Anda di halaman 1dari 12

MODERNSASI SISTEM

PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN
Modernsasi Sistem Pendidikan

Modernisasi pendidikan pesantren adalah salah satu upaya untuk menciptakan lembaga pendidikan
yang mempunyai identitas kultural yang lebih sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia
baru. Selain di dalamnya diharapkan dapat ditemukan nilai-nilai universalitas Islam yang
mampumelahirkan suatu peradaban masyarakat Indonesia masa depan.Ada beberapa hal yang dapat
diajukan untuk memodernisasikan sistem pendidikan pesantren. Diantaranya:
(a).Merevitalisasi Paradigma pendidikan pesantren
(b).Menyelaraskan antara iptek dan imtaq,
(c).Upaya menghilangkan dualisme pendidikan,
(d). Mereformasi sistem sorogan dan bandongan menjadi sistem klasikal dan penjenjangan,
(e). Membuat kurikulum yang lebih jelas.
Perkembangan Pendidikan Islam Dalam Tradisi Pesantren diNusantara

Secara tradisi pesantren, sebuah institusi pendidikan Islam


Menurut tradisi pesantren, pengetahuan seorang
dapat disebut pesantren kalau ia memiliki elemen-elemen
dapat diukur oleh jumlah buku-buku yang telah dan
utama yang lazim dikenal di dunia pesantren. Menilik jenis
pendidikan Islam tradisional khas Indonesia, ada beberapa pernah dipelajarinya dan kepada ulama mana ia
pengistilahan yang terkait. berguru. Dengan demikian, homogenitas pandangan
Ciri khas yang paling menyolok dalam tradisi pesantren hidup keagamaan terbina dengan baik, tapi di
adalah jaringan, silsilah, sanad, ataupun geneologi yang samping itu sifat kekhususan seorang kiai juga
bersifat berkesinambungan untuk menentukan tingkat
dapat tersalur. Sejarah pertumbuhan pesantren
efisoterisitas dan kualitas keulamaan seorang intelektual
tersebut menunjukkan bahwa lembaga ini memiliki
(Hasn, 2006: v). Hal ini pula yang membedakan tradisi
intelektual pesantren dengan tradisi di lingkungan kampus, akar tradisi sangat kuat di lingkungan masyarakat.
dan bahkan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.
Pesantren pada umumnya bergerak dalam pendidikan Islam. Peran ini merupakan ciri utama yang
mewarnai sejarah pesantren di Nusantara. Kaum muslimin Indonesia mengirim anak-anak mereka ke
pesantren untuk belajar agama Islam (tafaqquh fii al-din) dengan harapan mereka tumbuh menjadi muslim
yang baik dan total (kaffah), yang melaksanakan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari-
hari. Lebih jauh, tidak sedikit orang yang mengharapkan anaknya menjadi pemimpin agama, kiai atau
ulama yang selanjutnya bisa mendirikan pesantren di wilayahnya asal mereka masing-masing.

Dalam kaitan dengan peran tradisionalnya itu, pesantren kerap diidentifikasi memiliki peran penting
dalam masyarakat Indonesia karena beberapa hal:
1) sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional (transmission of Islamic
knowledge)
2) sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional (maintence of Islamic tradition);
dan
3) sebagai pusat reproduksi ulama (reproduction of ulama).
Dari sejumlah kajian yang telah dilakukan terhadap sistem tradisi pendidikan
pesantren, dapat ditemukan dua kekuatan utama yang dimiliki budaya dan tradisi
pendidikan pesantren. Pertama, adanya karakter budaya pendidikan yang memungkinkan
santrinya belajar secara tuntas, atau yang sering dikenal dengan konsep mastery learning.
Termasuk juga metode bandongan dan sorogan khas tradisi pesantren yang
merefleksikan upaya pesantren melakukan pengajaran yang menekankan kualitas
penguasaan materi. Kedua, yang menjadikan karakter tradisi pendidikan pesantren adalah
kuatnya pasrtisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa secara umum pendirian
pesantren di seluruh Indonesia lebih didorong oleh permintaan (demand) dan kebutuhan
(need) masyarakat itu sendiri.
Tantangan Yang Dihadapi
Sebelum mambahas tentang tantangan sistem pendidikan pesantren di era
modernisasi, alangkah baiknya kita membahas tentang kitab kuning, yang mana kitab tersebut
menjadi kitab yang sangat familiar ditelinga kalangan santri bahkan non santri
mengetahui bahwa pondok pesantren identik dengan pengajian kitab salafnya (kuning).
Kitab tersebut dijilid menggunakan kertas kwarto. Latar belakang penyebutan
kitab tersebut dengansebutan kitab kuning yaitu karena kertasnya berwarna kuning, berbeda
dengan warna kertas pada umumnya, yang berwarna putih. Meskipun terdapat terjemahannya,
kitab tersebut tidak memiliki harokat atau yang biasa disebut gundul (pegon).Namun dengan
demikian, setiap pondok pesantren memiliki pengajaran kitab yang berbeda, sesuai dengan
potensi atau spesialis sang kiainya. Sehingga terdapat kiai yang terkenal melalui salah satu
bidang spesialisnya.
Meskipun sebenarnya kiai tersebut mengetahui berbagai kitab kuningyang terdapat di
pondok pesantrennya. Seperti halnya, seorang dokter spesialis gigi, maka sang dokter tersebut
akan fokus terhadap pengobatan atau penyembuhan penyakit gigi. Demikian pula sang kiai,
meskipun pada dasarnya mengetahui berbagai kitab kuning, akan tetapi akan mahir dan
spesialis di bidang tertentu saja.Dengan demikian seiring dengan berkembangnya zaman, terdapat
persoalan-persoalan yang harus dihadapi oleh pondok pesantren dan dijawab dengan kompleks.
Patut kita sadari bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pondok pesantren sesuai
dengan berkembangnya zaman dan terbawa oleh kehidupan modern. Dapat diartikan bahwa
persoalan yang dihadapi oleh pondok pesantren adalah tantangan-tantangan yang ditimbulkan
oleh kehidupan modern. Sedangkan kemampuan pondok pesantren menjawab tantang tersebut
menjadi tolak ukur seberapa jauh pesantren menjawab tantangan modernisasi. Maka jika
pesantren mampu menjawab tantangan tersebut bisa dikatakan sebagai lembaga modern.
Sebaliknya, jika pondok pesantren tidak mampu menjawab tantangan tersebut maka bisa
dikatakan sebagai pondok pesantren yang ketinggalan zaman.
Solusinya adalah
Modernisasi pendidikan Islam dalam perkembangannya, menyelenggarakan
pendidikan kontemporer, hal itu tidak hanya mengubah basis sosio kultural dan
pengetahuan elite santri, melainkan juga mengimbas pada umat Islamsecara
keseluruhan. Elit santri dan ulama, yang awalnya tumbuh dan berkembang dalam sistem
pendidikan pesantren, kini tumbuh, berkembang, dan didewasakan oleh sistem pendidikan
modern melalui media sosial Islamlainnya. Keadaan ini menyebabkan perubahan
hubungan ulama dan elite santri dengan para pengikutnya. Intensitas hubungan personal
yang semula dapat berlangsung lama, terbatas, dan berkembang dalam suasana emosional
kini menjadi lebih terbuka dan rasional.
Oleh karena itu, pondok pesantren harus merespon dengan baik perihal tantangan
sistem pendidikan pesantren di era modernisasi ini, melalui sebagai berikut modernisasi aspek
kurikulum, modernisasi pembelajaran. Adapun modernisasi aspek kurikulum adalah sebagai
berikut : kurikulum berasal dari bahasa Inggris curriculum yang artinya rencana pelajaran.
Terdapat pula yang mengatakan bahwa kurikulum berasal dari bahasa arab yaitu
manhaj yang artinya jalan yang terang, atau jalan yang dilalui oleh manusia dalam
kehidupannya.Pengembangan kurikulum pondok pesantren, memakai penguat religi, seperti
ilmu ketuhanan, fiqh, muamalah, dan ilmu pengetahuan sosial yang berpegang teguh terhadap
al-Qur’an, dan al-Sunnah serta kitab kuning yang berkaitan dengan hukum Islam.
Pendidikan akhlak dan keimanan, meliputi akidah akhlak, memahami isi atau kandungan
al-Qur’an danal-Sunnah.
Penanaman tentang nilai-nilai pesantren melalu doktrin, yang dilakukan oleh sang kiai,
dengan model ceramah dan pengarahannya.Pengertian kurikulum pesantren dapat
diartikandengan pengertian yang luas, meliputi kegiatan ekstra kurikuler maupun intra
kurikuler, dan berbagai aktivitas atau kegiatan santri. Adapun komponen-komponen pondok
pesantren sebagai berikut:
Yang pertama adanya kurikulum pondok pesantren, pada dasarnya tidak mempunyai tujuan
yang ekspilisit, namun dalam penerapannya, terdapat praktik, pendidikan rohani, dan
latihan kecakapan kecakapan dalam lingkungan pesantren. Demikian, pondok pesantren
tidak merusumuskan kurikulum, dalam rencananya belajarmengejarnya. Dalam hal ini
Nur Kholis Madjid menyebutkan bahwa, kurikulum pondok pesantren terpusat pada
tujuan sang kiai mendirikan pondok pesantren tersebut.Yang keduabahan pembelajaran.
Dalam hal ini, bahan bahan pembelajaran yang digunakan pondok pesantren cenderung
terfokus kepada ilmu agam saja, seperti ilmu tauhid, fiqh, akidah akhlak serta kitab-kitab
kuning lainnya.
Tantangan sistem pendidikan di era modernisasi melalui sistem pendidikan yang ada di
pondok pesantren meliputi, kurikulum, menjamen, pengorganisasian, perencanaan, dan pengawasan.
Hal itu diperlakukan peranan kiai yang mengakomodir seluruh komponen yang berkaitan dengan
pondok pesantren. Karena dalam hal ini, peran sang kiai menjadi salah satu kekuatan inti
pondok pesantren dalam menjawab tantangan globalisasi.Pengembangan semua aspek yang berkaitan
dengan pondok pesantren seperti halnya kurikulum. Kurikulum tersebut mempunyai ciri khas
tersendiri, yaitu model pembelajaran sorogan, bandungan, dan watonan.
Ketiganya, tidak lepas dari pondok pesantren, karena sudah menjadi ciri khas tersendiri
terhadap berkembangnya pondok pesantren. Adapun pengembangan kurikulum sangat erat
kaitannya dengan tujuan, materi, strategi, media, proses belajar mengajar, evaluasi dan
lingkungan. Adapun lingkungan seperti lingkungan sekitar pesantren, atau lembaga pendidikan,
tidak hanya dinilai dari konsep keilmuan yang dikembangkanatau beberapa aspek yang telah
disebutkan di atas saja, akan tetapi pesantren atau lembaga tersebut berpengaruh terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat pesantren, atau sejauh mana pesantren dapat mewarnai
masyarakat sekitar pesantren yang sangat dinamis di tengah kemajuan modernitas.
Kesimpulan
Modernisasi pendidikan dimaksudkan mampu menciptakan lembaga pendidikan yang
mempunyai identitas kultural yang lebih sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia
baru yang di dalamnya juga akan ditemukan nilai-nilai universalitas Islam yang mampu
melahirkan suatu peradaban masyarakat Indonesia masa depan. Di sisi lain, lembaga ini juga
mencirikan keaslian indegenous Indonesia, karena secara kultural terlahir dari budaya Indonesia
yang asli. Konsep inilah sepertinya yang relevan dengan konsep pendidikan untuk
menyongsong masyarakat madani. Upaya modernisasi ini dengan jelas berlandaskan platform
kemodernan yang berakar dalam keindonesiaan dengan dilandasi keimanan.

Anda mungkin juga menyukai