Anda di halaman 1dari 28

AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir

Dosen Pengampu : Farid Hasan S.TH.I, M.Hum.

Di susun oleh :
• Muh Klisin (53020180027)

PRORAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB & HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Kata Pengantar

Alkhamdulillahi Rabb al-‘Alamiin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah Subhanallahu Wata’ala atas segala rahmat, taufiq, hidayah dan kesempatan
mengembangkan potensi diri dan keilmuan. Sehingga makalah “Tafsir Aqidah”
dapat kami selesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah.

Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad. Sholawat dan salam


semoga senantiasa tercurah kehadirat Bagnda Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wasallam, dengan pengaharapan agung semoga kita senantiasa tergolong
umat beliau yang pantas menerima syafa’at-Nya di yaummul akhir.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan semaksimal mungkin meskipun


masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami secara terbuka menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir


yang telah memberi sub tema makalah “Tafsir Aqidah” serta senantiasa
membimbing kami dalam rangka meningkatkan serta mengasah kemampuan
ulumiyah.

Akhir kata kami berharap makalah ini semoga memberikan manfaat


maupun inspirasi bagi pembaca dan semoga Allah Subhaanahu wata’aala
senantiasa meridhoi segala amaliyah kita, Aaamiin !!.

Salatiga, 10 Desember 2018

2
Daftar Isi

Kata
Pengantar………………………………………………………...........2
Daftar Isi ……………………………………………………………...3
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah………………………………………4
2. Biografi Ibnu Katsir……………………………………………5
3. Rumusan Masalah………………………………………….…..5
4. Tujuan Masalah………………………………………………...6
Bab II Pembahasan
1. Pengertian Akidah Islamiyah…………………………………..7
2. Rukun-rukun Akidah Islamiyah………………………………..7
3. Iman kepada Allah…………………………………..…………7
4. Iman kepada Malaikat………………………………………...16
5. Iman kepada Kitab-kitab Allah……………………………….17
6. Iman kepada Rasul……………………………………………20
7. Iman kepada Hari Akhir………………………………………22
8. Iman kepada Qadha dan Qadar……………………………….23
Bab III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………...26
Daftar Pustaka……………………………………………………….28

3
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an adalah wahyu Allah dengan kebenaran mutlak yang dapat
memberikan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an bagaikan
samudera yang tak pernah kering, ilmu dan kekayaan khasanah-Nya tidak
akan pernah habis.Al-Qur’an merupakan sumber motivasi, inspirasi dan
sumber dari segala sumber hukum bagi yang meng-imaninya. Didalamnya
terdapat rekaman dokumen histori kondisi sosiologis, religious, ideologis
budaya dan lain sebagainya.
Islam memiliki titik keseimbangan antara akidah dan syari’at. Bila
yang pertama beraksentuasi pada dimensi kepercayaan imani, maka yang
kedua memiliki konsentrasi pada dimensi amaliyah. Oleh karena
hubungan yang sangat erat, amal perubatan selalu disertakan
penyebutannya dengan keimanan dalam sebagian ayat Al-Qur’an. Sebagai
misal firman Allahdalam surat Al-Baqarah ayat 5 :

‫ي ِمنْ ت َْحتِ َهااألَ ْن َها ُر‬ ٍ ّ‫ت اَنَّ لَ ُه ْم َج ٰن‬


ْ ‫ت ت َْج ِر‬ َّ ‫ش ِرالَّ ِذينَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُواال‬
ِ ‫صالِ َحا‬ ِّ َ‫َوب‬

Artinya: “Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang


beriman dan berbuat kebaikan, bahwasanya mereka itu akan memperoleh
surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai”.

Sehubungan dengan dimensi yang pertama, Akidah mengandung arti


keyakinan atau kepercayaan. Secara ilmu tauhid tidak cukup bagi kita
hanya percaya secara pengakuan saja, namun harus menangkap makna
Akidah Al-Islamiyah yang substansif agar terjadi pemantapan tauhid tanpa
persekutuan apapun.
Sebegitu pentingnya untuk kita pahami bahwasanya Islam bukan
hanya status sosial maupun pengikraran saja, namun banyak yang perlu

4
kita kaji problematika tauhid yang harus dipertanggungjawabkan dengan
segala asas-asas Nya.

II. Ibnu Katsir dan Kitab Tafsirnya


Ismail bin Katsir gelar lengkapnya Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin
Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafiz Al-
Muhaddits Asy-Syafi’i adalah seorang pemikir dan ulama muslim.
Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 1301
M di Busrah, Suria dan wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Suria.
Ibnu Katsir menulis tafsir Qur’an yang terkenal yang bernama Tafsir
Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Al-Qu’an Al-Karim sebanyak 10 jilid ini
masih menjadi bahan rujukan dalam dunia Islam. Disamping itu, beliau
juga menulis buku Fadha’il Al-Qur’an (Keutamaan Al-Qur’an) yang
berisi ringkasan sejarah Al-Qur’an.
Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni :
1. Tafsir yang paling benar adalah tafsir Al-Qur’an dengan Al-
Qur’an itu sendiri.
2. Jika tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an tidak didapat, maka al-
Qur’an harus ditafsirkan dengan hadis Nabi Muammad saw,
sebab menurut al-Qur’an sendiri Nabi Muammad memang
diperintahkan untuk menerangkan isi al-Qur’an.
3. Jika yag kedua tidak didapatkan, maka al-Qur’an harus
ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang
yang paling mengetahui konteks sosial turunnya al-Qur’an.
4. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari
para tabiin dapat diambil.
III. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akidah Al-Islamiyah ?
2. Apa sajakah rukun-rukun Akidah Al-Islamiyah?
3. Bagaimanakah iman kepada Allah ?
4. Bagaimanakah iman kepada Malaikat ?
5. Bagaimanakah iman kepada Kitabulloh ?

5
6. Bagaimanakah iman kepada Para Rosul ?
7. Bagaimanakah iman kepada Yaummul Akhir ?
8. Bagaimanakah iman kepada Qodho dan Qodhar ?
IV. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian AkidahAl-Islamiyah
2. Mengetahui rukun-rukun Akidah Al-Islamiyah
3. Mengetahui iman kepada Allah secara Ijmal dan Tafshil
4. Mengetahui iman kepada Malaikat
5. Mengetahui iman kepada Kitabulloh
6. Mengetahui iman kepada Rosululloh
7. Mengetahui iman kepada Yaummul Akhir
8. Mengetahui iman kepada Qodho dan Qodar

6
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Akidah Islamiyah


Akidah secara etimologi berasal dari dua suku kata, yakni (‫ )العقيدة‬yang
berarti ikatan atau prinsip1, dan ‫ ) )االسالمية‬yang berarti berbangsa Islam.
Akidah secara etimologi juga bermakna Iman yang artinya adalah
pengakuan dengan lisan, membenarkan dengan hati serta mengamalkan
dengan perbuatan. Akidah Al-Islamiyah secara terminologi berarti sesuatu
yang wajib di iktikadi atau diimani oleh Ahli Islam dengan segala
keafshahan-Nya2. Menurut pendapat lain Akidah Al-Islamiyah berarti
keimanan dan keyakinan akan kedudukan Allah Subhnahu wata’ala
sebagai Pencipta dengan kekuasaan mutlak.

II. Rukun-Rukun Akidah Al-Islamiyah


Perlu kita ketahui bahwasanya rukun adalah sesuatu yang harus ada
dalam suatu amaliyah. Oleh karena itu, rukun menjadi salah satu sebab
antara afshah dan bathil nya suatu amal. Tanpa adanya rukun dalam suatu
amal, maka batallah amal tersebut.
Adapun rukun-rukun Akidah Al-Islamiyah meliputi:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Imam kepada Kitabullah
4. Iman kepada Rasulullah
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadar
III. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah suatu hukum wajib bagi setiap mukallaf
baik secara Ijmal maupun Tafshil. Iman secara ijmal berarti kei’ktikadan
setiap mukallaf, bahwasanya Allah bersifat dengan segala sifat sempurna

1
Kamus Arab Indonesia, KODELOKUS
2
Syaikh Thahir bin Shalih, Jawahir Al-Kalamiyah (Pustaka Alwiyah Semarang) Hal.2.

7
dan dibersihkan dari segala sifat kurang. Iman secara tafshil berarti
meyakini Allah S.W.T dengan pemahaman makna substansif 41 akidah3.
Yang dikehendaki dengan 41 akidah adalah::
1. 20 Sifat Wajib Allah
Yang dikehendaki dengan Sifat Wajib Allah adalah adanya sifat-
sifat Allah dimana akal para makhluk tidak akan percaya atas ketidak
beradaannya4, dalam arti sifat-sifat yang pasti ada pada Allah. Adapun
20 sifat wajib Allah tersebut adalah:

NO SIFAT WAJIB ARTI NO SIFAT WAJIB ARTI

1 Wujud Ada 11 Sama’ Mendengar

2 Qidam Dahulu 12 Bashar Melihat

3 Baqa’ Kekal 13 Kalam Berbicara

Berbeda
Mukhalafatu Lil dengan Kaunuhu Zat Yang
4 14
Khawaditsi ciptaan- Qadiran Kuasa
Nya

Zat Yang
Qiyamuhu Berdiri Kaunuhu
5 15 Berkehenda
Binafsihi sendiri Muridan
k

Tunggal/E Kaunuhu Zat Yang


6 Wakhdaniyah 16
sa ‘Aliman Mengetahui

Kaunuhu Zat yang


7 Qadrat Berkuasa 17
Khayyan Hidup

Berkehend Kaunuhu Zat Yang


8 Iradah 18
ak Sami’an Mendengar

Mengetah Kaunuhu Zat Yang


9 ‘ilmu 19
ui Bashiran Melihat

3
Ibid.
4
Muhammad Shidiq, Al-Charidah Al-Bahiyyah. (Maktabah Muhammad bin Ahmad Bin Nabhan)
Surabaya, Hal.6.

8
Kaunuhu Zat Yang
10 Hayat Hidup 20
Mutakaliman Berbicara

2. 20 Sifat Muhal Allah


Yang dikehendaki dengan sifat muhal Allah adalah sifat-sifat
yang tidak akan pernah ada pada Allah5. Sifat Muhal merupakan
kebalikan dari pada sifat Wajib, yakni sifat-sifat yang dimana akal
makhluk tidak akan pernah percaya akan keberadaan-Nya dalam
arti sifat-sifat yang tidak akan pernah terjadi dan tidak akan
dimiliki oleh Allah. 20 Sifat Muhal Allah tersebut adalah:

SIFAT SIFAT
NO ARTI NO ARTI
MUHAL MUHAL

1 ‘Adam Tiada 11 Ashama Tuli

Ada yang
2 Khuduts 12 ‘Amma Buta
mendahului

3 Fana’ Rusak 13 Abkamun Bisu

Mumatsalatu
Sama dengan Kaunuhu Zat Yang
4 Lil 14
ciptaan-Nya ‘Ajizan Lemah
Khawaditsi

Ikhtiyaju Butuh pada Kaunuhu Zat Yang


5 15
Lighairihi yang lain Karihan Terpaksa

Kaunuhu Zat Yang


6 Ta’adud Berbilang 16
Jahilan Bodoh

Kaunuhu Zat Yang


7 ‘Ajzun Lemah 17
Mayyitan Mati

Kaunuhu Zat Yang


8 Karahah Terpaksa 18
Ashama Tuli

9 Jahlun Bodoh 19 Kaunuhu Zat Yang

5
Ibid.

9
‘Amma Buta

Kaunuhu Zat Yang


10 Mautun Mati 20
Abkama Bisu

3. 1 Sifat jaiz Allah


Yang dikehendaki dengan Sifat Jaiz adalah Sifat yang mungkin
ada dan mungkin juga tidak ada6. Sifat jaiz ini merupakan sifat
yang mungkin saja terjadi pada Allah dan mungkin saja tidak
terjadi. Sifat Jaiz Allah tersebut adalah Fi’lu kulli mumkinin au
tarkuhu. Yakni Allah mungkin saja melakukan segala
kemungkinan dan mungkin saja Allah tidak melakukan
kemungkinan.

Sehubungan dengan keyakinan atau iman kita kepada Allah, Para


Ulama membagi iman atau tauhid menjadi 3. Yakni Tauhid Uluhiyyah,
Tauhid Rububiyyah, Tauhid Asma Wa Sifa7t:

1. Iman Uluhiyah
Iman secara uluhiyah berarti meyakini keesaan Allah bahwa
tiada satupun yang mempersekutui-Nya baik dalam sifat maupun
dzat-Nya. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas 1-
4:
َّ ‫) هللاُ ال‬١( ‫قُ ْل ُه َوهللاُ اَ َح ٌد‬
ُ‫) َولَ ْم يَ ُكنْ لَه‬٣( ‫) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُ ْولَد‬٢( ‫ص َم ُد‬
)٤( ‫ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬
Artinya:
1. Katakanlah (Muhammad) !! itulah Allah Yang Maha Esa
2. Allah , yang tergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tidak beranak dan tidak diperanakan.
4. dan tiadasiapapun yang setara dengan-Nya.

6
Ibid.
7
Dikutip dari ArtikelMuslimah.Or.Id.

10
Surat Al-Ikhlas diturunkan sehubungan dengan pertanyaan
Kaum Musyrik kepada Nabi Muhammad S.A.W :“Kepada
siapakah engkau mengajakku Hai Muhammad ?”. Kemudian Nabi
menjawab: “Kepada Allah aku mengajakmu”. Mereka pun berkata:
“Tunjukanlah kepada kami !! Apakah Tuhanmu tercipta dari emas,
perak, besi, ataukah dari kayu ?”. Kemudian Allah menurunkan
ayat ‫ قُلْ ه َُوهٰللا ُ اَ َح ٌد‬dan seterusnya.
Ayat ‫ قُلْ هُ َوهٰللا ُ اَ َح ٌد‬menunjukkan bahwa Allah itu mempunyai
sifat satu, sendiri, tiada perumpamaan, maupun keserupaan8. Kata
Ahad berarti tunggal dalam dalam zatnya, sendiri, berbeda, dan
tidak tersusun dari berbagai unsur baik materi maupun non materi.
Kemudian diturunkan ayat kedua, ketiga dan keempat sebagai
َّ ‫هللاُ ا‬
ayat pengokohan atas ayat yang pertama, dalam ayat kedua ‫ص َمد‬
menjelaskan bahwa Allah adalah dzat yang tidak bersifat seperti
halnya makhluk9. Ash-Shammad berarti pemimpin yang
dimuliakan, yang selalu didatangi dan dimintai pertolngannya
dalam berbagai pertolongan. Al-Hasan mengatakan: “ Ash-
Shammad adalah yang Maha Hidup, lagi Maha Berdiri Sendiri
yang tidak akan pernah berakhir”. Dalam ayat ini kita dapat
memahami bahwa kepada Allah lah bermuara setiap permohonan,
tanpa perlu perantara. Ikramah berkata dari Ibnu Abbas: “Allah
adalah zat yang dibutuhkan oleh seluruh mahluk di segala
kebutuhan dan permasalahan mereka”.
Selanjutnya dalam ayat ketiga ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ْد‬mengandung
pengertian bahwasanya Allah tidak seperti halnya manusia maupun
makhluk lain. Allah tidak beranak dan tidak diperanakan, tidak ber
ayah maupun ber ibu. Berbicara tentang makna dalam ayat ini,
Ayat ini menunjukkan naifnya pendapat orang-orang tertentu yang
mengatakan Allah mempunyai putera dan puteri. Mereka adalah
orang musyrik dari bangsa Nasrani, Yahudi dan lain sebagainya.
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memiliki anak diperlukan suatu
8
Ibnu Katsir.(Daar Al-Fikr) Vol.4. Hal.2094.
9
Syarkh Lubaid Tafsir An-Nawawi. (Daar Al-‘Ilmi) Vol.2, Hal.472

11
proses beranak atau melahirkan. Sedangkan proses beranak hanya
dialami oleh makhluk hidup yang memiliki watak dan tabiat. Dan
yang demikian hanya ada pada sesuatu yang diciptakan dari
berbagai unsur yang pada saatnya akan mengalami kefanaan.
Sedangkan Allah tersucikan dari hal seperti itu semua.
Dalam ayat terakhir yakni ‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوااَ َح ٌد‬ mengandung
pengertian bahwasanya tiada satupun yang menyerupai dalam
keagungan dzat nya, dan tidak akan terjadi kemungkinan adanya
kesamaan maupun keserupaan dalam kesetaraan10. Dalam kitab
Shahih al-Bukhari disebutkan “Tidak ada yang lebih sabar atas
suatu hal menyakitkan yang didengar melenihi kesabaran Allah.
Dimana mereka menjadikan bagi-Nya seorang anak, padahal dia
yang memberi rizki dan kesehatan kepada mereka”. Ayat ini dapat
kita pahami secara global. Jika ada sejumlah Tuhan dalam
kesetaraan dzat maupun sifatnya, adalah mustahil semesta akan
terwujud melainkan hanya perseteruan belaka diantara mereka.
Dikarenakan ada kala diantara Tuhan-Tuhan terdapat perbedaan.
2. Iman secara Rububiyah
Iman secara rububiyah berarti meyakini Allah S.W.T bahwa
dialah Tuhan yang menciptakan, memiliki dan mengatur
seluruhalam ini11. Hal tersebut dapat kita lihat dalam firman Allah
Q.S Al-A’raf ayat 54:
‫ست َٰوى ع َٰلى‬ ْ ‫ستّ ِةاَيَّ ٍام ثُ َّم ا‬
ِ ‫ض فِ ْي‬َ ‫ت َواأْل َ ْر‬ ِ ‫سمٰ ٰو‬ َّ ‫ق ال‬ َ َ‫اِنَّ َربَّ ُك ُم هٰللا ُ الّ ِذي َخل‬
ٍ ۢ ‫س َّخ ٰر‬
‫ت‬ َ ‫س َوا ْلقَ َم َر َوالنُّ ُج ْو َم ُم‬ ّ ‫شى الَ ْي َل الَّنَّ َها َر يَ ْطلُبُهُ َحثِ ْيثً ۙا َّوال‬
َ ‫ش ْم‬ ِ ۗ ‫ا ْل َع ْر‬
ِ ‫ش يُ ْغ‬
َ‫ق وااْل َ ْم ۗ ُر ت َٰب َر َك هٰللا ُ َر ُّب ال َعالَ ِميْن‬
ُ ‫با َ ْم ِر ٖ ۗه أَآللَهُ ا ْل َخ ْل‬
Artinya: Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan
langit, dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas
‘arsy. Dia menutupkan alam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat. Dan (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-
bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah ! Segala penciptaan

10
Ibnu Katsir, (Daar al-Fikr) Vol.4, Hal.2094.
11
Dikutip dari ArtikelMuslimah.Or.Id.

12
dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh
alam.
َ ْ‫ت َواأْل َر‬
Dapat kita lihat dalam ayat ‫ض فِ ْي ِستّ ِة‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هٰللا ُ الّ ِذي َخل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
‫ اَي ٍَّام‬ayat ini menunjukkan tentang tauhid rububiyah, bahwasanya
Allah adalah dzat yang berkuasa dalam menciptakan langit dan bumi
serta apa saja yang menjadi isinya hanya dalam waktu 6 hari 12.
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu
Hurairah dimana ia berkata:”Rasulullah pernah menarik tanganku
seraya bersabda: “Allah menciptakan tanah di hari Sabtu, Allah
menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari ahad, Allah
menciptakan pepohonan dihari Senin, Allah menciptakan hal yang
dibenci di hari Selasa, Allah menciptakan nur di hari Rabu, Allah
menyebarluaskan binatang di hari Kamis,Allah menciptakan Adam
setelah ashar sebagai ciptaan terakhir pada saat paling akhir dari
hari jum’at, yaitu antara waktu ashar sampai malam”. Bukan tak
mungkin Allah menciptakan semesta hanya dalam satu masa, tak
lain Allah menciptakan semesta dengan adanya waktu agar makhluk
dapat mengetahui rifq (berhati-hati) dalam segala permasalahan serta
memahami makna sabar di dalamnya13.
ِ ۗ ْ‫ ثُ َّم ا ْست َٰوى ع َٰلى ْال َعر‬ayat ini berarti bahwasanya Allah bersemayam
‫ش‬
diatas ‘arsy tanpa adanya suatu cara maupun keserupaan14. Hal ini
dapat kita pahami bahwasanya Allah mampu melakukan segala
kehendaknya diluar nalar para makhluk. Seperti perkataan para
Imam. Sebagian dari mereka adalah Na’im bin Hamad al-Chaza’i
yang merupakan guru Imam Buchari. Ia berkata: ”Barang siapa
meyerupakan Allah dengan makhluknya maka ia kafir. Barang siapa
mengingkari sifat Allah yang telah ia berikan untuk dirinya, berarti
ia juga telah kafir”.
‫ˆل الَّنَّهَˆˆا َر‬
َ ˆ‫ يُ ْغ ِش ˆى الَ ْي‬Menunjukkan kekuasaan rububiyah Allah diluar
kemampuan para makhluk, Allah menutup siang dengan malam,

12

13
Syarkh Lubaid Tafsir An-Nawawi. (Daar Al-‘Ilmi) Vol.1. Hal.282.
14
Ibnu Katsir. (Daar Al-Fikr) Vol.2, Hal.736

13
kemudian Allah mengganti malam dengan siang. Artinya kegelapan
malam menghilangkan cahaya siang dan cahaya cahaya siang
melenyapkan gelapnya malam. Dan itu semua diluar kemampuan
para makhluk-Nya.
Ayat ‫طلُبُهُ َحثِ ْيثً ۙا‬
ْ َ‫ ي‬menegaskan tentang siang dan malam yang silih
berganti secara cepat. Dengan Ayat ini dapat kita pahami bila mana
disetiap pergantian siang malam yang cepat selalu ada kemanfaatan
dan kemashlahatan di segala permasalahan kehidupan jika kita
mentafakurkan serta menelaah ayart-ayat kehidupan ini.
ٍ ۢ ‫س َو ْالقَ َمˆˆˆ َر َوالنُّجُˆˆˆوْ َم ُم َسˆˆˆ َّخ ٰر‬
‫ت بˆˆˆا َ ْم ِر ٖ ۗه‬ ّ ‫ و‬Allah pun memperlihatkan
َ ‫َّالشˆˆˆ ْم‬
rububiyah-Nya dalam ayat ini, Allah menciptakan matahari, bulan,
bintang yang tunduk dengan segala perintah-Nya. Mereka mentaati
segala perintah Allah dengan menjalankan segala tugas-tugasnya.
Matahari menerangi di siang hari, bulan menerangi gelap di malam
hari, serta bintang yang menjadi hias keindahan langit malam.
Mereka tunduk atas perintah Allah, berperan sesuai perintah.
َ‫ق وااْل َ ْمˆ ۗ ُر تَبٰ َركَ هٰللا ُ َربُّ ال َعˆˆالَ ِم ْين‬
ُ ˆ‫ أَآللَˆهُ ْالخَ ْل‬Dan perlu kita ketahui dalam
akhir ayat ini bahwasanya secara global iman rububiyah adalah
meyakini bahwa segala penciptaan serta segala urusan dalam
mengatur seluruh alam. Baik dalam menciptakan, mengatur,
memberi, menentukan, dan lain sebagainya itulah menjadi hak-hak
Allah secara mutlak. Rasulullah S.A.W bersabda: “Barang siapa
tidak memuji Allah atas apa yang ia lakukan dari amal shalih dan
iaa memuji dirinya, maka sungguh ia telah kufur. Dan barang siapa
menduga bahwa Allah menjadikan para hamba sewdikit dari hal,
maka ia telah kufur atas apa yang Allah turunkan pada para
nabinya”.

3. Iman secara Asma’ Wa Shifat


Iman secara asma’ wa shifat berarti meyakini asma-asma Allah
dan sifat-sifat-Nya yang baik dan sempurna15. Serta tidak ada yang

15
Dikutip dar ArtikelMuslimah.Or.Id

14
menyerupai asma maupun sifat Allah baik dari segi apapun. Dalam
keyakinan ini serang muslim meyakini semua nama dan sifat yang
telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala bagi diri-Nya dan apa yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah S.A.W untuk-Nya, dia meniadakan segala
aib dan kekurangan yang telah dinafi’kan oleh Allah dari diri-Nya
atau dinafi’kan oleh Rasulullah saw dari diri-Nya16.
Iman secara asma wa sifat ini tergolong iman secara tafshil, yakni
membenarkan dan meyakini Allah dengan asma-asma yang baik,
serta menangkap makna substansif sifat wajib, muhal, dan jaiz bagi
Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam QS. Al-A’raf ayat 180:
ْ َ‫س ٰنى فَا ْدع ُْوهُ ب َه ۖا َو َذ ُرواالَّ ِذيْنَ يُ ْل ِحد ُْونَ فِى أ‬
‫سمآئِ ۚ ِه‬ ْ َ ‫َوهٰلِل ِ ااْل‬
ْ ‫س َمآ ُءا ْل ُح‬
َ‫سيُ ْجز َْونَ َما َكانُ ْوا يً ْعلَ ُم ْون‬ َ
Artinya: Dan Allah memiliki asmaul husna (nama-nama yang
baik), maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itudan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan
nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

ْ ‫ َوهٰلِل ِ ااْل َ ْس َمآ ُء ْالح‬Melihat ayat tersebut, kita dapat


‫ُسˆˆˆ ٰنى فَˆˆˆا ْد ُعوْ هُ بهَا‬
mengetahui bahwa nama-nama Allah begitulah banyak. Nama-nama
Nya bersifat sempurna serta dibersihkan atau dinafikan dari segala
kekurangan. Allah memiliki 99 asmaul husna, sesuai dengan hadis
yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Nabi berkata: “Allah memiliki
99 nama, barang siapa dapat menghitungnya maka masuk surga.
Dia (Allah) tunggal, Dia (Allah) mencintai ganjil”.
Adalah mustahil alam tercipta jika Allah bersifat dengan segala
kekurangan dan itu semua adalah bathil17. Allah menetapkan diri-
Nya dengan beranekaragam asma yang baik, Dia Maha Berbicara,
Dia Maha Mendengar, Dia Maha Mengetahui, Dia Maha Bijaksana,
Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Maha Pengampun, Maha

16
Abu Bakar Al-Jabir, Minhajul Muslim (Pustaka Arafah Solo) Cet.1, Hal.54.
17
Mishbakh bin Zainul Musthafa, Ar-Riyadl al-Badi’ah (Al-Balagh) Tuban. Hal.13.

15
Kaya, Maha Adil, dan lain sebagainya. Segala nama-nama yang
terbaik adalah milik Allah. Kita dapat meminta, memohon, berdoa
dengan menyebut nama-nama-Nya.
َ‫ َو َذرُواالَّ ِذ ْينَ ي ُْل ِح ُدوْ نَ فِى أَ ْسˆمآئِ ۚ ِه َسˆيُجْ َزوْ نَ َما َكˆانُوْ ا يً ْعلَ ُمˆوْ ن‬Sesuai penafsiran
Imam Qotadhah, Lafadz َ‫ ي ُْل ِح ُدوْ ن‬mempunyai sinonim lafadz َ‫ي ُْشˆ ِر ُكوْ ن‬
yang berarti “Mereka Menyekutukan”18. Ayat ini menjelaskan
bahwasanya orang-orang yang tidak mempercayai akan aneka ragam
nama-nama Allah yang baik dan sempurna adalah orang-orang yang
tergolong sebagai orang-orang musyrik dan kelak akan dibalas
sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat.

IV. Iman Kepada Malaikat


Iman kepada Malaikat berarti meyakini adanya malaikat sebagai
makhluk ciptaan Allah S.W.T berwujud jisim dari nur yang mampu
berubah wujud atau menyerupai sosok lain19. Malaikat merupakan jisim
yang lembut yang tercipta dari cahaya, mereka tidak minum dan tidak pula
makan, mereka merupakan hamba yang dimuliakan serta tidak durhaka
terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah dan dan melakukan apa yang
Allah perintahkan20. Iman kepada Malaikat termasuk meyakini seluruh
amalan dan tugas yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Diantara
mereka ada Malaikat yang diperintah menyangga ‘arsy, ada yang
mengelilingi ‘arsy, ada yang menjaga surga, ada yang menjaga neraka, dan
lain sebagainya.
Para malaikat diciptakan oleh Allah swt dan mereka selalu
memperhambakan diri pada Allah, patuh akan segala perintah-Nya dan
tanpa sedikitpun durhaka kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan Q.S At-
Tahrim ayat 6:

َ‫ص ْونَ هٰللا َ َمآاَ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُ ْونَ َمايُؤْ م ُر ْون‬


ُ ‫آليَ ْع‬

18
Tafsir Ibnu Katsir (Daar Al-‘Ilmi) Vol.2, Hal.778.
19
Aqidah al-islamiyah.
20
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jaza’iri, Al-Jawahir Al-Kalamiyyah (Pustaka Al-Alawiyyah) Semaranng.
Hal.11.

16
Artinya: Mereka (Malaikat) tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
‫ْصˆˆˆوْ نَ هٰللا َ َمˆˆˆآاَ َم َرهُ ْم‬
ُ ‫ آليَع‬Pengabdian mereka kepada Allah terjadi secara
otomatis sebab mereka diciptakan semata-mata memang dengan tugas
mengabdi kepada-Nya dan lagi pula mereka tidak diberi nafsu-nafsu
penggoda seperti pada makhluk yang lain. Mereka tidak membangkang,
menolak, maupun berhianat atas perintah Allah. Oleh karenanya,
pengabdian mereka pada Allah tidak melalui perjuangan seperti halnya
pada manusia yang dalam mengabdi kepada Allah harus disertai
perjuangan gigih melawan hawa nafsunya sendiri.
Beriman kepada Malaikat juga berarti meyakini bahwa Allah Ta’ala
telah memberikan keutamaan kepada sebagian malaikat di atas sebagian
yang lain. Diantara mereka ada yang disebut sebagai Al-Muqarrabun
(didekatkan dengan Allah Ta’ala) yakni malaikat Jibril ,Mikail, dan Israfil.
Ada yang disebut Al-Chafun, Rukhaniyyun, Karabiyyun dan seterusnya21.
َ‫ َويَ ْف َعلُوْ نَ َماي ُْؤمرُوْ ن‬Para Malaikat melakukan segala apa yang di perintahkan
oleh Allah dan mereka mampu melakukannya, tanpa adanya suatu rasa
terbebani, penolakan maupun penginkaran sedikitpun. Mereka tunduk
kepada Allah dengan segala ketaatan mereka menjalankan peran sesuai
perintah Allah.

V. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Iman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah
menurunkan kitab suci kepada para rasul, bagi mereka yang mengamalkan
ajaran-ajaran Allah. Kitab suci memberi petunjuk, undang-undang,
hukum, kebaikan, pengetahuan bagi umat manusia dan membenarkan
kerasulan para rasul yang diutus oleh Allah swt. Sangat diperlukan campur
tangan Allah dalam memperbaiki kondisi jasmani maupun rohani manusia
yang dianugerahi tabiat sebagai makhluk lemah.

21
Muhammad Nawawi, Qathr al-Ghaits. Hal.4.

17
Allah menurubkan kitab kepada para Rasul-Nya untuk menelaskan
segala perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Kitab adalah kalam
Allah hakiki yang muncul darinya tanpa adanya kayfiyyah/cara. Allah
menurunkan wahyu dari kitab tersebut22. Sebagian kitab yang wajib kita
imani adalah Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
Salah satu alasan akal, Allah menurunkan kitab adalah untuk
mengabadikan segala ajaran Para Rasul Allah sebagai pedoman hidup bagi
umat sepeninggal para Rasul. Melihat hal ini jika Allah tidak menurunkan
kitab, maka segala ajaran Para Rasul akanlah hilang begitu saja bersama
dengan wafatnya. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Ali Imran 3-4 :

‫ّورةَ َو ِإل ْن ِج ْي َل‬ ٰ ‫ص ِّدقًالِّ َمابَيْنَ يَ َد ْي ِه َواَ ْن َز َل الت‬


َ ‫ق ُم‬ ِّ ‫َاب بِا ْل َح‬
َ ‫نَ َّز َل َعلَ ْي َك ا ْل ِكت‬
ِ ‫ت هٰللا‬ ۗ َ‫س َواَ ْنزَ َل ا ْلفُ ْرق‬
ِ ‫انَ اِنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوابِ ٰا ٰي‬ ِ ‫) ِمنْ قَ ْب ُل ُهدًى لِّلنَّا‬٣(
)٤( ‫ش ِد ْي ۗ ٌد َوهٰللا ُ َع ِز ْي ٌز ُذوا ْنتِقَ ِام‬
َ ‫اب‬ٌ ‫لَ ُه ْم َع َذ‬

Artinya : Allah tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan alkitab
(alqur’an) padamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan taurat dan injil, sebelum (alqur’an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan.

ْ ِ‫َˆˆˆاب ب‬
ِّ ‫ˆˆˆال َح‬
‫ق‬ َ ‫ نَˆˆˆ َّز َل َعلَ ْيˆˆˆكَ ْال ِكت‬Allah menurunkan kitab (alquran) kepada Nabi
Muhammad dengan sebenar-benarnya kitab .Yakni tidak ada kebimbangan dan
tidak ada keraguan di dalamnya. Melainkan kitab tersebut benar-benar diturunkan
dari sisi Allah. Serta di dalamnya tidak ada pertentangan dalam makna dan
keruntutan dala penyusunan23. Allah menurunkannya dengan sepengetahuannya,
sedangkan para malaikat menyaksikannya dan cukuplah bagi Allah
menyaksikannya.

‫ص ِّدقًالِّ َمابَ ْينَ يَ َد ْي ِه‬


َ ‫ ُم‬Membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Yakni
kitab-kitab sebelum al-quran yang diturunkan dari langit buat hamba-hamba
Allah dan para nabi. Kitab-kitab tersebut membenarkan al-quran melalui apa
yang diberitakannya dan apa yang disiarkannya sejak zaman dahulu kala. Begitu
22
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jaza’iri Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang.
Hal.13.
23
Muhammad Nawawi, Qathr al-Ghaits. Hal.6.

18
pula sebaliknya, al-quran membenarkan kitab-kitab tersebut, karena alquran
susuai dengan apa yang diberitakan di dalam kitab-kitab tersebut yang isinya
antara lain membawa berita gembira yang sangat besar, yaitu janji Allah yang
akan mengutus nabi Muhammad S.A.W. Dan menurunkan al-quran yang agung
kepadanya.

َ ‫ˆورةَ َو ِإل ْن ِجي‬


‫ْˆل‬ ٰ ّ‫ َواَ ْنزَ َل الت‬Yakni Allah juga menurunkan Taurat kepada Nabi Musa
ibnu Imran dan kitab injil kepada Nabi Isa ibnu Maryam. Taurat merupakan kitab
dari beberapa kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa Kalimullah yang
berfungsi untuk menjelaskan hukum-hukum syariat, akidah-akidah benar yang
diridhai membahagiakan dengan munculya Nabi dari anak cucu Isma’il serta
menjadi isyarat bahwa sesungguhnya Nabi datang dengan membawa syariat baru
yang dapat menunjukkan hingga daris salam atau surga 24. Injil merupakan kitab
dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa untuk menjelaskan
hakikat-hakikat dan menyeru makhluk untuk meng-esakan Allah mengganti
sebagian hukum furu’ di sebagian hukum-hukum taurat menurut keadilan serta
membhagiakan dengan munculnya Nabi terakhir25

ِ َّ‫ ِم ْن قَ ْبˆ ُل هُˆدًى لِّلن‬Yakni taurat dan injil diturunkan sebelum al-quran sebagai
‫اس‬
petunjuk bagi manusia. Dalam artian sebagai petunjuk buat mereka di zamannya
masing-masing. Karena segala histori dan peraturan dengan konsekwensinya
telah terekam didalamnya. Mudahlah bagi manusia di era-Nya untuk mencari,
meneliti, menelaah, mentadabur serta mengamalkan hasil kajian yang terkandung
didalamnya.

ۗ َ‫ َواَ ْن َز َل ْالفُرْ ق‬dan Allah menurunkan al-furqan. Yaitu yang membedakan antara
َ‫ان‬
hidayah dan kesesatan, antara yang hak dengan yang bathil, jalan yang
menyimpang dan jalan yang lurus, melalui apa yang disebutkan oleh Allah S.W.T
berupa hujjah-hujjah, keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang jelas serta bukti-
bukti yang akurat yang telah Allah sebutkan , terangkan jelaskan, tafsirkan dan
tetapkan.

Dengan demikian manusia wajib percaya kepada kitab yang diturunkan oleh
Allah, yaitu bahwa ia adalah betul-betul wahyu dari Allah yang disampaikan
kepada Nabi dan Rasul untuk menjadi pedoman hidup umat-Nya di dunia dan
akhirat. Bukan hasil karya Rasul sendiri atau hasil karya manusia atau makhluk
24
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazaíri, Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang. Hal.14.
25
Ibid. Hal.15

19
yang manapun. Dan kitab diturunkan oleh Allah bukan untuk main-main atau
untuk sekedar menjadi bahan bacaan tetapi untuk menjadi petunjuk bagi seluruh
manusia. Secarara global, kepercayaan kita kepada kitab Allah termasuk
sekaligus membawa kita kepada kewajiban untuk mengamalkan isi kitab.

VI. Iman Kepada Rasul


Iman kepada rasul berarti mengimani bahwa diantara laki-laki dari
kalangan manusia yang Allah ta’ala pilih sebagai perantara antara dirinya
dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan
manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak
ketuhanan, karenanya menyembah para Nabi dan Rasul adalah kebathilan
yang nyata. Iman kepada Rasul termasuk juga meyakini bahwa Allah
memiliki Rasul yang ia utus sebagai rahmat dari-Nya, kemuliaan dengan
membhagaiakan orang-orang yang berbuat baik dengan adanya pahala dan
menakuti orang-orang yang berbuat buruk dengan adanya siksa,
menjelaskan pada manusia atas apa yang mereka butuhkan dari
kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia membantu mereka sampai
kepada derajat yang luhur menguatkan mereka dengan ayat-ayat dan
mukjizat yang jelas26. Iman kepada Rasul termasuk pula meyakini 4 sifat
wajibnya, 4 sifat mukhalnya, dan 1 sifat jaiznya.
Seperti halnya sifat wajib Allah, yang dikehendaki dengan sifat wajib
Rasul adalah segala sifat-sifat yang harus ada pada diri Rasul. Dan tiada
kemungkinan atas ketidak beradaannya. Adapun sifat wajib Rasul adalah:

NO SIFAT WAJIB ARTI

1 Shidiq Jujur

2 Amanah Dapat dipercaya

3 Tabligh Menyampakan

4 Fathanah Cerdas

Sifat muhal Rasul adalah sifat-sifat yang tidak akan mungkin ada pada
diri Rasul. Dan tidak ada kemungkinan atas keberadaannya. 4 sifat yang
merupakan sifat muhal bagi Rasul tersebut adalah:
26
Ibid. Hal.18.

20
NO SIFAT MUHAL ARTI

1 Kadzab Bohong/Dusta

2 Hiyanat Tidak dapat dipercaya

3 Kitman Menyembunyikan

4 Baladah Bodoh

Sedangkan yag dimaksud dengan sifat jaiz Rasul adalah sifat yang
mungkin saja terjadi/dimiliki oleh para Rasul. Sifat jaiz Rasul tersebut
adalah Aghradl al-Basyariyyah¸Aghradl al-Basyariyyah, yakni sifat tabiat
Rasul sebagai manusia yang mungkin saja terjadi pada diri Rasul. Seperti
halnya lapar, haus, sakit, makan, minum, beristri dan lain sebagainya yang
sekira tidak menurunkan drajat luhur kerasulan di sisi Allah27.

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah mengutus rasul-Nya untuk
mengasihi dan memberikan keutamaan kepada umatnya yang berbuat kebaikan
dengan adanya balasan yang setimpal dan sebagai sosok penakut bagi umatnya
yang berbuat keburukan dengan adanya siksa. Sebagaimana firman Allah S.W.T
Q.S An-Nahl ayat 36 :

ُ ‫اجتَنِبُ ْواالطَّ ُغوتَ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ َهدَي هّللا‬ ْ ُ‫س ْوالً أَنِ ْعب‬
ْ ‫دوااُهللاُ َو‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل اُ َّم ٍة َّر‬
َ‫ض فَا ْنظُ ُر ْوا َكيْفَ َكانَ َعقِبَةُ ا ْل ُم َك ِّذ بِيْن‬
ِ ‫س ْي ُر ْوافِي األَ ْر‬
ِ َ‫ضلَلَةُ ف‬ َّ ‫َو ِم ْن ُه ْم َّمنْ َحقَّتْ َعلَ ْي ِه ال‬

Artinya : dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-


tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
thaghut itu”.

َ‫اجتَنِبُ ْواالطَّ ُغوت‬ ْ ُ‫س ْوالً أَ ِن ا ْعب‬


ْ ‫دوا هللاُ َو‬ ُ ‫ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل اُ َّم ٍة َّر‬Dalam ayat ini,
Allah menjelaskan bahwa para Rasul itu, diutus sesuai dengan sunatullah,
Mereka adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus yang awalnya
mereka adalah para penyembah taghut. Dan dalam ayat ini juga, Allah
memberikan kabar pada Rasul-Nya bahwa harapannya agar mereka
mendapat petunjuk, tidak ada manfaatnya bagi mereka jika Allah benar-
benar berkehendak untuk menyesatkannya.
27
Muhammad Nawawi, Tijan ad-Durari. Hal.11.

21
ُ‫ضلَلَة‬
َّ ‫ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ َهدَي هّللا ُ َو ِم ْن ُه ْم َّمنْ َحقَّتْ َعلَ ْي ِه ال‬Bimbingan rasul-rasul itu
diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan
menyampaikan, mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan
akhirat akan tetapi orang-orang yang bergemilang dalam kemusyrikan dan
jiwanya dikotori oleh noda-noda kemaksiatan tidaklah akan mau menerima
bimbingan Rasul itu28. Allah S.W.T menjelaskan bahwa dia telah
mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu. seperti
halnya dia mengutus nabi Muhammad S.A.W pada umat manusia
seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu
beribadah hanya kepada Allah S.W.T yang tidak mempunyai serikat dan
larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya
setan yang selalu menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang
benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan
manusia.

VII.Iman Kepada Hari Akhir


Hari akhir merupakan hari yang besar kerepotannya, anak-anak akan
tumbuh uban, manusia bangkit dari kubur-Nya, manusia digiring menuju
satu tempat luas untuk dihisab yang kemudian urusan mereka akan
ditakwilkan menuju surga atau neraka29. Iman kepada hari akhir berarti
meyakini dimana setiap manusia akan dihidupkan kembali untuk hidup
yang kekal dihari itu. Ada yang masuk surga dengan segala
kesenangannya (na’iim) dan ada pula yang masuk neraka dengan segala
azab siksaan yang pedih. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qu’ran :
ٌ ‫لِتُ ْن ِذ َر أُ ُّم ا ْلقُ َرى َو َمنْ َح ْولَ َها َوتُ ْن ِذ َر يَ ْو َم ا ْل َج َم ِع الَ َر ْي َب فِ ْي ۚ ِه فَ ِر ْي‬
‫ق فِى ا ْل َجنَّ ِة‬
‫س ِع ْي ِر‬
َّ ‫ق فِى ال‬ ُ ‫َوفَ ِر ْي‬
Artinya: Serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul
(kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan
segolongan masuk Jahannam. (Q.S Asy-Syura 42:7)
28
Lubab at-Tafsir min Ibni Katsir (Mu-assasah Daaral-Hilaa) Kairo. Cet.1, Vol.5, Hal.61.
29
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazaíri, Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang.
Hal.31.

22
Allah memberi peringatan pula kepada manusia tentang hari
berkumpul yakni hari kiamat, yang pada hari itu semua makhluk
dikumpulkan yang tidak ada keraguan atau keraguan padanya. Segolongan
dari mereka masuk surga dan segolongan yang lain masuk Sa’ir yakni
neraka. Adapun hari akhir sendiri dapat dilihat dengan adanya tanda-tanda.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
 Terbitnya matahari dari arah barat.
 Turunnya Nabi Isa dan munculnya Dajjal.
 Hilangnya ilmu serta kebodohan yang merajelela.
 Pemimpin yang dzolim.
 Berlomba-lomba mendirikan bangunan.
 Wanita yang berpakaian tapi telanjang.
 Dan sebagainya

VIII. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar berarti mengimani kejadian yang baik
maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah sesuai dengan
pengetahuan serta hikmah-hikmah yang ditetapkan-Nya.
Iman kepada qadha dan qadar berarti meyakini bahwa seluruh
perbuatan hamba baik yang berupa kehendak seperti halnya berdiri, duduk,
makan dan minum atau karena terpaksa seperti melauka perbuatan dosa,
maksiat dan sebagainya. Itu semua atas kehendak Allah dan kekuasaan-
Nya di zaman azali dan semua berdasar pengetahuan Allah sebelum waktu
itu terjadi30.

Qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah S.W.T dari sejak zaman
azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai
dengan kehendak-Nya, meliputi baik dan buruk, hidup dan mati.

30
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazaíri, Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang.
Hal.37.

23
Qadar adalah perwujudan ketetapan terhadap sesuatu yang berkenaan
dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan
kehendak-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :

‫َئ االَّ ِع ْن َدنَا َخزَآئِنُهُ و َما نُنَ ِّزلُهُ اِالَّبِقَ َد ٍر َم ْعلُ ْو ٍم‬
ٍ ‫َوإِنْ ِمنْ ش‬

Artinya: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya, dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran
yang tertentu. (Q.S Al-Hijr (15):21)

Yazid bin Abu Ziyad dari Abu Juhaifah, dari Abdullah, bahwa tidak
ada tahun yang lebih banyak hujannya dari pada tahun yang lain, tetapi
Allah membaginya dengan sesuai kehendak-Nya. Satu tahun hujan turun
disini dan satu tahun turun disana. Kemudian ia membacakan ayat ْ‫َوإِنْ ِمن‬

‫َئ االَّ ِع ْن َدنَا َخزَآئِنُ هُ و َم ا نُنَ ِّزلُ هُ اِالَّبِقَ َد ٍر َم ْعلُ ْو ٍم‬


ٍ ‫“ ش‬Dan tidak ada sesuatu pun
melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya”. Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir31.
Allah memberitahukan bahwa ia adalah pemilik segala sesuatu dan itu
sangat mudah bagi-Nya untuk merub gudang segala sesuatu dengan segala
macam yaitu berada di sisi-Nya. Allah menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu, semua telah ditimbang seadil-adilnya sebagaimana
yang dia kehendaki dan inginkan, itu mengandung hikmah yang besar dan
rahmat bagi hamba-Nya.

31
Lubab at-Tafsir min Ibni Katsir (Mu-assasah Daaral-Hilaal) Kairo. Cet.1, Vol.5, Hal.9.

24
25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah adalah
1. Iman kepada Allah SWT baik secara uluhiyyah, rububiyyah maupun
secara asma wa shifat, akanlah bermanfaat bagi kita. Yakni menanamkan
rasa cinta kita kepada Allah. Dengan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya.
2. Manfaat iman kepada Malaikat:
 Kenal dengan kebesaran Allah SWT. Dan mengetahui kebesaran-
Nya serta kekuasaan-Nya
 Bersyukur kepada Allah SWT. Atas perlindungan dan perhatian-
Nya terhadap hamba-hamba-Nya dengan menugaskan kepada para
malaikat untuk menjaga dan mencatat segala amal perbuatan
hamba-Nya.
 Cinta kepada Malaikat dengan amal ibadah mereka yang sempurna
dan Malaikat itu senantiasa memintakan ampun bagi orang-orang
Mukmin.
3. Manfaat iman kepada kitab-kitab:
 Mengenal Rahmat serta kasih saayang Allah SWT. Serta inayah
(perhatian) Allah terhadap hamba-hamba-Nya dengan menurunkan
kitab sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia.
 Adanya hikmat Allah SWT. Dengan menurunkan syari’at dan
ajaran agama dalam kitab-kitab tersebut yang sesuai bagi umat di
zamannya.
 Syukur atas nikmat Allah SWT. Dengan diturunkan-Nya kitab suci
sebagai petunujkdan bimbingan.
4. Manfaat iman kepada Rasul-Rasul

26
 Mengetahu rahmati dan kasih sayang dari Allah atas perhatiaannya
kepada makhluk dengan mengutus Rasul-rasul yang Mulia guna
memberikan petunjuk dan bimbingan bagi umat manusia .
 Bersyukur kepada Allah SWT. Atas nikmat-Nya yang besar ini.
 Mencintai para Rasul dan memuliakan para Rasul dengan
menempatkan sesuai dengan kedudukannya sebagi utusan Allah.
Dan para Rasul adalah sebaik-baik hamba dalam ibadat, sabar
dalam menyampaikan risalah daan dalam melaksanakan tugas.
5. Manfaat iman kepada hari akhir
 Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah SWT.
Mengharapkan pahala di hari akhir dan menjauhi segala larangan
karena takut akan siksaan kelak di kemudian hari.
 Hiburan bagi orang Mukmin, bahwa kesenangan yang belum di
perolehnya di dunia akan diterimanya dikemudian hari.
6. Manfaat iman kepada qadha dan qadhar
 Berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Sebab dan akibatt
adalah termasuk qadha dan qadar yang telah ditentukan oleh Allah
SWT.
 Ketenangan jiwa dan ketetapan hati, apapun yang terjadi adalah
atas kehendak Allah dann qadar-Nya. Kebahagiaan hidup dan
ketenangan batin akan dirasakan dengan penuh keimanan kepada
qadha dan qadar Allah SWT.
 Disaat memperoleh kebahagiaann dan nikmatt, segera bersyukur
kepada Allah dan tidak merasa diri mempunyai satu prestasi yang
luar biasa.

27
Daftar Pustaka

Abdullah, Lubab at-Tafsir min Ibni Katsir . Mu-assasah Daar al-Hilaal.Kairo.

ArtikelMuslimah.Or.Id.

Dewa, Syakur,2013.KAMUSPINTARSANTRI. Probolinggo:PonPesDarutTauhid

Jabir, Abu Bakar,2017. MINHAJUL MUSLIM. Solo: Pustaka Arafah

Katsir, Ibnu,2011.TAFSIRIBNUKATSIR.Beirut:DaarAl-Fikr

Mishbakh, Ar-Riyadl al-Badi’ah. Al-Balagh. Tuban.

Nawawi, Muhammad. TIJAN AD-DURARI.

Nawawi, Muhammad. TAFSIR MUNIR. Surabaya: Daar Al-‘Ilm.

Nawawi, Muhammad. QATHRUL GHAITS.

Shidiq, Muhammad, AL-CHARIDAH AL-BAHIYYAH. Maktabah Muhammad bin


Ahmad. Surabaya.

Thahir,JawahirAl-Kalamiyyah. Semarang:PustakaAlawiyyah

28

Anda mungkin juga menyukai