Abstrak
Pendidikan pada hakikatnya bukan saja soal transformasi pengetahuan. Bukan juga hanya soal proses
pembelajaran yang membuat manusia mampu memahami dan mengetahui ilmu. Apalagi hanya soal
sederet angka prestasi siswa yang terekam dalam catatan formal laporan kemajuan mereka atas
penguasaan ilmu tertentu. Lebih dari itu, pendidikan merupakan proses pendewasaan sikap dan
perilaku, sehingga orang yang terlibat dalam proses pendidikan itu mampu hidup bermasyarakat
dengan segala bentuk dinamikanya. Karena itu, orang yang terdidik sejatinya adalah orang yang
mampu mengetahui, mampu berbuat sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, mampu
menentukan pilihan hidupnya secara bertanggung jawab, dan mampu hidup bersama dalam
masyarakat. Kebanyakan siswa pada zaman saat ini memang baik dalam pendidikan umum. Namun,
tak jarang pula yang berperilaku atau karakter kaidahnya kurang baik. Mungkin itu semua disebabkan
kurangnya pendidikan spiritual yang diberikan. Pendidikan sekolah umum hanya memberikan
pengajaran mengenai pelajaran umum. Memang ada pelajaran agama, tapi hanya sedikit dan jamnya
pun kurang memadai. Untuk membentuk peserta didik yang berwawasan ilmu umum maupun agama
pada saat ini dapat di tempuh pada pengajaran pesantren modern. Pendidikan ini memberi pengajaran
pelajaran umum maupun agama. Sehingga ilmu spiritual maupun umum dapat berkembang seimbang.
Kata Kunci: Karakter, Pesantren, spiritual.
PENDAHULUAN
menciptakan manusia pintar tapi tidak berkarakter baik. Akibatnya proses pendidikan
yang dilakukan kurang mampu mengantarkan peserta didik untuk tidak terperosok
dalam berbagai perilaku buruk. Penggunaan narkotika, tawuran antarpelajar, dan seks
bebas adalah sedikit contoh yang dapat ditunjuk sebagai akibat yang muncul dari
sebagai satu wadah proses pendidikan berupaya mengurangi gap antara penguasaan
ilmu pengetahuan dengan praksis ilmu pengetahuan itu melalui sistem pendidikan
asrama dengan tradisi-tradisinya yang khas. Pada awalnya pesantren didirikan sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang ditujukan untuk menyiapkan
kader penyebar agama namun dalam perkembangannya, institusi ini sebagian besar
TUJUAN PEMBAHASAN
Artikel ini ditulis dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran umum
kepada masyarakat luas tentang pembentukan karakter pada santri sehingga dapat
sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Dengan
ditulisnya artikel ini, diharapkan dapat menambah kepustakaan pada buku pengantar
PEMBAHASAN
dengan menambahkan pelajaran umum. Sehingga para santri juga dapat mengikuti
perkembangan zaman.
tetapi juga duniawi. Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
1
Achmad Muchaddam Fahham, Pendidikan Pesantren:Pola Pengasuhan, Pembentukan
Karakter,Dan Perlindungan Anak (Yogyakarta, 2012, hal. kata pengantar)
informasi, maka kualitas keilmuan yang diberikan oleh lembaga-lembaga NU juga
bisa disejajarkan dengan lembaga pendidikan diluar NU. Disadari atau tidak,
kiai kepada para santrinya. Tetapi dalam pengajian ini ternyata segi kognitifnya
tidak cukup diberi tekanan, terbukti dengan tidak adanya sistem kontrol berupa
test atau ujian-ujian terhadap penguasaan santri pada bahan pelajaran yang
pelajaran sehingga daya nalar dan kreatifitas berpikir mereka agak terhambat.
Sebaliknya, tekanan pada hal yang bernilai mistik lebih banyak terasa. Tampak
"guru-cantrik" yang ada sebelum Islam datang di Jawa. Karena itu sifatnya
konsep stratifikasi masyarakat Jawa sendiri. Santri akan selalu memandang kiai
atau gurunya dalam pengajian sebagai orang yang mutlak harus dihormati,
ditakuti oleh seorang santri dari kiainya adalah kalau sampai dia disumpahi
mungkin menghindarkan diri dari sikap-sikap yang bisa mengundang kutukan dari
kiai tersebut. Dalam kesempatan menghadap kiai, misalnya karena minta izin
hendak pulang atau pindah tempat santri akan seringkali mendengar ucapan kiai:
Menurut Imam Ghozali, akhlak (etika) adalah keadaan yang bersifat batin
dimana dari sana lahir perbuatan yang mudah tanpa dipikir dan tanpa diihitung
adalah ilmu yang bicara tentang tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari
definisi itu maka dapat dipahami bahwa istilah akhlak adalah netral, artinya ada
satu dari sekian kitab yang sangat mempengaruhi hubungan kiai-santri. Tidak
diragukan lagi bahwa setiap santri diharapkan memenuhi tuntunan kitab itu dalam
sikapnya terhadap kiai. Satu gambaran yang ideal tentang ketaatan murid kepada
guru dalam kitab “Ta’lîm” itu yang banyak diikuti dan diterangkan adalah yang
berbunyi: “Salah satu cara menghormati guru adalah hendaknya jangan berjalan
ketika sedang kelelahan, dan menghormati guru adalah juga harus menghormati
2
Maskuri. MembentukMahasiswaBerkarakter(IntegrasiIlmu,Tauhid,danAkhlak. (Malang, 2017 hal:87).
besar Bukhara pernah sedang duduk memberi pengajian (mengajar) dan dia
berdiri di sela-sela pengajian itu. Para murid bertanya akan hal itu yang kemudian
yang lain di jalanan. Maka jika tampak olehku aku berdiri sebagai penghormatan
terhadap guruku.” (Ta’lîm-u ‘l-Muta’allim, hal. 17). Jadi akhlak santri sangat di
Dijelaskan pula dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim karangan KH.
Hasyim ‘As’ari (1238: 28-34) tentang akhlak yang harus di miliki oleh santri atau
sendiri maupun terhadap guru ataupun orang lain. Seorang santri tidak boleh
berkata kasar terhadap guru, ketika guru menjelaskan pelajaran serang murid
kekiri. Ketika seorang murid di perintahkan melakukan sesuatu oleh guru, maka
pembicaraan guru. Ketika berjalan bersama guru, seorang murid tidak boleh
Pada saat ini, selain pesantren jenjang MI/MTS/MA juga ada beberapa
dimulai sejak tahun 2015 yang diberi nama Pesantren Kampus Ainul Yaqin
bersama.
sholat Isya’. Para santri wajib membawa kitab. Dan membaca Al-Qur’an
setelah maghrib.
membentuk perilaku/ karakter santri Ainul Yaqin. Masih banyak lagi peraturan-
peraturan yang di gunakan untuk membentuk karakter santri dan tidak mungkin
menghormati yang lebih tua dengan cara yang telah di ajarkan di pesantren.
Sehingga, selain menguasai pelajaran umum, seorang santri juga di tuntut untuk
memiliki perilaku atau akhlak yang mulia. Akhlak bukanlah suatu untaian
sebuah cerita dari guru saya yang bernama Ustad Abdul Hamid Ali ketika
3
Pengurus PKAY. BukuPedomanSantriPesantrenKampusAinulYaqinUniversitasIslamMalang.
(Malang: 26-30).
mengajarkan kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim. Bahwasanya ada serang Kyai
yang bernama Kyai Usman. Beliau setiap sebulan sekali mengaji dengan seorang
Kyai dari Jombang yang bernama Kyai Romli. Saking hormatnya Kyai Usman
terhadap Kyai Romli, beliau berjalan dari Surabaya (rumah beliau) menuju
kediaman Kyai Romli dengan berjalan kaki. Padahal Kyai Usman memiliki
kendaraan di kediamannya.
DAFTAR RUJUKAN