Anda di halaman 1dari 6

NAMA : UMI HARTINI

KELAS : JSM MAKSI’41

BAB V
FILSAFAT KONTEMPORER

Filsafat modern yang konon katanya sudah lebih sempurna ternyata masih ada sisi
kurangnya hingga akhirnya muncul pemikiran baru dalam arus pemikiran yang disebut
pemikiran filsafat kontemporer. Berikut beberapa tokoh yang bisa disebut dalam
pemikiran filsafat Barat abad kontemporer adalah:

1. William James dan perkembangan pragmatis


William james selain menamakan filsafatnya dengan pragmatism jua
menyebutkan dengan istilah Radical Emperisme yang dimaksudkan dengan
pragmatism adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa
yang membuktikan dirinya sendiri sebagai yang benar denga perantaraan yang
akibat – akibatnya yang bermanfaat secara praktis aliran ini bersedia menerima
segala sesuatu asal saja membawa akibat praktis pengalaman pribadi, kebenaran
mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan
membawa akibaat praktis yang bermanfaat. Dengan dimikian patokan pragmatis
adalah manfaat bagi hidup praktis.
Sedangkan empirisme radikal adalah suatu empirisme harus tidak menerima suatu
unsur alam bentuk apapun yang tidak yang tidak dialami secara langsung, atau
mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara langsung. James
menganggap hubungan (relation) seperti lebih besar dari pada sebagai salah satu
dari unsur – unsur yang dialami secara langsung.
James bekerja ekstrakeras untuk mengarang beberapa buku yang isinya memuat
ajaran – ajaran pragmatisme.
a. Kebenaran Pragmatis
Dalam bukunya The Meaning of thr truth (1909) James mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak yang berlaku umum yang bersifat tetap,
yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
b. Pragmatisme dan Etika
Menurut james terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatism
mengenai kebenaan dan sumber kebaikan.
c. Kepercayaan Religius menurut James
Menurut Jame dalam bermacam – macam pengalaman kehidupan manusia
mempunyai hubungan dengan suatu Zat yang lebih (a more).
2. John Dewey ( 1859 – 1952)
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya denga
istilah instrumentalis. Menurutnya tujuan filsafat ialah untuk mengaur kehidupan
dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk di dunia dan sekarang.
Tegasnya tugas filsafat yang utama ialah memberikan garis – garis pengarahan
bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.
a. Konsep Dewey tentang pengalaman dan pikiran
Pengalaman (experience) adalah salah satu kata kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Filsafat Dewey adalah mengenai (about) dan untuk (for)
pengalaman sehari – hari. Pengalaman adalah keseluruhan drama manusia
mencakup segala proses saling memengaruhi (take and give) antara organisme
yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik.
b. Dewey dan pendidikan progresif
Dewey menawarkan suatu konsep pendidikan yang adaptif dan progresif bagi
perkembangan masa depan, menurutnya bahwa pendidikan harus mampu
membekali anak didik sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lingkungan
sosialnya.
c. Analisis Kritis atas keuatan dan kelemahan pragmatis
- Kekuatan pragmatis
Kemunculan pragmatis telah membuka kemajuan kemajuan yang pesat
baik dalam ilmu pengetahuan maupun teknologi.
- Kelemahan Pragmatis
Karena pragmatis tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika
dan kebenaran absolut (kebenaran tunggal) hanya mengakui kebenaran
apabila terbukti secara alamiah.
3. Michel Foucault (1926 – 1984 M)
Karya nya yang terkait kekuasaan dan hubungan antara kekuasaan dengan
pengetahuan telah banyak didiskusikan dan diterapkan. Selain pula pemikirannya
yang terkait dengan diskursus dalam konteks sejarah filsafat barat.
Dalam karya Foucault periode terakhir terdapat pengakuan tentang keterbatasan
kerangka teoritis kekuasaan dan ia berupaya menyempurnakan dengan jenis
arkeologi lainnya.
Karya Foucault mengenai sejarah dapat menimbulkan salah paham.
Kontroversi mengenai karyanya pun tak jarang dijumpai. Perhatian sentralnya
adalah pada masa kini serta proses rasionalisasi yang telah mengarahkan ke masa
kini kita. Inti perhatiannya terhadap hubungan kita denga kegilaan konstruksi
tubuh dalam tatanan klinis kedokteran baru lahisrnya humanistic baru an obsesi
manusia kehendak modern akan penguasaan seks pemikirannya sebagai mana
diungkaokan secara tepat oleh Habermas seupa anak panah yang dibidikkan ke
jantung masa kini.
4. Martin Heidegger ( 1889 – 1976 M)
Heidegger adalah salah satu seorang murid Hegel. Filsafat Heidegger
dianggap sebagai prestasi monumental dan termasuk filsafat yang paling kuat dan
berpengaruh hingga abad ini. Pemikiran filsafatnya terdiri atas dua bagian. Bagian
yang pertama bana dia curahkan dalam karyanya yang berjudul Being dan Time
yang terbit pada tahun 1928 pada karya awal tersebut ia lebih memosisikan diri
sebagai seorang fenomenolog dan sebagai seorang eksistensialis.
Selain filsafat Heidegger yang paling fenomenal adalah berkaitan dengan
onsep suasana hati (mood). Didalam suasana hati kita diatur oleh dunia kita bukan
dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. Suasana hati juga
dijadikan sebagai kritik tolak untuk memahami hakikat diri dan siapa kita.
Barangkali inilah yang menguatkan pendapat banyak orang menilai Heidegger
sebagai sosok yang mampu melihat noumena dan phenoumena.
5. Karl R. Popper (1902 – 1994 M)
Ia dikenal sebagai filsuf yang sangat berpengaruh dibidang sains dan politik.
Sedemikian pengaruhnya sehingga Sir Peter Medewar peraih nobel bidang
kedokteran mengatakan bahwa Karl Popper tidak ada duanya sebagai filsuf ilmu
terbesar yang pernah ada.
Karl Popper selain ahli dibidang sains dan politik ia juga dikenal sebagai seorang
yang ahli matematika dan astronomi teoritis.
6. Bertrand Russell (1872 – 1970 M)
Bertrand Russell ialah filsuf dan ahli matematika ternama di Beitania Raya
selain itu ia dikenal sebagai sorang agnostic belakangan Russell menolak keras
penggunaan senjata nuklir dan persoalan perang Vietnam.
7. Jean-Paul Sartre (1905-1980 M)
Jean-Paul Sartre lahir di Prancis. Menurut Sartre, eksistensi lebih dulu ada
dibanding esensi. Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama
hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya di masa lalu.
Maka satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia.
8. Albert Camus (1913-1960 M)
Camus lahir di Aljazair. Ia tercatat sebagai salah satu penulis hebat dan
pemikirannya berpengaruh luas sekaligus seorang filsuf Prancis. Seringkali ia
digolongkan sebagai seorang penulis eksistensialis, tetapi kemungkinan ia lebih
tepat disebut sebagai seorang absurdis. Dalam salah satu karyanya The Fall, tema
pembangkangan ia angkat sebagai sebuah gambaran masyarakatnya yang penuh
dengan diskriminasi sosial.
9. Jurgen Habernas
Jurgen Habernas lahir di Jerman. Ia paling dikenal dengan sebuah konsep
ruang publik yang didasarkan pada teori dan praktik ‘aksi komunikatif’. Karya-
karyanya yang diberi label Neo-Marxisme, terfokus pada dasar-dasar
pembentukan teori sosial dan epistemologi, analisis kapitalisme di masyarakat
industrial dan demokratis; kepastian hukum di dalam konteks evolusi sosial
budaya; dan politik kontemporer, terutama yang terjadi di Jerman.
10. Richard Rorty (1931-2007)
Rorty lahir di New York. Menurut Rorty, apa yang kita sebut sebagai
filsafat selama ini telah menuju ke banyak titik kebuntuan di bidang epistemologi,
metafisika, bahkan teori-teori moral, sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian
ulang terhadap apa itu berfilsafat; dan bila kita tak menemukan apa yang kita cari
dalam istilah berfilsafat, mungkin kita perlu membuat arti berfilsafat secara baru.
− Diskursus Postmodernisme
Postmodernisme lebih menaruh perhatian kepada kebuasaan unik, cara
hidup dan kebudayaan orang perorang.
− Liberalisme, Borjuis, dan Romantik
Rorty mengklaim bahwa pengakuan atas keyakinan politik seseorang harus
menjadi kebaikan utama para anggota masyarakat liberal.
− Pragmatisme Politik Rorty
Rorty mengklaim bahwa ketaatan kita pada liberalisme disebabkan bukan
lagi oleh harapan pahala di surga.
− Sastra dan Filsafat
Banyak ilmuwan yang mengambil model sastra sebagai gaya keilmuannya,
bukan model sastra sebagai penggoda iman.
− Kekuasaan dan Ekspresi Puitis
Dengan konsep hasrat akan kekuasaan, maka segala upaya untuk menata-
dalam arti memahami dan menanganii gejala- merupakan ekspresi diri dari
vitalitas yang fitri.
11. Paul Feyerabend (1924-1994 M)
Paul Feyerabend mempelajari sejarah dan sosiologi sebelum memutuskan
untuk mendalami fisika. Fokus Feyerabend kemudian berpindah ke pluralisme
teoritis, yang mengatakan bahwa untuk memperbesar kemungkinan
memfalsifikasi teori yang berlaku kita harus mengonstruksi teori-teori baru
sebanyak mungkin dan mempertahankannya.
− Positivisme dan Anti Positivisme
Dalam kehidupan yang serba-karut-marut pasca Revolusi Prancis abad 19,
seorang ahli fisika dan politeknik terkemuka zaman itu mencoba untuk
menstabilkan sebuah masyarakat dengan mencoba untuk memberikan sebuah
solusi tentang konsep masyarakat ideal yaitu masyarakat positivistik.
− Anti Positivisme
Dalam perkembangannya positivisme mengalami banyak sekali pertentangan
antara lain dari tokoh-tokoh pemikir eksata yang merasa bahwa teori-teori
positivistik sangatlah menghegemoni pemikiran mereka dan membuat ilmu
pengetahuan menjadi mandek.
− Matinya Epistemologi
Kapan manusia berhenti bertanya? Nalar puitis berhenti bersuara saat
pertanyaan menjelma pengalaman yang pada gilirannya menukik pada
pengetahuan.
12. Jacques Derrida (1930-2004)
Derride lahir di El-Biar, dekat Aljazair. Ia termasuk seorang filsuf Prancis
dan dianggap sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang
menyatakan bahwa semuanya dikonstruksi oleh manusia, termasuk bahasa.
Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam
bahasa yang sama dan bukan di luar bahasa tersebut.
13. Mazhab Frankfurt
Mazhab Frankfurt ialah sebuah nama yang diberikan kepada kelompok
filsuf yang memiliki afiliasi dengan Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman,
dan pemikir-pemikir lainnya yang dipengaruhi oleh mereka. Sejarah munculnya
mazhab ini amat panjang. Singkat kisah, kelahirannya banyak dipengaruhi oleh
iklim sosial politik yang tidak mendukung para pemikir dan intelektual yang
bebas dari pengaruh kekuasaan. Sebab banyak para intelektual sebelum mazhab
ini banyak yang berkhianat dan menggadaikan idealismenya ke jalur polotik
praktis.
Hingga akhirnya generasi mazhab ini mengumpulkan para pembangkang
Marxis, para kritikus keras kapitalisme yang percaya bahwa beberapa orang yang
dianggap sebagai pengikut Marx telah membeo, menirukan beberapa cuplikan
sempit dari gagasan-gagasan Marx, biasanya dalam membela partai-partai
komunis atau sosial-demokrat ortodoks. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
tumbangnya teori kritis yang terdahulu kedalam filsafat sejarah yang pemistik bisa
dipandang lewat timjauan historis.

Anda mungkin juga menyukai