Anda di halaman 1dari 13

Lingkungan Tarbiyah Islamiah

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah:

“Tarbiyah Islamiah”

Disusun Oleh kelompok 12:

Hafiz alfadly : 2018.2198

Dosen Pengampu :

Syafrul Nalus, MA

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR SEKOLAH TINGGI

AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL-QUR’AN ( STAI-PIQ )

SUMATERA BARAT

2020 M / 1441 H
PENDAHULUAN

Lingkungan mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan


islam, karena perkembangan jiwa peserta didik sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, baik itu pengaruh yang positif maupun negatif.

Lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap sikaf akhlak, etika, maupun


moral peserta didik, pengaruh tersebut datang dari masyarakat maupun teman
yang ada dilingkungan tersebut.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Tarbiyah Islamiah


Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di
mana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi
1
proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan
kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian
lingkungan pendidikan islam. Menurut Abuddin Nata, kajian lingkungan
pendidikan islam (Tarbiyah islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit
dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan.
Namun demikian, dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan islam adalah
suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke Islaman yang
2
memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.
Lingkungan Tarbiyah Islamiah
1.Masjid dan Surau

Secara harfiah masjid dapat diartikan sebagai tempat duduk


3
atau tempat yang dipergunakan untuk beribadah. Abd Al-Rahman Al-
Nahlawi juga menyatakan bahwa masjid merupakan pusat pendidikan.
Dengan demikian masjid difungsikan tidak hanya sebagai tempat
ibadah madhah semata, malainkan juga tempat ibadah sosial (ibadah
ijtima’iyyah) salah satunya melalui pendidikan sebagai persemaian
4
sumber daya manusia di kalangan umat Islam.

Di dalam sejarah pendidikan dimulai sejak diangkatnya


Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasulullah. Dengan pengangkatan
beliau tersebut berarti adanya suatu tugas yang akan beliau pikul, yaitu

Sudiyono, H.M, Ilmu pendidikan Islam, jilid.1 (Jakarta: Rineka cipta, 2009), h.298

Iskandar Engku, Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014), hal. 112
Mujamil Qamar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Emir, 2015), hal. 61

2
menyampaikan risalah-Nya, guna mendidik umat agar terbebas dari
lingkungan kebodohan dan kebiadaban umat menjadi umat yang
berperadaban tinggi. Setelah Nabi hijrah dari Mekkah dan menetap di
Madinah yan pertama dilakukan oleh Nabi adalah membangun masjid,
untuk kepentingan ibadah dan kegiaran sosial lainnya, termasuk
kegiatan pendidikan.
Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan
Islam, masjid-masjid didirikan oleh para pengusaha yang dilengkapi
dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan. Tempat
pendidikan anak-anak, tempat untuk pengajian dari ulama’-ulama’
(halaqoh), tempat berdiskusi dan munazarah dalam berbagi ilmu
pengetahuan, dan juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan dengan
5
buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang cukup banyak.

Masjid memegang peranan penting dalam penyelenggaraan


pendidikan Islami. Karena itu masjid atau surau merupakan sarana
yang pokok bagi perkembangan masyarakat Islam.

Oleh sebab itu implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan


Islami adalah:

1. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT


2. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan, menanamkan
solidaritas sosial serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sebagai insan, pribadi, sosial, dan warga negara
Memberi rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi
6
rohani melalui pendidikan
2. Pondok Pesantren
Pesantren yang merupakan “Bapak” dari pendidikan Islami di
Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini
bisa dilihat dari perjalanan sejarah, dimana pesantren dilahirkan atas

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 99
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Op. Cit., hal. 113

3
kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan
mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama
atau da’i.
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat
belajar para santri”. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat
tinggal sederhana yang dibuat dari bambu. Disamping itu, kata
“pondok” juga berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti “hotel
7
atau asrama”.
Kelangsungan hidup suatu pesantren sangat tergantung kepada
daya tarik tokoh sentral (kiai atau guru) yang memimpin, meneruskan
atau mewarisinya. Jika pewaris menguasai sepenuhnya baik itu
pengetahuan keagamaan, wibawa serta keterampilan mengajar, maka
pesantren akan tetap bertahan dan terus berkembang. Demikian
sebaliknya, pesantren akan mundur dan mungkin akan hilang jika
pewaris tidak memenuhi persyaratan. Jadi seorang figur dipesantren
memang sangat menentukan akan kelanjutan pesantrem.
Ciri khas pesantren yang membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan, antara lain:
a. Merupakan tempat tinggal Kiai bersama para santrinya
Pesantren menampung santri yang berasal dari luar daerah
untuk tinggal disana. Para santri dibimbing untuk bekerja
memenuhi kebutuhan hidupnya dan bergotong royong bersama
warga pesantren. Namun dalam perkembangannya pesantren
berfungsi sebagai pemondokan atau asrama yang setiap santrinya
akan dikenakan biaya utnuk pemeliharaan pondok tersebut.
b. Masjid
merupakan elemen yang tidak terpisahkan dengan pesantren.
Biasanya waktu belajar di pesantren berkaitan dengan waktu shalat.
Dengan perkembangannya, sudah dibangun tempat atau ruangan

Zamakhsyar Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1983), hal. 18

4
khusus belajar untuk para santri. Namun masjid masih dijadikan
tempat yang berfungsi sebagai tempat i’tikaf dan melaksanakan
8
latihan-latihan, suluk, dan zikir, maupun amalan-amalan lainnya
c. Santri
Santri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu santri mukim
dan santri kalong. Santri mukim yang berasal dari kuar daerah dan
menetap di pondok, sedangkan santri kalong yaitu santri yang
tinggal di sekitaran daerah pesantren dan akan pulang setelah
selesai belajar di pesantren.
d. Kiai
Kiai merupakan tokoh sentral yang memberikan pengajaran.
Perkembangan dan keberlangsungan hidup di pesantren bergntung
pada Kiai. Gelar kiai diperoleh karena kedalaman ilmu
keagamaannya, kesungguhan dan kekhusu’annya dalam beribadah,
serta kewibawaannya sebagai pemimpin.
e. Kitab-kitab Islam Klasik
Di pesantren menggunakan kitab klasik karangan ulama
terdahulu dan termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu
pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Tujuan diberikan
pengajaran kitab klasik adalah sebagai upaya untuk meneruskan
tujuan utama pesantren yakni mendidik calon-calon ulama, yang
setia pada paham Islam tradisional. Tingkatan suatu pesantren dan
pengajarannya diketahui melalui jenis-jenis kitab yang digunakan.
3. Madrasah

Sistem pendidikan nasional sisdiknas selama beberapa dekade


terakhir pada dasarnya diatur oleh undang-undang nomor 4 tahun 1950
dan UU Nomor 12 Tahun 1945 undang-undang ini berisi tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran sekolah. Didalamnya ditegaskan bahwa
tanggung jawab pemerintah hanya terbatas pada pengelolaan

Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Op. Cit., hal. 118

5
sekolah umum, tidak pada lembaga pendidikan lainnya. Dalam hal, ini
Madrasah berada di luar sistem pendidikan nasional. dalam banyak hal
tentu saja keadaan ini dinilai kurang menguntungkan bagi eksistensi
Madrasah.

Madrasah merupakan isi makan dari “darosa” yang berarti


tempat duduk untuk belajar. Istilah Madrasah ini sekarang telah
menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama Perguruan
Islam)

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islami mulai didirikan


dan berkembang di dunia islam sekitar abad V H atau abad X-XI M,
ketika penduduk naisabur mendirikan lembaga pendidikan Islam yg
model Madrasah tersebut pertama kalinya. Tersiarnya Madrasah justru
melalui menteri dan kerajaan Bani saljuk yang bernama “Nizham
almulk” yang mendirikan madrasah nizhamiyah tahun 1065 M adalah
Gibb dan Kramers disebutkan, bahwa setelah madrasahnya Nizam Al
Mulk ini didirikan Madrasah terbesar oleh Shalahudin Al Ayyubi

Pengetahuan yang diajarkan di Madrasah adalah :

membaca dan menulis huruf latin bahasa Indonesia


berhitung
ilmu bumi
sejarah Indonesia dan dunia
olahraga dan kesehatan.
Selain mata pelajaran agama dan bahasa Arab serta yang
disebutkan di atas rumah juga diajarkan berbagai keterampilan sebagai
bekal para lulusannya terjun ke masyarakat.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan Madrasah sesuai
dengan sasaran BPNKIP, agar Madrasah Dapat bantuan material dan
bimbingan dari pemerintah, maka keluarlah keputusan Kementerian
Agama nomor 1 tahun 1952.

6
Menurut ketentuan ini yang dinamakan Madrasah ialah Tempat
pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan
dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pelajarannya.
Berdasarkan Ketentuan tersebut Jinjang pendidikan pada
Madrasah tersusun sebagai berikut:
Madrasah rendah atau sekarang lazim dikenal sebagai Madrasah
Ibtidaiyah ialah madrasah yang memuat pendidikan dan ilmu
pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya dengan
lama pendidikan 6 tahun.
Madrasah lanjutan tingkat pertama dan sekarang dikenal sebagai
Madrasah Tsanawiyah ialah madrasah yang menerima murid-
murid tamatan rendah atau sederajat, memberi pendidikan
dalam ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok, dengan
lama pendidikan 3 tahun.
Madrasah lanjutan atas atau sekarang lebih dikenal sebagai
Madrasah Aliyah ialah madrasah yang menerima murid-murid
tamatan Madrasah lanjut pertama atau yang sederajat, memberi
pendidikan dalam ilmu pengetahuan Islam sebagai pokok
9
dengan lama belajar 3 tahun.
Sekolah Berasrama

Sekolah berasrama pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan


yang terhitung baru di Indonesia. Jumlahnya belum terlalu banyak bila
dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan Islami.

Azyumardi Azra berpendapat bahwa sebetulnya sekolah


berasrama yang seringkali disebut Boarding School merupakan wujud
lembaga pendidikan Islam yang baru. Kemunculannya terilhami oleh
lembaga pendidikan Pesantren titik Dalam hal ini sekolah berasrama
dinilai mengadopsi Salah satu ciri dasar kelembagaan Pesantren. Kita
tahu, unsur Pesantren paling tidak harus memiliki Kyai, Masjid Pondok,

Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, ibid. H. 127

7
pengajian Kitab Kuning, dan seterusnya. Sekolah berasrama, menurut
azyumardi Azra mengadopsi salah satu kelengkapan sarana fisik
Pesantren yakni pondokan.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa sekolah berasrama


sepertinya halnya Madrasah, Sekolah Islam atau Madrasah Pesantren
rumusan masalah mengacu pada lembaga sekolah rumah untuk tujuan
mendapatkan akses lebih luas ke dunia kerja dan tuntutan dasar-dasar
sisdiknas. Sekolah berasrama juga ikut mengambil aspek-aspek
pendidikan nasional khususnya kurikulum nasional. Akan tetapi hal
lain yang patut dicatat adalah bahwa sekolah berasrama sebagai
pendidikan swasta, seperti Lembaga serta lainnya, pada umumnya
sudah mulai memiliki kemapanan yang melampaui lembaga-lembaga
pendidikan pemerintah titik kemapanan itu terlihat mulai dari
profesionalisme rumah kelengkapan sarana prasarana dan mutu
pendidikannya. Barangkali status swasta itulah yang menjadi faktor
penentu. Kemandirian merupakan salah satu ciri lembaga sosial yakni
kemandirian dalam banyak aspek, di mana yang terpenting adalah
10
semangat Inovasi dan kreativitas.

5. Perguruan Tinggi Agama Islam

Umat islam usng merupakan mayoritas dari penduduk


Indonesia selalu mencari berbagai cara untuk membangun sistem
pendidikan islam yang lengkap, mulai dari pesantren yang sederhana
ke tingkat perguruan tinggi.

Menurut Mahmud Yunuz, Islamic Collage pertama telah didirikan


dan dibuka di bawah pimipinannya sendiri pada tanggal 9 Desember 1940
di Padang Sumatera Barat. Lembaga tersebut terdiri dari dua fakultas,
yaitu: syariat agama dan pendidikan bahasa arab. Tujuan yang ingin
dicapai dalam lembaga ini untuk mendidik ulama-ulama.

10
Ibid. H. 136

8
Pada tahun 1945 didirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta. Pada
tanggal 22 Maret Sekolah Tinggi Islam diubah menjadi Universitas
Islam Indonesia dengan beberapa fakultas, yaitu:

Fakultas Agama
Fakultas Hukum
Fakultas Ekonomi
Fakultas Pendidikan

Pada tanggal 22 Januari 1950, sejumlah umat islam dan para


ulama mendirikan sebuah Universitas Islam Solo. Universitas Islam
Solo dengan UII Yogyakarta diserahkan kepada pemerintah yakni
kementrian agama kemudian dijadikan Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri (PTAIN) dengan PP nomor 34 tahun 1950 yang kemudian
menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Begitulah perkembangan dimana UII terus berjalan dana


PTAIN terus berkembang, apalagi di Jakarta telah diselenggarakan
lembaga pendidikan tinggi agama dengan nama Akademi Dinas Ilmu
Agama (ADIA). Pada tahun 1960 adalah bentuk final dimana antara
ADIA Jakarta dengan PTAIN Jakarta disatukan menjadi Institut
Agama Islam Negeri. Perpaduan ini merupakan perkembangan yang
11
sangat penting bagi masa depan Indonesia.

6. Majelis Taklim

Majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan


islami yang bersifat nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak
yang luhur dan mulia, meningkatkankemajuan ilmu pengetahuan dan
keterampilan jama’ahnya serta memberantas kebodohan umat islam
agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia, sejahtera dan diridhai
Allah SWT.

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islami Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung,


1985), h. 288

9
Majelis taklim juga merupakan lembaga pendidikan masyarakat
yang tumbuh dan berkembang dari kalangan masyarakat islam itu sendiri,
yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia.

Pertumbuhan majelis taklim dikalangan masyarakat


menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan
pendidikan agama. Pada perkembangan selanjutnya menunjukkan
kebutuhan masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu usaha memecahkan
masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih baik.

Majelis taklim mempunyai kedudukan dan ketentuan tersendiri


12
dalam mengatur pelaksanaan pendidikan atau dakwah islamiah.

Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Op. Cit., hal. 141

10
KESIMPULAN

Lingkungan tarbiyah islamiah adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana


pendidikan itu berlangsung.

Lingkungan tarbiyah islamiah terdiri dari:

Masjid atau surau


Pondok Pesantren
Madrasah
Sekolah berasrama
Perguruan Tinggi Agama Islam
Majelis Taklim

11
DAFTAR PUSTAKA

Qamar, Mujamil. (2015). Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Emir


Sudiyono. (2009). Ilmu pendidikan Islam.Jakarta: Rineka cipta
Zubaidah, Siti, Iskandar Engku. (2014). Sejarah Pendidikan Islami Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Zuhairini dkk. (2006). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara

Yunus, Mahmud. (1985). Sejarah Pendidikan Islami Indonesia. Jakarta: Hidakarya

Agung.

12

Anda mungkin juga menyukai