Anda di halaman 1dari 9

FARMATOKINETIK OBAT TROPICAL

A. PRINSIP TERAPI TOPICAL DI BIDANG DERMATOLOGI

Kulit mempunyai berbagai fungsi dan yang utama dalah fungsi

pertahanan yaitu melindungi tubuh terhadap pengaruh lingkungan baik

fisik dan biologis. Penetrasi berbagai senyawa dari luar ke dalam tubuh

terutama dicegah oleh lapisan kornea epidermis lapisan luar ini tebalnya

hanya beberapa mm, tapi efektif membentuk barrier untuk melestarikan

kehidupan. Obat yang diberikan secara topical harus dapat penetrasi

melewati barrier ini menuju tempat kerjanya. Khusus di bidang

dermatologi tempat kerjanya bisa langsung di tempat aplikasi atau

berdekatan yang memerlukan penetrasi terlebih dahulu. Seperti halnya

pemberian obat tergantung pada kadar obat yang mencapai tempat

kerjanya. Pada pemberian topikal kadar di tempat kerjanya tidak selalu

sama dengan kadar pada plasma sehingga biovalibilitas obat tidak

menggambarkan yang sebenarnya. Keuntungan pemberian topical, obat

bekerja lebih terlokalisir dan terhindar dari metabolisme lintas pertama.


B. FARMAKOKINETIK OBAT TROPIKAL

Pada dasarnya, prinsip farmakokinetik terhadap obat yang

diaplilaksikan di kulit tdak jauh berbeda dari cara pemberian obat

melalui rute yang lain yaitu obat diabsorbsi melalui tempat diaplikasikan

selanjutnya menuju tempat kerjanya dan akan mengalami metabolisme

yang hanya dieliminasi.

1) Absorbsi

Mekanisme absorpsi obat topikal atau per kutan dari lapisan luar

kulit adalah de4ngan difusi melewati barrier kulit yaitu 3

kompartemen kulit yang terdiri dari permukaan luar kulit, stratum

kornium, dan jaringan hidup di bawahnya. setelah diaplikasikan

pada permukaan luar kulit, obat akan mengalami penguapan,

perubahan struktur dan komposisi yang akan menentukan

bioavailibilitas obat tersebut. Tiga jalur utama penekasi obat

topikal pada kondisi startum kornium utuh adalah jalur transeluler

(menembus stratum kornium), jalur interseluler (difusi melalui

matriks lipid antar sel) dan jalur folikel rambut dan kerenjar

keringat. setelah absorpsi obat akan berikatan dengan target sel

yang ada di permukaan kulit, di dalam kulit akan berdifusi ke

pemburuh darah kulit atau difusi ke hipodermis. pembuluh darah

kapiler di epidermis merupakan tempat utama terjadinya absorpsi


sistemik pada pemberian topikal sehingga dapat menimbulkan

efek sistemik.

Kemampuan dan kecepatan di absorpsi obat yang di aplikasikan

kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

1) Variasi ketebalan stratum komeum pada organ tidak

sama seperta pada skrotum, wajah, dan kulit kepala

lebih permiabel dari pada telapak tangan. Dalam hal

ini skatum kornium membatasi difusi obat menuju

epidermrs dan dermis.


2) Gradien konsentrasi, semakin tinggi gradien

konsentrasi semakin tinggi pula kemampuan

transfer obat per satuan waktu

3) Stratum kornium dapat pula berfungsi sebagai

reservoir beberapa obat, sehingga waktu paruh

lokalnya dapat menimbulkan efek obat masih

berlangsung walaupun aplikasi topikal sudah

dihentikan. Pada kondisi seperti ini pemberian obat

topikal cukup sekali sehari, misalnya kortikosteroid

diaplikasikan sama efektifnya dengan aplikasi

beberapa kali.

4) vehikulum sebagai bahan pembawa obat berperan

unluk mempermudah absorpsi obat yang diberikan

perkutan sehingga mencapai tempat kerjanya

dengan efektif. Pemilihan vehikulum yang tepat

menyebabkan obat mampu Penetrasi di lapisan luar

kulit dengan maksimal. Selain itu efek vehikulum

yang melembabkan ataupun mengeringkan akan

memberikan efek terapi. vehikulum adalah bahan

pembawa obat yang bertujuan mempermudah atau

meningkatkan penetrasi obat dari permukaan luar

kulit menuju tempat kerjanya epidermis, dermis,

dan hipodermis ataupun absorpsi sistemik. Obat


yang diaplikasikan di kulit jarang dalam bentuk

kimia murni namun menyatu dengan vehikulum

dalam suatu formula obat Formula obat topikal

berdasar vehikelnya dapat berupa powder, pasta,

gel, salep, krim lotion. ldealnya vehikulum harus

memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah

diaplikasikan dan mudah dibersihkan, non toksik,

tidak iritasi. non alergenik, bahan yang stabil,

homogen, tidak memberi efek farmakologi, harus

mampu meningkatkan absorpsi dan bahan aktif

cepat dilepas dari vehikel untuk ke target selnya.

Selain itu vehikel mampu menghidrasi stratum

kornium agar mernperlarna penetrasi obat dan

stabilisasi bahan aktif di vehikel. Hidrasi stratum

kornium dapat meningkatkan penetrasi obat

hidrofilik maupun hidrofobik. Hidrasi ini dapat

dilakukan dengan model oklusi, atau vehikel.

Kemampuan vehikel memperlambat penguapan dari

permukaan kulit paling sedikit pada tingtura, dan

paling kuat adalah salep. Pemilihan formula secara

umum disesuaikan dengan kondisi kulit, misalnya

inflamasi akut (ada eksudat) formula yang dipilih

adalah lotion, tingtura.


sedang pada inflamasi kronik (lebih kering) vehikel

yang dipilih lebih ke arah krim atau salep. Bahan

bahan vehikulum sebagai penguat penetrasi obat

pada saat ini lebih banyak lagi, antara lain liposom

suatu fosfolipid yang tidak saja sebagai transport

obat tapi dapat melokalisir obat pada stratum

kornium sehingga masa kerjanya lebih lama. Selain

liposom ada juga transfersom, ethasom

(mengandung ethanol). Sistem transport lain yang

telah dikembangkan adalah Salid Lipid

Nanopafiicles (SLN) dimana terdiri dari komponen

lipid berukuran nano yang marnpu membentuk

oklusi film sehingga meningkatkan hidrasi kulit dan

karena struktur partikelnya solid pelepasan obat

lebih stabil.

2) Metabolisme

Di dalam epidermis selain terdapat sel sel target yang akan

berinteraksi dengan obat topikal, terdapat pula berbagai sistem

enzim yang mampu memetabolisme obat perkutan. Enzim

enzim yang telah dibuktikan adalah cytochrom P (CYPs).

epoxide hydroxilase, N- acetyltransferase, glucoronyl

transferase, sulfatase. lsoform CYP memetabolisme asam

retinoid dan mengontrol kadarnya di kulit. Disamping itu


xenobiotk yang mencapai keratinosit akan dimetabolisme oleh

P-glycoprotein yang akan mempengaruhi kadar xenobiotlk di

kulit .

C. Jalur penetrasi sediaan topikal

Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur seperti pada

Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:

1. . Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.

Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah

dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan

2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit.

Saat awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.

3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag

phase, rising phase, falling phase).

a) Penetrasi secara transepidermal

Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler.

Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan

menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan

lipid yang mengelilingi

sel korneosit, Difusi dapat berlangsung pada matriks

lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus

stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis sehat di

bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler.


Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat

menembus dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan

juga melintasi matriks lipid protein startum korneum, kemudian

melewatinya menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai

pada kapiler di bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke

kapiler.

D. Toksisitas obat topikal perkutan

Walaupun pada kondisi kulit norrnal / utuh, kulit berfungsi

sebagar barrier fisik, namun beberapa obat yang diberikan topikal

dapat mengalami absorbsi ke sirkulasi sistemik khususnya melalui

kulit yang abnormal atau kondisi fisikopatologik seperti panas,

kelembaban yang tinggi, dan penggunaan oklusi. Peningkatan

absorpsi sisternik ini meningkatkan resiko efek samping sistemik.

Bahan seperti liposom yang digunakan untuk meningkatan penetrasi

transdermal agar efikasi obat topical meningkat, meningkatkan

absorpsi sistemik dan meningkatkan resiko toksisitas. Contoh yang

pernah dilaporkan adalah supresi hypothalamic pituitary adrenal axis

(HPA axis) karena kortikosteroid topical dengan oklusi, perubahan

metabolisme kalsium karena vitamin D analog. Retinoid topikal yang

digunakan untuk acne relatif aman, tapi jangan digunakan pada ibu

hamil karena di khawatirkan efek sistemiknya menyebabkan efek

teratogenik (HIDAYAT & CHOLIS, 2013)


DAFTAR PUSTAKA

HIDAYAT, T., & CHOLIS, M. (2013). PROSIDING TERAPI DALAM DERMATOLOGI.

MALANG: UNIVERSITAS BRAWIJAYA PRESS.

Anda mungkin juga menyukai