Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori yang mendasari atau

mendukung penelitian ini, berdasarkan landasan teori yang meliputi: Perilaku,

Konsep Personal Hygiene, Pediculosis Capitis, Dan Konsep Pondok Pesantren.

A. Konsep Pondok Pesantren

1. Definisi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan islam yang mempunyai

peran penting dalam sejarah islam di Indonesia. Istilah pondok pesantren dalam

kehidupan sehari-hari biasa disebut pondok atau pesantren saja tetapi juga bisa

disebut secara bersamaan yaitu pondok pesantren. kata pondok berasal dari

bahasa arab “fundug” yang artinya “hotel atau asrama” sedangkan kata

pesantren berasal dari kata santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang

artinya “tempat tinggal para santri”. Sedangkan pengertian dari pondok

pesantren menurut para ahli adalah:

a. Menurut M.Arifin pondok pesantren adalah suatu Lembaga Pendidikan

agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat dengan sistem asrama

(komplek) dimana santri menerima Pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasah yang berada dibawah kedaulatan leadership

seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri khas yang bersifat karismatik

serta independent dalam segala hal.

b. Menurut Abdurrahman wahid pondok pesantren merupakan komplek dengan

lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam komplek


itu terdiri beberapa buah bangunan seperti rumah pengasuh, masjid dan

asrama tempat tinggal santri

Dari beberapa pengertian pondok pesantren diatas dapat disimpulkan

bahwa pondok pesantren merupakan suatu Lembaga Pendidikan islam yang

terdiri dari seorang kiai (pendidik), yang mengajar dan mendidik para (santri)

dengan sarana seperti masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan

Pendidikan serta didukung dengan adanya asrama atau pondok sebagai tempat

tinggal para santri (Kariyanto, 2020).

2. Tujuan

Menurut Arifin dalam Kariyanto, 2020. Tujuan pondok pesantren ada 2 yaitu:

a. Tujuan Umum

Membimbing anak didik agar menjadi manusia yang memiliki kepribadian

islam dengan ilmu agama yang disanggupi menjadi mubaligh islam dalam

masyarakat islam melalui ilmu dan amalnya.

b. Tujuan Khusus

1) Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada

Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan

sehat lahir batin sebagai warga Negara yang berpancasila.

2) Mendidik santri agar menjadikan manusia muslim selaku kader-kader

ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, Tangguh, wiraswasta

dalam mengamalkan sejarah islam secara utuh dan dinamis.


3) Memperoleh kepribadian serta mempertebal semangat kebangsaan agar

dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya

bertanggung jawab kepada pembangunan Bangsa dan Negara.

4) Mendidik tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional

(pedesaan/masyarakat lingkungannya).

5) Menjadikan tenaga yang cakap dalam berbagai sector pembangunan,

khususnya pembangunan mental spiritual.

6) Membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka

usaha pembangunan bangsa (Kariyanto, 2020).

3. Fungsi

Pesantren bukan merupakan institusi Pendidikan keagamaan yang statis

supaya bisa bertahan dengan berbagai tantangan zaman maka harus merubah

diri tanapa kehilangan identitas khasnya. Awalnya pesantren didirikan sebagai

Lembaga dakwah atau penyiar agama islam. Dari misi dakwah Islamiyah

kemudian muncul sistem Pendidikan. Pada masa Wali Songo, unsur dakwah

lebih dominan dibanding unsur Pendidikan. Jika dalam sejarah tersebut bahwa

fungsi pesantren ada 3 yaitu fungsi keagamaan, fungsi kemasyarakatan, dan

fungsi Pendidikan. Ketiga fungsi tersebut masih belangsung hingga saat ini

(Fahham & Dr. Susanto, 2020).

4. Tipologi pondok pesantren

Menurut Kementerian Agama RI, pesantren dikategorikan menjadi:

a. Pondok pesantren tipe A yaitu, pondok pesantren yang seluruhnya

dilaksanakan secara tradisional.


b. Pondok pesantren tipe B yaitu, pondok pesantren yang menyelenggarakan

pengajaran secara klasikal.

c. Pondok pesantren tipe C yaitu, pondok pesantrenn yang hanya merupakan

asrama, sedangkan santrinya belajar di luar.

d. Pondok ppesantren tipe D yaitu, pondok pesantren dan juga sistem sekolah

atau madrasah.

Sedangkan menurut M.Ridlwan Nasir tipe pesantren dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Pondok pesantren salaf/klasik yaitu, pondok pesantren yang di dalamnya

terdapat sistem Pendidikan salaf (weton dan sorogan) dan sistem klasikal

(madrasah salaf).

b. Pondok pesantren semi berkembang yaitu, pondok pesantren yang di

dalamnya terdapat sistem Pendidikan salaf (weton dan sorogan) dan sistem

klasikal (madrasah) swasta dengan kurikulum 90% dan 10% umum.

c. Pondok pesantren berkembang yaitu, pondok pesantren seperti semi

berkembang hanya saja lebih bervariasi dalam bidang kurikulumnya, yaitu

70% agama dan 30% umum dan juga diselenggarakan madrasah

berdasarkan SKB Tiga Menteri dengan penambahan madrasah diniah.

d. Pondok pesantren khalaf/modern yaitu, seperti bentuk pondok pesantren

berkembang hanya saja sudah lebih lengkap yang di dalamnya ada antara

lain, diselenggrakan sistem sekolah umum dengan penambahan diniah

(praktik membaca kitab salaf), perguruan tinggi (baik umum maupun


agama), memiliki koperasi dan dilengkapi dengan takhassus (bahasa arab

dan inggris).

e. Pondok pesantren ideal yaitu, pondok pesantren modern hanya saja

Lembaga Pendidikan yang ada lebih lengkap, terutama bidang keterampilan

yang meliputi, pertanian, Teknik, perikanan, perbankan serta benar-benar

memperhatikan kualitasnya dengan tidak menghilangkan ciri khas

kepesantrenannya yang masih relevan dengan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan zaman. Dengan adanya bentuk tersebut, diharapkan alumni

pondok pesantren berpredikat khalifah fi ardhi (Fahham & Dr. Susanto,

2020).

5. Elemen pondok pesantren

Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan islam tertua di

Indonesia yang tumbuh dan berkembangya diakui oleh masyarakat. Sebuah

pondok pesantren memiliki 5 elemen dasar yang terdiri dari:

a. Pondok

Pondok atau asrama merupakan tempat tinggal santri dilingkungan

Pendidikan pesantren. pondok atau asrama terdiri dari beberapa kamar yang

di huni sekitar 10-20 orang santri. Biasanya disetiap kamar ada satu sampai 2

orang santri senior yang menjadi pengurus kamar. Pengurus kamar itulah

yang bertanggung jawab atas segala kegiatan santri di kamar. Sistem asrama

yang berlaku anatara satu pesantren dengan pesantren lainnya berbeda-beda.

Saat ini sistem Pendidikan pesantren rata-rata telah memiliki tata Kelola
asrama yang baik, sehingga berbagai kegiatan santri di asrama juga sudah

terkelola dengan baik.

b. Masjid

Masjid adalah elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren

dan dianggap sebagi tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri,

terutama dalm praktek sholat 5 waktu, khutbah, sholat jum’at dan pengajaran

kitab-kitab klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat Pendidikan dalam

pondok pesantren adalah manifestasi universalisme dari sistem Pendidikan

islam tradisional, sebab sejak zaman lahirnya islam (Nabi Muhammad

SAW), masjid telah menjadi pusat Pendidikan. Oleh karena itu, masjid

adalah elemen penting dari sebuah pondok pesantren.

c. Santri

Santri adalah peserta didik atau objek Pendidikan. Santri disebut

sebagai para siswa yang belajar mendalami agama islam di pesantren,

mereka belajar tanpa terikat waktu karena mereka mengutamakan ibadah

termasuk belajarpun dianggap sebagai ibadah. Santri dibagi menjadi 2

kelompok yaitu:

1) Santri mukim, yakni murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren.

2) Santri kalong, yakni murid-murid yang berasal dari desa di sekeliling

pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren untuk mengikuti

pelajarannya di pesantren, mereka bolak- balik dari rumahnya sendiri.

d. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik


Penyebutan kitab-kitab islam klasik di dunia pondok pesantren lebih

populer dengan sebutan “kitab kuning” tetapi asal usul istilah ini belum

diketahui secara pasti. Penyebutan Batasan kitab kuning mungkin dengan

tahun karangan, madzab teologi, juga istilah mu’tabarah dan lain-lain.

Sebagian juga berpendapat karena disebabkan oleh warna kertas dari kitab

tersebut berwarna kuning.

Kitab-kitab kuning yang diajarkan dipondok pesantren dapat

digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu, nahwu dan shorof, fiqih, ushul fiqh,

hadist, tafsir, tauhid, tasawuf, dan etika. Kitab kuning dan pesantren

merupakan dua sisi (aspek) yang tidak dapat dipisahkan, dan tidak bisa

saling meniadakan karena kitab kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari

pengajaran dipondok pesantren dalam proses terbentuknya kecerdasan

intelektual dan moralitas kesalehan pada diri santri.

e. Kiai

Kata kiai bukan berasal dari bahasa arab melainkan dari bahasa jawa.

Dalam terminology jawa, kata kiai memiliki makna sesuatu yang diyakini

memiliki tuah atau keramat yang berarti segala sesuatu yang memiliki

keistimewaan dan keluarbiasaan dibandingkan yang lain. Tetapi pengertian

yang lebih luas di Indonesia, sebutan kiai dimaksudkan untuk para pendiri

dan pemimpin pondok pesantren, sebagai muslim terpelajar yang telah

mengabdikan hidupnya untuk Allah SWT serat menyebarluaskan dan

memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan islam melalui kegiatan

keagamaan.
Kiai merupakan sosok yang dicontoh segala perilakunya dan digali

ilmunya. Suara kiai wajib ditaati karena dalam tradisi pondok pesantren kiai

bukan hanya figure spiritual yang memiliki titisan “pewaris para nabi” tetapi

juga sebagai symbol penguasa kecil yang sangat otokratif terhadap

masyarakat pesantren. kepatuhan dan ketundukan terhadap kiai dalam segala

hal merupakan fakta dalam kehidupan masyarakat pesantren (Fahham & Dr.

Susanto, 2020).

Anda mungkin juga menyukai