Anda di halaman 1dari 16

EMOSI DAN KONSTRUKTIVISME

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dini Afriansyah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Sem.II/21072

1. Faizah Qonita Zhafirah (2120207037)


2. Shopiyatul Hoiriah (2120207040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Emosi dan konstruktivisme”. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dini Afriansyah, S.Pd, M.Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing penulis baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Palembang, 17 Maret 2022

Penyusun
Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI ……………………………………………........................................................ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...……..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...………..…………1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………..….....................................2


1.3 Tujuan Masalah...……...…..….................……………………………………...………....2

BAB II PEMBAHASAN….……………………………………………………………….....3
2.1 Pengertian Emosi…………………………………………………………..……………...3
2.2 Macam-macam Emosi…………………………………………………………………….3
2.3 Ciri-ciri Emosi…………………………………………………………………………….4

2.4 Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi ……………………………………….5


2.5 Perubahan pada tubuh saat emosi………………………………………………………....6
2.6 Pengertian teori konstruktivisme………………………………………………………….6
2.7 Tujuan teori konstruktivisme……………………………………………………………...7
2.8 Ciri-ciri teori konstruktivisme…………………………….………………………………8
2.9 Prinsip teori konstruktivisme……………………………………………………………...8

3.0 Proses dari teori belajar konstruktivisme………………………………………………….9


3.1 Kelebihan dan Kekurangan teori belajar konstruktivisme ……………………………….10
3.2 Penerapan teori belajar konstruktivisme di dalam kelas………………………………….11

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….12


A. Kesimpulan………………………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu materi psikologi yang akrab sekali dengan kehidupan sehari-hari kita yaitu
munculnya emosi, banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah sesuatu
hal yang buruk, sesuatu yang diidentifikasikan dengan amarah. Namun pada
kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa dalam hal
kebaikan. Lalu darimana emosi itu muncul, apakah timbul dari pikiran atau dari tubuh,
agaknya tak seorang pun dapat menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan bahwa
tindakan dahulu (tubuh), baru muncul emosi, ada yang mengemukakan emosi dulu
(pikiran), baru timbul tindakan.
Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang sudah dimiliki
oleh manusia sejak lahir. Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi psikologi tentang
psikologi agar kita dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri sehingga kita dapat
mengendalikan dan mengembangkan emosi kita dengan baik.
Pandangan umum tentang emosi adalah ketika seseorang mengalami suatu kejadian di
lingkungannya dan kejadian tersebutlah yang membentuk emosi dalam diri kita. Awalnya
dari lingkungan lalu tubuh bereaksi sebagai respon, berikutnya perubahan fisiologis ini
memunculkan emosi. Bukan sebaliknya, emosi memunculkan reaksi, emosi yang berbeda
diasosiasikan dengan keadaan identik psikofisiologis yang terjadi dalam tubuh, organ
dalam tubuh tidaklah sangat sensitif. Karena tidak selalu bisa memilah informasi yang
berbeda ketika seseorang butuh pengalaman untuk mendapatkan suatu emosi, contohnya
rasa takut dan tegang. Perkembangan perubahan dalam tubuh diasosiasikan dengan
pembentukan emosi, jika tidak terjadi stimulus normal yang terbangkitkan, individu takkan
mengalami suatu emosi yang mekorespondasi reaksi fisik. Terkait dengan uraian tersebut
dalam kalah ini akan dibahas mengenai emosi khususnya tentang bentuk reaksi emosi dan
perkembangan emosi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut rumusan masalahnya adalah
A. Apa yang dimaksud dengan emosi?
B. Apa saja macam-macam dari emosi?
C. Apa saja ciri-ciri dari emosi?
D. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemkembangan emosi?
E. Apa saja perubahan pada tubuh saat terjadi emosi?
F. Apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme?
G. Apa saja tujuan dari teori konstruktivisme?
H. Apa saja ciri-ciri teori konstruktivisme?
I. Apa saja prinsip dari teori belajar konstruktivisme?
J. Apa saja proses teori belajar konstruktivisme?
K. Apa saja kelebihan dan Kekurangan teori belajar konstruktivisme?
L. Apa saja penerapan teori belajar konstruktivisme di dalam kelas?

1.3 Tujuan Masalah


A. Untuk mengetahui pengertian emosi
B. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari emosi
C. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari emosi
D. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
E. Untuk mengetahui apa saja perubahan pada tubuh saat terjadi emosi
F. Untuk mengetahui pengertian teori kontruktivisme
G. Untuk mengetahui tujuan dari teori konstruktivisme
H. Untuk mengetahui ciri-ciri teori konstruktivisme
I. Untuk mengetahui prinsip dari teori belajar konstruktivisme
J. Untuk mengetahui proses teori belajar konstruktivisme
K. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar konstruktvisme
L. Untuk mengetahui penerapan teori belajar konstruktivisme di dalam kelas

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya merupakan dorongan untuk bertindak. Biasanya
emosi adalah reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai
contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Menurut Williams James (Amerika serikat) dan Carl Large (Denmark) emosi
merupakan hasil presepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respons terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.

B. Macam-macam Emosi
Emosi ada dua macam yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
(emosi yang menyenangkan), merupakan emosi yang menimbulkan perasaan positif
pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira,
kagum dan sebagainya. Sedangkan emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan),
yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya,
diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya. Berikut macam-macam
emosi:
1. Emosi Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk
mencapai tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu
tidak mereda, bahkan bertambah untuk menyalurkan ketegangan itu seseorang
mengekpresikannya dengan marah karena tujuannya tidak tercapai dan tidak sesuai
dengan apa yang ia inginkan.
2. Emosi Takut

3
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu
dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu
3. Emosi Cinta
Emosi ini merupakan gambaran kesenangan bagi si pelaku, tentunya mereka
akan mendekatinya.
4. Emosi Depresi
Seseorang mulai menutup ekspresi terbuka daripada emosi-emosinya, dan akan
meluapkan dalam dirinya saja.
5. Emosi Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan.
Biasanya kegembiran itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise)
dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain disekitar
orang yang gembira tersebut.
6. Emosi Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang
adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang
dari seseorang

C. Ciri-ciri Emosi
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:
1. Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang
memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis
emosi lainnya. Pengalaman emosional ini kadang–kadang berlangsung tanpa
disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa
takut pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti.
2. Adanya perubahan aspek jasmani. Pada waktu individu menghayati suatu emosi,
maka terjadi perubahan pada aspek jasmani. Perubahan-tersebut tidak selalu terjadi
serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika marah maka
perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedangkan yang lain adalah
pada pernafasannya, dan sebagainya.

4
3. Emosi diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang
diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan
suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan
kematangan.
4. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang
untuk melakukan kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu
kegiatan, kendati demikian diantara keduanya merupakan konsep yang berbeda.
Motif atau dorongan pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung pada
adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih
bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu

D. Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah
sebagai berikut.
1. Keadaan anak.
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada
diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah
tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka gunakan
untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
Belajar dengan coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk mengepresikan
emosinya dalam bentuk prilaku yang memberi penguasan sedikit atau sama sekali
tidak memberikan kepuasan.
3. Belajar dengan cara meniru.
Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang
lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-orang diamati.
Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional orang lain yang
tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang telah

5
membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak yang meniru emosi orang yang
dikagumi.
4. Belajar dengan membimbing dan mengawas
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak
menyenangkan

E. Perubahan pada tubuh terjadi saat emosi


Terutama pada emosi yang kuat, sering kali terjadi perubahan–perubahan pada tubuh
kita, antara lain:
1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona
2. Peredaran darah : bertambah cepat ketika sedang marah
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila sedang terkejut
4. Pupil mata : membesar bila sakit atau marah
5. Liur : mongering bila takut dan tegang
6. Bulu roma : berdiri bila takut
7. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar (tremor)
8. Komposisi darah: komposisi darah akan pucat berubah dalam keadaan emosional
karena kelenjar – kelenjar lebih aktif

F. Pengertian Teori Konstruktivisme


Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan,
konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa konstruktivisme merupakan
sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman,
dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat
diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya. Teori belajar
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

6
Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan
yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah
sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

G. Tujuan Teori Konstruktivisme


1. Merangsang berpikir inovatif
Tujuan teori konstruktivisme secara tidak langsung sebagai bentuk upaya untuk
merangsang kita berfikir inovatif dan kreatif. Berfikir inovatif memang tidak mudah,
butuh waktu dan proses yang panjang. Butuh waktu lama kita harus mengumpulkan
puzzle ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.
2. Mampu meningkatkan pengetahuan
Ketika berbicara ilmu pengetahuan, tidak melulu kita dapatkan di bangku formal.
Tetapi diperoleh dibangku nonformal. Bahkan saat kita bermain, piknik atau sedang
berkebun di halaman rumah sekalipun kita bisa menemukan ilmu pengetahuan.
3. Menemukan hal-hal baru
Teori konstruktivisme bertujuan untuk membantu kita menemukan hal-hal baru.
Dalam bentuk apapun itu. Contoh, banyak orang yang mencari kebahagiaan dengan
berbagai cara. Mulai ada yang membeli teman, misal berteman dengan siapa saja
dengan cara mentraktir semua teman. Pokoknya yang penting tidak sendirian dan
punya teman.
4. Membentuk keahlikan sesuai dengan kemampuannya
Sadar atau tidak sadar, teori konstruktivisme tidak lain mengarahkan kita untuk
menemukan keahlian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seseorang yang
awalnya tidak memiliki ketertarikan di dunia menulis, setelah mempelajari tentang
kelebihan tulis menulis, mendorong orang tersebut ingin menjadi penulis.

7
H. Ciri-ciri teori konstruktivisme
Adapun ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah
a. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan
dalam dunia sebenarnya
b. Menggalakkan soalan atau idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya
sebagai panduan merancang pengajaran
c. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan
murid.
d. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
e. Menggalakkan, menerima daya usaha dan autonomi murid.
f. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru.
g. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran.
h. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen

I. Prinsip dari teori belajar konstruktivisme


Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
g. Mencari dan menilai pendapat siswa
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

8
J. Proses teori belajar konstruktivisme
Proses belajar konstruktivisme adalah pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya
dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Oleh sebab itu
pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses
gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya
bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan
dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.
a. Peran Siswa
Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru harusnya dapat
memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Paradigma
konstruktivistik memandang siswa sudah memilik kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut adalah menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal
tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendepat guru, sebaiknya
diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
b. Peran Guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengeklaim bahwa
satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.
c. Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan
terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya,
mandiri, kritis, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara
rasional.

9
d. Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain
yang didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik mengemukakan bahwa
relitas ada pada pikiran seseoramg. Manusia mengkonstruksi dan
menginterprestasikannya berdasarkan pengalamannya.
K. Kelebihan dan Kekurangan teori belajar konstruktivisme
a. Kelebihan teori belajar konstruktivisme
Teori konstrutivistik memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1. Dalam aspek berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid
berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan.
2. Dalam aspek kepahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat
meningkatkan kepahaman mereka.
4. Dalam aspek kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang
murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam
proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru.
b. Kekurangan teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri,
hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan
penanganan yang berbeda-beda
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa

10
4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar,
tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku
yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran
yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya
kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.

L. Penerapan teori belajar konstruktivisme di dalam kelas


Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pebelajar. Pengusaaan berbagai
metode mengajar, dapat diplikasikan oleh guru setiap kali guru tersebut
melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru yang kaya akan metode mengajar, niscaya
dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan ceria di setiap pertemuannya.
Konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman
sebagai inti dari pembelajaran
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespon
3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi tentang emosi di atas kami penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Setiap manusia memiliki karakteristik emosinya masing-masing yang semuannya itu
merupakan suatu bentuk kebesaran Allah SWT sebagai pencipta manusia dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
2. Emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Emosi dapat mendatangkan
keburukan ketika kita tidak dapat mengendalikannya dan kebaikan ketika diri kita
dapat mengolahnya dengan baik.
3. Berbagai macam-macam emosi dimiliki manusia sebagai makhluk yang sempurna.
Baik buruknya suatu emosi tergantung bagaimana kita menyikapinya.
4. Emosi berperan dalam proses pembelajaran. Karena dalam emosi terdapat energi yang
postif dan negatif. Tergantung bagaimana kita sebagai pendidik membimbingnya.
Dari pemaparan materi tentang konstruktivisme di atas kami penulis menyimpulkan
sebagai berikut:
Teori belajar konstrutivisme merupakan suatu metode pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali
pengetahuan. Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Model pembelajaran
konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar diawali dengan terjadinya
konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari
hasil interaks dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarlito W Sarwono, 2010.Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : PT.Raja Grafindo


Persada
Ahmadi Abu.2003.Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Suryabrata, Sumadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Rajawali
Budianto. 2010. Teori Belajar dan Implikasi dalam Pembelajaran, (Online),
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud
https://www.studocu.com/id/document/universitas-bina-darma/psikologi/makalah-
emosi-dan-jenisnya-psikologi-umum/15454081
http://www.duniapsikologi.com/emosi/
http://wandi.guru-indonesia.net/artikel_detail-22714.html%2013/04/2013

iii

Anda mungkin juga menyukai