1720
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%
Suspensi Parasetamol dibuat dengan formula seperti disajikan pada Tabel III.
Suspensi Parasetamol dibuat dengan menambahkan dekstrosa pada air. Setelah itu
ditambahkan bahan lain dengan pengadukan yang diawali dari penambahan asam sitrat,
natrium sitrat, perasa jeruk, Kollidon CL-M dan terakhir ditambahkan Parasetamol.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 8
Tabel III. Formula Suspensi Parasetamol
Nama Bahan Jumlah
Serbuk Parasetamol 5,0 gram
Serbuk Asam sitrat 0,5 gram
Natrium sitrat 0,5 gram
Kollidon CL-M 5,0 gram
Perasa jeruk 0,1 gram
Dekstrosa 30,0 gram
Air 58,9 gram
Pada uji ini maka diambil tidak kurang dari 30 satuan. Selanjutnya dilakukan penetapan
kadar pada sejumlah tertentu bahan yang telah dikocok dan dipindahkan dari masing-
masing wadah dalam kondisi penggunaan yang normal dan dinyatakan hasil sebagai
suspensi oral dalam wadah dosis ganda. Langkah awal yang harus dilakukan adalah
memilih 30 botol. Setelah itu diambil 10 botol dan dikocok satu persatu. Suspensi
kemudian dituangkan perlahan-lahan dari tiap wadah kedalam gelas ukur yang tidak
lebih dari 2,5 volume dari volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Pada proses
lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5 menit untuk dosis tunggal. Jika telah
bebas dari gelembung udara maka dapat diukur volume tiap campuran. Persyaratan
penerimaan adalah volume rata-rata dari 10 botol tidak kurang dari 100% dan tidak ada
1 wadah kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 9
4. Penetapan kadar parasetamol dalam suspensi
Sejumlah volume suspensi yang telah dikocok diukur seksama yang setara dengan lebih
kurang 100 mg parasetamol. Suspensi dimasukkan ke dalam labu tentukur 200 ml.
Setelah itu ditambahkan 100 ml fase gerak dan dikocok selama 10 menit. Selanjutnya
ditambahkan fase gerak sampai tanda. Sebanyak 5 ml larutan dipipet dan dimasukkan
ke dalam labu tentukur 250 ml dan diencerkan dengan fase gerak sampai tanda.
Campuran selanjutnya disaring dengan penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
sebagai sampel. Sampel dibaca dengan detektor 243 nm dan kolom 3,5 mm x 30 cm
berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Fase gerak yang
digunakan adalah campuran air-metanol (3:1) yang telah disaring dan diawaudarakan.
Emulsi adalah suatu sistem yang memungkinkan suatu cairan terdispersi di dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil dengan diameter 0,2 – 50 mikron. Pada
umunya cairan tersebut adalah campuran dari fase minyak dan fase air yang dengan
pengocokan akan diperoleh campuran yang homogen. Namun demikian campuran tersebut
mempunyai stabilitas minimal sehingga dalam waktu singkat akan memisah kembali. Oleh
karena itu stabilitas emulsi tersebut diperbesar dengan penambahan bahan penolong yang
disebut emulgator.
Terdapat dua komponen utama dalam emulsi yaitu cairan yang terdispersi yang
disebut fase dispers atau fase internal. Sedangakan cairan sebagai medium dimana fase
dispers terdispersi disebut medium dispers atau fase eksternal/fase kontinyu. Kedua fase
tersebut bisa terdiri atas bagian yang bersifat hidrofil, seperti: alkohol, glikol, gula, garam
mineral, garam organik, dan lain-lain serta yang bersifat lipofil seperti asam lemak, alkohol,
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 10
asam lemak, lilin, zat-zat aktif yang liposolubel, dan lain-lain. Berdasarkan komponen
1. Emulsi tipe minyak/air (m/a) atau oil/water (o/w) di mana minyak terdispersi dalam
2. Emulsi tipe air/minyak (a/m) atau water/oil (w/o) di mana fase air terdispersi ke dalam
fase minyak.
Emulsi dapat digunakan dalam berbagai pemakaian, misal untuk pemakaian topikal
1. Secara per-oral banyak digunakan tipe o/w dimana keuntungannya adalah mudah
Emulgator
Selain fase air dan fase minyak maka komponen penting lain dalam emulsi adalah
1. Sufaktan
Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan lipofil sekaligus
dalam molekulnya sehingga dapat berada di permukaan cairan atau antar muka dua
cairan dengan cara teradsorbsi. Gugus hidrofil akan berada pada bagian air sedangkan
gugus lipofil akan berada pada bagian minyak. Surfaktan ini memiliki 4 kategori yaitu
berdasarkan atas muatan yang dihasilkan bila zat ini terhidrolisis dalam air.
2. Hidrokoloid
Emulgator ini bekerja dengan membentuk lapisan yang rigid/kaku dan bersifat
viskoelastik pada permukaan minyak-air. Zat ini bersifat larut dalam air dan akan
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 11
membentuk emulsi tipe o/w. Beberapa jenis emulgator ini adalah:
f) Zat padat halus yang terdispersi : bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium
hidroksida.
Pembuatan Emulsi
Pada pembuatan emulsi dibutuhkan senyawa yang dapat menyatukan kedua tipe
fase hidrofil dan lipofil yaitu senyawa yang disebut surfaktan. Penambahan surfaktan pada
1. Melarutkan surfaktan sesuai kelarutannya pada fase yang ada. Surfaktan yang larut
dalam minyak dilarutkan dalam minyak demikian juga yang larut dalam air dilarutkan
dalam air. Kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam fase air sehingga dapat
2. Surfaktan (misalnya Tween dan Span) dimasukkan dalam fase minyak yang kemudian
dipanaskan kurang lebih 60-70°C. Demikian juga dengan fase air dipanaskan pada suhu
yang sama. Kemudian fase air ditambahkan porsi per porsi sambil diadu kke fase minyak
Emulgator dicampur dengan sebagian air sehingga terbentuk musilago. Setelah itu fase
minyak dan fase air ditambahkan sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk
sehingga homogen.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 12
2. Metode Continental (4-2-1)/Metoda Gom Kering/Metode Suspensi
tersebut diaduk sehingga terbentuk korpus emulsi. Selanjutnya sisa air ditambahkan
menggunakan metode ini yang merupakan variasi dari metode gom kering.
a. Pengaduk (mixer)
Alat ini bekerja dengan menghomogenkan dan memperkecil ukuran partikel. Hal yang
harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah apabila terlalu banyak udara yang
ikut terdispersi kedalam cairan maka akan terbentuk buih yang dapat mengganggu
b. Homogenizer
Alat ini bekerja dengan memperkecil ukuran partikel karena adanya pemberian
tekanan pada cairan. Tekanan tersebut menyebabkan cairan dipaksa melewati celah
sempit yang kemudian terbentur ke dinding wadah atau ditumbukkan pada bola-bola
metal yang ada dalam celah tersebut. Hal ini menyebabkan partikel akan terpecah
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 13
Kontrol Emulsi
emulsi ke dalam tabung yang berisi air. Apabila campuran dapat homogen atau
terencerkan oleh air maka emulsi bertipe o/w. Demikian juga sebaliknya maka tipe
b) Metode pewarnaan dengan cara melarutkan pewarna dalam emulsi. Emulsi tipe o/w
akan terwarnai oleh zat warna yang larut dalam air demikian juga sebaliknya.
c) Konduktibilitas elektrik dengan cara mengalirkan listrik pada emulsi. Bila emulsi
2. Distribusi granulometrik
Uji ini dilakukan untuk mengamati ukuran partikel fase dispers menggunakan
mikroskop. Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
emulsi. Apabila terjadi peristiwa koalesensi maka diameter rata-rata partikel akan
membesar.
Tipe alir emulsi akan mempengaruhi proses pembuatan dan mempengaruhi saat
penyimpanan.
4. Uji stabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengamati stabilitas emulsi terutama saat penyimpanan. Uji
sesuai kondisi normal membutuhkan waktu yang lama sehingga dilakukan juga uji
stabilitas yang dipercepat. Setelah uji stabilitas dipercepat maka dilakukan analisis
hubungan antara hasil uji stabilitas yang dipercepat dengan pengamatan sesungguhnya
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 14
a. Temperatur 40-60° C
b. Sentrifugasi
Berdasarkan hukum Stokes hal ini akan mempengaruhi proses pemisahan partikel.
c. Shock Thermic
Pada uji ini emulsi disimpan dengan variasi suhu yang cukup besar secara
Sebagai salah satu contoh sediaan emulsi adalah emulsi ekstrak kunyit. Ekstrak
kunyit mengandung bahan aktif kurkumin. Sifat fisikokimia ekstrak kunyit disajikan pada
tabel IV.
Parameter Keterangan
Struktur
C21H20O6
Pemerian Ekstrak kental, warna kuning, bau khas, rasa agak pahit (Anonim, 2008)
Kelarutan Sangat larut dalam etanol, agak larut air panas, tidak larut air dingin,
eter dan asam asetat
Kurkuminoid Merupakan campuran dari kurkumin (diferuloilmetan),
menodeksimetoksikurkumin, dan bisdemetoksi kurkumin (FOHAT,
2016)
Kandungan Kimia Rimpang kunyit mengandung kurkumin, dimetoksi kurkumin,
bismetoksi kurkumin, pati, tannin, resin, komponen minyak atsiri,
terpen tumeron, aflanton, zingiberin, gula, protein.
Berat Molekul 368,38 g/mol
Rapat Jenis 0,9348
Kadar Air < 10%
Kadar Abu Total < 0,4%
Abu tidak Larut Asam < 0,1%
Kadar Minyak Atsiri >3,2%
Kadar kurkuminoid ≥ 33,90%
Formulasi emulsi kunyit berdasarkan aspek preformulasi dapat dilihat pada tabel V.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 15
Tabel V. Formula emulsi ekstrak kunyit
Bahan Jumlah
Ekstrak kunyit 5g
Tween 80 10,07 g
Span 80 3,9 g
Gom 0,2 g
Aspartam 0,1 g
Na benzoat 0,1 g
Oleum citri Qs
Aquades ad 100 ml
Metode pembuatan dari emulsi kunyit ini dimuali dengan mengembangkan gom dengan
aquades, kemudian melarutkan Tween 80 dengan air hangat (larutan 1). Setelah itu melarutkan
aspartame dan Na benzoate dengan aquadest (larutan 2). Selain itu juga mencampurkan span
80 dengan ekstrak kunyit diatas waterbath hingga homogen (larutan 3). Gom yang sudah
mengembang dicampurkan dengan larutan 3, kemudian tambahkan larutan 1 dan 2 sedikit demi
sedikit.
1. Penetapan pH
2. Homogenitas
Emulsi dikocok dan kemudian diteteskan digelas objek. Susunan dan distribusi jumlah
3. Volume terpindahkan
Langkah awal yang harus dilakukan adalah memilih 30 botol. Setelah itu diambil 10
botol dan dikocok satu persatu. Suspensi kemudian dituangkan perlahan-lahan dari tiap
wadah kedalam gelas ukur yang tidak lebih dari 2,5 volume dari volume yang diukur
dan telah dikalibrasi. Pada proses tersebut harus dihindari pembentukan gelembung.
Waktu penuangan didiamkan tidak lebih dari 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 16
menit untuk dosis tunggal. Jika telah bebas dari gelembung udara maka dapat diukur
volume tiap campuran. Persyaratan penerimaan adalah volume rata-rata dari 10 botol
tidak kurang dari 100% dan tidak ada 1 wadah kurang dari 95% dari volume yang
4. Bobot jenis
5. Penetapan kadar
Densitometri dengan fase gerak kloroform dan metanol (95:5) n-heksan dan etil asetat
(1:1) dan fase diam Silika Gel 60 F254 yang sudah dilakukan optimasi. Masing-masing
5 µl larutan uji yang telah diekstraksi dilarutkan menggunakan etanol dan larutan
standar yaitu kurkumin 0,1 % dalam etanol ditotolkan pada lempeng fase diam.
Kemudian dielusi dengan fase gerak. Dibaca dengan KLT-Densitometri pada panjang
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditunjukkan untuk pemakaian topikal
pada kulit ataupun pada selaput lendir. Efek terapinya dapat digunakan untuk pengobatan
1. Stabil baik secara fisik maupun kimia selama pemakaian dan penyimpanan. Stabilitas
2. Lunak sehingga memudahkan saat dioleskan terutama pada bagian kulit yang luka
yang terbuka. Selain itu dengan konsistensi yang lunak akan memiliki daya sebar yang
baik.
3. Protektif terutama untuk salep yang ditujukan melindungi kulit dari pengaruh luar baik
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 17
berupa sifat asam, basa, debu, sinar matahari dan lain-lain.
4. Basis yang cocok sehingga tidak menghambat kerja obat yang dikandungnya,
Salep tersusun oleh berbagai komponen baik berupa padatan, cairan maupun
semipadat. Bahan tersebut dapat berada dalam keadaan terlarut (salep larutan), tersuspensi
emulsi yang kenudian biasa disebut krim. Salep dengan jumlah bahan padat tinggi
dinyatakan sebagai pasta. Bahan tersebut terbagi atas dua bagian besar yaitu bahan aktif
kecepatan pelepasan obat yang selanjutnya akan mempengaruhi khasiat dari obat yang
2. Konsentrasi obat,
4. Medium pelepasan.
1. Memiliki stabilitas yang baik dan tidak bereaksi dengan bahan lain ataupun bahan aktif
(inert)
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
Basis ini bersifat lemak sehingga hanya sejumlah kecil komponen air yang dapat
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 18
ditambahkan. Keuntungan dari basis ini adalah dapat melekat lama di kulit, dapat
digunakan untuk emolient. Namun demikian karena sifatnya yang berlemak amka sulit
dibersihkan dari permukaan kulit. Contoh dari bahan yang masuk tipe basis ini adalah
Basis ini dapat menyerap sejumlah air. Ada dua tipe yaitu dasar salep yang dapat
bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (misalnya parafin hidrofilik
dan lanolin anhidrat) dan emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah air (misalnya lanolin). Tipe basis ini juga dapat digunakan sebagai emolien.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air (water removal bases)
Basis ini berupa emulsi minyak dalam air (contohnya salep hidrofilik) yang kemudian
biasa disebut "Krim". Keuntungan basis ini adalah dapat diencerkan dengan air, mudah
menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik, mudah dibersihkan dari
permukaan kulit sehingga banyak digunakan pada sediaan kosmetik. Contoh lain basis
Basis ini karena larut dalam air sehingga disebut juga "dasar salep tak berlemak" dan
terdiri dari konstituen larut air. Keuntungan basis ini adalah mudah dibersihkan dari
permukaan kulit
Proses pembuatan salep tergantung dari jenis basis salep yang digunakan serta
jumlah yang akan dibuat. Faktor kritis dalam pembuatan salep adalah pencampuran dan
pengadukan bahan-bahan teruatama antara fase minyak dengan fase air. Bahan-bahan yang
masuk dalam fase air dimasukkan ke dalam air sedangkan yang larut dalam minyak
dilarutkan dalam fase minyak. Masing-masing fase dipanaskan pada suhu sekitar 60-700C.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 19
Setelah homogen maka fase air dituang secara perlahan-lahan ke dalam fase minyak. Kedua
fase diaduk sehingga homogen sambil didinginkan. Pada proses pencampuran ini harus
dicegah masuknya udara karena dapat menyebabkan instabilitas emulsi, variasi kerapatan
dalam bets dan variasi bobot dalam wadah. Selain itu masuknya udara juga dapat terjadi
saat proses pengisian salep dalam tube. Pada proses pendinginan tersebut dapat
ditambahkan bahan lain yang tidak tahan pemanasan seperti pewangi. Demikian juga untuk
bahan aktif yang tidak tahan panas dapat ditambahkan saat pendinginan tersebut. Namun
jika bahan aktif tahan panas maka dapat ditambahkan sejak awal yaitu di fase minyak atau
Pada proses pembuatan salep perlu dilakukan in proces control untuk memastikan
produk yang dihasilkan akan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Langkah pembuatan
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 20
Gambar 2. Proses pembuatan salep dan tahapan in proces control
Sebagai contoh salah satu sediaan salep adalah salep asam salisilat. Asam salisilat memiliki
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 21
Tabel VI. Sifat fisikokimia asam salisilat
Parameter Keterangan
Struktur
salicylicum 200 mg dan vaselin album hingga 10 g. Metode pembuatan salep asam salisilat
ini dilakukan dengan cara melarutkan asam salisilat dengan spiritus fortior secukupnya.
Kemudian asam salisilat yang telah larut ditambahkan vaselin album sedikit demi sedikit
dan digerus hingga homogen. Kemudian masukkan ke dalam wadah tertutup rapat dan
diberi label.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 22
Gambar 3. Alat pH meter (Anonim1, 2018)
2. Penetapan viskositas
Viskositas salep dapat ditentukan dengan viskosimeter
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 23
MATERI V: SUPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat yang akan meleleh, melunak, atau melarut pada
suhu tubuh ketika dimasukkan melalui rektal, vagina, atau uretra. Penggunaan suppositoria
bertujuan untuk melindungi jaringan setempat atau memberikan efek terapi yang bersifat
lokal atau sistemik. Sama halnya dengan salep maka dalam supositoria juga terdiri atas dua
komponen dasar yaitu bahan aktif dan bahan tambahan atau basis. Basis suppositoria pada
umumnya yang digunakan adalah basis tipe lemak misalnya lemak coklat (oleum cacao)
dan minyak nabati terhidrogenasi, basis hidrofilik misalnya gliserin, gelatin tergliserinasi,
campuran polietilen glikol berbagai macam bobot molekul, dan basis lainnya seperti
polioksil 40 stearat.
Pemilihan bahan bahan dasar suppositoria tersebut menjadi salah satu faktor
penting karena akan berpengaruh pada pelepasan zat aktif. Lemak coklat memiliki
karakteristik cepat meleleh pada suhu tubuh namun karena berlemak sehingga tidak
tercampurkan dengan cairan tubuh. Hal tersebut akan menghambat difusi obat yang larut
dalam lemak (lipofil) pada tempat yang diobati. Bahan pembawa berminyak seperti lemak
coklat jarang digunakan untuk supositoria vaginal karena membentuk residu yang tidak
dapat diserap. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa anti septik.
1. Netral secara fisiologis sehingga tidak menimbulkan rangsangan misalnya pada usus.
Selain itu juga harus netral secara kimia yang berarti tidak mudah bereaksi dengan
2. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku sehingga dapat membeku dengan
cepat yang akan memudahkan saat pembuatan dan mencegah pendinginan mendadak
dalam cetakan.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 24
3. Viskositas yang memadai yang akan berpengaruh pada saat pembuatan yaitu
6. Stabilitas secara fisik yang baik karena akn berpengaruh saat penyimpanan
Pembuatan Supositoria
Seperti halnya salep maka pembuatan supositoria juga tergantung dari jenis basis yang
digunakan. Pada prinsipnya ada dua macam pembuatan supositoria yaitu dengan
1. Mencetak leburan
Pada metode ini maka bahan bahan dileburkan dalam basis sesuai dengan sifat
bahannya. Setelah itu ditambahkan bahan aktifnya dan diaduk sampai homogen.
Setelah homogen maka masa lelehan siap dituang ke dalam cetakan yang sebelumnya
2. Kompresi
Pada metode ini maka bahan yang siap dicetak diberikan tekanan sehingga tercetak
supositoria.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 25
Evaluasi supositoria
1. Kekerasan Suppositoria
Suppositoria dimasukkan ke dalam alat uji dengan posisi ujung supositoria ada pada
bagian atas dan biarkan beberapa waktu hingga suppo mencapai temperatur ruangan.
Beban alat tersebut adalah 600 gram. Apabila supositoria belum menunjukkan
perubahan secara fisik setelah 1menit maka ditambah lagi beban pada alat uji sebesar
200 gram. Beban tersebut ditambahkan tiap interval waktu 1 menit selama suppo belum
hancur. Waktu dan beban yang dibutuhkan sampai supositoria hancur dicatat.
berikut:
Supositoria dimasukkan ke dalam alat uji yang telah dilengkapi dengan sistem sirkulasi
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 26
air yang memiliki suhu 37°C. Suppositoria dimasukkan ke dalam bagian spiral dari alat
tersebut kemudian diatur sehingga batang kaca hingga tepat menyentuh suppositoria.
Pada waktu air menyentuh suppositoria maka mulai dicatat waktunya. Waktu yang
dibutuhkan sehingga tidak ada lagi suppositoria yang berada pada spiral kaca tersebut
dicatat.
Sebagai salah satu contoh sediaan supositoria adalah Supositoria Bisakodil. Sifat
Parameter Keterangan
Pemerian Merupakan serbuk hablur putih sampai hampir putih, terutama
terdiri dari partikel dengan diameter terpanjang lebih kecil dari
50µm.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform dan
benzena, agak sukar larut dalam etanol dan dalam metanol,
sukar larut dalam eter.
Jarak lebur Antara 131 0 dan 135 0
Susut Tidak lebih dari 0,5%
pengeringan
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%
Supositoria dibuat dengan melelehkan basisnya yaitu oleum cacao dan setil
alkohol. Setelah itu ditambahkan Bisakodil dan diaduk sampai homogen. Masa
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 27
Berdasarkan kompendia maka dilakukan evaluasi berupa penetapan kadar
dengan 100 mg bisakodil dan dimasukkan ke dalam corong pisah 500 ml. Setelah itu
bagian bawah dialirkan ke dalam labu tentukur200 ml. Lapisan n-heksan yang tersisa
diekstraksi sebanyak 2 kali, tiap kali dengan 50 ml asetonitril. Lapisan bagian bawah
dikumpulkan dalam labu tentukur tersebut. Kumpulan ekstrak dalam labu tentukur
tersebut diencerkan dengan asetonitril sampai tanda, dikocok dan disa ring.
Selanjutnya sampel dibaca dengan kromatografi caik kinerja tinggi yang dilengkapi
detektor 265 nm; kolom 3,9 x 30 cm berisi L2. Laju fase gerak kurang lebih 2 ml per
menit. Fase gerak yang digunakan adalah campuran natrium asetat 0,074 M (dalam
air yang diatur pH hingga 7,4 dengan penambahan asam asetat p 2,5%) dengan
V. TUGAS
VI. RANGKUMAN
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Persyaratan
suatu suspensi adalah zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap
Suspensi dibuat dengan dua metode yaitu dispersi dan presipitasi. Suspensi
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 28
kemudian dievaluasi dengan parameter diameter partikel, volume sedimentasi,
dalam cairan yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil dengan diameter 0,2 – 50
mikron. Pada umunya cairan tersebut adalah campuran dari fase minyak dan fase
air yang dengan pengocokan akan diperoleh campuran yang homogen. Emulsi
dapat dibuat dengan metode anglosaxon, continental dan forbes. Emulsi yang
topikal pada kulit ataupun pada selaput lendir. Salep tersusun atas zat aktif dan basis
dengan 4 macam tipe yaitu berlemak, serap, dapat dicuci dengan air dan larut air.
Salep yang dibuat dengan pencampuran atau peleburan selanjutnya dievaluasi pH,
melarut pada suhu tubuh ketika dimasukkan melalui rektal, vagina, atau uretra.
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 29
VII. DAFTAR PUSTAKA
Modul 008 | Pembuatan dan Evaluasi Sediaan Cair dan Semi Padat 30