Anda di halaman 1dari 16

EMOSI DALAM PSIKOLOGI

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Psikologi Umum
Dosen Pengampu : Arizka Harisa, S. Psi, M.Si

Di susun oleh :
Dewi Lulu Putri ( 211310162 )
Muhammad Farhan ( 211310186 )
Ahmad Haaziq A ( 211310156 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL - QUR’AN JAKARTA TAHUN
AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufik dan inayah - Nyalah,
makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri
tauladan kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarganya, para sahabat nya dan kepada
kita selaku ummatnya, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di Yaumil Qiyamah nanti.
Makalah ini di ajukan kepada bapak selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Umum
sebagai tugas kelompok. Makalah ini berjudul : Emosi Dalam Psikologi yang Insya Allah dapat
bermanfaat untuk pembaca maupun penulis. Dan kami pun sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 29 Agustus

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i


DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................................1
1.3. Tujuan Permasalahan .............................................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1. Hakikat emosi dan faktor yang mempenngaruhi perkembangan emosi ...............................................3
2.2. Jenis-Jenis Emosi ....................................................................................................................................4
2.3. Teori-Teori Emosi....................................................................................................................................7
2.4 Mengelola Kecerdasan Emosional ..........................................................................................................8

BAB III ..................................................................................................................... 12


PENUTUP ................................................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu materi psikologi yang akrab sekali dengan kehidupan sehari-hari
kita adalah munculnya emosi, banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah
sesuatu hal yang buruk, sesuatu yang diidentikan dengan amarah. Namun pada
kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa dalam hal kebaikan.
Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang sudah dimiliki oleh
manusia sejak lahir. Emosi dalam psikologi meliputi semua jenis perasaan yang dialami
seseorang, mulai dari perasaan marah, sedih, bahagia, takut, dan lainnya. Semua perasaan itu
disebut juga dengan emosi. Emosi dalam diri setiap manusia memiliki karakter nya masing
masing dan juga pemicu tertentu yang berbeda. Emosi memiliki peranan yang penting dalam
kehidupan, karena emosi menunjukkan ekspresi diri dari seorang manusia dalam berinteraksid
engan kelompok sosialnya.
Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi psikologi tentang psikologi agar
kita dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri sehingga kita dapat mengendalikan
dan mengembangkan emosi kita dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa hakikat emosi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi?


2) Apa saja jenis-jenis emosi ?
3) Apa saja teori-teori emosi?
4) Bagaimana cara mengelola kecerdesan emosional?

1
1.3. Tujuan Permasalahan

1) Untuk mengetahui hakikat emosi dan faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan emosi.
2) Untuk mengetahui jenis-jenis emosi.
3) Untuk mengetahui teori-teori emosi.
4) Untuk mengetahui cara mengelola kecerdasan emosional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat emosi dan faktor yang mempenngaruhi perkembangan emosi


Emosi berasal dari kata emotion dalam bahasa Prancis atau dalam bahasa Latin emovere yang
artinya keluar. Secara etimologisnya emosi diartikan “bergerak keluar”. Emosi merupakan suatu
konsep yang luas dan tidak dapat dispesifikkan. Pada hakikatnya emosi merupakan gambaran dari
perasaan manusia saat menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berbeda. Hal itu wajar,
karena emosi ini merupakan reaksi alamiah manusia terhadap berbagai kondisi yang nyata. Emosi
merupakan suatu reaksi bisa positif maupun negatif sebagai dampak dari rangsangan dari dalam
diri sendiri maupun dari luar. emosi baik atau buruknya itu hanya bergantung pada dampak yang
akan ditimbulkan baik bagi diri maupun bagi orang lain yang ada di sekitarnya Berikut ini
pengertian emosi menurut para ahli 1:

1. Prez, 1999 merupakan seorang EQ organizasional consultant dan juga pengajar. Prezz
mengungkapkan arti emosi adalah suatu reaksi tubuh dalam menghadapi sesuatu. Sifat dan
intensitas emosi terkait erat dengan aktivitas kognitif sebagai hasil dari persepsi terhadap
situasi.
2. Hathersall, 1985 emosi adalah kondisi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif
yang dapat diungkapkan atau dilihat darir eaksi wajah atau tubuh.
3. Keleinginan dan Keleinginna, 1981 emosi adalah kondisi yang berhubungan dengan
tujuan tingkah laku. Emosi diatikan sebagai perasaan, misalnya pengalaman afektif,
kenikmatan, marah, bahagia, takut, sedih.
4. William james, emosi yaitu kondisi budi rohani yang menampakkan diri dengan suatu
perubahan yang jelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa emosi dalam psikologi adalah pola reaksi kompleks, yang
melibatkan elemen pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan oleh seseorang untuk
menangani masalah atau peristiwa penting yang dialaminya secara personal.

1
Dosen Psikologi: Emosi dalam Psikologi – Pengertian – Bentuk. https://dosenpsikologi.com/emosi-dalam-psikologi diakses
pada tanggal 30 Agustus 2022

3
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi seseorang adalah faktor kematangan
dan faktor belajar. Peran faktor kematangan, meliputi perkembangan intelektual yang menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti. Hal-hal yang mempengaruhi
kematangan emosi seseorang antara lain: Usia, Perubahan fisik, pola asuh orang tua, serta lingkungan.

Selanjutnya, peran faktor belajar yang turut menunjang pola perkembangan emosi terutama pada
masa kanak-kanak, adalah melalui: (a) belajar dengan cara coba dan ralat, (b) belajar dengan cara
meniru atau imitasi, (c) belajar dengan cara identifikasi, (d) belajar dengan cara pengkondisian, yaitu
dengan asosiasi, dan (e) belajar melalui pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan. 2

2.2. Jenis-Jenis Emosi


Setiap orang memiliki tingkat dan pengelolaan emosi yang berbeda, tapi
sebenernya ada beberapa emosi dasar yang sebenarnya dimiliki. Jenis emosi dasar ini yang
memengaruhi seseorang dalam berperilaku.
1. Kebahagiaan

Dari semua jenis emosi, kebahagiaan adalah emosi yang paling diinginkan dan dicari oleh
semua orang. Emosi ini diartikan sebagai keadaan emosi yang menyenangkan, seperti
perasaan puas, gembira, dan sejahtera. Kebahagiaan dapat diekspresikan dengan banyak cara,
seperti melalui:

• Ekspresi wajah tersenyum


• Nada suara ceria yang menyenangkan
• Bahasa tubuh yang terlihat santai atau bersemangat
Perasaan bahagia mengarahkan seseorang untuk bersyukur serta memahami diri sendiri dan
orang lain lebih baik lagi. Kebahagiaan merupakan salah satu contoh emosi positif yang
memainkan peran penting dalam kesehatan fisik dan mental. Salah satunya adalah
memperpanjang usia.
Sebaliknya, jika Anda tidak merasa bahagia, seperti kecemasan, stres, depresi, dan kesepian
dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan menurunkan tingkat kualitas hidup.

2. Kesedihan

Kebalikan dari rasa bahagia, banyak orang yang tidak menginginkan kesedihan. Emosi ini
ditandai dengan perasaan kecewa, putus asa, tidak tertarik, dan suasana hati yang buruk.

2
Susanti, R. PERKEMBANGAN EMOSI MANUSIA. Jurnal Teknodik, 4(15) 2018, Hal. 170–181.

4
Seperti emosi lainnya, kesedihan bisa datang kapan saja dan dialami oleh semua orang dari
waktu ke waktu.

Pada beberapa kasus, orang yang merasakan kesedihan berkepanjangan dan parah bisa
berubah menjadi depresi. Kesedihan dapat diungkapkan dengan beberapa cara termasuk:

• Suasana hati yang muram


• Diam
• Lesu dan tidak bersemangat
• Menarik diri dari orang lain
• Menangis
Tingkat kesedihan yang dirasakan oleh setiap orang berbeda-berbeda, tergantung dari
penyebab dan bagaimana cara orang tersebut mengatasi kesedihannya.

Namun, merasakan kesedihan tidak sepenuhnya buruk. Emosi ini bisa mengarahkan Anda
untuk memahami dan tahu caranya untuk bangkit, mengobati diri sendiri, dan merenungkan
kembali untuk tidak lagi sedih atau kecewa di kemudian hari.

3. Ketakutan

Ketakutan adalah emosi kuat yang memerankan peran penting bagi Anda untuk bertahan
hidup. Saat Anda merasakan emosi ini, otot menjadi tegang, jantung berdetak lebih cepat, dan
pikiran jadi lebih waspada.

Misalnya, ketika dalam keadaan bahaya, rasa takut akan muncul dan menimbulkan respon
untuk mempertahankan diri, seperti lari atau meminta bantuan orang lain. Maka itu, setiap
orang dibekali jenis emosi ini supaya dapat merespon ketika berada dalam bahaya.

Ketakutan dapat meliputi berbagai ekspresi, seperti:

• Ekspresi wajah yang takut; melebarkan mata dan menundukkan kepala


• Berusaha untuk sembunyi, menghindar, atau berani menghadapi ancaman
• Tubuh berkeringat, detak jantung dan napas jadi cepat
Ketakutan biasanya muncul ketika ancaman terjadi secara langsung. Emosi ini akan
menumbuhkan dan memupuk rasa berani, sehingga akan membuat Anda lebih tangguh ketika
mengalami kondisi yang sama.

4. Jijik

Rasa jijik ditandai dengan rasa tidak suka, baik itu melihat, mencium, merasakan, atau
mendengar sesuatu sehingga berusaha keras untuk menghindarinya. Walaupun terdengar

5
buruk, emosi ini dapat membangun sikap diri untuk menjaga kebersihan sehingga tubuh
terhindar dari penularan penyakit.
Rasa jijik biasanya ditunjukkan dengan beberapa cara, seperti:

• Berpaling menjauh dari objek yang dianggap menjijikan


• Reaksi fisik seperti mual dan ingin muntah
• Ekspresi wajah yang mengerutkan hidug, menyipitkan mata, dan menekuk bibir ke atas

5. Marah

Sama seperti ketakutan, perasaan marah juga dibutuhkan untuk melindungi diri dan merespons
ancaman. Emosi ini ditandai dengan rasa frustasi, merasa tidak cocok dengan orang lain.
Kemarahan sering ditunjukkan dengan berbagai ekspresi, seperti:

• Nada suara yang kasar atau berteriak


• Badan berkeringat dan wajah memerah
• Perilaku jadi agresif, seperti memukul, menendang, atau melempar benda
Walaupun sering dianggap sebagai emosi negatif, marah ternyata dapat memotivasi Anda
untuk mengambil tindakan dan mencari solusi terhadap berbagai hal yang mengganggu
Anda.

Kemarahan yang dianggap buruk adalah kemarahan yang tidak terkendali, berlebihan,
diekspresikan dengan cara yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Kemarahan
tersebut membuat seseorang sulit untuk membuat keputusan yang rasional dan bakan dapat
berdampak buruk pada kesehatan.

6. Kaget atau terkejut

Terkejut atau kaget bisa dikategorikan sebagai emosi positif, emosi negatif, dan juga netral.
Kondisi ini biasanya terjadi sangat singkat akibat sesuatu hal yang tidak terduga. Tanpa Anda
sadari, emosi ini ternyata penting untuk perilaku seseorang. Kenapa?

Sebab rasa terkejut atau kaget dapat memotivasi seseorang untuk bersikap lebih tenang dan
belajar untuk mengontrol diri dan emosi. Beberapa cara untuk mengekspresikan rasa kaget
atau terkejut, antara lain:

• Respons fisik melompat atau melangkah mundur


• Mengeluarkan suara teriakan, menjerit, atau tengah-engah
• Respons lainnya, melawan atau berlari
• Ekpresi wajah menaikkan alis, melebarkan mata, atau membuka mulut

6
7. Emosi lainnya

Emosi-emosi sebelumnya, lebih sering terjadi pada Anda dibandingkan dengan beberapa
emosi ini, seperti merasa terhibur, malu, merasa bangga, merasa bersalah, atau merasa terhina.

Emosi-emosi ini bisa meniru emosi lainnya, artinya tidak selalu pasti digambarkan dengan
ekspresi yang sama. Misalnya, merasa malu bisa ditunjukkan dengan wajah menunduk seperti
ketakutan, wajah memerah seperti marah, dan berusaha memalingkan diri seperti rasa jijik.

2.3. Teori-Teori Emosi


Setidaknya ada 5 Teori emosi yang dikemukakan menurut para ahli. Antara lain: 3

• Teori Facial-Feedback
Teori ini menyatakan bahwa ekspresi wajah sangat penting untuk mengalami emosi dalam
psikologi. Teori ini merujuk pada pernyataan Charles Darwin dan William James, yaitu ekspresi
wajah memengaruhi emosi, bukan sebagai respon terhadap emosi.
Teori ini menyatakan bahwa emosi secara langsung terkait dengan perubahan fisik pada otot
wajah. Dengan demikian, seseorang yang memaksakan diri untuk tersenyum akan lebih bahagia
daripada seseorang yang mengerutkan dahi.
• Teori James-Lange
Teori James-Lange adalah salah satu teori emosi paling awal dari psikologi modern. Teori ini
dikembangkan oleh William James dan Carl Lange pada abad ke-19, teori tersebut berhipotesis
bahwa rangsangan fisiologis (rangsangan) menyebabkan sistem saraf otonom bereaksi yang
pada gilirannya menyebabkan individu mengalami emosi.
Reaksi sistem syaraf ini dapat berupa detak jantung cepat, otot tegang, berkeringat, dan banyak
lagi. Menurut teori ini, respon fisiologis datang sebelum perilaku emosional. Seiring waktu,
teori James-Lange telah ditentang dan diperluas dalam teori-teori lain, sehingga didapatkan
kesimpulan bahwa emosi adalah campuran dari respon fisiologis dan psikologis.
• Teori Cannon-Bard
Teori ini dikembangkan oleh Walter Cannon dan Philip Bard pada 1920-an untuk menyangkal
teori James-Lange. Teori ini menyatakan bahwa perubahan tubuh dan emosi terjadi secara
bersamaan, bukan satu demi satu. Teori ini didukung oleh ilmu neurobiologis yang mengatakan

3
Neraca Cinta Dzilhaq, 2020, Emosi Dalam Psikologi: Pengertian, Proses, dan Jenis, https://kampuspsikologi.com/emosi-
dalam-psikologi/ diakses pada tanggal 30 Agustus 2022.

7
bahwa begitu peristiwa yang merangsang terdeteksi, informasi tersebut diteruskan
ke amygdala dan korteks otak pada saat yang bersamaan.

• Teori Schachter-Singer
Teori ini dikembangkan oleh Stanley Schachter dan Jerome E. Singer. Teori ini
memperkenalkan elemen penalaran ke dalam proses emosi dalam psikologi. Schachter-Singer
berpendapat bahwa ketika kita mengalami suatu peristiwa yang menyebabkan rangsangan
fisiologis, kita mencoba mencari alasan untuk rangsangan tersebut, sehingga barulah kemudian,
bisa dikatakan bahwa kita ‘mengalami’ emosi tersebut.
• Teori Cognitive Appraisal
Teori ini dipelopori oleh Richard Lazarus. Menurut teori cognitive appraisal, proses berpikir
harus terjadi sebelum mengalami emosi. Dengan demikian, seseorang pertama-tama akan
menangkap rangsangan atau stimulus dari luar. Setelah itu, ada proses berpikir yang kemudian
secara bersamaan akan memantik respon fisiologis dan emosi.

2.4 Mengelola Kecerdasan Emosional


Goleman menggambarkan kecerdasan emosi dalam 5 aspek kemampuan utama,

yaitu :

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para
ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000) kesadaran diri adalah waspada terhadap
suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi
mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat
terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

8
Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan
emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita (Goleman, 2009). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri
sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibatakibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan.

c. Memotivasi diri sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki
ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan
diri.

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2009)
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan
empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-
sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang
lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal (dalam Goleman, 2009)
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orangorang yang mampu membaca perasaan dan
isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki (dalam Goleman, 2009), ahli psikologi menjelaskan
bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan
terus menerus merasa frustasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga
memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
membaca perasaan orang lain.

e. Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang


popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman¸ 2009). Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

9
Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan
serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini
akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer lingkungannya dan
menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2009).
Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa
berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Goleman (2009) juga menambahkan, aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:

a. Kesadaran diri.

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak ukur realitas atas kemampuan diri
dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri.

Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c. Motivasi.

Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita
menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati

Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam orang.

e. Keterampilan sosial.

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca
situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan keterampilan keterampilan

10
ini mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk
bekerja dalam tim. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Untuk selanjutnya dijadikan
indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian, dengan pertimbangan aspek-aspek
tersebut sudah cukup mewakili dalam mengungkap sejauh mana kecerdasan emosi subjek
penelitian.

Seseorang akan menjadi orang yang bijak jika ia bisa mengendalikan emosi khususnya emosi
negatif Bentuk-bentuk aspek emosi yang ditemukan dalam penelitian ini ada tujuh yaitu : (a)
rasa bersalah, (b) rasa bersalah yang dipendam, (c) menghukum diri sendiri, (d) rasa malu, (e)
kesedihan, (f) kebencian, dan (g) cinta.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Emosi merupakan respon dari dalam diri manusia yang muncul karena reaksi dari luar
manusia itu sendiri. Emosi juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai
tingkah laku dan emosi. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling); misalnya
pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah, takut, bahagia dan
rasa sedih. Emosi sangat erat kaitannya dengan psikologi. Emosi merupakan salah satu faktor
penyebab terjadi gangguan psikologi (kejiwaan). Bila seseorang tidak bisa mengontrol emosi,
bahkan pada suatu masa terkumulatif dengan begitu lama, maka saat dikeluarkan menimbulkan
efek yang luar biasa. Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Natisha
Persembahan Terakhir Karya Khrisna Pabichara peneliti menemukan beberapa kesimpulan,
yaitu : Emosi juga merupakan luapan perasaan seseorang karena adanya stimulus dari luar yang
menyebabkan respon berupa emosi positif maupun emosi negatif. Emosi sangat berperan
penting dalam kehidupan. Emosi positif dapat membuat seseorang selalu merasakan
kebahagiaan sehingga seseorang selalu menginginkan untuk merasakan emosi positif.
Berbanding terbalik dengan emosi negatif yang selalun dihindari oleh setiap orang. Emosi
negatif yang selalu dihindari juga memiliki dampak positif dalam kehidupan. Misalnya emosi
rasa takut, emosi rasa takut akan membuat seseorang menjadi lebih waspada dengan sesuatu
yang ditakutkannya. Seseorang akan menjadi orang yang bijak jika ia bisa mengendalikan
emosi khususnya emosi negatif Bentuk-bentuk aspek emosi yang ditemukan dalam penelitian
ini ada tujuh yaitu : (a) rasa bersalah, (b) rasa bersalah yang dipendam, (c) menghukum diri
sendiri, (d) rasa malu, (e) kesedihan, (f) kebencian, dan (g) cinta.

12
Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Upaya
Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)
At-Tamimy, Muhammad Fikry. Konsep Parenting dalam Perspektif Surah Luqman dan
Implementasinya. 2016
Rachman, M. Fauzi. Islamic Teen Parenting. (Jakarta: Erlangga, 2014)
Fajriyah, Laelatul. Skripsi, “Studi tentang Islamic Parenting terhadap Keluarga Chayatullah
Romas di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes”, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015
Sitorus, Masganti. MODEL PARENTING ISLAMI PADA LEMBAGA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI. (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan: 2020)
Shofi, Ummi. Agar Cahaya Mata Makin Bersinar: Kiat-Kiat Mendidik Ala Rasulullah.
(Surakarta: Afra Publising, 2007)

13

Anda mungkin juga menyukai