Anda di halaman 1dari 5

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

Nama : A. Ahriani Febrianti Asra

Nim : A. 18. 10. 001

Kelas A keperawatan

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2020
PENGARUH DISREGULASI EMOSI TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU

SELF INJURY PADA REMAJA

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak anak menuju masa dewasa.

Dimana pada awal masa remaja, ada berbagai perubahan yang terjadi pada diri baik

secara fisik maupun psikis [ CITATION Mus19 \l 1033 ] . Stanley Hall (dalam Gunarsa,

Singgih.D & Yuliah Singgih. 2008) mengemukakan bahwa mengemukakan bahwa masa

remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup

dalam “storm and stress”. Perubahan emosi yang terjadi pada remaja mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kehidupan remaja. Emosi remaja yang cenderung meledak

ledak sehingga dapat menyulitkan remaja sendiri dan lingkungan sekitar remaja termasuk

orangtua dan guru dalam memahami diri remaja (Sarwono, 2013).

Setiap remaja dalam memasuki tahap perkembangan akan dihadapkan pada berbagai

permasalahan baik dengan dirinya sendiri maupun permasalahan yang berkaitan dengan

orang lain. Dalam kondisi seperti ini, tentu mereka juga akan merasakan berbagai macam

emosi yang bergejolak satu sama lain (Santrock, 2017). Ketidakstabilan emosi pada

remaja dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia yang dimana dapat berakibat pada

tingkah laku remaja, seperti perilaku tidak terorganisir, emosional, suka menentang secara

verbal, anti social, merasa kesepian, penurunan prestasi belajar, melarikan diri, dan

menyalahkan orang lain (Thalib, 2010).

Pada dasarnya setiap individu akan melakukan usaha untuk mengekspresikan dan

atau mengatasi berbagai macam emosi yang dirasakannya, namun pengekspresian dan

penanganan yang dimaksud ini sebaiknya dengan usaha yang tepat dan efisien. Dalam hal

ini indiviu sebaiknya merespon dengan baik emosi emosi tersebut. Respon baik yang
dimaksud adaalh perilaku yang adaptif sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun

orang lain. Sehingga dibutuhkan kemampuan mengontrol dan mengendalikan emosi atau

yang diebut regulasi emosi (Estefan, Gredyana & Yeni Duriana Wijaya, 2014).

Regulasi emosi dapat didefinisikan sebagai proses yang mengarahkan seseorang

pada tujuan yang berfungsi untuk memengaruhi intensitas, durasi, dan jenis emosi yang

dialami. Sebaliknya kesulitan meregulasi emosi (disregulasi emosi) adalah cara

maladaptive yang dilakukan individu dalam menanggapi emosi yang dirasakan. Dimana

Apabila individu kesulitan untuk meregulasi emosi mereka maka terjadi disfungsi pada

berbagai bidang kehidupan seperti sosial, kesejahteraan psikologis dan fisik, serta kinerja

akademik. Bahkan disregulasi emosi dikaitkan erat dengan psikopatologi (Cisler et al,

2010; Jazaieri et al, 2014; Gratz & Roemer, 2004). Ketika remaja mengalami emosi

negatif dapat menyebabkan perilaku negatif yang dapat merugikan diri remaja. Perilaku

yang dapat merugikan diri sendiri disebut sebagai perilaku self-injury.

Self-Injury (Klonsky & Jenifer, 2007) adalah prilaku dimana seseorang sengaja

melukai tubuhnya sendiri bukan bertujuan untuk bunuh diri melainkan hanya untuk

melampiaskan emosiemosi yang menyakitkan. Self injury dilakukan dengan cara melukai

diri sendiri dengan sengaja meliputi menyayat bagian kulit tubuh dengan pisau atau silet,

memukul diri sendiri, membakar bagian tubuh tertentu, menarik rambut dengan keras,

bahkan sampai memotong bagian tubuh tertentu, dan lain sebagainya (Whitlock, 2009).

Menurut Klonsky, penyaluran emosi dengan self injury secara berulang-ulang dianggap

dapat mengurangi beban emosional yang dirasakan dan menjadi alasan utama bagi

seseorang untuk melakukannya.

Whitlock (2009), mengatakan usia rata-rata onset pada pelaku self injury adalah 14-

16 tahun. Menurut Klonsky dan Jennifer ( 2007), usia onset biasanya adalah sekitar usia

13 atau 14 tahun. Menurut Hartanto, remaja yang mempunyai kelainan psikologis


melukai diri sendiri jarang diketahui secara umum. Individu merasa malu mengakui

kelainan psikologis ini. Alasan tidak mengakui secara terang-terangan tindakan melukai

diri sendiri. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013) menjelaskan bahwa ketika remaja tidak

dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik maka akan memberikan dampak negatif

terhadap perkembangan karakternya serta dapat memicu terjadinya gangguan emosional.

Pada penelitian – penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang menjadi

penyebab para remaja melakukan tindakan melukai diri sendiri (self injury), salah satu

diantaranya yakni disregulasi emosi. Individu yang mengalami disregulai emosi tidak

dapat memepertahankan, meningkatkan atau mengurangi emosi yang dirasakiannnya,

baik secara positif ataupun negative.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara disregulasi emosi terhadap

kecenderungan perilaku self injury pada remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat pengaruh antara disregulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku

self Injury pada remaja?

2. Bagaimana pengaruh disregulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku self Injury

pada remaja?

C. BATASAN MASALAH

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada perilakuu self injury dan variable –

variable yang memepengaruhinya, yaitu disregulasi emosi. Adapun definisi masing

masing variable adalah sebagai berikut :

1. Self-Injury adalah prilaku dimana seseorang sengaja melukai tubuhnya sendiri bukan

bertujuan untuk bunuh diri melainkan hanya untuk melampiaskan emosi - emosi

yang menyakitkan (Klonsky & Jenifer, 2007).


2. Kesulitan meregulasi emosi (disregulasi emosi) adalah cara maladaptive yang

dilakukan individu dalam menanggapi emosi yang dirasakan (Gratz & Roemer,

2004)

D. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengukur pengaruh disregulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku self Injury

pada remaja, khususnya pada remaja awal

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan gambaran akan keterkaitan dimensi dimensi dari

disregulasi emosi terhadap kecenderungan perilaku self Injury pada remaja,

tekhususnya pada remaja awal

2. Manfaat praktis

Diharapkan dapat memberikan informasi dan edukasi kepada orang tua/wali guru

serta pihak terkait lainnya terkait dinamika self Injury dan dampaknya terhadap

remaja sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran baik itu dalam menangani

maupun mencegah perilaku self Injury pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai