Anda di halaman 1dari 13

PENGENDALIAN EMOSI MENURUT PANDANGAN PSIKOLOGI ISLAM PADA

MAHASISWA BKPI UIN SALATIGA

Widi Dwi Nurrochim

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam UIN Salatiga

Email : widicahpordjo@gmail.com

Abstract

This paper intends to discuss emotional control according to the views of Islamic
psychology in UIN Salatiga students. Because everyone must have had emotions and how
Islamic psychology views that. Emotions play a very important role in human life, if he
can control them then that person can easily determine success or goals in life. Because as
we all know that emotions are very detrimental to ourselves or others.

Keywords : emotional control, views, Islamic psychology

Abstrak

Tulisan ini bermaksud membahas mengenaik pengendalian emosi menurut pandangan


psikologi islam pada Mahasiswa UIN Salatiga. Karena setiap orang pastinya pernah emosi
dan bagaimana psikologi islam memandang hal tersebut. Emosi sangat berperan penting
dalam kehidupan manusia, apabila ia bisa mengendalikannya maka orang tersebut bisa
mudah untuk menentukan keberhasilan atau cita-cita dalam hidup. Karena seperti yang
kita semua ketahui bahwa emosi sangat merugikan bagi diri kita ataupun orang lain.

Kata kunci : pengendalian emosi, pandangan, psikologi islam

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia memiliki keinginan alami dalam dirinya sejak awal
keberadaannya. Keinginan ini mengarahkan orang untuk memenuhi kebutuhannya.
Sepanjang hidup keinginan ini hadir dan memainkan peran penting dalam kesuksesan
individu. Namun, keinginan yang tidak terkendali dapat membahayakan orang dan
lingkungannya jika pengendalian emosi tidak dilakukan. Artikel ini membahas
hubungan antara alam bawah sadar, konflik batin, dan bagaimana orang menghadapi
emosinya.

1
Masalah emosional adalah masalah yang dimiliki manusia sejak lahir.
Misalnya, saat bayi merasa kebutuhannya tidak terpenuhi, ia menunjukkan
perasaannya dengan menangis. Masalah emosional terus membentuk perjalanan hidup
seorang anak hingga masa kanak-kanak awal, ketika anak mulai menampilkan
perubahan emosi melalui bahasa, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh. Lagi pula,
masalah emosional bukan hanya emosi dasar yang dimiliki orang, emosi juga
merupakan hasil dari interaksi sosial yang dijalani orang.
Kemampuan mengendalikan emosi seseorang memegang peranan penting
dalam kehidupan seseorang dan menentukan keberhasilan dalam hidup. Seorang
psikoterapis bernama Dr. Daniel Goleman mendefinisikan kembali arti kecerdasan
emosional dalam bukunya Emotional Intelligence. Dia mengatakan kesuksesan
seseorang dalam hidup bergantung pada kecerdasan rasional dan emosionalnya, dan
kecerdasan emosio1nal berperan. Bahkan seorang psikolog sosial bernama John Mayer
mengaitkan konsep barunya dengan kecerdasan sosial. Menurutnya, kemampuan
berinteraksi antar manusia, baik laki-laki maupun perempuan, merupakan kecerdasan
sosial. Kemampuannya untuk menghadapi emosi memungkinkan orang tersebut untuk
bergaul dan beradaptasi dengan orang lain dan bahkan berkomunikasi secara terbuka
dengan mereka.
Dalam kehidupan emosi memiliki peran yang sangat penting bagi perilaku
setiap manusia. Karena manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna diantara makhluk ciptaan lainnya. Selain dibekali dengan akal, manusia juga
memiliki emosi yang pada dasarnya merupakan dorongan untuk bertindak, reaksi yang
kompleks, sehingga emosi dapat menjadikan perilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, kerap kali orang-orang mendefinisikan emosi adalah suatu
kemarahan. Padahal itu salah, karena dalam psikologi islam emosi terbagi menjadi dua
yaitu, emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif contohnya tergambar pada
perasaan manusia seperti tenang, damai, rileks. Sedangkan emosi negatif contohnya
kecewa, putus asa, stress, dan dendam. Emosi positif pastinya memiliki dampak yang
1
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence (New York: Bantam Dell, n.d.), 16.
² Faisal Faliyandra, Tri Pusat Kecerdasan Sosial: Membangun Hubungan Baik Antar Manusia Pada Lingkungan
Pendidikan di Era Teknologi, ed. Ahmad Ariyanto, pertama. (Malang-jawa Timur: CV.
Literasi Nusantara Abadi, 2019), 11.
³ Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam.Jakarta: Rajagrafindo persada.

2
baik untuk kehidupan manusia dan emosi negatif bisa menimbulkan masalah bagi diri
sendiri dan orang lain dan bisa juga merusak hubungan dengan Tuhannya.
B. KAJIAN TEORI
Pendekatan yang digunakan dalam artikel ini adalah psikologi Islam. Psikologi
Islam sendiri dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jiwa dan perilaku
manusia berdasarkan pandangan dunia Islam (Nashori, 2010). Psikologi Islam juga
dapat diartikan sebagai kajian Islam yang membahas aspek kejiwaan dan bagaimana
seseorang berperilaku sehingga secara sadar dapat mengembangkan kualitas diri yang
akan menuju kehidupan yang lebih sempurna dan bahagia di dunia dan akhirat.(Mujib
dan Mud Zakir). 2001). Seperti yang ditunjukkan oleh resensi psikologi Islam di atas,
artikel ini didasarkan pada pandangan dunia Islam tentang al-Quran dan al-Hadits, dan
mengeksplorasi beberapa fenomena manis, dalam hal ini ketidaksadaran, desakan dan
konflik batin, serta manajemen emosi.
Psikologi Islam menganggap emosi sebagai ujian dari Allah. Untuk lulus ujian
ini, seseorang harus belajar mengendalikan emosinya dan tidak membiarkannya
mengendalikan tindakan yang dilarang oleh hukum agama. Al-Quran menggambarkan
ciri-ciri orang yang mampu mengendalikan emosinya sebagai berikut: berbuat baik
terhadap orang beriman, saling menolong dan sayang terhadap sesama Muslim.
Sebaliknya, perasaan seperti kebencian dan kekerasan ditujukan kepada mereka yang
memerangi Islam. Psikologi Islam menekankan pentingnya mengendalikan keinginan
bawah sadar yang mengarah pada emosi negatif. Al-Qur’an memberikan petunjuk
bagaimana mengambil tindakan positif untuk mengendalikan nafsu tersebut dan
mengurangi ketegangan emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam psikologi Islam, emosi dianggap sebagai gerakan jiwa. Humor dapat
menciptakan emosi positif dan membawa perasaan positif ke dalam kehidupan
individu. Secara keseluruhan, psikologi Islam menekankan pentingnya mengambil
tindakan positif untuk mengendalikan emosi dan mengurangi ketegangan emosi dalam
kehidupan sehari-hari. Ada 3 teori yang menjelaskan mengenai emosi, sebagai berikut
:
1. Teori Emosi Dua Faktor Schachter – Singer
Teori ini menjelaskan faktor rangsangan emosional. Menurut Schachter-
Singer, emosi tidak disebabkan oleh faktor fisiologis, tetapi manusia memiliki
persepsi tertentu terhadap sesuatu, yang mengarah pada interpretasi, dan emosi,
baik positif maupun negatif.

3
2. Teori Emosi James – Lange
Menurut teori James-Lange, emosi muncul setelah reaksi psikologis.
Menurut teori ini, emosi adalah hasil dari memahami atau menelusuri perubahan
yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan eksternal. Teori
James Lange ini menjelaskan bahwa ada empat langkah dalam pembangkitan
emosi. Langkah pertama adalah memahami peristiwa yang seseorang hadapi.
Langkah kedua adalah impuls bergerak dari sistem saraf pusat ke otot dan masuk
ke otot. Kulit dan organ dalam lainnya. Pada tahap ketiga, sensasi yang disebabkan
oleh perubahan bagian tubuh dikirim kembali ke otak. Dan pada tahap keempat,
impuls yang telah kembali ke otak dipahami atau dikenali oleh otak. Emosi
muncul setelah kombinasi persepsi dan rangsangan awal.
3. Teori Emosi Emercy Cannon
Teori Emmercy Cannon mencoba menggabungkan teori Schachter-Singer
dan teori James Lange. Teori Emmercy Cannon menyatakan bahwa emosi terjadi
bersamaan antara pemahaman dan respon fisiologis. Setiap orang memiliki semua
kategori emosional di atas, tetapi berbeda dari orang ke orang. Berdasarkan
pengkategorian emosi baik sebagai emosi positif maupun negatif, masing-masing
emosi berhak untuk dikomunikasikan secara proporsional.
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Metode
kualitatif adalah teknik yang menitikberatkan pada observasi yang mendetail. Tempat
penelitiannya yaitu UIN Salatiga dengan subjek mahasiswa aktif UIN Salatiga.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2023 dan 18 Juni 2023. Metode
kualitatif yang digunakan yaitu dengan cara menyebarkan quisioner/angket mengenai
emosi, penyebab, dan cara meredam emosi yang nantinya akan diisi oleh mahasiswa
aktif UIN Salatiga. Oleh karena itu, penggunaan teknik kualitatif dalam penelitian
memungkinkan kita untuk mempelajari fenomena secara lebih komprehensif.
Humanisme, studi kualitatif yang mempertimbangkan individu manusia dan perilaku
manusia, adalah jawaban atas kesadaran bahwa semua konsekuensi dari perilaku
manusia mempengaruhi dunia batin individu. Ini adalah aspek internal seperti
keyakinan seseorang, pandangan politik dan latar belakang sosial.
Dalam quisioner/angket tersebut terdapat enam pertanyaan yang harus dijawab
oleh subjek (Mahasiswa BKPI UIN Salatiga). Subjek dalam penelitian ini sebanyak 6
orang responden. Pengambilan data dilakukan sebanyak satu kali. Data yang didapat

4
dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang dibuat secara naratif, berupa deskripsi
data yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
D. HASIL PENELITIAN
1. Subjek 1
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu ketika
seseorang mengganggu ketenangan dan kenyamanannya. Menurutnya emosi tidak
merugikan dan cara ia meredam emosi yaitu dengan istighfar. Sedangkan
penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu muncul perkataan “ kenapa harus
marah-marah kan bisa dibicarakan dan dicari solusi dengan tenang. Begitu juga
dengan wudhu emosi bisa meredam ungkapnya karena nabi menyampaikannya
seperti itu
2. Subjek 2
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu ketika
mengalami hal yang tidak disukai di dalam kehidupan. Menurutnya emosi
merugikan karena emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Cara ia
meredam emosi yaitu dengan memperbanyak istighfar dan lebih mendekatkan diri
kepada Allah. Sedangkan penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu
merugikan orang lain dan diri sendiri. Begitu juga dengan wudhu emosi bisa
meredam ungkapnya karena dengan berwudhu itu niatnya untuk mensucikan diri
dari segala hal yang membuatnya marah.
3. Subjek 3
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu karena
tidak bisa mengendalikan emosi. Menurutnya emosi merugikan karena emosi bisa
sangat tidak terkontrol. Cara ia meredam emosi yaitu dengan menyadarkan dirinya
sendiri bahwa emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Sedangkan
penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu merasa bersalah terhadap
orang/objek yang terkena imbasnya. Begitu juga dengan wudhu emosi bisa
diredam atau tidak ungkapnya karena ia belum pernah mencobanya.
4. Subjek 4
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu karena
terganggu oleh kebisingan karena sedang fokus belajar. Menurutnya emosi
merugikan karena hanya menguras tenaga saja dan cara ia meredam emosi yaitu
dengan istighfar. Sedangkan penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu ia

5
tidak akan mengulanginya lagi. Begitu juga dengan wudhu emosi bisa meredam
ungkapnya karena air wudhu salah satu manfaatnya yaitu meredamkan emosi.
5. Subjek 5
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu karena ada
masalah dengan orang lain. Menurutnya emosi merugikan karena tidak ada
manfaatnya dan cara ia meredam emosi yaitu dengan diam. Sedangkan
penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu berkata kasar. Begitu juga dengan
wudhu emosi bisa meredam ungkapnya karena menjadi tenang.
6. Subjek 6
Ia pernah mengalami emosi. Yang menyebabkan ia emosi yaitu segala
sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan keinginannya (tapi no problem,
sesungguhnya rencana Allah adalah sebaik-sebaik-baik rencana). Menurutnya
emosi merugikan sekali. Kalau emosi tiba-tiba meledak di depan teman-teman
kasian, gak tau apa-apa tetapi terkena imbasnya, kalau emosi meledak ketika posisi
sendirian otak campur aduk dan cara ia meredam emosi yaitu dengan zikrullah
(mengingat Allah). Sedangkan penyesalannya ketika emosinya sudah reda yaitu
tutur katanya yang tidak tertata, nyesek banget, ia tidak pernah menyesali diamnya
tetapi ia berkali-kali menyesali setiap kata yang terucap dari lisannya. Begitu juga
dengan wudhu emosi bisa meredam ungkapnya karena apabila dilakukan dengan
niat dan langkah-langkah yang benar. Karena emosi/marah datangnya dari setan
atau termasuk sifat setan, setan tercipta dari api, sedangkan api akan padam
apabila disiram dengan air. Begitupun dengan emosi dan wudhu.
E. PEMBAHASAN
Pengendalian emosi memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan
manusia karena pengendalian tersebut bisa menjadikan seseorang mengontrol
emosinya karena suatu hal yang mungkin sangat membuatnya ingin emosi. Dalam
kaitan ini, Al-Qur'an menyarankan manusia untuk mengontrol emosi mereka agar bisa
mengurangi stres fisik dan psikologis dan efek buruknya. Selain itu, tidak sedikit hadis
Nabi SAW yang meluruskan umatnya agar senantiasa mengontrol emosi agar tercipta
kegiatan yang sangat harmonis dan adil.
Ada risalah Nabi SAW yang diucapkan oleh Malik, Al-Bukhari dan Tirmidzi.
Abu Hurairah berucap, `` Ada orang yang bercakap-cakap dengan beliau, ‘Beri tahu
aku!, dan utusan itu menjawab, “Jangan marah.” Pada hadist selain itu yang dikutip
oleh Ath Thabrani, Nabi SAW menanggapi: “Jangan marah jika terdapat seseorang

6
yang menanyakan terkait apa yang akan menyelamatkanmu pada kemarahan Tuhan”
(Najati, 2001; Najati, 2005). Dan juga pada waktu lain Nabi Muhammad bertanya
kepada sahabat-sahabatnya, “Siapa yang paling berani di antara mereka?” Seseorang
yang terkadang dapat mengendalikan diri.”
Secara teoritis, ada tiga bentuk pengelolaan perasaan ketika marah yang
diterapkan individu pada saat dihadapkan pada keadaan emosional (Hube, 2006), yaitu
coping, cognitive adaptation serta coping strategy. Pertama:
pemindahan/transfer.Channeling adalah cara menyalurkan atau mengalihkan
ketegangan emosional ke tujuan lain. Modus yang biasa digunakan adalah katarsis,
rasionalisasi serta mengingat Allah. Katarsis adalah makna yang merujuk pada
pengusiran kemarahan pada keadaan mereka. Istilah yang berbeda untuk katarsis
dikenal juga dengan makna “venting”. Misalnya, seseorang yang jatuh cinta, tetapi
tidak dapat mengungkapkan perasaan sukanya disebabkan oleh banyak argumen, lalu
menulis novel atau kumpulan puisi cinta, yang hanyalah pelampiasan emosional atas
kejadian yang menimpanya.
Model gangguan berikutnya adalah rasionalisasi. Rasionalisasi adalah konversi
mengubah arah yang tidak dapat dicapai menjadi bentuk alternatif yang telah Anda
buat dalam pikiran Anda. Berdasarkan pendapat Atkinson, dan Hilgard (1991),
rasionalisasi ini memiliki beberapa arah. (1) untuk meminimalisir penyesalan pada
saat arah gagal; (2) memberikan konsep tindakan yang masuk akal dengan
menyatakan pendapat yang bisa disetujui dengan bersahaja; Searah menurut hal
tersebut, Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia harus mengambil sisi baik dari setiap
peristiwa, meskipun awalnya dianggap buruk terlihat gelisah. Metode ini, yang dikenal
sebagai hikmat, dapat mencegah orang jatuh ke hal kemarahan yang berdampak buruk
dan berasumsi mengenai hal yang Tuhan ingin mereka lakukan ketika mereka gagal
mencapai tujuan mereka. Misalnya, mencoba menikahi seseorang yang sangat Anda
cintai akan tetapi gagal. Kebijaksanaan dianugerahkan kepada mereka yang berusaha
membedakan apa yang akan menuntun pada hasil yang baik setelah kegagalan. Bahwa
kegagalan ini berarti penangguhan hukuman untuk kebahagiaan yang luas biasa, sebab
bagaimanapun individu bisa menemukan seseorang yang adil, orang yang lebih unggul
di waktu yang akan datang, orang yang lebih unggul untuk nasabnya dan lain
sebagainya.
Mengingat Allah adalah sarana pengalihan ketika manusia mengalami
kesulitan atau masalah. Dzikir kepada Allah bisa berbentuk ucapan yang baik, wirid,

7
doa atau bacaan Al Quran. Dampaknya karena kegiatan ini adalah individu yang
sedang mengalami emosi akan merasa nyaman dalam mengatasi permasalahannya,
dan ada baiknya perlu menciptakan sikap optimis pada saat cita-cita ataupun angan-
angan tidak tercapai. Selain itu, zikirullah bisa untuk mengubah perasaan buruk yang
sedang menimpa individu menjadi perasaan yang baik karena ketenangan dan
kedamaian yang dirasakannya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa latihan
relaksasi dzikir dapat menurunkan stress pada pasien yang mengidap tekanan darah
tinggi (Anggraieni, 2014), latihan menenangkan diri dengan dzikir manjur dalam
menumbuhkan ketenangan khusus pada individu. Pada wanita dengan kemandulan
(Wahyunita, 2013), metode untuk merilekskan otot serta dzikir merupakan manjur
dalam mengurangi rasa gelosah pada pasien tekanan darah tinggi premenopause
(Luznizanuri 2013), motode untuk merilekskan dengan cara dzikir manjur dalam
mengurangi stres pada pasien penyakit ginjal kronis yang melakukan pencucian darah.
Kedua: Cognitive Adaptation/Adaptasi Kognitif. Teori adaptasi kognitif
didasarkan pada kenyataan bahwa pemikiran individu dapat berpengaruh pada sikap
dan tingkah lakunya. Adaptasi mental adalah metode seseorang bisa dievaluasi
menurut paradigma yang diselaraskan melalui keinginan yang didambakan.
Pengetahuan denah kognitif digabungkan melalui sesuatu yang bisa saja serta tepat
perlu dipercaya. Adaptasi kognitif memiliki tiga bentuk, yaitu atribusi kognitif, empati
dan altruisme. Atribusi kognitif merupakan metode yang meletakkan pengamatan
dalam keadaan positif. Ketika ada problem senantiasa dilihat dari hikmahnya atau
dampak baiknya. Padahal, atribut tersebut senantiasa berjalan dibarengi oleh atribut
yang buruk, lebih-lebih yang melibatkan masalah sengit pada kegiatan individu sehari-
hari. Misalnya, jika ada individu tersayat oleh pisau di lengannya, harusnya sedih atau
marah, mereka percaya tersebut adalah isyarat cinta Tuhan, menumpahkan darah
kotor apa pun yang mereka miliki sehingga suatu hari mereka tidak tersentuh api
neraka.
Empati adalah kesadaran seseorang terhadap apa yang dialami orang lain,
baik dalam kesulitan maupun ketidakberuntungan. Kesadaran empatik ini dapat
digunakan untuk menggunakan pengalaman orang lain untuk mengurangi luapan
kemarahan ketika kejadian yang tidak begitu beda menghadang mereka. Syariat Islam
menitikberatkan perilaku empati ini dikarenakan hal tersebut menumbuhkan rasa
keikhlasan serta keinginan agar bisa membantu sesama. Tidak sedikit cerita pada Al-
Qur’an mengenai empati Nabi terhadap para nabi sebelumnya. Altruisme adalah

8
pedoman hubungan manusia. Deskripsi Alquran tentang hal tersebut dapat dibaca,
misalnya pada (QS 76:8-9 ) yang menggambarkan seseorang yang membantu orang
lain dengan tidak mengharap imbalan, selain untuk mendapatkan pahala dari Allah
SWT.
Ketiga: strategi oposisi. Coping diartikan sebagai tindakan seseorang untuk
mengatasi, menerima atau mengelola situasi (masalah) yang tidak terduga. Dalam
teori psikologi dikenal dua strategi coping, yaitu emotional focus yang berarti
menghadapi emosi yang dirasakan, dan problem-focused coping yang singkatnya
berarti menghadapi masalah. Sementara itu, ajaran Islam memiliki dua mekanisme
dalam mengelola emosi dan mengatasi masalah, yaitu mekanisme sabar, syukur dan
memaafkan. Kesabaran adalah cara terbaik untuk mencegah seseorang larut dalam
emosi negatif. Secara ilmiah dan alami, peristiwa emosional yang besar dapat diikuti
oleh beberapa emosi kecil secara bersamaan.
Pengampunan adalah strategi bertahan hidup yang penting dalam Islam.
Rasulullah SAW adalah orang yang sangat baik yang mampu mengendalikan
emosinya dengan baik dan mampu mengendalikan amarahnya terhadap rangsangan
negatif yang dihadapinya. Al-Qur’an menjelaskan bahwa jika dia adalah salah satu
dari mereka yang ingin menyerah pada kemarahan, orang-orang akan
meninggalkannya (Qur’an 3:159). Menahan amarah bukan berarti tidak akan meledak
pada suatu saat. Pengampunan adalah proses mencairkan segalanya dan membawa
volume ke dalam hati.
Pengampunan sendiri telah terbukti berperan dalam menyelesaikan berbagai
konflik antar individu, kelompok, bahkan bangsa/negara (Fincham, Beach, &
Davilla, 2004; Nashori, 2010), sehingga meningkatkan pengendalian diri
(Worthington et al., 2005 ), dengan meminimalkan konflik dengan orang lain (Luskin,
Martin, 2003), bahkan dapat mencegah individu yang melakukan perbuatan dzalim
untuk tidak melakukan kedzaliman di masa depan (Wallace et al, 2008).
F. KESIMPULAN
Dilihat dari teori-teori di atas bisa disimpulkan bahwa mahasiswa BKPI UIN
Salatiga pernah emosi. Ada yang disebabkan oleh masalah dengan orang lain,
mengalami hal yang tidak disukai dalam kehidupan, atau bisa juga karena mereka
memang tidak bisa mengendalikan emosinya. Emosi ternyata memang merugikan
karena ketika emosi maka akan bisa merusak diri kita, entah itu dari perkataan yang
buruk, perlakuan buruk bahkan sampai orang lain terkena imbasnya karena emosi

9
yang diluapkan oleh diri kita. Dan menurut psikologi islam banyak sekali strategi atau
cara untuk mengendalikan emosi diantaranya, pemindahan/transfer, rasionalisasi,
zikrullah, adaptasi kognitif, empati, strategi oposisi, dan pengampunan/pemaafan.
Menurut sebagian subjek/mahasiswa berwudhu juga bisa meredam emosi karena jika
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan niat maka itu bisa menurunkan emosi dan
membuat tenang. Karena sejatinya emosi itu karena ada setan yang membisiki, setan
itu terbuat dari api maka untuk memadamkannya yaitu dengan air ungkap salah satu
mahasiswa BKPI UIN Salatiga.
G. DAFTAR PUSTAKA
Anggraieni, Widura N. 2014. Pelatihan relaksasi zikir untuk menurunkan stres
penderita hipertensi esensial. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.
Atkinson, Rita L. Atkinson, R.B., & Hilgard. 1991. Pengantar Psikologi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Charles C. Manz, Manajemen Emosi,(Yogyakarta: Think, 2007).
Daniel Goleman, Working With Emotional Intelligence (New York: Bantam Dell,
n.d.), 16.
Faisal Faliyandra, Tri Pusat Kecerdasan Sosial: Membangun Hubungan Baik Antar
Manusia Pada Lingkungan Pendidikan di Era Teknologi, ed. Ahmad Ariyanto,
pertama. (Malang-jawa Timur: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2019), 11.
Feist, Jest & G.J. Feist. 2008. Theories of Personality. Terjemahan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fincham, Frank D., Steven R. Beach, & Joanne Davilla. 2004. Forgiveness and
Conflict Resolution in Marriage. Journal of Family Psychology, 18, 72-81.
Freud, Sigmund. 2001. Tafsir Mimpi. Terjemahan. Yogyakarta: Penerbit Jendela.
Freud, Sigmund. 2002. Psikoanalisis. Terjemahan: Yogyakarta: Ikon Teralitera
Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. 2000. Teori Kepribadian 1. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Hube, M. Darwis. 2006.Penjelajahan Religio-Spiritual tentang Emosi Manusia di
dalam Al Quran, Jakarta: Erlangga.
Jati, Nugroho. S.Ked, Cht, CI. “PANDUAN SELF HYPNOSIS MEREDAM EMOSI
DAN MENGONTROL DIRI,” 2012.
Laila Ningtyas, Cara Cerdas Mengelola Eemosi Remaja, (Yogyakarta: Andi Offset,
2008)

10
Luznizanuri, Kiki & H Fuad Nashori. 2013. Terapi relaksasi otot progresif dan zikir
efektif menurunkan kecemasan hipertensi esensial pralansia. Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
UII
Martin, Anthony Dio. 2003. Emotional Quality Management: Refleksi, Revisi dan
Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakir. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam.Jakarta:
Rajagrafindo persada.
Nadhiroh, Yahdinil Firda. “Pengendalian Emosi.” Kajian Keislaman 2, no. Kajian
Religio-Psikologis tentang Psikologi Manusia (2015): 6
Najati, M Utsman. 2001. Al Qur‟an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Aras Pustaka.
Najati, M Utsman. 2005. Hadits dan Ilmu Jiwa. Terjemahan. Bandung: Penerbit
Pustaka.
Nashori, H. Fuad. 2008. Potensi-potensi Manusia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Nashori, H. Fuad. 2010. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Nashori, H Fuad & Kusdwiratri Setiono, K. 2010. Pemaafan pada Etnis Jawa: Sebuah
Kajian Teoritik. Jurnal Psikoislamika, 7 (1), 105-116.
Nasrudin, Imam. “Emosi Dan Aspeknya.
Robert Lewis Wilson dan Rachel Wilson, Understanding Emotional Development, 1
ed. (New York: Routledge, 2015), 1
Sadif, Ria Safaria. 2013. Terapi relaksasi zikir efektif menurunkan stres penderita
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII
Sutoyo, Anwar. 2007. Bimbingan dan Konseling Islami. Semarang: Cipta Prima
Nusantara.
Tim Tarjamah. 2006. Al Qur‟anul Karim dan Tarjamahannya. Kementrian Agama
Republik Indonesia
Wahyunita, Dina. 2013. Pelatihan relaksasi zikir efektif meningkatkan kesejahteraan
subjektif istri yang mengalami infertilitas. Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

11
Wallace, Harry M., Julie J. Exline, & Roy F. Baumeister..2008. Interpersonal
Consequences of Forgiveness: Does Forgiveness Deter or Encourage Repeat
Offenses? Journal of Experimental Social Psychology, 44 (2), 453-460.
Worthington Jr, Everett L., W.C. van Oyen, A.J. Lerner, & M. Scherer. 2005.
Forgiveness in Health Research and Medical Practice. Explore, 1(3), 169-176.

12
BIODATA PENULIS

Nama : Widi Dwi Nurrochim

Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 04 April 2003

Alamat : Krajan, RT 03/RW 01 Cangkrep Lor, Purworejo

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Pendidikan terakhir : MAN Purworejo

Kewarganegaraan : Indonesia

Nomor HP : 085227901204

Alamat Email : widicahpordjo@gmail.com

13

Anda mungkin juga menyukai