Disusun oleh:
MUSDALIPAH
NIM: 04223203208
i
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا هللا بسم
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A.Kesimpulan ............................................................................... 14
B.Saran .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan
berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi
terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau
emosi buruk. Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti
yang dibahas Atkinson (1983) membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi
kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang
1
ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan1.
"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang
yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang
benar, dan dengan cara yg baik, bukanlah hal mudah." -- Aristoteles, The
Nicomachean Ethics.
mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat
diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata. Menurut Kaplan dan
komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan
mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang lain dan affect
adalah suatu perasaan yang meluas, meresap dan terus-menerus yang secara
subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.
Menurut kamus The American College Dictionary, emosi adalah suatu keadaan
1
Martin, Anthony Dio, 2003. Emotional Quality Manajement Refleksi, Revisi Dan
Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Arga
2
kesedihan, takut, benci, dan cinta.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
akan dicapai. Oleh karena itu, dalam makalah ini tujuan yang ingin dicapai
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
berasal lagi dari emouvoir, „exicte‟ yang berdasarkan kata Latin emovere,
keluar”.
Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat
satu pun definisi yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi
Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif
4
cepat.
berbeda tetapi tidak bisa dilepaskan. Perasaan selalu saja menyertai dan
Demikian pula, emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme namun
sifatnya lebih intens dan mendalam dari perasaan. Menurut Nana Syaodih
tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy-sepoy
bergejolak, dan terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan, karena
konteks ini, marah merupakan perasaan yang wajar, tetapi jika perasaan
5
marahnya menjadi intens dalam bentuk angkara murka yang tidak terkendali
maka perasaan marah tersebut telah beralih menjadi emosi. Orang merasa sedih
berlebihan, misalnya dengan selalu diratapi dan bermuram durja, maka rasa
diamati, maka para ahli dan peneliti psikologi cenderung lebih tertarik untuk
seorang ahli psikologi yang banyak menggeluti tentang emosi yang kemudian
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
1. Unsur-unsur perasaan
berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu
6
perasaan tidak dapat disamakan dengan gejaja mengenal berfikir dan lain
sebagainya.
2. Macam-macam emosi
a. Emosi sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan
lapar
b. Emosi psikis
kelompok.
kerohanian
7
B. Problematika Psikis Manusia
kata lain bahwa setiap tingkah laku manusia selalu terarah pada obyek atau
tujuan yang hendak dicapainya, tingkah laku adalah satu kesatuan perbuatan
makhluk selalu memberikan arti pada hidupnya, dan tanpa adanya arti dalam
kehidupan manusia tidak bisa hidup dalam taraf kemanusiaan. Oleh sebab itu,
8
mengalami frustrasi atau hambatan-hambatan untuk memperolehnya.
terlindung, ingin puas dalam seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui
simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa dari rasa aman/
terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta atau sebagai Suatu Realitas
masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur penting
yang melengkapi seluruh sistem kehidupan sosial.10. Masalah inti dari agama
dilihat, menyangkut dengan dunia luar (the beyond), hubungan dan sikap
2
Kartini Kartono, Mental Hygiene ( Kesehatan Mental ) Bandung: Penerbit Alumni,
Cet. V, 1983, hal. 20
9
sehingga terlihat fungsi agama dalam masyarakat. Menurut Hendro bahwa
dari semua institusi yang ada didalamnya. Sebagai keseluruhan sistem sosial
pikiran diatas, menggambarkan bahwa agama hanya merupakan suatu bentuk tindak
Hubungan antara agama sebagai suatu keyakinan, dengan terapi psikis manusia
dengan jalan “penyerahan” diri kepada sesuatu yang transcendetal. Sikap penyerahan
diri individu akan memberikan sikap optimis pada diri seseorang sehingga timbul
perasaan positif dalam bentuk rasa bahagia, senang, puas dan sebagainya sehingga
3
Hendro puspito, Sosiologi Agama, Jakarta : BPK. GunungMulia, Cet. VI, 1988,
hal. 27
10
4. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustrasi
misalnya mengapa orang dapat tertawa, maka orang tersebut akan berpikir
dengan menduga- duga tentang jawaban dari mengapa orang dapat tertawa ,
fisik maupun psikis, misalnya dengan berkata „oh, mungkin‟ atau mungkin
mengangguk angguk dan lain sebagainya. Setelah itu orang tersebut akan
manusia tersebut. Seseorang melakukan semua hal yang telah diuraikan diatas
untuk mencapai satu tujuan yaitu berpikir. Berpikir untuk memahami / mencari
tahu kebenaran dari suatu hal yang ingin kita ketahui. Aktivitas psikis seperti
11
mendapatkan penganiayaan baik fisik maupun mental, lalu tiba- tiba saja orang
tersebut mengeluarkan air mata sebagai wujud empati terhadap TKW tersebut.
spiritual kepada TKW tersebut sebagai wujud simpati. Inilah yang disebut
gejala emosi.
peringkat 1 di dalam kelas, dengan dasar kemauan, maka pelajar tersebut akan
tersebut. Gejala konasi ada yang berlangsung di luar kesadaran, seperti refleks,
berlangsung karena ada dorongan dari dalam diri manusia yang tidak dapat
disebut perhatian. Ketika daya tahan tubuh kita menurun karena melakukan
sesuatu hal, ini disebut kelelahan. Ketika perbuatan kita mampu menguatkan /
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagai contoh dalam
kehidupan nyata, ketika melihat peristiwa gunung Merapi pada beberapa hari
12
yang lalu, ketika gunung Merapi memuntahkan laharnya, banyak orang ikut
bantuan tersebut ada yang berupa bantuan secara fisik maupun mental, untuk
terdapat sugesti dan perhatian kepada para korban bencana.Nah, inilah salah
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
menyikapinya.
pergeseran nilai-nilai yang sakral kepada nilai yang profan membawa kepada
14
psikis manusia yaitu dengan sikap penyerahan diri kepada sesuatu yang
transcendetal. Sikap penyerahan diri akan memberikan sikap optimis pada diri
seseorang sehingga timbul perasaan positif dalam bentuk rasa bahagia, senang,
puas dan sebagainya sehingga terhindar dari rasa frustrasi dalam hidup.
memberi arti pada hidupnya. Manusia sebagai makhluk yang selalu memberikan
arti pada hidupnya, dan tanpa adanya arti dalam kehidupan manusia tidak bisa
hidup dalam taraf kemanusiaan. Oleh sebab itu, orang mencari penyelesaiannya
B. Saran
demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari, tentunya dalam waktu yang
sangat singkat ini pemakalah hanya bisa Menyusun materi bahasa yang sangat
atau perkuliahan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin Ancok dan Fuat Suroso Nashori, Psikologi Islami Solusi Islam
atas Problema-Problema Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I,
1994,
Hendro puspito, Sosiologi Agama, Jakarta :BPK. Gunung Mulia, Cet. VI, 1988,
Jalaluddin, Psikologi Agama, Yogyakarta : PT. Raja Grafindo Persada , Cet. I, 1996,
hal. 170
16