Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan pesantren atau dayah memberikan model tentang bagaimana

seorang Muslim hidup dalam bingkai tradisi keislaman yang sesuai dengan cara

hidup para ulama terdahulu. Kitab kuning telah menyediakan pandangan dunia

bagi sekelompok komunitas Muslim tertentu yang dalam terminologi Geertzian

disebut sebagai kaum santri sebagai katarsis untuk mereplikasi secara kreatif

perilaku-perilaku salih seperti dicontohkan oleh ulama terdahulu.1

Adanya pembelajaran kitab kuning di pesantren merupakan sebuah

implementasi dari fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus

lembaga dakwah. Karena diketahui, tradisi pesantren tidak lengkap tanpa kitab,

Maka dari itu, untuk menjaga eksistensi pembelajaran kitab kuning di

pesantren,manajemen pembelajaran menjadi fokus yang harus dikembangkan

pesantren sebagai bagian komperhensif pengembangan pesantren, hal ini

ditekankan karena manajemen pembelajaran manjadi kunci bagaimana

keberhasilan proses transfer knowledge dan transfer value pembelajaran

pesantren yang khas.2

Manajemen pembelajaran merupakan bagian dari pengelolaan

pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara peserta

1
Masdar Hilmy, Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah, (Surabaya: Pustaka Idea, 2013),

h.161.
2
Ahmad Baso, Pesantren Studies, (Jakarta: Pustaka Afid, 2013), h.135.

1
2

didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah dan peserta didik

dengan lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini sekolah diberi

kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang

efektif sesuai karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru

dan kondisi nyata sumber daya manusia yang tesedia disekolah.

Proses belajar mengajar sebagai salah satu bentuk aktifitas pendidikan

yang selama ini dikembangkan dipesantren pada dasarnya lebih menitik beratkan

pada pengajaran agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits secara literatur

keislaman klasik dalam bahasa arab yang dapat menunjang pemahaman materi

keagamaan yang disampaikan dengan harapan santri dapat menjadi ulul al-bab,

yakni cendekiawan muslim yang handal dalam rangka mengembang khalifah fil

ard (memimpin, pengelola bumi).3

Bafadal mengemukakan dalam Ninik Masruroh bahwa manajemen

pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam

rangka terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien. 4 Sedangkan

Muhammad Rohman dan Sofan Amir mengartikan manajemen pembelajaran

sebagai usaha kearah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas orang lain atau

membuat sesuatu dikerjakan oleh orang lain berupa peningkatan minat, perhatian,

kesenangan, dan latar belakang siswa, dengan memperluas cakupan aktivitas

(tidak terlalu dibatasi).5


3
Fathul Aminudin Aziz, Manajemen Pesantren, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
h.10.
4
Nanik Masruroh, Manajemen Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Mitar Wacana Media,
2014), h.56.
5
Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2015), h.119.
3

Pembaharuan pengajaran tidak harus disertai dengan pemakaian

perlengkapan yang serba hebat. Dalam rangka memperbaiki kualitas khususnya

dan mutu akademik umumnya, perlu ditekankan pentingnya pengembangan

caracara baru belajar yang efektif. Oleh karena itu tenaga pendidik dituntut untuk

selalu melakukan inovasi pembelajaran. Agar guru mampu berinovasi, maka guru

perlu melakukan perluasan wawasan, peningkatan ilmu pengetahuan, penambahan

informasi actual baik melalui membaca buku, mengikuti seminar/wokhsop

maupun dengan supervise klinis dari pengawas atau kepala sekolah. Seperti

halnya pembelajaran kitab kuning di pesantren.

Pada awal perkembangan pondok pesantren, para ulama mendirikan

masjid, mengajarkan agama Islam dengan menggunakan kitab suci Al-Qur’an dan

kitab klasik yang memuat beberapa bidang, mengajarkan ibadah serta

mengajarkan amal sholeh. Namun pada perkembangan selanjutnya dikenal

sebagai lembaga pendidikan dari dalam dan selanjutnya dikenal sebagai lembaga

pendidikan Islam dengan ciri khas Indonesia.

Maka dari itu, muara dari berfungsinya dengan baik manajemen

pembelajaran kitab kuning di pesantren adalah pembelajaran efektif dan

efesien.Itu artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dan dari segi murid

tercipta belajar efektif. Dengan demikian, prestasi manajer (guru/ustadz) diukur

dari efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi, tidak sekadar mencapai

tujuan organisasi.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan

dan penyelenggaraan pendidikan pada pasal 102 ayat 3 ditegaskan “pendidikan


4

nonformal diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat”.

Artinya, mengacu pada amanat konstitusi di atas, pemberdayaan dan

pengembangan pembelajarannya dapat dibuat sesuai dengan potensi dan

kemampuan pesantren. Tetapi jika ingin lembaga pendidikan seperti pesantren

mempunyai manajemen pembelajaran yang baik, maka beberapa pemberdayaan

pembelajaran perlu dilakukan agar proses pembelajaran terlaksana dengan baik.6

Keberadaan pondok pesantren atau dayah pada zaman yang sudah

menjadikan era modern seperti saat ini seakan menjadi jawaban dan kepercayaan

orang tua untuk melindungi dan mendidik anaknya, terutama untuk memperdalam

ilmu agama. Konon budaya yang dibangun di pesantren disebut sebagai miniatur

kehidupan bermasyarakat, demikian pula kebiasaan yang dibangun di pondok

pesantren adalah bagaimana untuk mandiri dan memiliki gaya hidup yang

sederhana bahkan terbatas, yang diharapkan para santri didalamnya tidak selalu

bergantung pada orang lain. Para penuntut ilmu pesantren atau yang disebut santri

akan merasakan betapa jauhnya mereka dari orang tua dan kerabatnya, sehingga

semuanya dilakukan sendiri.

Yang lain menunjukkan bahwa santri adalah pengambil risiko (risk taker)

yang meninggalkan kenyamanan di rumah dan memilih untuk tinggal di pesantren

dengan fasilitas seadanya. Istilah pesantren ini bisa jika hanya disebut "pondok”

atau "pondok pesantren" dalam dua kata. Kecuali ada perbedaan kecil, semua arti

ini pada dasarnya memiliki arti yang sama. Asrama yang dapat digunakan sebagai

6
Muhamad Priyatna, Manajemen Pembelajaran Program Kulliyatul Mu’allimin Al-
Islamiyah (KMI) di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung, (Jurnal Edukasi
Islami Vol. 06 No. 11 Januari 2017), h.18.
5

tempat tinggal permanen untuk para santri dapat dilihat sebagai perbedaan antara

pondok dan pesantren.

KH Imam Zarkasyi mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan

Islam yang tokoh utamanya adalah kyai, dan masjid menjadi tempat utama

kegiatannya. Untuk pembelajaran islam yang ada di pondok pesantren berada

bawah bimbingan kyai, dilanjutkan dengan kegiatan pokok santri.7

Pesantren dikategorikan sebagai salah satu lembaga tertua yang juga

memiliki system tertua dan pondok pesantren dianggap sebagai produk budaya

asli Indonesia apabila disandingkan dengan institusi pendidikan yang ada di

Indonesia. Konsep pendidikan pondok pesantren awalnya merupakan pendidikan

agama Islam, yang dimulai ketika komunitas Islam muncul di Nusantara pada

abad ke-13. Berabad-abad kemudian, dengan munculnya tempat-tempat pengajian

("nggon ngaji"). Seiring dengan perkembangannya, penerapan pendidikan pondok

pesantren ini semakin tertata. Kemudian dikembangkan dengan mendirikan

tempat tinggal santri yang disebut pesantren. Meski wujudnya masih terkesan

sederhana, namun pada saat itu pendidikan pesantren sudah menjadi lembaga

pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan pesantren dinilai sebagai

lembaga pendidikan yang berkualitas.

Pesantren dan dakwah Islam sebagai lembaga pendidikan di Indonesia

dibarengi dengan pemahaman yang beragam, pesantren juga dinilai sebagai agen

penggerak pembangunan masyarakat. Dalam bidang ini banyak penyiapan konsep

kurikulum dan pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan dapat

7
Amir Hamzah Wiryosukarto, “Biografi K.H. Imam Zarkasyi; Dari Gontor Merintis
Pesantren Modern” (Ponorogo: Gontor Press, 1996), h.51.
6

meningkatkan kualitas pondok pesantren itu sendiri dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

Bahkan jika melihat penampilan dan pesona atau kharisma sang Kyai yang

perannya sangat efektif sebagai perekat tali persaudaan serta pengayom

masyarakat, baik ditingkat lokal, regional dan nasional. Dengan berbagai potensi

yang ada di pesantren, pesantren terlihat memiliki integritas yang tinggi dengan

masyarakat sekitar dan menjadi acuan moral (moral reference) bagi kehidupan

masyarakat.8

Dalam konteks pendidikan, aktivitas subyek-didik adalah aktivitas belajar.

dengan itu bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja

dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan

untuk meningkatkan kualitas suber daya manusia. Salah satu usaha untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran

disekolah. Melihat dari wacana persoalan yang dihadapi oleh para pendidik dalam

proses pembelajaran kitab kuning dipesantren kurangnya pengelolaan dalam

menghadapi anak didiknya ketika mengajar kitab kuning .

Salah satu prioritas dibidang pendidikan dalam rangka pengembangan

kualitas sumerdaya manusia adalah peningkatan mutu setiap jenis jenjang

pendidikan, oleh karena itu, yang selalu menjadi perhatian pendidikan termasuk

kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam rangka menunjang proses

pendidikan termasuk kecukupan penyediaan jumlah mutu guru, tenaga

kepedidikan, sarana, prasarana belajar, juga mutu proses pendidikan dalam arti

kurikulum dan pelaksanaan pengajaran untuk mendorong peserta didik agar bisa
8
Mastuki HS, “Manajemen Pondok Pesantren” (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h. 90-91.
7

belajar lebih aktif, serta mutu output dari proses pendidikan dalam arti

keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh para peserta didik.

Hal ini kesadaran akan pentingnya pendidikan yang merupakan persoalan

hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayat. Dan juga dalam pemberdayaan

menyangkut kebutuhan real masyarakat, yang kiranya bisa dikonstuksi, terutama

dalam paradigma keilmuan, tradsi kajian kitab kuning metode pengajaran, budaya

pesantren dan pengelolaan pembelajaran kitab kuning.

Oleh sebab itu, peneliti sengaja mengambil objek penelitian tentang

manajemen pembelajaran kitab kuning di Dayah Jamiah Al-Aziziyah, karena

diketahui dua pesantren ini telah memiliki pengaruh yang kuat, khususnya bagi

masyarakat dalam menjaga tradisi salafiyah syafi’iyah. Selain sebagai penjaga

tradisi salaf, pesantren ini juga diketahui memiliki lulusan yang mapan dalam

membaca kitab kuning. Dengan demikian, manajemen pembelajaran kitab kuning

di Dayah Jamiah Al-Aziziyah perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana

Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning dan Hambatan Pembelajaran Kitab

Kuning di Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga

Kabupaten Bireuen Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

ini, dengan judul “Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning Di Dayah Jamiah

Al-Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang

dapat penulis ambil sebagai berikut:


8

1. Bagaimana Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Dayah Jamiah Al-

Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.

2. Bagaimana Hambatan Pembelajaran Kitab Kuning di Dayah Jamiah Al-

Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen

C. Tujuan penelitian

Berlandaskan pada permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka

tujuan dari penelitan ini adalah:

1. Untuk mengetahui lebih lanjut Bagaimana Manajemen Pembelajaran Kitab

Kuning di Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga

Kabupaten Bireuen.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Hambatan Pembelajaran Kitab Kuning di

Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten

Bireuen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai,

maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat yaitu:
9

a. Menambah ilmu pengetahuan pesantren, dan manajemen pembelajaran

kitab kuning di pesantren.

b. Dapat memberikan pengetahuan baru tentang pelaksanaan manajemen

pembelajaran kitab kuning di pesantren.

2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

berikut:

a. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pengelola pondok

pesantren guna menemukan kelebihan dan hambatan dari manajemen

pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren, sehingga dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan dan evaluasi guna mencapai hasil dari

lembaga pondok pesantren lainnya.

b. Menjadikan bahan pertimbangan dan kajian tentang persoalan-persoalan

yang berhubungan dengan manajemen pembelajaran kitab kuning dalam

upaya memperbaiki proses pembelajaran.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan mengacu dari penelitian-penelitian yang

sudah ada sebelumnya. Tentu ruang lingkup dari penelitian ini juga sama dengan

penelitian-penelitian yang serupa. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang

dijadikan landasan untuk penelitian sebagai berikut:

1. Kholifah (2019) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam di UIN WaliSongo

Semarang melakukan penelitian dengan judul Manajemen Pendidikan


10

Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Al-Ma’rufiyyah Semarang. Adapun

perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah bertempat di Pondok

Pesantren Al-Ma’rufiyyah Semarang sedangkan untuk peneilitian ini

bertempat di Pondok Pesantren Dayah Jamiah Al-Aziziyah. Persamaan

dari penelitian sebelumnya dan penelitian ini adalah menggunakan

penelitian kualitatif yang dilakukan secara langsung ke lapangan (field

reserch). Kemudian hasil penelitian dideskripsikan berdasarkan data yang

diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan

pengasuh, pengurus dan santri di pondok pesantren. Perbedaan lainnya

adalah pada pembahasan yang dimana penelitian sebelumnya membahas

tentang Perencanaan, Pelaksaan, Evaluasi dan Faktor penghambat serta

pendukung dari judul skripsi sedangkan penelitian peneliti membahas

tentang Perencaan, Implementasi, Evaluasi di PP. Bahrul Maghfiroh dalam

menumbuhkan jiwa entrpreneurship santri.9

2. Penelitian Halimin (2011) dalam tesisnya yang berjudul Manajemen

Pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Pasarwajo Kabupaten

Buton. Dalam penelitiannya ini, Halimin menyimpulkan bahwasanya

manajemen pembelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Pasarwajo

kabupaten Buton terkait dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan telah dilaksanakan cukup baik.10

9
Kholifah, Kholifah (2019) Manajemen pendidikan kewirausahaan di pondok pesantren
Al-Ma’rufiyyah Semarang. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo Semarang.
10
Halimin (2011) Manajemen Pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Pasarwajo
Kabupaten Buton. Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
11

3. Mochamad Arifin (2014) dalam penelitian yang berjudul Manajemen

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. di SDIT Assalamah Semarang.

Dalam penelitiannya ini, Mochamad Arifin menyimpulkan bahwa guru

sebagai kunci keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan,

hendaknya antara kepala, waka kurikulum dan guru PAI bersinergi di

dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.11

4. Ali Mahbub (2013) dalam Tesisnya yang berjudul Manajemen Kurikulum

dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Aliyah.

Dalam penelitiannya ini, Ali Mahbub menyimpulkan bahwasanya

guruguru PKn menyiapkan kurikulum PKn yang di dalamnya ada

pembuatan prota, pormes, silabus, RPP dan KKM. Pembelajaran PKn

mempunyai tujuan pembelajaran untuk : membentuk sikap atau karakter

peserta didik yang mulia, membentuk warga masyarakat yang taat pada

hukum, membentuk jiwa nasiolisme yang tinggi, metode pembeajarn PKn

para guru lebih dominan menggunkan metode ceramah, diskusi, tanya

jawab, media yang digunakan para guru PKn adalah laptop, LCD untuk

membantu menjelaskan materi PKn, evaluasi yang digunakan oleh guru.12

5. St. Mau’izatul Hasanah (2012) dalam Tesisnya yang berjudul “Manajemen

Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Penyelenggara Wajib Belajar

Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2012”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren memiliki kurikulum baku

11
Mochamad Arifin (2014) Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. di SDIT
Assalamah Semarang, STAIN Salatiga Antara.
12
Ali Mahbub (2013) Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Madrasah Aliyah. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
12

yang tidak tertulis dan terdokumentasikan. Pesantrean memiliki

keunggulan dalam model pendidikannya, pesantren dibangun oleh, dari

dan untuk masyarakat sekitar.13

F. Penjelasan Istilah

1. Manajemen Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata manajemen

diartikan sebagai penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.

Kata manajemen sendiri merupakan saduran dari Bahasa Inggris yaitu,

“management” yang oleh Hornby (2006) diartikan dengan “the act of running and

controlling a business or similar organization” atau yang dalam Bahasa Indonesia

bisa diartikan dengan “tindakan dalam menjalankan dan mengendalikan sebuah

perusahaan atau organisasi sejenisnya’’.

Menurut Afandi (2018) Manajemen adalah proses kerja sama antar

karyawan untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan pelaksanaan

fungsifungsi perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan,

kepemimpinan, dan pengawasan. Proses tersebut dapat menentukan pencapaian

sasaran-sasaran yang telah ditentukan dengan pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumbersumber daya lainnya untuk mencapai hasil lebih yang efisien dan

efektif.

Menurut Feriyanto, Andri dan Shyta, Endang Triana. (2015) mengatakan

bahwa manajemen adalah inti dari administrasi hal tersebut dikarenakan

13
St. Mau’izatul Hasanah (2012) Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah
Penyelenggara Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Kabupaten Barito Kuala Tahun
2012, uin-antasari.
13

manajemen merupakan alat pelaksana administrasi dan berperan sebagai alat

untuk mencapai hasil melalui proses yang dilakukan oleh anggota organisasi.

Pengertian Manajemen menurut Malayu S.P Hasibuan mengemukakan

bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan sekaligus

perberdayaan proses belajar mengajar agar tercipta sebuah pembelajaran yang

efektif dan efisien. dalam penelitian ini manajemen pembelajaran dimaksudkan

sebagai perbedayaan dalam mengatur jalannya pembelajaran kitab kuning untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

Jadi dari pengertian diatas penulis simpulkan bahwa manajemen

pembelajaran adalah suatu proses menejerial atau mengelola kurikulum, dan

komponen-komponen pendukung, antara lain yaitu tujuan yang akan di capai,

materi pelajaran, peserta didik, guru, metode yang digunakan dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar, situasi, strategi dan lingkungan yang

memungkinkan belajar mengajar berjalan dengan baik.14

2. Kitab Kuning

Kitab Kuning merupakan istilah khusus dalam bahasa arab yang

digunakan untuk menyebut karya tulis dibidang keagamaan maupun non

keagamaan yang bertuliskan huruf arab. Ini istilah yang membedakan dengan

karya tulis selain bertuliskan bahasa arab yang sering disebut buku. Pada

14
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Cilegon: Ghalia
Indonesia, 2010), h.45.
14

umumnya kitab yang dijadikan sebagai sumber belajar di pondok pesantren adalah

kitab kuning.15 Didunia keilmuan di pondok pesantren tradisional pada khususnya,

kitab kuning bukanlah sesuatu asing, istilah tersebut diketahui sebagai teknis

dalam studi kepesantrenan di Indonesia yang sering dikenal dengan kitab klasik,

atau di dunia pesantren sering dikenal dengan istilah kitab gundul.

3. Pondok Pesantren

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pondok merupakan

bangunan untuk tempat sementara.16) kata pondok mungkin berasal dari Bahasa

Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan

Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh

dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di

Minangkabau disebut surau.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pesantren yaitu asrama

tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.17 Istilah pesantren berasal

dari akar santri “pe-santri-an” atau tempat santri.

Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu

pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para

santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari

bambu.18 Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan

15
Putri Dewi Indah W, ”Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning Sebagai Upaya
Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik” (Yogyakarta: UII, 2018), h. 23
16
Badan Pengembanagan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta:Pt Balai Pustaka,2016) h. 306.
17
Badan Pengembanagan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta:Pt Balai Pustaka,2016) h. 271.
15

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama

Islam.19 Sebuah pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan seorang atau lebih dari seorang guru yang dikenal dengan

sebutan seorang Kyai.

18
Wikipedia-Ensiklo-pedia-bebas,2020,Pesantren,https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren,
(diakses pada: 26 september 2022, jam 10.00).
19
Tim Penyusun Kamus Pembina dan Pengembangan Bahasa ed.2-Cet.9. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),h. 667.

Anda mungkin juga menyukai