Di susun oleh :
• Muh Klisin (53020180027)
2
Daftar Isi
Kata
Pengantar………………………………………………………...........2
Daftar Isi ……………………………………………………………...3
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah………………………………………4
2. Biografi Ibnu Katsir……………………………………………5
3. Rumusan Masalah………………………………………….…..5
4. Tujuan Masalah………………………………………………...6
Bab II Pembahasan
1. Pengertian Akidah Islamiyah…………………………………..7
2. Rukun-rukun Akidah Islamiyah………………………………..7
3. Iman kepada Allah…………………………………..…………7
4. Iman kepada Malaikat………………………………………...16
5. Iman kepada Kitab-kitab Allah……………………………….17
6. Iman kepada Rasul……………………………………………20
7. Iman kepada Hari Akhir………………………………………22
8. Iman kepada Qadha dan Qadar……………………………….23
Bab III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………...26
Daftar Pustaka……………………………………………………….28
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
kita kaji problematika tauhid yang harus dipertanggungjawabkan dengan
segala asas-asas Nya.
5
6. Bagaimanakah iman kepada Para Rosul ?
7. Bagaimanakah iman kepada Yaummul Akhir ?
8. Bagaimanakah iman kepada Qodho dan Qodhar ?
IV. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian AkidahAl-Islamiyah
2. Mengetahui rukun-rukun Akidah Al-Islamiyah
3. Mengetahui iman kepada Allah secara Ijmal dan Tafshil
4. Mengetahui iman kepada Malaikat
5. Mengetahui iman kepada Kitabulloh
6. Mengetahui iman kepada Rosululloh
7. Mengetahui iman kepada Yaummul Akhir
8. Mengetahui iman kepada Qodho dan Qodar
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kamus Arab Indonesia, KODELOKUS
2
Syaikh Thahir bin Shalih, Jawahir Al-Kalamiyah (Pustaka Alwiyah Semarang) Hal.2.
7
dan dibersihkan dari segala sifat kurang. Iman secara tafshil berarti
meyakini Allah S.W.T dengan pemahaman makna substansif 41 akidah3.
Yang dikehendaki dengan 41 akidah adalah::
1. 20 Sifat Wajib Allah
Yang dikehendaki dengan Sifat Wajib Allah adalah adanya sifat-
sifat Allah dimana akal para makhluk tidak akan percaya atas ketidak
beradaannya4, dalam arti sifat-sifat yang pasti ada pada Allah. Adapun
20 sifat wajib Allah tersebut adalah:
Berbeda
Mukhalafatu Lil dengan Kaunuhu Zat Yang
4 14
Khawaditsi ciptaan- Qadiran Kuasa
Nya
Zat Yang
Qiyamuhu Berdiri Kaunuhu
5 15 Berkehenda
Binafsihi sendiri Muridan
k
3
Ibid.
4
Muhammad Shidiq, Al-Charidah Al-Bahiyyah. (Maktabah Muhammad bin Ahmad Bin Nabhan)
Surabaya, Hal.6.
8
Kaunuhu Zat Yang
10 Hayat Hidup 20
Mutakaliman Berbicara
SIFAT SIFAT
NO ARTI NO ARTI
MUHAL MUHAL
Ada yang
2 Khuduts 12 ‘Amma Buta
mendahului
Mumatsalatu
Sama dengan Kaunuhu Zat Yang
4 Lil 14
ciptaan-Nya ‘Ajizan Lemah
Khawaditsi
5
Ibid.
9
‘Amma Buta
1. Iman Uluhiyah
Iman secara uluhiyah berarti meyakini keesaan Allah bahwa
tiada satupun yang mempersekutui-Nya baik dalam sifat maupun
dzat-Nya. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas 1-
4:
َّ ) هللاُ ال١( قُ ْل ُه َوهللاُ اَ َح ٌد
ُ) َولَ ْم يَ ُكنْ لَه٣( ) لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُ ْولَد٢( ص َم ُد
)٤( ُكفُ ًوااَ َح ٌد
Artinya:
1. Katakanlah (Muhammad) !! itulah Allah Yang Maha Esa
2. Allah , yang tergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tidak beranak dan tidak diperanakan.
4. dan tiadasiapapun yang setara dengan-Nya.
6
Ibid.
7
Dikutip dari ArtikelMuslimah.Or.Id.
10
Surat Al-Ikhlas diturunkan sehubungan dengan pertanyaan
Kaum Musyrik kepada Nabi Muhammad S.A.W :“Kepada
siapakah engkau mengajakku Hai Muhammad ?”. Kemudian Nabi
menjawab: “Kepada Allah aku mengajakmu”. Mereka pun berkata:
“Tunjukanlah kepada kami !! Apakah Tuhanmu tercipta dari emas,
perak, besi, ataukah dari kayu ?”. Kemudian Allah menurunkan
ayat قُلْ ه َُوهٰللا ُ اَ َح ٌدdan seterusnya.
Ayat قُلْ هُ َوهٰللا ُ اَ َح ٌدmenunjukkan bahwa Allah itu mempunyai
sifat satu, sendiri, tiada perumpamaan, maupun keserupaan8. Kata
Ahad berarti tunggal dalam dalam zatnya, sendiri, berbeda, dan
tidak tersusun dari berbagai unsur baik materi maupun non materi.
Kemudian diturunkan ayat kedua, ketiga dan keempat sebagai
َّ هللاُ ا
ayat pengokohan atas ayat yang pertama, dalam ayat kedua ص َمد
menjelaskan bahwa Allah adalah dzat yang tidak bersifat seperti
halnya makhluk9. Ash-Shammad berarti pemimpin yang
dimuliakan, yang selalu didatangi dan dimintai pertolngannya
dalam berbagai pertolongan. Al-Hasan mengatakan: “ Ash-
Shammad adalah yang Maha Hidup, lagi Maha Berdiri Sendiri
yang tidak akan pernah berakhir”. Dalam ayat ini kita dapat
memahami bahwa kepada Allah lah bermuara setiap permohonan,
tanpa perlu perantara. Ikramah berkata dari Ibnu Abbas: “Allah
adalah zat yang dibutuhkan oleh seluruh mahluk di segala
kebutuhan dan permasalahan mereka”.
Selanjutnya dalam ayat ketiga لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ْدmengandung
pengertian bahwasanya Allah tidak seperti halnya manusia maupun
makhluk lain. Allah tidak beranak dan tidak diperanakan, tidak ber
ayah maupun ber ibu. Berbicara tentang makna dalam ayat ini,
Ayat ini menunjukkan naifnya pendapat orang-orang tertentu yang
mengatakan Allah mempunyai putera dan puteri. Mereka adalah
orang musyrik dari bangsa Nasrani, Yahudi dan lain sebagainya.
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memiliki anak diperlukan suatu
8
Ibnu Katsir.(Daar Al-Fikr) Vol.4. Hal.2094.
9
Syarkh Lubaid Tafsir An-Nawawi. (Daar Al-‘Ilmi) Vol.2, Hal.472
11
proses beranak atau melahirkan. Sedangkan proses beranak hanya
dialami oleh makhluk hidup yang memiliki watak dan tabiat. Dan
yang demikian hanya ada pada sesuatu yang diciptakan dari
berbagai unsur yang pada saatnya akan mengalami kefanaan.
Sedangkan Allah tersucikan dari hal seperti itu semua.
Dalam ayat terakhir yakni َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوااَ َح ٌد mengandung
pengertian bahwasanya tiada satupun yang menyerupai dalam
keagungan dzat nya, dan tidak akan terjadi kemungkinan adanya
kesamaan maupun keserupaan dalam kesetaraan10. Dalam kitab
Shahih al-Bukhari disebutkan “Tidak ada yang lebih sabar atas
suatu hal menyakitkan yang didengar melenihi kesabaran Allah.
Dimana mereka menjadikan bagi-Nya seorang anak, padahal dia
yang memberi rizki dan kesehatan kepada mereka”. Ayat ini dapat
kita pahami secara global. Jika ada sejumlah Tuhan dalam
kesetaraan dzat maupun sifatnya, adalah mustahil semesta akan
terwujud melainkan hanya perseteruan belaka diantara mereka.
Dikarenakan ada kala diantara Tuhan-Tuhan terdapat perbedaan.
2. Iman secara Rububiyah
Iman secara rububiyah berarti meyakini Allah S.W.T bahwa
dialah Tuhan yang menciptakan, memiliki dan mengatur
seluruhalam ini11. Hal tersebut dapat kita lihat dalam firman Allah
Q.S Al-A’raf ayat 54:
ست َٰوى ع َٰلى ْ ستّ ِةاَيَّ ٍام ثُ َّم ا
ِ ض فِ ْيَ ت َواأْل َ ْر ِ سمٰ ٰو َّ ق ال َ َاِنَّ َربَّ ُك ُم هٰللا ُ الّ ِذي َخل
ٍ ۢ س َّخ ٰر
ت َ س َوا ْلقَ َم َر َوالنُّ ُج ْو َم ُم ّ شى الَ ْي َل الَّنَّ َها َر يَ ْطلُبُهُ َحثِ ْيثً ۙا َّوال
َ ش ْم ِ ۗ ا ْل َع ْر
ِ ش يُ ْغ
َق وااْل َ ْم ۗ ُر ت َٰب َر َك هٰللا ُ َر ُّب ال َعالَ ِميْن
ُ با َ ْم ِر ٖ ۗه أَآللَهُ ا ْل َخ ْل
Artinya: Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan
langit, dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas
‘arsy. Dia menutupkan alam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat. Dan (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-
bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah ! Segala penciptaan
10
Ibnu Katsir, (Daar al-Fikr) Vol.4, Hal.2094.
11
Dikutip dari ArtikelMuslimah.Or.Id.
12
dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh
alam.
َ ْت َواأْل َر
Dapat kita lihat dalam ayat ض فِ ْي ِستّ ِة َ َاِ َّن َربَّ ُك ُم هٰللا ُ الّ ِذي َخل
ِ ق السَّمٰ ٰو
اَي ٍَّامayat ini menunjukkan tentang tauhid rububiyah, bahwasanya
Allah adalah dzat yang berkuasa dalam menciptakan langit dan bumi
serta apa saja yang menjadi isinya hanya dalam waktu 6 hari 12.
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu
Hurairah dimana ia berkata:”Rasulullah pernah menarik tanganku
seraya bersabda: “Allah menciptakan tanah di hari Sabtu, Allah
menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari ahad, Allah
menciptakan pepohonan dihari Senin, Allah menciptakan hal yang
dibenci di hari Selasa, Allah menciptakan nur di hari Rabu, Allah
menyebarluaskan binatang di hari Kamis,Allah menciptakan Adam
setelah ashar sebagai ciptaan terakhir pada saat paling akhir dari
hari jum’at, yaitu antara waktu ashar sampai malam”. Bukan tak
mungkin Allah menciptakan semesta hanya dalam satu masa, tak
lain Allah menciptakan semesta dengan adanya waktu agar makhluk
dapat mengetahui rifq (berhati-hati) dalam segala permasalahan serta
memahami makna sabar di dalamnya13.
ِ ۗ ْ ثُ َّم ا ْست َٰوى ع َٰلى ْال َعرayat ini berarti bahwasanya Allah bersemayam
ش
diatas ‘arsy tanpa adanya suatu cara maupun keserupaan14. Hal ini
dapat kita pahami bahwasanya Allah mampu melakukan segala
kehendaknya diluar nalar para makhluk. Seperti perkataan para
Imam. Sebagian dari mereka adalah Na’im bin Hamad al-Chaza’i
yang merupakan guru Imam Buchari. Ia berkata: ”Barang siapa
meyerupakan Allah dengan makhluknya maka ia kafir. Barang siapa
mengingkari sifat Allah yang telah ia berikan untuk dirinya, berarti
ia juga telah kafir”.
ˆل الَّنَّهَˆˆا َر
َ ˆ يُ ْغ ِش ˆى الَ ْيMenunjukkan kekuasaan rububiyah Allah diluar
kemampuan para makhluk, Allah menutup siang dengan malam,
12
13
Syarkh Lubaid Tafsir An-Nawawi. (Daar Al-‘Ilmi) Vol.1. Hal.282.
14
Ibnu Katsir. (Daar Al-Fikr) Vol.2, Hal.736
13
kemudian Allah mengganti malam dengan siang. Artinya kegelapan
malam menghilangkan cahaya siang dan cahaya cahaya siang
melenyapkan gelapnya malam. Dan itu semua diluar kemampuan
para makhluk-Nya.
Ayat طلُبُهُ َحثِ ْيثً ۙا
ْ َ يmenegaskan tentang siang dan malam yang silih
berganti secara cepat. Dengan Ayat ini dapat kita pahami bila mana
disetiap pergantian siang malam yang cepat selalu ada kemanfaatan
dan kemashlahatan di segala permasalahan kehidupan jika kita
mentafakurkan serta menelaah ayart-ayat kehidupan ini.
ٍ ۢ س َو ْالقَ َمˆˆˆ َر َوالنُّجُˆˆˆوْ َم ُم َسˆˆˆ َّخ ٰر
ت بˆˆˆا َ ْم ِر ٖ ۗه ّ وAllah pun memperlihatkan
َ َّالشˆˆˆ ْم
rububiyah-Nya dalam ayat ini, Allah menciptakan matahari, bulan,
bintang yang tunduk dengan segala perintah-Nya. Mereka mentaati
segala perintah Allah dengan menjalankan segala tugas-tugasnya.
Matahari menerangi di siang hari, bulan menerangi gelap di malam
hari, serta bintang yang menjadi hias keindahan langit malam.
Mereka tunduk atas perintah Allah, berperan sesuai perintah.
َق وااْل َ ْمˆ ۗ ُر تَبٰ َركَ هٰللا ُ َربُّ ال َعˆˆالَ ِم ْين
ُ ˆ أَآللَˆهُ ْالخَ ْلDan perlu kita ketahui dalam
akhir ayat ini bahwasanya secara global iman rububiyah adalah
meyakini bahwa segala penciptaan serta segala urusan dalam
mengatur seluruh alam. Baik dalam menciptakan, mengatur,
memberi, menentukan, dan lain sebagainya itulah menjadi hak-hak
Allah secara mutlak. Rasulullah S.A.W bersabda: “Barang siapa
tidak memuji Allah atas apa yang ia lakukan dari amal shalih dan
iaa memuji dirinya, maka sungguh ia telah kufur. Dan barang siapa
menduga bahwa Allah menjadikan para hamba sewdikit dari hal,
maka ia telah kufur atas apa yang Allah turunkan pada para
nabinya”.
15
Dikutip dar ArtikelMuslimah.Or.Id
14
menyerupai asma maupun sifat Allah baik dari segi apapun. Dalam
keyakinan ini serang muslim meyakini semua nama dan sifat yang
telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala bagi diri-Nya dan apa yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah S.A.W untuk-Nya, dia meniadakan segala
aib dan kekurangan yang telah dinafi’kan oleh Allah dari diri-Nya
atau dinafi’kan oleh Rasulullah saw dari diri-Nya16.
Iman secara asma wa sifat ini tergolong iman secara tafshil, yakni
membenarkan dan meyakini Allah dengan asma-asma yang baik,
serta menangkap makna substansif sifat wajib, muhal, dan jaiz bagi
Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam QS. Al-A’raf ayat 180:
ْ َس ٰنى فَا ْدع ُْوهُ ب َه ۖا َو َذ ُرواالَّ ِذيْنَ يُ ْل ِحد ُْونَ فِى أ
سمآئِ ۚ ِه ْ َ َوهٰلِل ِ ااْل
ْ س َمآ ُءا ْل ُح
َسيُ ْجز َْونَ َما َكانُ ْوا يً ْعلَ ُم ْون َ
Artinya: Dan Allah memiliki asmaul husna (nama-nama yang
baik), maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itudan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan
nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
16
Abu Bakar Al-Jabir, Minhajul Muslim (Pustaka Arafah Solo) Cet.1, Hal.54.
17
Mishbakh bin Zainul Musthafa, Ar-Riyadl al-Badi’ah (Al-Balagh) Tuban. Hal.13.
15
Kaya, Maha Adil, dan lain sebagainya. Segala nama-nama yang
terbaik adalah milik Allah. Kita dapat meminta, memohon, berdoa
dengan menyebut nama-nama-Nya.
َ َو َذرُواالَّ ِذ ْينَ ي ُْل ِح ُدوْ نَ فِى أَ ْسˆمآئِ ۚ ِه َسˆيُجْ َزوْ نَ َما َكˆانُوْ ا يً ْعلَ ُمˆوْ نSesuai penafsiran
Imam Qotadhah, Lafadz َ ي ُْل ِح ُدوْ نmempunyai sinonim lafadz َي ُْشˆ ِر ُكوْ ن
yang berarti “Mereka Menyekutukan”18. Ayat ini menjelaskan
bahwasanya orang-orang yang tidak mempercayai akan aneka ragam
nama-nama Allah yang baik dan sempurna adalah orang-orang yang
tergolong sebagai orang-orang musyrik dan kelak akan dibalas
sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat.
18
Tafsir Ibnu Katsir (Daar Al-‘Ilmi) Vol.2, Hal.778.
19
Aqidah al-islamiyah.
20
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jaza’iri, Al-Jawahir Al-Kalamiyyah (Pustaka Al-Alawiyyah) Semaranng.
Hal.11.
16
Artinya: Mereka (Malaikat) tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
ْصˆˆˆوْ نَ هٰللا َ َمˆˆˆآاَ َم َرهُ ْم
ُ آليَعPengabdian mereka kepada Allah terjadi secara
otomatis sebab mereka diciptakan semata-mata memang dengan tugas
mengabdi kepada-Nya dan lagi pula mereka tidak diberi nafsu-nafsu
penggoda seperti pada makhluk yang lain. Mereka tidak membangkang,
menolak, maupun berhianat atas perintah Allah. Oleh karenanya,
pengabdian mereka pada Allah tidak melalui perjuangan seperti halnya
pada manusia yang dalam mengabdi kepada Allah harus disertai
perjuangan gigih melawan hawa nafsunya sendiri.
Beriman kepada Malaikat juga berarti meyakini bahwa Allah Ta’ala
telah memberikan keutamaan kepada sebagian malaikat di atas sebagian
yang lain. Diantara mereka ada yang disebut sebagai Al-Muqarrabun
(didekatkan dengan Allah Ta’ala) yakni malaikat Jibril ,Mikail, dan Israfil.
Ada yang disebut Al-Chafun, Rukhaniyyun, Karabiyyun dan seterusnya21.
َ َويَ ْف َعلُوْ نَ َماي ُْؤمرُوْ نPara Malaikat melakukan segala apa yang di perintahkan
oleh Allah dan mereka mampu melakukannya, tanpa adanya suatu rasa
terbebani, penolakan maupun penginkaran sedikitpun. Mereka tunduk
kepada Allah dengan segala ketaatan mereka menjalankan peran sesuai
perintah Allah.
21
Muhammad Nawawi, Qathr al-Ghaits. Hal.4.
17
Allah menurubkan kitab kepada para Rasul-Nya untuk menelaskan
segala perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Kitab adalah kalam
Allah hakiki yang muncul darinya tanpa adanya kayfiyyah/cara. Allah
menurunkan wahyu dari kitab tersebut22. Sebagian kitab yang wajib kita
imani adalah Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
Salah satu alasan akal, Allah menurunkan kitab adalah untuk
mengabadikan segala ajaran Para Rasul Allah sebagai pedoman hidup bagi
umat sepeninggal para Rasul. Melihat hal ini jika Allah tidak menurunkan
kitab, maka segala ajaran Para Rasul akanlah hilang begitu saja bersama
dengan wafatnya. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Ali Imran 3-4 :
Artinya : Allah tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan alkitab
(alqur’an) padamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya dan menurunkan taurat dan injil, sebelum (alqur’an),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-furqan.
ْ َِˆˆˆاب ب
ِّ ˆˆˆال َح
ق َ نَˆˆˆ َّز َل َعلَ ْيˆˆˆكَ ْال ِكتAllah menurunkan kitab (alquran) kepada Nabi
Muhammad dengan sebenar-benarnya kitab .Yakni tidak ada kebimbangan dan
tidak ada keraguan di dalamnya. Melainkan kitab tersebut benar-benar diturunkan
dari sisi Allah. Serta di dalamnya tidak ada pertentangan dalam makna dan
keruntutan dala penyusunan23. Allah menurunkannya dengan sepengetahuannya,
sedangkan para malaikat menyaksikannya dan cukuplah bagi Allah
menyaksikannya.
18
pula sebaliknya, al-quran membenarkan kitab-kitab tersebut, karena alquran
susuai dengan apa yang diberitakan di dalam kitab-kitab tersebut yang isinya
antara lain membawa berita gembira yang sangat besar, yaitu janji Allah yang
akan mengutus nabi Muhammad S.A.W. Dan menurunkan al-quran yang agung
kepadanya.
ِ َّ ِم ْن قَ ْبˆ ُل هُˆدًى لِّلنYakni taurat dan injil diturunkan sebelum al-quran sebagai
اس
petunjuk bagi manusia. Dalam artian sebagai petunjuk buat mereka di zamannya
masing-masing. Karena segala histori dan peraturan dengan konsekwensinya
telah terekam didalamnya. Mudahlah bagi manusia di era-Nya untuk mencari,
meneliti, menelaah, mentadabur serta mengamalkan hasil kajian yang terkandung
didalamnya.
ۗ َ َواَ ْن َز َل ْالفُرْ قdan Allah menurunkan al-furqan. Yaitu yang membedakan antara
َان
hidayah dan kesesatan, antara yang hak dengan yang bathil, jalan yang
menyimpang dan jalan yang lurus, melalui apa yang disebutkan oleh Allah S.W.T
berupa hujjah-hujjah, keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang jelas serta bukti-
bukti yang akurat yang telah Allah sebutkan , terangkan jelaskan, tafsirkan dan
tetapkan.
Dengan demikian manusia wajib percaya kepada kitab yang diturunkan oleh
Allah, yaitu bahwa ia adalah betul-betul wahyu dari Allah yang disampaikan
kepada Nabi dan Rasul untuk menjadi pedoman hidup umat-Nya di dunia dan
akhirat. Bukan hasil karya Rasul sendiri atau hasil karya manusia atau makhluk
24
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazaíri, Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang. Hal.14.
25
Ibid. Hal.15
19
yang manapun. Dan kitab diturunkan oleh Allah bukan untuk main-main atau
untuk sekedar menjadi bahan bacaan tetapi untuk menjadi petunjuk bagi seluruh
manusia. Secarara global, kepercayaan kita kepada kitab Allah termasuk
sekaligus membawa kita kepada kewajiban untuk mengamalkan isi kitab.
1 Shidiq Jujur
3 Tabligh Menyampakan
4 Fathanah Cerdas
Sifat muhal Rasul adalah sifat-sifat yang tidak akan mungkin ada pada
diri Rasul. Dan tidak ada kemungkinan atas keberadaannya. 4 sifat yang
merupakan sifat muhal bagi Rasul tersebut adalah:
26
Ibid. Hal.18.
20
NO SIFAT MUHAL ARTI
1 Kadzab Bohong/Dusta
3 Kitman Menyembunyikan
4 Baladah Bodoh
Sedangkan yag dimaksud dengan sifat jaiz Rasul adalah sifat yang
mungkin saja terjadi/dimiliki oleh para Rasul. Sifat jaiz Rasul tersebut
adalah Aghradl al-Basyariyyah¸Aghradl al-Basyariyyah, yakni sifat tabiat
Rasul sebagai manusia yang mungkin saja terjadi pada diri Rasul. Seperti
halnya lapar, haus, sakit, makan, minum, beristri dan lain sebagainya yang
sekira tidak menurunkan drajat luhur kerasulan di sisi Allah27.
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah mengutus rasul-Nya untuk
mengasihi dan memberikan keutamaan kepada umatnya yang berbuat kebaikan
dengan adanya balasan yang setimpal dan sebagai sosok penakut bagi umatnya
yang berbuat keburukan dengan adanya siksa. Sebagaimana firman Allah S.W.T
Q.S An-Nahl ayat 36 :
ُ اجتَنِبُ ْواالطَّ ُغوتَ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ َهدَي هّللا ْ ُس ْوالً أَنِ ْعب
ْ دوااُهللاُ َو ُ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل اُ َّم ٍة َّر
َض فَا ْنظُ ُر ْوا َكيْفَ َكانَ َعقِبَةُ ا ْل ُم َك ِّذ بِيْن
ِ س ْي ُر ْوافِي األَ ْر
ِ َضلَلَةُ ف َّ َو ِم ْن ُه ْم َّمنْ َحقَّتْ َعلَ ْي ِه ال
21
ُضلَلَة
َّ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ َهدَي هّللا ُ َو ِم ْن ُه ْم َّمنْ َحقَّتْ َعلَ ْي ِه الBimbingan rasul-rasul itu
diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan
menyampaikan, mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan
akhirat akan tetapi orang-orang yang bergemilang dalam kemusyrikan dan
jiwanya dikotori oleh noda-noda kemaksiatan tidaklah akan mau menerima
bimbingan Rasul itu28. Allah S.W.T menjelaskan bahwa dia telah
mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu. seperti
halnya dia mengutus nabi Muhammad S.A.W pada umat manusia
seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu
beribadah hanya kepada Allah S.W.T yang tidak mempunyai serikat dan
larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya
setan yang selalu menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang
benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan
manusia.
22
Allah memberi peringatan pula kepada manusia tentang hari
berkumpul yakni hari kiamat, yang pada hari itu semua makhluk
dikumpulkan yang tidak ada keraguan atau keraguan padanya. Segolongan
dari mereka masuk surga dan segolongan yang lain masuk Sa’ir yakni
neraka. Adapun hari akhir sendiri dapat dilihat dengan adanya tanda-tanda.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Terbitnya matahari dari arah barat.
Turunnya Nabi Isa dan munculnya Dajjal.
Hilangnya ilmu serta kebodohan yang merajelela.
Pemimpin yang dzolim.
Berlomba-lomba mendirikan bangunan.
Wanita yang berpakaian tapi telanjang.
Dan sebagainya
Iman kepada qada dan qadar berarti mengimani kejadian yang baik
maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah sesuai dengan
pengetahuan serta hikmah-hikmah yang ditetapkan-Nya.
Iman kepada qadha dan qadar berarti meyakini bahwa seluruh
perbuatan hamba baik yang berupa kehendak seperti halnya berdiri, duduk,
makan dan minum atau karena terpaksa seperti melauka perbuatan dosa,
maksiat dan sebagainya. Itu semua atas kehendak Allah dan kekuasaan-
Nya di zaman azali dan semua berdasar pengetahuan Allah sebelum waktu
itu terjadi30.
Qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah S.W.T dari sejak zaman
azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai
dengan kehendak-Nya, meliputi baik dan buruk, hidup dan mati.
30
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazaíri, Jawahir al-Kalamiyyah (Pustaka Alawiyyah) Semarang.
Hal.37.
23
Qadar adalah perwujudan ketetapan terhadap sesuatu yang berkenaan
dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan
kehendak-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
َئ االَّ ِع ْن َدنَا َخزَآئِنُهُ و َما نُنَ ِّزلُهُ اِالَّبِقَ َد ٍر َم ْعلُ ْو ٍم
ٍ َوإِنْ ِمنْ ش
Artinya: Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya, dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran
yang tertentu. (Q.S Al-Hijr (15):21)
Yazid bin Abu Ziyad dari Abu Juhaifah, dari Abdullah, bahwa tidak
ada tahun yang lebih banyak hujannya dari pada tahun yang lain, tetapi
Allah membaginya dengan sesuai kehendak-Nya. Satu tahun hujan turun
disini dan satu tahun turun disana. Kemudian ia membacakan ayat َْوإِنْ ِمن
31
Lubab at-Tafsir min Ibni Katsir (Mu-assasah Daaral-Hilaal) Kairo. Cet.1, Vol.5, Hal.9.
24
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah adalah
1. Iman kepada Allah SWT baik secara uluhiyyah, rububiyyah maupun
secara asma wa shifat, akanlah bermanfaat bagi kita. Yakni menanamkan
rasa cinta kita kepada Allah. Dengan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya.
2. Manfaat iman kepada Malaikat:
Kenal dengan kebesaran Allah SWT. Dan mengetahui kebesaran-
Nya serta kekuasaan-Nya
Bersyukur kepada Allah SWT. Atas perlindungan dan perhatian-
Nya terhadap hamba-hamba-Nya dengan menugaskan kepada para
malaikat untuk menjaga dan mencatat segala amal perbuatan
hamba-Nya.
Cinta kepada Malaikat dengan amal ibadah mereka yang sempurna
dan Malaikat itu senantiasa memintakan ampun bagi orang-orang
Mukmin.
3. Manfaat iman kepada kitab-kitab:
Mengenal Rahmat serta kasih saayang Allah SWT. Serta inayah
(perhatian) Allah terhadap hamba-hamba-Nya dengan menurunkan
kitab sebagai pemberi petunjuk bagi umat manusia.
Adanya hikmat Allah SWT. Dengan menurunkan syari’at dan
ajaran agama dalam kitab-kitab tersebut yang sesuai bagi umat di
zamannya.
Syukur atas nikmat Allah SWT. Dengan diturunkan-Nya kitab suci
sebagai petunujkdan bimbingan.
4. Manfaat iman kepada Rasul-Rasul
26
Mengetahu rahmati dan kasih sayang dari Allah atas perhatiaannya
kepada makhluk dengan mengutus Rasul-rasul yang Mulia guna
memberikan petunjuk dan bimbingan bagi umat manusia .
Bersyukur kepada Allah SWT. Atas nikmat-Nya yang besar ini.
Mencintai para Rasul dan memuliakan para Rasul dengan
menempatkan sesuai dengan kedudukannya sebagi utusan Allah.
Dan para Rasul adalah sebaik-baik hamba dalam ibadat, sabar
dalam menyampaikan risalah daan dalam melaksanakan tugas.
5. Manfaat iman kepada hari akhir
Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah SWT.
Mengharapkan pahala di hari akhir dan menjauhi segala larangan
karena takut akan siksaan kelak di kemudian hari.
Hiburan bagi orang Mukmin, bahwa kesenangan yang belum di
perolehnya di dunia akan diterimanya dikemudian hari.
6. Manfaat iman kepada qadha dan qadhar
Berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Sebab dan akibatt
adalah termasuk qadha dan qadar yang telah ditentukan oleh Allah
SWT.
Ketenangan jiwa dan ketetapan hati, apapun yang terjadi adalah
atas kehendak Allah dann qadar-Nya. Kebahagiaan hidup dan
ketenangan batin akan dirasakan dengan penuh keimanan kepada
qadha dan qadar Allah SWT.
Disaat memperoleh kebahagiaann dan nikmatt, segera bersyukur
kepada Allah dan tidak merasa diri mempunyai satu prestasi yang
luar biasa.
27
Daftar Pustaka
ArtikelMuslimah.Or.Id.
Katsir, Ibnu,2011.TAFSIRIBNUKATSIR.Beirut:DaarAl-Fikr
Thahir,JawahirAl-Kalamiyyah. Semarang:PustakaAlawiyyah
28