Anda di halaman 1dari 188

DERMATOTERAPI

PENULISAN RESEP

Blok 18
apt. Sadakata Sinulingga,
M.Kes
MACAM2 CARA PENGOBATAN PENY
AKIT KULIT
1.TOPIKAL
2.SISTEMIK
3.INTRA LESI

CARA LAIN:
4. RADIOTERAPI 4. KRIOTERAPI
5. SINAR UV 5. BEDAHLISTRIK
6. PENGOBATAN LASER 6. BEDAH SKALPEL
PENGOBATAN TOPIKAL

GUNA & KHASIAT  Pengaruh fisik & kimiawi


obat2 yang diaplikasi di atas kulit yang sakit

Pengaruh Fisik:
 Mengeringkan
 Membasahi (Hidrasi)
 Melembutkan
 Mendinginkan
 Memanaskan
 Melindungi
HOMEOSTASIS

MENYEMBUHKAN KULIT YANG SAKIT & JARINGAN


SEKITARNYA

FISIOLOGIK STABIL SECEPATNYA.

MENGHILANGKAN GATAL
PRINSIP OBAT TOPIKAL
A.BAHAN DASAR (VEHIKULUM)
B.BAHAN AKTIF

DERMATOSIS YG BASAH  BAHAN DASAR:


CAIR/ BASAH, MIS. KOMPRES
KERING  BAHAN DASAR: PADAT/ KERING
MIS. SALAP, KRIM, BEDAK
Prinsip Terapi Topikal

Dasar pengobatan pada terapi

topikal  pemilihan bahan dasar

yang sesuai (VEHIKULUM)


BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

Vehikulum dipakai sebagai

dasar obat-obat spesifik

sehingga dapat diaplikasikan

di kulit
Klasifikasi Sediaan Topikal
Klasifikasi sediaan farmasi untuk topikal
berdasarkan jenis vehikulum yang
digunakan:
1. Vehikulum monofasik  serbuk, cairan
u/ topikal, lemak
2. Vehikulum bifasik  krem, gel, pasta
berlemak, pasta kering, larutan kocok,
3. Vehikulum trifasik  pasta pendingin,
pasta krem
8
Bentuk sediaan obat setengah padat

Sediaan obat setengah padat :


• Untuk pemakaian luar,
• Dioleskan pada kulit,
• Sebagai terapi atau pelindung kulit,
• Juga berfungsi sebagai kosmetika

Berdasarkan konsistensinya :
1. cairan kental/encer : linimentum
2. setengah padat : unguentum
3. lebih bersifat padat : sapo medicatus,
emplastrum
Faktor-faktor yang berpengaruh pada absorpsi obat setengah padat

A. Kondisi/fisiologi kulit, antara lain :


1. Luas permukaan yang diobati, makin luas p
ermukaan kulit yang diobati maka obat yang
diabsorpsi juga akan semakin banyak sehingg
a konsentrasi obat harus lebih kecil
next

2. Keadaan lapisan epidermis, lapisan epider


mis yang tebal menghalangi absorpsi maup
un penetrasi obat sehingga diperlukan kerat
olitik untuk membantu penetrasi obat ke da
lam kulit
3. Hidrasi pada stratum korneum, hal ini berh
ubungan erat dengan fungsi obat sebagai pe
lindung
B. Konsentrasi obat, bila konsentrasi obat besar
maka absorpsi obat juga besar, sehingga perlu
diperhatikan untuk obat yang terserap ke alir
an darah
C. Sifat basis dan bahan berkhasiat obat, misaln
ya kelarutan obat, koefisien partisi obat dala
m kulit dan koefisien aktifitas obat
MEKANISME KERJA OBAT TOPIKAL
• Farmakokinetik sediaan topikal secara umum
menggambarkan perjalanan bahan aktif dalam
konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada k
ulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, sela
njutnya didistribusikan secara sistemik.
• Mekanisme ini penting dipahami untuk memb
antu memilih sediaan topikal yang akan digun
akan dalam terapi
• Perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasika
n pada kulit
Gambar 2 Penetrasi melalui tiga kompartemen kulit
• Secara umum perjalanan sediaan topikal setel
ah diaplikasikan melewati tiga kompartemen y
aitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan j
aringan sehat
• Stratum korneum dapat berperan sebagai rese
rvoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur p
ada obat masih berkontak dengan permukaan
kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak d
apat dihilangkan dengan cara digosok atau ter
hapus oleh pakaian
• Unsur vehikulum sediaan topikal dapat menga
lami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan
pada lapisan yang dilewati seperti
pada epidermis, dermis
• Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat me
mbawa bahan aktif menembus hipodermis
• Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal a
kan diserap oleh vaskular kulit pada dermis da
n hipodermis
Jalur penetrasi sediaan topikal
• Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa
macam jalur seperti pada
• Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, t
erjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan akti
f terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat aktif t
erlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mud
ah dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam se
diaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi v
ehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi fung
si reservoir kulit terhadap vehikulum
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif
terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase, f
alling phase)
Gambar 3 Jalur penetrasi sediaan topikal19
Penetrasi secara transepidermal
• Penetrasi transepidermal dapat secara interselule
r dan intraseluler. Penetrasi interseluler merupak
an jalur yang dominan, obat akan menembus stra
tum korneum melalui ruang antar sel pada lapisa
n lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapa
t berlangsung pada matriks lipid protein dari strat
um korneum.
• Setelah berhasil menembus stratum korneum ob
at akan menembus lapisan epidermis sehat di ba
wahnya, hingga akhirnya berdifusi ke
pembuluh kapiler
• Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui dif
usi obat menembus dinding stratum korneum
sel korneosit yang mati dan juga melintasi mat
riks lipid protein startum korneum, kemudian
melewatinya menuju sel yang berada di lapisa
n bawah sampai pada kapiler di bawah stratu
m basal epidermis dan berdifusi ke kapiler
Penetrasi secara transfolikular
• Analisis penetrasi secara folikular muncul setel
ah percobaan in vivo.
• Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa m
olekul kecil seperti kafein dapat berpenetrasi ti
dak hanya melewati sel-sel korneum, tetapi ju
ga melalui rute folikular.
• Obat berdifusi melalui celah folikel rambut da
n juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdif
usi ke kapiler
• Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan
melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada
melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, k
arena luas permukaan folikel dan kelenjar kerin
gat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kuli
t yang tidak mengandung elemen anatomi ini.
• Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan
berlaku sebagai membran semi permeabel, dan
molekul obat berpenetrasi
dengan cara difusi pasif
Mekanisme kerja sediaan topikal
• Beberapa perbedaan mekanisme kerja diseba
bkan komponen sediaan yang larut dalam lem
ak dan larut dalam air
1. Cairan
• Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efe
k dominan cairan akan berperan melunakkan k
arena difusi cairan tersebut ke masa asing yan
g terdapat di atas permukaan kulit; sebagian k
ecil akan mengalami evaporasi
• Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtu
ra jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura tel
ah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi k
ulit.
• Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain ti
ngtura iodi dan tingtura spiritosa.
2. Bedak
• Oxydum zincicum sebagai komponen bedak
bekerja menyerap air, sehingga memberi efek
mendinginkan.
• Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya
slip yang cukup besar
• Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit
karena komposisinya yang terdiri dari partikel
padat, sehingga digunakan sebagai penutup
permukaan kulit, mencegah dan mengurangi
pergeseran pada daerah intertriginosa
3. Salep
• Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti
vaselin, berada lama di atas permukaan kulit d
an kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu sal
ep berbahan dasar hidrokarbon digunakan seb
agai penutup
• Salep berbahan dasar salep serap (salep absor
psi) kerjanya terutama untuk mempercepat pe
netrasi karena komponen airnya yang besar
• Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi
jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada
kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam
4. Krim
• Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat
dibandingkan dengan O/W karena komponen m
inyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lam
a di atas permukaan kulit dan mampu menemb
us lapisan kulit lebih jauh
• Namun krim W/O kurang disukai secara kosmeti
k karena komponen minyak yang lama tertingga
l di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki da
ya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementa
ra daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
• Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapis
an kulit.
• sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung k
arena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu t
ubuh
• Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi
mampu menyerap lesi yang basah seperti seru
m
6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih
utama pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan
agar komponen bedak melekat lama di atas
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat
maksimal
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan k
omponen cairan membuat sediaan ini lebih m
udah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, nam
un bentuknya yang lengket menjadikan sediaa
n ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang
dipakai
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan
hipodermis sehingga banyak digunakan pada
kondisi yang memerlukan penetrasi seperti
sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler
gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membe
ntuk lapisan absorpsi.
CARA PAKAI
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya
disesuaikan dengan lesi pada permukaan kulit.
Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:
1. Oles
• Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai s
ediaan topikal yang umum dilakukan.
• Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk
Sediaan
• Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan den
gan luas kelainan kulit
• Penambahan cara oles sediaan dengan mengg
osok dan menekan juga dilakukan pada obat t
opikal dengan tujuan memperluas daerah apli
kasi namun juga meningkatkan suplai darah pa
da area lokal, memperbesar absorpsi sistemik.
• Penggosokan ini mengakibatkanefek eksfoliatif
lokal yang meningkatkan penetrasi obat
2. Kompres
• Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio.
• Komponen cairan yang dominan menjadikan kompres ef
ektif untuk lesi basah dan lesi berkrusta.
• Dua cara kompres yaitu kompres terbuka dan tertutup. P
ada kompres terbuka diharapkan ada proses penguapan.
• Caranya dengan menggunakan kain kasa tidak tebal cuk
up 3 lapis, tidak perlu steril, jangan terlampau erat.
• Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan kom
pres, sedikit diperas, lalu dibalutkan pada kulit lebih kura
ng 30 menit.
• Pada kompres tertutup tidak diharapkan terjadi pengua
pan, namun cara ini jarang digunakan karena efeknya m
emperberat nyeri pada lokasi kompres
3. Penggunaan oklusif pada aplikasi
• Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan pene
trasi sediaan; namun cara ini tidak banyak digu
nakan.
• Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan h
ampa udara seperti penggunaan sarung tangan
vinyl, membungkus dengan plastik
• Teknik oklusi mampu meningkatkan hantaran o
bat 10-100 kali dibandingkan tanpa oklusi, nam
un lebih cepat menimbulkan efek samping obat,
seperti efek atrofi kulit akibat kortikosteroid
4. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai
daripada kompres pada pasien dengan
lesi kulit luas seperti pada penderita lesi
vesiko bulosa. Contoh zat aktif yang pernah
digunakan untuk mandi seperti potassium
permanganate. Namun cara ini sudah tidak
dianjurkan lagi mengingat efek maserasi
yang ditimbulkan
PRINSIP PEMILIHAN SEDIAAN
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapa
t dipakai sediaan salep, krim, emulsi. Krim dip
akai pada lesi kulit yang kering dan superfi sial,
salep dipakai pada lesi yang tebal (kronis).
2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupa
kan pilihan yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif se
perti salep, emulsi W/O dapat menyebabkan
maserasi sehingga harus dihindari.
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, form
ulasi berisi alkohol dan asam salisilat sering m
engiritasi sehingga harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada
lesi basah, mengandung pus, berkrusta.
POWDER
POWDER

Shake
Shake
PASTA
PASTA Cool Lotion
Cool Lotion
Pasta
Pasta

EMULTION
EMULTION ::
OIL
OIL // FAT
FAT CREAM
CREAM (O
(O // W)
W) LIQUID
LIQUID
(ointment)
(ointment) OINTMENT
OINTMENT (W(W // O)
O)

BAGAN VEHIKULUM
I . Vehikulum Monofasik
CAIRAN
CAIRAN
Terdiri dari
a. Tingtura : alkohol
b. Solusio : air

1. Rendam : - rendam (bath)


- mandi (full bath)
• Efek  membersihkan (krusta, skuama,
sekret, sisa obat topikal).
• Contoh : mandi(full bath), duduk
berendam, rendam kaki, rendam
tangan
• Efek samping: maserasi
(> 30 menit)
• Preparat :
 Lar. Asam salisil.
 Lar. kalium permanganate.
2. Kompres
• Tipe :

 Kompres terbuka 

penguapan cepat.
 Kompres tertutup 

memperlambat

penguapan.
• Indikasi : superfisial,
inflamasi, krusta, & lesi kulit
erosif
• Efek :
 mendinginkan.
 Mengurangi pembengkakan.
 Anti-inflamasi.
 Melembutkan& merangsang
pertumbuhan
• Efek samping :

 Maserasi.

 Memudahkan

pertumbuhan bakteri
BEDAK

• Efek :
 melindungi  proteksi.
 mendinginkan
 Anti-frictional (mengurangi pergesekan).

 Anti inflamasi superfisial.


 Mengeringkan.
 Anti pruritus lemah
• Indikasi :
 Dermatosis Superficial.
 Eksantema Eritema.
 Vesikel atau bula  proteksi.

• Kontraindikasi : Lesi Madidans

(t.u. bila ada infeksi sekunder)


• Obat-obat spesifik
mengandung :
 Zinc oxide.
 Magnesium oxide.

 Titanium oxide.

 Bismuth subnitrate
(preputial area).
II Vehikulum Bifasik
LOTION

• Sinonim : bedak kocok, liquid


powder mixture(bedak campuran).
• Definisi : suspensi dari bahan padat
di air atau ethanol  sistem dua
phase
• Efek :

 mendinginkan.

 astringents.
 mengeringkan.

 Anti inflamasi
superfisial.
• Indikasi :
 Akut, sub-akut &
dermatoses inflamasi
superficial.
 Dermatoses Seborrheic &
intertrigenous
• Kontraindikasi : dermatitis
Madidans & daerah badan
yg berambut.
• Efek samping :
 Aksi mengeringkan 
diindikasikan untuk jangka
pendek

 Abrasif  partikel2 bedak

mungkin clump.
AGAR BEDAK TDK TERLALU KENTAL & TDK

CEPAT KERING  JML ZAT PADAT MAKSIMAL

40% & JML GLISERIN 10-15%.

HAL INI BERARTI BILA BBRP ZAT AKTIF

PADAT DITAMBAHKAN, MAKA PERSENTASE

TERSEBUT JGN DILAMPAUI


CREAMOR (KRIM)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandu
ng satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi d
alam bahan dasar yang sesuai.
Sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung a
ir tidak kurang dari 60 %. Penggunaan untuk terapi lokal
- Dasar krim:
Emulsi tipe A/M atau M/A
- Bahan dasar krim : - emulgide
- trietanolamin
• Efek :
 mendinginkan.
 Efek anti inflamasi.
 Melembabkan & efek
emolien
 Penetrasi cepat ke kulit.
 Dapat dicuci dengan air.
• Indikasi :

 Dermatitis akut / sub-akut

 Indikasi kosmetik
(pembersih atau body
lotion).
• Kontra indikasi :
 Lesi madidans.

• Efek samping :
 Kekeringan (pemakaian
jangka panjang)
 Efek pruritus (sebab
tendensi kekeringan)
Cara pembuatan dasar krim A dan B
a.Emulgide dan oleum sesami masukkan cawan peng
uap,panaskan diatas penangas air sampai melebur.
b.Aqua dalam cawan penguap dipanaskan.
c.Campur a dan b (suhu ± 70ºC) dalam mortir yang su
dah dipanaskan. Campuran diaduk sampai homogen
dan dingin, kemudian digunakan untuk pembuatan k
rim
Cara pembuatan dasar krim C
– Asam stearat dan gliserin dalam cawan penguap pan
askan diatas penangas air
– Boraks, T EA, air dalam cawan penguap panaskan di
atas penangas air
– Campur a dan b (suhu ± 70ºC) dalam mortir yang su
dah dipanaskan. Campuran diaduk sampai homogen
dan dingin, kemudian digunakan untuk pembuatan k
rim.
Contoh resep
1. Krim Air dalam Minyak
a. R/ Cold cream usp 100
sue
b. R/ Spermaceti 12,5
Cera alba 12
Paraf. Liq 56
Borax 0,5
Aquadest 19 ml
sue
2. Krim Minyak dalam Air
a. R/ Ac. Stearinic 14,2
Glycerol 10
Borax 0,25
TLA 1
Aquadest 75
m.f. krim
b. R/ Ol. Sesami 30
Emulgide 10
Aquadest ad 100
m.f krim
UNGUENTUM (SALEP)
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untu
k pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibag
i dalam 4 kelompok:
• dasar salep senyawa hidrokarbon
• dasar salep serap
• dasar salep yang dapat dicuci dengan air
• dasar salep larut dalam air.
• Komposisi : zat berkhasiat
vehikulum (dasar salep)
• Syarat utama dari salep
- Bahan obat yang terkandung harus
terlarut
- Terbagi rata / terdispersi homogen
dalam vehikulum
Syarat Dasar Salep :
- Secara terapi netral
- Tidak ada mikroorganisme
- Tidak ada interaksi fisika-kimia dengan
bahan obat
- Stabil secara fisika, kimia, dan
mikrobiologi
- Diketahui pengaruhnya terhadap bahan obat
Menurut efek terapi
A. Salep epidermik (salap pelindung)
Melindungi kulit atau mengobati epithelium, sebagai
vehikulum sering dipakai vaselin atau campuran hidrokar
bon.
B. Salep endodermik (salap penetrasi)
Bahan obat berpenetrasi melalui kulit sehingga bekerj
a lebih dalam dari permukaan kulit. Vehikulum berupa le
mak. Contoh: adeps lanae/lanolin atau campuran koleste
rol, stearil alkohol, cera alba, dan vaselin album.
C. Salep diadermik (salap resorpsi)
Pelepasan bahan obat menembus kulit dan
menimbulkan efek tetap. Obat ini tidak lazim ha
nya untuk senyawa tertentu, misalnya obat seny
awa raksa, iodida, dan belladonna. Vehikulum y
ang digunakan lanolin, adeps lanae, dan oleum
cacao.
Contoh resep
1. Salep Epidermik
R/ Ung. Acidi borici 10 % 20
sue
2. Salep Endodermik
R/ Menthol 2
Methyl salicyl 2
Ol. Cocos 3
Adeps lanae ad 20
sue
3.Salep diadermik
R/ Albucid 1
Paraf. Liq 2
Adeps lanae ad 10
m f occulenta
sue
• Efek Salep:
 melindungi.
 melembutkan  skuama, krusta
 menghaluskan.
• Indikasi : inflamasi yg kering &
kronis  psoriasis, dermatitis kronis,
dermatosis yg dlm & kronik krn daya penetrasi salap
paling kuat jika dibandingkan dgn bahan dasar lain.
• Kontra indikasi :
 Kondisi seboroik.
 Inflamasi kulit akut (lesi
madidans).
• Efek samping :
 Inflamasi menetap  efek
oklusi.
 Dihidrosis menetap.
Pasta
• Sediaan setengah padat berupa massa lembek,
dibuat dengan mencampurkan bahan obat (serb
uk) 40% - 60 % dalam vaselin / paraffin liquidu
m / bahan lain yang cocok
• Fungsi : pelindung, pengering, dan untuk terapi l
okal pada kulit basah
• Bahan dasar pasta (serbuk) :
zink oxyd, calcium carbonat, amylum, talc
Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta :
• Mengikat cairan sekret
• Lebih baik dari salep untuk lesi yang akut denga
n tendensi mengeluarkan cairan.
• Tidak mempunyai daya penetrasi
• Mengurangi rasa gatal lokal.
• Bahan obat lebih melekat pada kulit sehingga m
eningkatkan daya kerja lokal.
Contoh resep

R/ Asam salisilat 0.5 2. R/ Resorcinol 0.5


Zink oxyd 2 Zink oxyd 2
Amyl manihot 3 Sulfur praecip 1
Vas alb ad 10 Vas alb ad 10
M f pasta s u e M f pasta s u e
• Efek Pasta:

 mendinginkan.

 Anti-inflamasi

 Sekresi – absorbsi
(mengeringkan).

 Melindungi kulit.
• Indikasi:
 Ulkus.
 Dermatosis kronik
eksudatif
 Plak likenifikasi tebal.
 Infeksi bakteri sekunder.
• Kontra indikasi :
 Inflamasi kulit akut.

 Kulit kepala (daerah


berambut).

 Daerah lipatan2 & genitalia


eksterna
III . Vehikulum Trifasik
PASTA PENDINGIN

• Definisi : vehikulum trifasik


yang mengandung oil –
water – powder tercampur
dalam berbagai variasi
• Efek :
 Menghaluskan.
 Mendinginkan.
 Weeping skin.
• Formula dasar untuk pasta
pendingin : zinc oxide, calcium
hydroxide solution, & oil.
• Indikasi:

Dermatosis sub akut

• Kontra indikasi:

Dermatosis madidans
• Jelly (gel), sediaan setengah padat, merupakan s
uspensi dari bahan organik atau anorganik dan
mengandung air. Digunakan pada kulit yang pek
a/berlendir.
Contoh :
Thrombophob gel
Bioplacenton jelly
Sapo
Sapo atau sabun dibuat dengan proses penyabuna
n alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi
Konsistensi sapo tergantung pada basa yang dipa
kai untuk proses penyabunan
Kalium hidroksida : sabun lunak / lembek
Natrium hidroksida : sabun keras
Sabun obat :
a. Sapo kalinus = sabun hijau
Merupakan sabun lunak, dibuat dari penyabun
an KOH dengan minyak nabati, mengandung gl
iserin
Digunakan untuk membersihkan kulit pada per
siapan operasi atau rambut dengan kondisi der
matologis.
b. Sapo medicatus = sabun obat
Merupakan sabun keras, berwarna kekuninga
n, dibuat dari NaOH dengan minyak atau asa
m lemak tinggi
Tidak mengandung gliserin
Digunakan sebagai bahan dasar pembuatan s
abun obat yang mengandung sulfur presipita
tum (sabun belerang), fenol (sabun antisepti
k), balsamum peruvianum (sabun purol)
EMPLASTRUM (plester)
• Sediaan setengah padat untuk penggunaan luar, mempuny
ai daya lekat tinggi. Merupakan hasil proses penyabunan d
ari asam lemak (asam arakhat, asam palmitat,asam stearat)
dengan logam berat
• Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terb
uat dari bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pa
da pembalut.
• Dapat mengandung jaringan kain atau benang yang diimpr
egnasi dengan bahan obat
• Dapat berperforasi dan dalam massa plester mungkin men
gandung zat berkhasiat
Syarat plester :
• Massa plester harus melekat kuat pada bahan
pembawa
• Tidak boleh menarik benang atau menyebar
• Tidak boleh melekat baik dengan bahan penut
up
• Harus melekat pada kulit tanpa dipanaskan.
Tujuan Pemberian Plester
• Memberikan perlindungan dan bantuan mekani
s pada kulit.
• Obat tidak mudah meleleh , kontak dengan daer
ah sakit lebih lama sehingga efek lokal lebih inte
nsif.
Linimentum

• Bentuk sediaan kental / cair yang dioleskan (dig


osokkan) pada kulit, tetapi bukan pada kulit yan
g luka

• Merupakan campuran zat berkhasiat minyak / le


mak atau berupa emulsi, yaitu proses penyabun
an yang banyak mengandung air
Resep Linimentum
Contoh :
1.R/ Zinci oxyd 30 eksema dan dermatitis
Ol. Sesami 20
mds zink olie

2.R/ Benzyl benzoas 14 anti scabies


Emulgide 0,75
Ol. Sesami 0,75
Aqua ad 70
m.f.l.a emulsi
BAHAN AKTIF
1. Tar.
2. Bahan keratolitik.
3. Antibiotik .
4. Anti jamur.
5. Anti parasit.
6. Kortikosteroid.
1. T A R

• Definisi : hasil dari penyulingan batu

bara, kayu, atau fosil.


• Efek:
 Anti-pruritus.
 Anti-inflamasi.
 Keratoplastik.
 Anti-infeksi.
• Indikasi :
 Likenifikasi kronis.
 Eksim atopik.
 Psoriasis vulgaris.
• Kontra indikasi : eksudat atau
dermatitis terinfeksi.
• Efek samping :
 Dermatitis fototoksik.
 Tar folliculitis.
 Tar acne.
 Karsinogen dari coal tar
(penggunaan lama).
2. BAHAN KERATOLITIK

a. Asam salisil
• Pada konsentrasi rendah (0.5 -
2%)  antiseptik, keratoplastik,
anti inflamasi
• Pada konsentrasi 3 - 10%,  keratolitik,
menghilangkan skuama pada psoriasis
atau eksim hiperkeratotik
• Efek samping : efek toksik jika
digunakan pada daerah yang luas
(terutama pada anak-anak)
b. Sulfur
• Efek :
 Astringent (2 - 10%).
 Anti jamur (10%).
 Kosmetik & pengobatan muka &
preparat utk kulit kepala (tidak
ada efek supresif sebum)
c. Resorsinol
• Efek :
 Mengeringkan.
 Astringent.
 Efek keratolitik (konsentrasi tinggi)
• Indikasi :
 Dermatosis berskuama.
 Akne komedo (dengan Asam Vit.A)
3. OBAT ANTIBIOTIK

a. Penicillin tidak dapat direkomendasikan karena


potensi tinggi untuk sensitisasi kontak dan tidak
diabsorpsi.
b. Tetrasiklin : bakteriostatik Gram (+ / -)
contoh : oxytetrasiklin, chlortetrasiklin.
c. Neomysin & Framysetin : spektrum luas.
contoh : neopolycin, neosporin
d. Gentamisin : aktif untuk Pseudomonas A.
contoh : garamycin, gentamycine.
e. Asam Fusidic : infeksi Staphylokokus & erythrasma.
contoh: krim fusidin.

f. Polymyxin : spektrum sangat luas, Gram (–) (E.Coli,

Pseudomonas A)

g. Nitrofurazone : bacterisidal & bakteriostatik Gram


h. Clindamycin : spektrum luas pada resisten

penisilin & pengobatan jerawat

contoh : cleocin, sobelin.


4. ANTIJAMUR

a. Tolnaftate : obat anti jamur untuk semua dermatofit

Eg : aftate, tinactin, tonoftal.


b. Tolciclate : analog dari tolnaftate.
contoh : fungifos.
c. Derivat Imidazole: untuk dermatophytoses,
Candida albicans, Pityriasis versicolor.
contoh: canesten, mycospor, micatin.
d. Amphotericin B : anti-jamur, antibiotic, t.u.

infeksi superfisial. contoh : fungizone,

ampho-moronal.

e. Nystatin : tidak ada aksi sistemik,

diabsorpsi minimal di GITrack, t.u. Candida

A.
contoh: mycostatin, mycolog
5. ANTI PARASIT

a. Benzyl Benzoate : anti-skabies untuk bayi dan anak-

anak

b. Hexachlorocyclohexane:antiskabies, antipedikulosis,

antiphtiriasis.

Eg : lindane (gamene, kwell, scabene).


c. Crotamiton : skabies, phtriasis, demodex
folliculitis, & antipruritus
Eg : eurax lotion, crotamitex gel.
d. Thiabendazole : creeping eruption, skabies
(> 80% kasus berhasil).
6. KORTIKOSTEROID

• Efek :
 Anti-inflamasi.
 Anti-pruritus.
 Dermatosis Granulomatous.
 Anti mitotik
 Anti alergi
ANTI INFLAMASI
• Menghambat banyak aspek peradangan, paling berm
akna mengurangi rekruitmen netrofil dan monosit, d
an menekan respon makrofag, sehingga makrofag tid
ak terkumpul lokal.
• Menghambat fosfolipase A2 glukokortikoid mencegah
biosintesis asam arakhidonat sel sehingga mencegah
mediator peradangan yang kuat (prostaglandin, leuko
trien, asam hidroksi)
EFEK IMUNOSUPRESIF
• Reaksi kekebalan seluler dapat ditekan, hal ini
dapat diperlihat dengan menghambat sensitis
asi terhadap dinitrokhlorobenzena yang dioles
kan topikal. Limfosit T lebih sensitif dibanding l
imfosit B terhadap kortikosteroid.
EFEK ANTI MIKOTIK
• Penghambatan sintesis DNA epidermis.
• Penghambatan dalam fase G1 dan G2, tetapi ju
ga pengurangan umum dalam sintesis makrom
olekul menyebabkan penghambatan mitosis y
ang tidak spesifik siklus sel
EFEK VASOKONTRIKSI
• Menghambat pembentukan prostaglandin yan
g merupakan vasodilator. Menghambat kerja h
istamin dan kinin vasoaktif, efek vasokontriksi i
ni menyokong sifat anti-inflamasinya
Klassifikasi Kortikosteroid Topikal:

a. Gol.I (super poten) : betamethasone


diproprionate 0.05%, clobetasol
proprionate 0.05%
b. Gol.II (poten) :desoximetasone 0.5%.
c.Gol.III(poten):desoximetasone 0.25%,
betamethasone valerate 0.01%
d.Gol.IV (potensi medium) : triamcinolone asetinode
0.1%, momethasone furoate 0.1%.
e.Gol.V (potensi medium) : prednicarbate 0.1%,
desonide 0.05%
f.Gol.VI (potensi ringan): fluocinolone asetonide
0.01%, triamcinolone asetinode 0.025%
g.Gol.VII (potensi lemah): obat topikal dg
hidrokortison, dexametason, glumetalon,
prednisolon & metil prednisolon
• Efek samping kortikosteroid :

 Dermatitis kontak alergi.

 Atrofi & penipisan epidermis.


 Akne steroid.

 Striae steroid.
 Leukoderma.
 Ulkus steroid (chronic venous
insufficiency).
 Efek rebound (psoriasis
vulgaris).
 Telangiektasis
 Purpura
 Hipertrikosis stempat
 Hipopigmentasi

 Infeksi mudah terjadi & meluas

 Gmbran klinis peny. Infeksi mjd kabur


 spt dermatofitosis yg diberi
kortikosteroid topikal mjd tidak khas krn
efek anti inflamasinya.
Efek samping terjadi bila:

1. Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama


dan berlebihan.

2. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan


potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan
sangat oklusif. Secara umum efek samping dari
kortikosteroid topikal termasuk atrofi, striae
atrofise, telangiektasis, purpura, dermatosis
akneformis, hipertrikosis setempat,
hipopigmentasi, dan dermatitis peroral.
Efek samping kortikosteroid menjadi bebera
pa tingkat
1. Efek Epidermal
Efek ini antara lain:
a. Penipisan epidermal yang disertai dengan peningka
tan aktivitas kinetik dermal, suatu penurunan ketebal
an rata-rata lapisan keratosit, dengan pendataran dari k
onvulsi dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan
penggunaan tretinoin topikal secara konkomitan.
b. Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitilig
o, telah ditemukan. Komplikasi ini muncul pada keadaa
n oklusi steroid atau injeksi steroid interakutan.
2. Efek Dermal
Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi
dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulato
r dermal yang lemah akan menyebabkan mudah ruptur jika terjadi
trauma atau terpotong. Pendarahan intradermal yang terjadi akan
menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage
. Ini nantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, y
ang terlihat seperti usia kulit prematur.
3. Efek Vaskular
Efek ini termasuk:
a. Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya menyeb
abkan vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial.
b. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan
pembuluh darah yang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bis
a mengakibatkan edema, inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pust
ulasi.
Efek samping berdasarkan klinis :
• Lokal:
– Atrofi dermal : epidermis tipis seperti kertas (tissue paper appearance),
karena hilangnya jaringan ikat dan atrofi jaringan lemak dibawah kulit.
– Rosacea : Lesi eritematous dimuka yang menetap disertai atrofi, telean
giektasis, papul dan pustula.
– Perioral dermatitis : Papillae eczematous dengan skuama sekitar bibir y
ang gatal dan panas.
– Tinea inkognito
– Steroid akne
– Hipertrikosis : Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang merang
sang pertumbuhan rambut setempat  Hipertrikosis Lokalisata.
• Sistemik:
– Cushingoid: melalui supresi axis pituitary-adrenal
Respon Dermatitis Pada Kortikosteroi
d Topikal
High responsive Moderate resposive Least resposive
Psoriasis (intertriginous) Psoriasis(body) Palmoplantar psoriasis
Atopic dermatitis(children) Atopic dermatitis(adult) Psoriasisof nail
Seborrheic dermatitis Nummular eczema Dyshidrotic eczema
Intertrigo Primary irritant dermatitis Lupus erythematosus
Papular urticaria Pemphigus
Parapsoriasis Lichen planus
Lichen simplex chronicus Glanuloma annulare
Necrobiosis lipoidica
diabeticorum
Sarcoidosis
Allergic contact
dermatitis,acute phase
insect bite
Penetrasi Kortikosteroid Top
ikal
• Ketebalan stratum korneum
• Kepadatan folikel rambut
• Vaskularisasi ke area tersebut

Lokasi penetrasi tertinggi – terendah:


- Selaput lendir - Lengan
- Skrotum - Tungkai atas
- Kelopak mata - Tungkai bawah
- Muka - Telapak tangan
- Dada - Telapak kaki
- Punggung - Kuku
Cara Pemilihan
• Muka, aksilla, inguinal atau daerah intertriginosa, sebaiknya
dipakai Kortikosteroid dengan kekuatan lemah sampai mediu
m (intermediet).
• Telapak kaki, telapak tangan sebaiknya memakai yang kuat
(potent).
• Skrotum, kulit pada kelopak mata, sebaiknya dipakai yang le
mah.
SEDIAAN
• Untuk pemakaian harus diperhatikan bentuk sediaannya, apaka
h salep, krim, gel, losion atau secara oklusif, sebagai contoh pad
a daerah yang berambut sebaiknya dipakai jenis losion
• Petunjuk ringkas:
– Lesi pada muka / lipatan : Krim kortikosteroid lemah
– Lesi luas dengan gejala minimal : Krim kortikosteroid lemah
– Lesi basah : krim kortikosteroid sedang
– Lesi di daerah berambut (tertutup) : gel kortikosteroid dengan pelarut alk
ohol
– Lesi di daerah berambut (terbuka): gel kortikosteroid bebas alkohol
– Lesi dengan infeksi sekunder : Berikan kompres antibiotik selama 5 hari s
ebelum pemakaian kortikosteroid topikal
– Lesi tebal dan kering : Salep kortikosteroid potensi sedang-kuat dikom
binasikan dengan zat keratolitik
– Gigitan serangga : Salep kortikosteroid lalu ditutup dengan pemba
lut tekan (memperkuat efek vasokonstriksi)
– Lesi intraoral : Kortikosteroid sediaan “orabase”
CARA APLIKASI
• Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3×/h
ari sampai penyakit tersebut sembuh
• Gejala takifilaksis perlu dipertimbangkan yaitu menu
runnya respon kulit terhadap glukokortikoid karena p
emberian obat yang berulang-ulang, berupa toleransi
akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghi
lang, setelah beberapa hari efek vasokonstriksi akan
timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengol
esan obat tetap dilanjutkan
Jumlah Obat yang Dipakai
• Jumlah obat topikal yang diperlukan untuk seka
li aplikasi merupakan faktor yang penting.
• Jumlah obat yang dibutuhkan untuk suatu daer
ah tertentu dapat dihitung yaitu:
▫ 1 gram krim dapat menutup 10×10 cm2 kulit kepala
▫ wajah atau tangan memerlukan kira-kira 2 gram
▫ satu lengan 3 gram
▫ satu tungkai 4 gram
▫ seluruh tubuh 12 - 26 gram atau lebih
Lama Pemakaian
• Lamanya pemakaian kortikosteroid topikal seb
aiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroi
d potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu
untuk potensi kuat
PENGGUNAAN PADA ORANG TUA
• Memiliki kulit tipis sehingga penetrasi mening
kat.
• Memiliki pre existing skin atrophy.
• Penggunaan sebaiknya dalam waktu singkat d
engan pengawasan ketat.
Pemilihan Kortikosteroid Topikal Pad
a Orang Dewasa
Prinsip Umum:
• Perhatikan penderita secara keseluruhan, somatik dan psikis
• Segi fisiologi, patologi, biokimia dan anatomi kulit perlu diperhati
kan
• Kuasai materi medika.
• Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergi
sme, efek samping dan toksisitas obat.
• Terapi yang baik adalah terapi kausal.
• Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tid
ak diinginkan.
• Individualisasi.
• Perhatikan segi ekonomi penderita
Prinsip Khusus :
• Pemilihan vehikulum tergantung pada :
– Stadium/gambaran klinis penyakit
• obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perj
alanan penyakitnya
• pada stadium akut (eritem/edem/basah)  kompres
beri krim, bedak kocok, bedak pasta.
• stadium kronik/kering  beri salep.
– Distribusi dan lokalisasi penyakit
– Efek yang diinginkan
• Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsen
trasi bahan aktif yang digunakan.
• Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian o
bat dan cara membersihkannya.
• Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer:
misalnya mengandung penisilin, sulfa dan antihistamin.
• Batasi jumlah obat yang tidak stabil/tidak dapat disimpan lam
a
Pemilihan Kortikosteroid Topikal Pad
a Anak
Indikasi
• Dermatosis dengan dasar peradangan dan proliferasi
sel-sel epidermis.

Kontraindikasi
• Infeksi primer oleh bakteri, virus dan jamur serta pad
a daerah yang mengalami ulserasi
Memilih Potensi
• Bayi dan anak-anak  Kortikosteroid topikal lemah
▫ Bayi 0,5%
▫ Anak-anak 1 - 2,5%
• Kortikosteroid Topikal kuat:
▫ Waktu relatif singkat dengan dosis minimal
Atau
▫ Digunakan kortikosteroid berselang-seling dengan krim ya
ng netral
▫ Setelah lesi ada perbaikan  diganti dengan kotikosteroi
d yang lemah diikuti dengan pemakaian emolien
▫ Tujuan: menghindari ”rebound phenomen” dan efek sa
mping baik lokal maupun sistemik .
Penggunaan Kortikosteroid Topikal Pa
da Dermatosis

• Dermatitis Seboroik
▫ Ringan  emolien yang diurut/ditekan-tekan di kulit
kepala atau muka
▫ Berat gunakan sampo bayi untuk keramas dilanjut
kan dengan pengolesan larutan hidrokortison 1%
▫ Anak yang lebih besar, dapat diberikan juga sampo y
ang mengandung asam salisilat
▫ Lesi pada kulit krim kortikosteroid lemah seperti T
riamsinolon, dioleskan 3x sehari selama 1-2 minggu
• Dermatitis Numularis
– Ringan  kortikosteroid topikal lemah
– Berat  kortikosteroid topikal potensi kuat disertai kortikoste
roid sistemik
• Pitiriasis Alba
– pemberian kortikosteropid salep topikal potensi lemah, biasany
a hdrokortison 1% disertai aplikasi tabir surya saat keluar rumah
• Gigitan Serangga
– pemberian krim kortikosteroid potensi tinggi ditambah antihista
min. kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada keadaan bera
t
• Dermatitis “diapers”
– Prinsip pengobatan penyakit ini yaitu dengan membersihk
an kulit paha dan bokong sebaik mungkin serta kausatif ses
uai gejala penyakit
– Kulit dibersihkan, dikeringkan lalu diolesi krim kortikosteroi
d Hidrokortison 1%, 3x sehari
– Bila diduga ada infeksi bakteri, diberikan antibiotik topikal
(gentamycin)
– Jika disangka ada infeksi jamur diberikan nistatin topikal
PENGGUNAAN PADA WANITA HAMIL
• Penelitian belum pernah dilakukan pada manusia.
• Pada binatang menyebabkan kelainan janin bila diber
ikan dalam dosis besar, tanpa pengawasan, pengguna
an jangka panjang dan potensi kuat.
• Ekskresi melalui air susu tidak diketahui.
• Wanita hamil dan menyusui sebaiknya menghindari p
enggunaan kortikosteroid.
PENULISAN RESEP
Prinsip Pengunaan Obat Topikal
1. Pilihan obat topikal, berdasar :
*Stadium/morfologi penyakit
*Lokasi anatomi
*Distribusi dan umur
2. Hindari bahan aktif topikal yang bersifat sensitizer
3. Sesuaikan bentuk obat topikal dengan
perkembangan penyakit
4. Kontrol resep yang diracik apotik
5. Obat topikal yang tidak tahan lama, diberikan
secukupnya saja
6. Penjelasan penggunaan obat topikal
7. Jumlah obat sesuai dengan luas kelainan kulit, frekuensi penggunaan/ ha
ri, dan jumlah hari pengobatan.
Identifikasi Kelengkapan dalam Peresepan
• Nama Px - Nama Obat
• Usia Px - Bentuk sediaan
• Jenis Kelamin Px - Dosis Obat
• BB Px - Jumlah Obat
• Nama Dokter - Aturan Pakai
• SIP Dokter - Waktu Pemberian Obat
• Alamat Dokter
• Tanda Tangan Dokter
• Tanggal Resep
• Obat topikal perhitungan dan penulisannya jug
a agak berbeda karena bentuknya yang biasa s
alep atau krim atau sejenisnya (obat luar).
• Untuk perhitungannya membagi regio-regio tu
buh jadi 9%. Misalkan lukanya (yang mesti diol
esin) itu seluruh lengan kanan berarti 9% total
butuh ½ gram krim
• Kalau misalkan tidak sampai 1 lengan ya berar
ti hitungnya kira-kira pakai besar telapak tanga
n. Terus kalau kita sudah tau berapa persen be
sar lukanya buat apa?
• Gunanya itu untuk menentukan seberapa ban
yak krim yang dibutuhkan.
Hitungannya yaitu: tiap 1% area tubuh.
Jumlah gr atau ml obat topikal
• Patokan :
10 x 10 cm2  1 gr (bentuk padat),
2 ml (bentuk cairan).
• Contoh :
Luas lesi kulit : 300 cm2,
Frekuensi pemakaian/ hari : 3 kali
Lama pemakaian : 10 hari
Obat topikal yang akan diberikan : salap.
• Jumlah salap yang diresepkan :
3 x 3 x 10 = 90 gr  dibulatkan : 100 gr
1. Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan z
at aktif.
2. Idealnya suatu zat pembawa mudah dioleskan,
mudah dibersihkan, tidak meng-iritasi dan men
yenangkan secara kosmetik, selain itu zat aktif
dalam pembawa mudah dilepaskan.
3. Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal sepe
rti: cairan, bedak, salep, krim, bedak kocok, pas
ta, pasta pendingin.
4. Beberapa sediaan baru obat topikal: foam aero
sol, cat, gel.
5. Secara umum sediaan topikal melewati tiga jal
ur penetrasi yaitu interseluler, transeluler, tran
sfolikuler.
6. Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difus
i pasif menembus lapisan kulit.
7. Cara pakai sediaan topikal pada umumnya diol
eskan pada permukaan kulit, dan dengan pena
mbahan cara lain seperti ditekan, digosok,kom
pres, dan oklusi.
Metode penulisan resep

R/ Camphorae 1% 0.5 gr 0.5 gr


Sulfur praec 6% 3 gr 3 gr
Gum arabic 4% 2 gr 2 gr
Sol. Calcii hydrox 45% 22.5 gr 22.5 gr
Aquae rosae 50 ml ad 50 ml 23 ml
dr. Ayu
SIP. 12 20 12
PRAKTEK UMUM
Rumah : Praktek :
Jl. Gang Sempit No.7 Jl. Mawar No.8 DKA
Palembang Palembang Dermatitis Kontak Alergi
No.Telp (0711) 758959 No. Telp (0711) 898595

Palembang, 22 Oktober 2020

R/ Prednison tab 10 mg No. XV


S t dd tab I pc

R/ Loratadin tab 10mg No. X


S prn t dd tab 1 pc (pruritus)

Pro : Nn. Wati


Umur : 25 tahun
BB : 45 kg
Alamat : Gg.Indah Permai no.7
dr. Ayu
SIP. 12 20 12
PRAKTEK UMUM
Rumah : Praktek :
Jl. Gang Sempit No.7 Jl. Mawar No.8 PSORIASIS, NEURODERMATIT
Palembang Palembang IS, DERMATITIS SEBOROIK
No.Telp (0711) 758959 No. Telp (0711) 898595

Palembang, 22 Oktober 2020


R/ Kloderma zalf tube I
s S3 dd ue

R/ Acidum salicium 12
Vaselin album ad 30
mfla cum zalf pot I
s 3 dd ue

Pro : Nn. Wati


Umur : 25 tahun
BB : 45 kg
Alamat : Gg.Indah Permai no.7
dr. Priza
SIP. 12 20 12
PRAKTEK UMUM
Rumah : Praktek :
Jl. Gang Sempit No.7 Jl. Mawar No.8
Palembang, Palembang
VITILIGO
No.Telp (0711) 758959 No. Telp (0711) 898595

Palembang, 22 Maret 2020


R/ Solutio bergamothae 12,5% 50cc no I
s 1 dd ue 15 menit  cuci air jemur

Pro : Ny. Ani


Umur : 26 tahun
BB :49 kg
Alamat : Gg.Indah Permai no.79
dr. Priza
SIP. 12 20 12
PRAKTEK UMUM
Rumah : Praktek :
Jl. Gang Sempit No.7 Jl. Mawar No.8
Palembang Palembang
GO
No.Telp (0711) 758959 No. Telp (0711) 898595

Palembang, 22 maret 2015


R/ Amoxicilin tab 500 mg no.VI
s 1 dd VI haustus

Pro : An Darmiya
Umur : 25 tahun
BB : 49 kg
Alamat : Gg.Indah Permai no.79
Acidum boricum
(antiseptik/ fungistatik)
•Solutio 3%
•Bedak 3-5%
•Salep 3-10%

151
Kompres
R/Acid boric sol.3% 500ml
Suc

R/Acid boric 3%
Aqua ad 500 ml
m f sol
Suc

152
Pulv. adspersorius
R/ Salicyl talc pulv.adsp 2% 200
Sue

R/ Acid salicyl 2%
Talc. Venet ad 200
mf. pulv. Adsp
Sue

153
Bedak Purol
R Acid salicylic
Bals.peruv. aa 1
Adeps lanae 2
Oxyd. magnesic
Oxyd. Zincici aa 5
Talcum ad 50

154
Unguenta
R/ Ichtyol ung. 10% 10
Sue

R/ Ichtyol 10%
Vaselin flavum ad 10
mf ung
Sue

155
Resep tradisional
CMN = Codex Medicamentorum Nederlandicum
FMI = Formularium Medicamentorum Indicum
Formularium Nasional – Dep.Kes

156
Larutan Iodium

R/Iodium 2
Natrii Iodium 2,4
Aqua ad 100ml
mf sol.
Sue

157
Boraks gliserin sol.
R/Natrii tetraboras 1
Glycerin ad 10 ml
mf.sol
Sue

158
Bedak kocok
R/Lotio Faberi 100ml
Sue
R/ Acidum salicylicum 500mg 0,5%
Talc.Venet 5 5%
Oxyd Zinci 5 5%
Amylum manihot 5 5%
Alkohol 90% ad 100ml
mf. Lotio
Sue
159
Lotio Pekelhering/ anti ketombe
R/Acidum salicylicum 1
Glycerin 3
Alkohol 70% ad 100 ml
Sue

160
Lotio Kummerfeldi

R/Lotio Kummerfeldi 100ml


Sue
R/ Camphora 1
Sulfur praecip 6,6
Etanol 90% 3 ml
Sol. Calc. hidr 40ml
Susp.agent1,5
Ol.Rosae gtt 1
Aquadest ad 100 ml
mf. Lotio
Sue
Sol. Calc. Hidr = 333 mg Ca(OH)2 /100ml

161
Lotio Calamin
R/ Calamin 8
Zinc oxyd 8
Glycerin 2 ml
Bentonitum magma 25ml
Calcii hidroxydi sol.ad 100ml
mf.lotio
Sue

162
Lotio contra urticaria (CMN)

R/Carb. Zinci 20
Carb. Magnesici 5
Sol.ammon.anisi spirit5
Glycerin 5
Aqua ment.piperitae 65
mf lotio
Sue
163
Menthol-parafin
Obat anti gatal (lokal)

R/Menthol 3
Parafin .Liq. ad100
Sue

164
Menthol-cone
Obat gosok masuk angin-menthol

R/Menthol 3
Parafin.Solid ad 100
mf.ung
Sue

165
Unguentum Whitfield-salep jamur
R/Acid. Benzoic
Acid. Salicylic aa5
Lanolin 45
Vaselin album ad.100
mf. Ung
Sue

166
Pasta Lassari
R/Acidum salicylicum 200mg
Zinc.Oxydum 2,5 g
Amylum Tritici 2,5 g
Vaselin flavum ad 10g
mf pasta
Sue

167
Salep 2-4
R/Acid. Salicylic. 2
Sulfur praecip. 4
Vaselin flavum ad 50
mf ung
Sue

168
Ung.Leniens (salep sejuk)

R/Cetaceum 12,5
Cera alba 12
Paraffin liq 56
Natrii tetraboras 500 mg
Aquadest 19 ml
mf ung
Sue
169
Liniment Calcis (Luka bakar)

R/ Ol.Lini
Aqua calcis aa 50
mf. Liniment
Sue

170
Liniment amonia

R/Acid.Oleinic. Crud 1
Ol. Sesami 79
Ammonii.liq 20
mf. Liniment
Sue

171
Daktarin

Miconazole cream
Cream 2% x 5g ,10g, 20g
Powd 2% x 20 g

172
Nizoral cream

Ketoconazole
Cream 2% x 5g, 15g

Nizoral
Scalp soln 2% x 80ml
Sachet 6ml x 6ml

173
Dr .Fitri
Praktik Umum
SIP:12/01/2011
Hari/ praktik: Senin- Jumat
Jam praktik: 16.00-18.00
Alamat:Jln Patimura No :1 Telp.: 12345
-----------------------------------------------------
Palembang,5 Nopember 2020
R/ Sol. PK 1/10.000 150 cc
S t d d compres
______________________&
R/ Krim gentamisin 2% 5 g no I
S b d d applic loc dol
_________________________&
Pro : Yanti Umur: 25 thn
Alamat : Jln.Jati 1 No.1 Palembang
Persiapan alat dan bahan
1. Krim antibiotika (gentamicin 0,1%)
2. Larutan permanganas kalikus 1/10.000
3. Kasa steril
4. Pinset
5. Nierbekken
6. Sarung tangan non steril
7. Mangkok
8. Cotton bud
Prosedur kompres dengan larutan PK
1. Tuangkan cairan PK 1/10.000 ke dalam mangkok
2. Gunakan sarung tangan
3. Ambil kasa tiga lapis
4. Celupkan kasa ke dalam cairan PK
5. Angkat kasa dan diperas agar air tidak menetes saat mengom
pres dengan pinset
6. Tempelkan kasa diatas lesi kulit selama 15 menit
7. Apabila kasa mengering, basahi lagi kasa dengan dengan laru
tan PK
8. Buang kasa ke dalam nierbekken
9. Kompres dilakukan tiga kali sehari Prosedur pemakaian
Krim Antibiotika:
1. Buka tutup tube krim dengan cara diputar
2. Tusuk lubang kemasan krim dengan tutup tub
e krim bagian atas
3. Oleskan krim pada lesi kulit dengan menggun
akan cotton bud
Dr .Fitri
Praktik umum
SIP:12/01/2011
Hari/ praktik: Senin- Jumat
Jam praktik: 16.00-18.00
Alamat:Jln Patimura No :1 Telp.: 12345
-------------------------------------------------------------------------
Palembang,5 Agustus 2020
R/ Shampo ketoconazole fls no I
Suc
_________________________&
R/ Krim miconazole 2% 5 g no I
S b d d applic loc dol
_________________________&
Pro : Yanti Umur: 25 thn
Alamat : Jln.Jati 1 No.1 Palembang
Persiapan alat dan bahan
1. Krim antijamur (krim miconazole 2%)
2. Sampo antijamur (sampo ketoconazole 2%)
3. Cotton bud
Pemakaian shampo Antijamur:
4. Tuangkan shampo ke telapak tangan
5. Campurkan dengan sedikit air
6. Oleskan shampo ketoconazole pada lesi
7. Diamkan selama 5 menit
8. Mandi dan bilas sisa shampo pada lesi
9. Dilakukan dua kali seminggu.
Pemakaian Krim Antijamur:
1. Buka tutup tube krim dengan cara diputar
2. Tusuk lubang kemasan krim dengan tutup tub
e krim bagian atas
3. Oleskan krim pada lesi kulit dengan menggun
akan cotton bud
4. Pengolesan dilebihkan 2 cm dari pinggir lesi
5. Oleskan setelah mandi pagi dan mandi sore
Contoh Kasus
Tn. T, 44 th, mengeluh gatal2 di kepala dan berketombe. Selain itu
di lipat paha kanan dan kiri juga terdapat bercak merah kehitaman
yang gatal. • DK : tinea kapitis dan tinea kruris • Tulis resep untuk t
erapi topical
• Ketokonazol krim 2% (pilihan kemasan ada tube 5g dan 10g), 2x se
hari (pagi dan malam) selama 3 hari, oleskan pada bag yang sakit.
– Tinea kapitis
• Ketokonazol 2% shampoo, 1 botol isinya 100ml. Oles dan bilas sete
lah 5-10 menit, 2x seminggu selama 14 hari, pada pagi hari. – Tine
a kruris
• – Tinea kapitis , total butuh 6 gram. Jadi kita gunakan tube yang 1
0 gram, jadi total butuh 1gr krim tiap kali pakai. – Karena butuhnya
6x (2x3) karena kanan kiri jadi 2%, 4 kali selama 14 hari.
• – Untuk tinea kruris, anggaplah lipatan paha itu besarnya setelapa
k tangan, maka 1%.
Penyelesaian • Untuk yang tinea kapitis sediaannya dalam bentuk sham
po. Kenapa? Karena kalau di kepala (bagian yang berambut) gak lazim
dikasi krim.
Penghitungannya: – Untuk yang tinea kapitis . Jumlah botolnya 1 aja, ka
rena kemasannya 100ml per botol. Sedangkan pakainya cuma sedikit
pagi dan malam. Oleskan pada daerah yang sakit, m.et.v (mane et ves
pere) , untuk obat luar **applic part dol  tiap pagi
• Tinea kruris
R/ Ketokonazol 2% cream tube 10g No.I
S u.e. 2dd applic part dol
m.et.v ** u.e (usus externum)
• Tinea kapitis
R/ Shampo Ketokonazol 2% 100ml fls No.I
S 2x seminggu o.m.
Kasus 1

Dr .Fitri Praktik umum SIP:12/01/2011 Hari praktik: Senin- Ju


mat, Jam praktik: 16.00-18.00 Alamat:Jln Patimura No :1 Telp.:
12345 Dista seorang anak laki-laki usia 5 tahun diantar ibunya
datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, dengan keluhan gelemb
ung-gelembung berisi nanah di leher dan dada bagian atas sej
ak 4 hari yang lalu. Gelembung sebagian ada yang pecah nam
un muncul lagi gelembung baru di dekatnya. Pada pemeriksaa
n ditemukan bula hipopion. Dokter menegakkan diagnosis pas
ien ini sebagai impetigo vesikobulosa.
Kasus 2
Dr .Fitri Praktik umum SIP:12/01/2011 Hari praktik: Senin- Ju
mat Jam praktik: 16.00-18.00 Alamat:Jln Patimura No :1 Telp.:
12345 Dinto seorang pasien laki-laki usia 38 tahun datang den
gan keluhan bercak kemerahan dengan pinggir yang lebih mer
ah di perut yang terasa gatal sejak 3 minggu yang lalu. Bercak
awalnya kecil, makin lama makin melebar ke pinggir. Pasien ju
ga mengeluhkan adanya bercak-bercak putih dengan sisik halu
s yang kadang terasa gatal di punggung sejak 6 bulan yang lalu
. Gatal terasa jika pasien berkeringat. Bercak makin lama maki
n bertambah banyak. Setelah melakukan pemeriksaan dokter
mendiagnosis sebagai tinea korporis untuk kelainan di perut d
an pitiriasis versikolor untuk lesi kulit di punggung.
Kasus 3
Seorang laki-laki umur 18 tahun datang ke tempat pr
aktek saudara dengan keluhan gatal-gatal pada lenga
n sebelah kiri. Rasa gatal disertai panas timbul setela
h penderita tersebut membersihkan gudang rumahny
a. Bagian kulit semakin lama tampak merah dan agak
melepuh seperti terbakar. Pemeriksaan status lokalis
didapatkan: vesikel-vesikel eritematous yang melebar
di lengan sebelah kanan. Berdasarkan data di atas do
kter menentukan diagnosis Dermatitis venenata.
Kasus 4
Pasien Tn. Yana, laki-laki, 65 tahun datang dengan keluh
an gatal-gatal pada kedua tangan, kulit terkelupas disela-
sela jari tangan di sela jari pada tangan kanan dan kiri, te
rdapat patch eritema, kuku tangan kanan pecah-pecah p
ada jari tangan kanan. Keluhan dirasakan sejak satu bula
n yang lalu, keluhan gatal memberat pada malam hari. Ri
wayat atopi , riwayat alergi makanan . Riwayat Penyakit D
ahulu, Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal. Riwayat Keb
iasaan Sosial : bekerja di gudang semen, mandi dua kali s
ehari. Dokter mendiagnosis Tinea Unguium + Tinea Palm
aris
Uraikanlah obat yang yang akan dipilih untuk kasus diatas berdasarkan
1. nama obat dan zat aktif, indikasi, farmakodinamik (Mekanisme Kerja), Efek sampin
g dan kontra indikasi. (Sertakan literatur yang digunakan)
Nama obat dan Zat Aktif Indikasi Farmakodinamik Efek samping dan Kontra Indikasi
2.  Macam Bentuk sediaan obat yang tersedia di pasaran
3. Contoh sediaan dan komposisinya yang ada di pasaran
4. Dosis yang dapat diberikan (dosis referensi dan perhitungannya)
5. Jadwal/aturan pakai (frekuensi, cara, waktu, lama pemberian)
6. Uraikan Interaksi yang terjadi dalam resep (Obat yang berinteraksi, jenis interaksi,
efek interaksi, mekanisme interaksi dan rekomendasinya)
7. Farmakokinetik dari obat-obat yang terdapat dalam resep
8. Formula resep yang dipilih dan alasan (secara ringkas, tetapi lengkap)
9. Dari uraian tersebut, untuk terapi tuliskan resep yang lengkap, benar dan rasional
10. Informasi obat (aturan pakai, terapi non farmakologi, informasi yang berkaitan de
ngan terapi)

Anda mungkin juga menyukai