Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Tafsir & Hadist Psikologi Muhammad Amirul Hasbi, MA

KONSEP EMOSI MENURUT AL-QURAN DAN HADIST

Oleh

Nabillah Nur Aisyah Putri (12060123310)


Salsabila Humairoh (12060126828)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puja dan
puji syukur atas kehadiranNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Emosi Menurut Al-
Quran Dan Hadist”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak luput menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada Bapak Muhammad Amirul Hasbi, MA. selaku dosen mata kuliah Tafsir Dan Hadist
Psikologi.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik darisegi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah yang berjudul Konsep Emosi
Menurut Al-Quran Dan Hadist ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi dan wawasan bagi pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian Emosi ............................................................................................................................ 3
B. Jenis-jenis Emosi ............................................................................................................................. 4
C. Emosi dalam Prespektif Islam dan Barat ..................................................................................... 5
D. Mengelola Emosi dalam Prespektif Islam dan Barat ................................................................ 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang berperan sebagai khalifah di muka
bumi dengan kebutuhan emosional, fisiologis dan spiritual yang kompleks. Dari lahir
manusia sudah dibekali emosi, oleh sebab itu bayi yang masih kecil sudah bisa
mengungkapkan suasana hatinya walaupun hanya dengan tangisan maupun
senyuman. Bayi akan tersenyum dan tertawa ketika dia bahagia atau nyaman dan
sebaliknya ketika dia menangis maka akan menandakan bahwa dia tidak merasa
nyaman atau sedang menginginkan sesuatu.
Emosi serta ekspresi yang dimiliki manusia sejak dari lahir kemudian diwariskan
secara genetis dan terus berkembang akibat interaksi-interaksi yang dialaminya
selama kehidupannya. Setiap individu atau masyarakat memiliki aturan kapan dan
bagaimana seharusnya emosi itu dikeluarkan dan kapan saat emosi itu tidak
dikeluarkan, ini adlah merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, khususnya
untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak.
Kajian Psikologis secara umum menjelaskan tentang bagaimana perkembangan
manusia. Dimana semakin bertambah usia seseorang, maka semakin matang pula ia
dalam proses pengendalian diri, baik dari segi intelektual maupun segi emosionalnya.
Martin Wijokongko dalam bukunya Keajaiban dan Kekuatan Emosi, mengatakan
bahwa Tuhan memberikan kita emosi untuk tujuan yang mulia yaitu agar manusia
hidup bahagia, manusia yang mampu mengendalikan emosinya secara baik akan
dapat meraih yang terbaik karena pada dasarnya emosi adalah kekuatan yang luar
biasa kalau dilakukan untuk tujuan yang positif dan membangun.
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi merupakan
suatu ekspresi atau ungkapan perasaan yang dibawa manusia sejak lahir, tidak semua
emosi harus diungkapkan pada saat itu juga karena pada dasarnya emosi merupakan
sesuatu yang luar biasa jika kita melakukannya untuk tujuan yang positif.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Emosi?
2. Apa saja jenis-jenis Emosi?
3. Bagaimana konsep Emosi dalam prespektif Islam dan Barat?
4. Bagaimana mengelola Emosi dalam prespektif Islam dan Barat?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu Emosi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Emosi
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep Emosi dalam prespektif Islam dan Barat
4. Untuk mengetahui bagaimana mengelola Emosi dalam prespektif Islam dan Barat?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Secara Etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin movere yang berarti
“menggerakkan atau bergerak”. Kemudian ditambah dengan awalan “e‟ untuk memberi
arti “bergerak menjauh”. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Orang yang takut akan berusaha melakukan sesuatu
untuk melindungi dirinya misalnya lari terbirit-birit. Atau ketika seseorang merasa malu,
ia akan menutup muka sebagai ekspresi rasa tak ingin dilihat orang1.
Sementara itu menurut Daniel Goleman, Emosi sebagai kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau meluap luap. Sedangkan
menurut Crow, emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang
berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dalam diri) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu2.
Silverman, seorang psikolog, menyatakan bahwa emosi adalah perilaku yang
terutama dipengaruhi oleh tanggapan mendalam yang terkondisikan3. Menurut Hude,
emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap,
dan tingkah laku, serta dalam bentuk ekspresi tertentu. Misalnya, emosi senang (joy)
yang berkombinasi dengan penerimaan (acceptance) akan melahirkan cinta (love); emosi
sedih (sadness) yang berkombinasi dengan kejutan (surprise) melahirkan kekecewaan
mendalam (disappointment); cinta (love) berkombinasi dengan marah (anger) melahirkan
kecemburuan (jealousy)4. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis dimana seseorang merasakan suatu
gejolak sehingga menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan tingkah laku terhadap
lingkungannya.
Ungkapan Al-Quran tentang emosi manusia digambarkan langsung bersama
peristiwa yang sedang terjadi, misalnya gambaran dalam kondisi bahagia, marah, takut,
benci, kaget atau dalam keadaan lainnya. Terdapat kesan kuat pada ayat-ayat tersebut
adanya pembedaan yang tajam antara emosi positif dan negatif. Hal ini tampaknya
dimaksudkan sebagai motivasi agar manusia selalu mengedepankan emosi positf dalam
kehidupan individual dan sosial, yakni emosi yang dapat mengantarkan manusia meraih

1
Hude, M. D. (2006). Emosi: Penjelalajahan Religio Psikologis. Erlangga. Hlm.15
2
Zulkarnain, Z. (2018). Emosional: Tinjauan Al-Qur'an dan Relevansinya dalam Pendidikan. Tarbawy: Jurnal
Pendidikan Islam, 5(2), hlm 90.
3
Sarnoto, A. Z., & Rahmawati, S. T. (2020). Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Statement:
Media Informasi Sosial dan Pendidikan, 10(1), hlm 22
4
Ibid, 16.

3
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Dalam buku Santrock, “happiness is an emotion we
all seek” (kebahagiaan merupakan emosi yang kita semua harapkan). 5

B. Jenis-jenis Emosi
Atkinson (1990) mengemukakan beberapa jenis emosi yang muncul yaitu6 :
a. Senang
Merupakan kebanggaan dan respons cepat yang berhubungan mengurangi tensi yang
menyertai daya dorongan suatu rangsangan
b. Sedih
Sedih lawan dari senang, menjadi lemah merespon. Hal ini disebabkan dtidak tercapai
apa yang diinginkan dan biasanya diikuti oleh suatu rasa kehilangan
c. Marah
Merupakan kejengkalan ketika arah tujuan perbuatan dilarang atau dikecewakan dan
ini biasanya sangat rentan terhadap pengaruh komulatif (dendam).
d. Takut
Takut merupaka reaksi umum terhadap yang tidak diharapkan, tidak dikenal, dan
rangsangan yang sangat kuat dalam merusak situasi biasanya.
e. Tanggapan mengejutkan
Merupakan reaksi takut yang khusus terhadap kejadian intrn yang tiba-tiba. Orang
yang terkejut reaksinya bisa bermacam-macam dalam waktu bersamaan, seperti
membelalakkan mata, buka mulut, pegang kepala, dan menarik leher.
f. Cinta
melibatkan peran orang lain dan biasanya akan meningkat apabila orang lain itu
membalas cinta
g. Benci
Berhubungan dengan penyerangan seseorang yang membencinya, biasanya secara
aktif cenderung akan menyerang objek yang dibencinya. Situasi benci yang mencolok
adalah upaya yang mencoba merusak pola kehidupan seseorang, merusak pandangan
hidupnya, dan mendiskreditkan
kepercayaannya.
h. Mood
Mood adalah kondisi emosional yang lebih lama dari pada emosi itu sendiri dan
biasanya tidak terlalu intensseperti emosi.
i. Tempramen

5
Ibid, 19.
6
Zulkarnain, Z. (2018). Emosional: Tinjauan Al-Qur'an dan Relevansinya dalam Pendidikan. Tarbawy: Jurnal
Pendidikan Islam, 5(2), hlm 92

4
Temperamen adalah reaksi emosional yang ajeg (persistent) yang merupakan
karakteristik seseorang.

Daniel Goleman mengemukakan beberapa emosi yang tidak jauh berbeda dari pendapat
ahli diatas, yaitu:
a. Anger (Rasa marah)
di lihat dari detak jantung yang terus naik meningkat, hormon adrenalin memuncak
dan mengalirkan energi untuk memukul, mengumpat sasarannya
b. Fear (Rasa takut)
tubuh terasa membeku, reaksi waspada, wajah pucat, dan darah terasa mengalir ke
otot rangka besar, misalkan kaki untuk dapat lari atau mata terasa awas untuk
mengamat-amati situasi disekelilingnnya
c. Happiness. (Kebahagiaan)
ada peningkatan aktivitas di pusat otak yang menghalang perasaan negatif dan
menenangkan perasaan yang memunculkan kegusaran.
d. Love (Rasa cinta)
merupakan perasaan kasih sayang sebagai polarisasi simpatik tetap merujuk terhadap
respons relaksasi, yaitu; sekumpulan reaksi pada sekujur tubuh yang membangkitkan
kondisi yang menenangkan serta rasa puas untuk mempermudah kolaborasi dengan
yang lain.
e. Surprise (Terkejut)
ditandai dengan naiknya alis pada mata. Kondisi seperti ini merupakan reaksi untuk
suatu kemungkinan menerima lebih banyak informasi atau mencoba mencari
cara/upaya apa yang sedang terjadi untuk merancang tindakan terbaik.
f. Disgust (Rasa jijik)
menunjukkan aspek sikap ditandai hidung mengkerut (menutupnya) atau ungkapan
lain wajah rasa jijik, akibat rangsangan bau atau rasa amat sangat menyengat.Sadness
g. (Rasa sedih)
dilihat dengan menurunnya energi ataupun semangat hidup untuk melakukan
kegiatan seharihari karena menyesuaikan dari akibat adanya kehilangan sebab
kondosi menyedihkan disebabkan kekecewaan besar. 7

C. Emosi dalam Prespektif Islam dan Barat


a. Emosi Dalam Perspektif Islam
Keberadaan emosi dalam diri manusia laksana pisau, dimana pada saat yang
bersamaan pisau dapat membantu dan membahayakan. Semisal ketika seseorang

7
Sarnoto, A. Z., & Rahmawati, S. T. (2020). Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Statement:
Media Informasi Sosial dan Pendidikan, 10(1), hlm 31

5
menggunakan pisau untuk memotong sayuran, pada saat itu pula pisau dapat melukai
tangan seseorang jika tidak berhati-hati dalam penggunaanya. Emosi yang dikontrol
dengan baik dapat meningkatkan antusias, kepuasan, saling percaya dan komitmen
yang pada gilirannya berdampak besar terhadap peningkatan kualitas kehidupan
manusia,(Martin, 2003)8. Sebaliknya, sebagaimana yang telah manusia alami, emosi
yang tidak terkontrol dengan baik sering berakibat buruk dan merugikan diri manusia
itu sendiri maupun orang lain.
Memang emosional sebagai bagian penting dalam sisi kejiwaan manusia tidak
akan lepas dari totalitas itu sendiri. Hampir setiap setiap tingkah laku kita punya
keterkaitan tertentu dengan emosi.Menurut James, faktor yang penting dalam emosi
adalah umpan balik dari perubahan badani yang terjadi sebagai respon terhadap
situasi yang menakutkan dan membingungkan. Biasa orang menyadari adanya suatu
yang sedang terjadi secara internal ketika mereka marah, bingung, gembira, takut,
tetapi mereka tidak dapat mengamati perubahan pada tekanan darah atau aktivitas di
dalam perut mereka,(Ardani,2008).9
Kosakata yang berdenotasi emosional tidak dijumpai secara spesifik di dalam al-
Qur’an, tetapi bertebaran ayat yang berbicara atau berkaitan dengan perilaku emosi
yang ditampilkan manusia dalam berbagai peristiwa kehidupan, (Darwis, 2006)10.
Ungkapan al-Qur’an tentang emosi digambarkan langsung bersama peristiwa yang
terjadi. Berbagai peristiwa emosional dijelaskan di dalam al-Qur’an. Muhammad
Utsman Najati mengatakan, “dalam al-Qur’an dikemukakan gambaran yang cermat
tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah, cinta, gembira,
benci, cemburu, dengki, dan sedih. Proses kemunculan emosional melibatkan faktor
psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosional pertama kali muncul
akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun
negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor, lalu melalui otak. Otak
menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan
kebiasaan dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang dibuat kemudian
memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh. Perubahan tersebut misalnya
napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut
wajah, intonasi suara, cara menatap, dan perubahan tekanan darah. Berikut ini
dijelaskan perilaku emosional dasar yang diisyaratkan dalam al-Qur’an:
1. Takut
Emosi takut merupakan salah satu emosi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena berperan untuk mempertahankan diri dari
berbagai masalah yang dapat mengancam kehidupan itu sendiri. Emosi takut
manusia dalam penuturan al-Qur’ân mempunyai cakupan yang
8
Zulkarnain. (2018). Emosional: Tinjauan Al-Qur’an dan Relevansinya dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan
Islam. 5(2). Hal, 90.
9
Ibid.,
10
Ibid, 91

6
luas. Bukan hanya gambaran ketakutan di dunia ini seperti ketakutan pada
kelaparan, kehilangan jiwa dan harta, bencana alam, melainkan juga
menyangkut ketakutan pada kesengsaraan hidup di
akhirat. Manfaat rasa takut tidak hanya terbatas untuk menjaga manusia dari
berbagai bahaya yang mengancamnya dalam kehidupan dunianya saja. tapi di
antara kemanfaatannya yang terutama sekali ialah mendorong seorang
mukmin untuk memelihara dirinya dari azab Allah dalam kehidupan
akhirat nanti, (M Utsman Najati, 2004). Sebab, rasa takut dari siksa Allah
akan mendorong seorang mukmin untuk berusaha tidak terjatuh dalam
perbuatan maksiat dan berpegang teguh dengan ketakwaan pada Allah serta
disiplin dalam beribadah kepadanya dan melakukan segala sesuatu yang
diridhainya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut


nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal”. (QS, al-Anfaal,8:2)

2. Marah
Emosi marah merupakan suatu emosi penting yang mempunyai fungsi
esensial bagi kehidupan manusia,yakni membantunya dalam menjaga dirinya.
Pada waktu seseorang sedang marah, nerginya guna melakukan upaya fisik
yang keras semakin meningkat. Al qur’an sendiri memberikan anjuran
digunakannya kekerasan dalam menghadapi di jalan dan upaya untuk
merealisasikan kekerasan dalam menghadapi orang-orang kafir yang
menghalangi dalam rangka penyebaran dakwah Islam. Al Qur’an juga
memberikan gambaran Nabi Musa As kepada kaumnya saat beliau
mereka sedang menyembah anak sapi dari emas yang dibuat oleh Samiri.

7
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah
dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu
kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji
Tuhanmu? dan Musapun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan
memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke
arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, Sesungguhnya kaum ini telah
menganggapku lemah dan Hampir hampir mereka membunuhku, sebab itu
janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan
janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang
zalim". (QS. Al-A‟raaf 7: 150)
Dalam al-Qur’an terdapat deskripsi tentang emosi marah dan dampaknya
atas tingkah laku manusia. Ini bias didapatkan dalam uraian tentang
kemarahan Nabi Musa AS ketika ia kembali pada kaumnya dan
didapatkannya mereka menyembah anak sapi dari emas dibuat oleh sami.
Maka Nabi Musa pertama-tama dia lampiaskan amarahnya kepada saudaranya
Yaitu Harun, dan memegang kepalanya dengan rasa penuh kemarahan.

3. Cinta
Cinta memainkan peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab
ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukkan keluarga, dan
pemeliharaan anak. Dalam tataran agama, cinta adalah pengikat antara
manusia dengan tuhannya, dan berpegang teguh pada syariatnya. Cinta juga
merupakan kontak batin yang menghubungkan kaum muslim dengan rasulnya,
yang membuat mereka berpegang teguh pada sunnahnya, mengikuti
anjuranya, dan menjadikannya sebagai suriteladan sepanjang masa, (Ardani,
2008).

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,


dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat

8
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkankamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk”. (QS. Ali Imran, 3: 103)

4. Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari
ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan
orang-orang lain di sekitar orang yang gembira tersebut, (Shaleh,
2008).

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat)


dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah Dia
menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. dan jika Kami rasakan
kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya Dia
akan berkata: "Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku";
Sesungguhnya Dia sangat gembira lagi bangga. (QS. Huud 11: 9-10)

5. Benci
Emosi benci merupakan kebalikan dari emosi cinta yaitu ungkapan dan
rasa ketidaksenanagan, penolakan atau rasa Muak, dan berupaya menjauhi
perkara-perkara yang menimbulakan rasa benci. Rasa beci dapat disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu:a) Perbedaan pendapat, b) Rasa cemburu terhadap
kemenangan orang lain, c) Perbuatan yang melecehkan, d) Gaya bicara yang
tinggi, e)Sikap angkuh, dan f) Gaya pakaian yang sensasional, (Muhammad
Utsman Najati, 2005). Mengisyaratkan emosi benci yang sering terjadi
sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an, umumnya mengarahkan kepada
kebencian terhadap kebenaran yang datang dari Allah Swt berupa
wahyu itu sendiri. Tema-tema kebencian dalam al-Qur’an terhitung sangat
sedikit dibandingkan tema-tema antonimnya, semisal kesenangan.

9
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki
selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir
tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk
dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai”. (QS. At-Taubah 9:32-33)

6. Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh
kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan
kasih saying dari seseorang. Seseorang yang mempunyai rasa cemburu selalu
mempunyai sikap benci terhadap saingannya, (Shaleh, 2008) . Rasa
cemburu di kalangan sesama saudara ini pun diungkapan oleh al-Qur’an
dalam kisah Nabi Yusuf As dikisahkan bahwa saudara-saudara yusuf merasa
cemburu kepadanya dan adiknya, karena Nabi Ya’qub As lebih cinta
kepadanya dan adiknya dari pada kepada mereka:

“(yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara


kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita
sendiri, Padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat).
Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. bunuhlah
Yusuf atau buanglah Dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya
perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah

10
itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik”. ( QS. Yusuf, 12: 8-
9)

7. Dengki
Dengki merupakan emosi yang dirasakan seseorang bila melihat orang
lain memiliki sesuatu yang ia harapkan menjadi milikinya, bukan menjadi
milik orang lain, (Muhammad Utsman Najati, 2005). Kedengkian yang
demikian ini diungkapakan dalam al-Qur’an dalam kisah tentang
Karun.Dituturkan bahwa karun keluar kepada kaumnya dengan penuh
kemegahan. Ini membuat kaumnya merasa dengki kepadanya, mereka
menginginkan hendaknya mereka bisa mempunyai harta dan emas seperti
yang dimiliki Karun:

8. Sedih
Sedih merupakan lawan dari emosi gembira. Rasa sedih ini bisa terjadi
apabila seseorang kehilangan orang lain yang akrab dengannya, atau sesuatu
yang tinggi nilainya, atau apabila ia tertimpa suatu malapetaka, ataupun gagal
dalam merealisasikan suatu urusan yang sangat penting,
(Muhammad Utsman Najati, 2005). Dalam al-Qur’an mengisyaratkan
kesedihan seorang ibu kepada anaknya Nabi Musa As, saat Nabi Musa As
jauh dari ibunya, yang menaruhnya di dalam peti dan menghanyutkan
kesungai

“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang


hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji
Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
“(QS. Al-Qashash, 28: 13)

Menurut perspektif Islam, emosional identik dengan nafsu yang


dianugerahkan oleh Allah SWT nafsu inilah yang akan membawanya menjadi
baik atau jelek, budiman atau preman, pemurah atau pemarah, dan sebagainya.
Nafsu dalam pandangan Mawardy Labay el-Sulthani yang disebutkan dalam
bukunya yang berjudul Dzikir dan Do‟a Menghadapi marah tersebut, nafsu
terbagi dalam lima bagian yaitu:

11
1. Nafsu rendah yang disebut dengan nafsu hayawaniyah, yaitu nafsu yang dimiliki
oleh binatang seperti keinginan untuk makan dan minum, keinginan seks,
keinginan mengumpulkan harta benda, kesenangan terhadap binatang dan juga
rasa takut.
2. Nafsu amarah yang artinya menarik, membawa, menghela, mendorong dan
menyuruh pada kejelekan dan kejahatan saja. Nafsu amarah cenderung membawa
manusia kepada perbuatan-perbuatan yang negative dan berlebih-lebihan.
3. Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang perlu mendorong manusia untuk berbuat baik.
Ini merupakanlawan dari nafsu amarah. Apa yang dikerjakan nafsu amarah terus
ditentang dan dicela keras olehnafsu lawwamah, sehingga diri akan tertegun
sebentar atau berhenti sama sekali dari perbuatan yang dianjurkan amarahnya.
4. Nafsu mussawilah, yakni merupakan nafsu provokator, ahli memperkosa dan ahli
memukau. Di dalam istilah perang, dia diberi julukan dengan koloni kelima, ia
berkedudukan menteri kelima di kementerian peperangan dan propaganda.
Karena disebut koloni kelima di pihak lawan ia perlu mendapat perhatian yang
serius.
5. Nafsu mutmainnah, artinya kondisi jiwa yang seimbangatau tenang seperti
permukaan danau kecil yang ditiup angin, akan jadi tenang, teduh walaupun
sesekali terlihat riak kecil, nafsu mutmainnah juga berarti nafsu yang tenang dan
tentram dengan berdzikir kepada Allah SWT, tunduk kepada-nya,
serta jinak kala dekat dengan-nya. 11

b. Emosi dalam perspekitif barat


Emosi merupakan proses timbulnya efek psiko- fisiologis pada persepsi, sikap,
dan perilaku yang termanifestasikan dengan ekspresi tertentu (Puspita, 2019). Emosi
terasa secara fisik dan psikis dikarenakan hal tersebut berkesinambungan antara jiwa
dan fisik seseorang (Puspita, 2019). Menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire
(hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy
(kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear
(ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002) mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
3. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, ngeri
4. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
6. Terkejut: terkesiap, terkejut

11
Ibid., 91

12
7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8. malu: malu hati, kesal

Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat,


sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati pada umumnya
berlangsung dalam waktu yang lama dari pada emosi, tetapi intensitasnya kurang
apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang mengalami marah (emosi)
maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tetapi masih berlangsung
dalam jiwa seseorang (ini dimaksud dengan mood) yang akan berperan dalam diri
orang yang bersangkutan, namun demikian ini juga perlu dibedakan dengan
temperamen. Temperamen adalah keadaan psikis seseorang yang lebih permanent
dari pada mood, karena itu temperamen lebih merupakan predisposisi yang ada pada
diri seseorang, dank arena itu temperamen lebih merupakan kepribadian
seseorang apabila dibandingkan dengan mood. Pada saat kita berada dalam keadaan
emosi maka akan terjadi perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara lain:

1. Galvanic Skin Response.


Pada waktu emosi terangsang, ada perubahan listrik pada kulit yang dapat
dilihat. Elektrode ditempelkan pada kulit (misal telapak tangan) yang
dihubungkan dengan galvanometer. GSR ini merupakan indikator peka dari
perubahan dalam keadaan emosional.
2. Peredaran darah
Terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan dalam distribusi darah pada
saat emosi. Misalnya: muka merah karena marah. Terjadi perubahan karena
pembuluh darah di kulit membesar dan ditemukan lebih banyak darah di
permukaan kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang berada dalam kondisi
ketakutan.
3. Denyut Jantung
4. Nafas
5. Respon pupil mata. Pupil membesar dalam keadaan marah atau sakit atau dalam
keadaan emosional secara umum.
6. Sekresi air liur muncul pada waktu perangsangan emosional, misalnya.
7. Respon pilomotor, merupakan nama teknis untuk goose pimples yang muncul bila
bulu berdiri dalam keadaan takut.
8. Gerakan usus. Misalnya rangsangan emosional dapat mengakibatkan mual atau diare.
9. Ketegangan otot dan tremor.
10. Komposisi darah, berhubungan dengan kelenjar-kelenjar endokrin yang aktif selama
keadaan emosional dan memasukkan hormon-hormon dalam aliran darah. Analisa
kimia mengungkapkan ada perubahan dalam komposisi darah, misalnya perubahan
dalam gula darah, dan sebagainya

13
D. Mengelola Emosi dalam Prespektif Islam dan Barat
a. Mengelola emosi dalam perspektif Islam
Emosi adalah luapan perasaan atau gejolak jiwa yang diekspresikan dalam
tingkah laku. Emosi dapat ditunjukkan dengan perasaan senang, marah kepada
seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Semua orang tentu pernah mengalamai itu.
Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini,
setan akan mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah
mencaci maki, mengucapkan kalimat buruk, bercerai, bahkan saling membunuh.
Marah adalah luapan emosi yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) memberi perhatian besar
terhadap masalah ini hingga beliau bersabda dalam satu hadis: "La taghdob walakal
Jannah (janganlah marah maka bagimu surga).
Adab yang diajarkan Rasulullah SAW untuk mengendalikan amarah yaitu:
1. Membacakan kalimat ta’awudz
Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, "Suatu hari saya
duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki.
Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian
Rasulullah bersabda: "Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca
oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz: A-'uudzu
billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang". (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
2. Berusaha diam dan jaga lisan
Diam merupakan perbuatan mulia dan salah satu cara untuk
mengantisipasi muncul luapan amarah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:
"Jika kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan
lighairih).
Rasulullah juga mengingatkan, "Sesungguhnya ada hamba yang
mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun
menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat." (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
3. Mengambil posisi lebih rendah
Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi, dan lebih
tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih
tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Rasulullah bersabda:
"Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk.
Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia
mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih
oleh Syuaib Al-Arnauth).
4. Ingat Hadist ini ketika marah
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang
berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan
Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah
menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud,
Turmudzi).

14
5. Segera berwudhu atau mandi
Marah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Maka orang
yang marah dianjurkan berwudhu atau mandi untuk memadamkan amarahnya.
Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan,
dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian
marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

b. Mengelola emosi dalam perspektif barat


Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya
(the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Daniel Goleman
mengatakan bahwa kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada
perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa sehingga
terekspresikan secara tepat dan efektif. Adapun unsur dalam kecerdasan emosi
adalah12:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri (kesadaran diri) adalah mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan dengan
pertimbangan yang matang, serta memiliki tolak ukur yang realitis atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Sedangkan menurut Jhon
Mayer, kesadaran diri adalah waspada, baik terhadap suasana hati maupun
pikiran kita tentang suasana hati. Orang-orang yang peka akan susana hati
mereka akan mandiri dan yakin akan batas-batas yang akan mereka bangun,
kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif akan kehidupan.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
emosinya dengan baik sehingga berdampak positif dalam melaksanakan
tugas, peka terhadap kata hati sehingga dapat mencapai tujuannya.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat
yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan
yang menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga
menuntun seseorang untuk menuju sasaran, dan membantu dalam mengambil
inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan
dan frustasi. Untuk mendapatkan prestasi yang terbaik dalam kehidupan, kita
harus memiliki motivasi dalam diri kita, yang berarti memiliki ketekunan
untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendali kan dorongan hati,

12
Kinanti & Ira. (2022). Strategi Regulasi Emosi Pada Mahasiswa Dengan Banyak Peran. Jurnal Penelitian
Psikologi. 9(3), Hal, 22.

15
serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah,
optimis dan keyakinan diri. Orang yang pandai dalam memotivasi diri,
mereka cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal
apapun yang mereka kerjakan.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
S

B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah “Konsep Emosi Menurut Al-Quran Dan
Hadist” bermanfaat bagi para pembaca dan bisa menjadi referensi untuk pelajaran
selanjutnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Masih terdapat adanya kekurangan pada makalah ini,
dengan demikian penulis berharap, penulis selanjutnya dapat mengembangkan
makalah ini, sehingga melengkapi hal-hal yang belum lengkap dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hude, M. D. (2006). Emosi: Penjelalajahan Religio Psikologis. Erlangga. Hlm.15


17
Kinanti & Ira. (2022). Strategi Regulasi Emosi Pada Mahasiswa Dengan Banyak Peran. Jurnal
Penelitian Psikologi. 9(3),
Sarnoto, A. Z., & Rahmawati, S. T. (2020). Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Al-Qur’an.
Jurnal Statement: Media Informasi Sosial dan Pendidikan, 10(1), hlm 22
Zulkarnain, Z. (2018). Emosional: Tinjauan Al-Qur'an dan Relevansinya dalam Pendidikan.
Tarbawy: Jurnal Pendidikan Islam, 5(2), hlm 90.

18

Anda mungkin juga menyukai