April 2022
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
sebuah pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani. Pendidikan Islam disebut juga sebagai sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup manusia. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya
dalam konteks Islam inheren dengan istilah “tarbiyah, ta’lim. dan ta’dib” yang harus
dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan
Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Pesantren sebagai pendidikan nonformal adalah sebuah lembaga pendidikan dan
penyiaran agama Islam. Pondok pesantren juga sebagai basis pendidikan yang tertua di
Indonesia karena sejalan dengan perjalanan penyebaran Islam di Indonesia, hal ini dibuktikan
dengan telah berdirinya pondok-pondok pesantren sejak abad ke-15, seperti Pesantren
Gelogah Arum yang didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1476 sampai abad ke-19 dengan
beberapa pondok-pondok pesantren yang dipimpin oleh para wali, seperti Pesantren Sunan
Malik Ibrahim di Gresik, Pesantren Sunan Bonang di Tuban, Pesantren Sunan Ampel di
Surabaya dan Pesantren tegal Sari yang terkemuka di Jawa. Eksistensi pondok pesantren
dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap
menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan SDM yang handal. Adapun yang
melatar belakangi penulisan makalah ini adalah minimnya pengetahuan penulis tentang
pembaharuan apa saja yang seharusnya dilakukan dipesantren dalam menghadapi tantangan
dan hambatan di masa modern, adapun salah satu tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan pesantren.
Pendidikan Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang menarik bukan hanya
karena memiliki kekhasan tersendiri dibanding jenis pendidikan yang lain, semisal
pendidikan umum, namun juga karena kaya akan konsep- konsep yang tidak kalah bermutu
dibandingkan dengan pendidikan modern. Dalam hazanah pemikiran pendidikan Islam, kita
temukan tokoh- tokoh besar dengan ide- idenya yang cerdas dan kreatif yang menjadi
inspirasi dan kontribusi yang besar bagi dinamika pendidikan Islam, khususnya pesantren
dan madrasah di Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tiipologi dan sistem pendidikan pesantren dan madrasah?
2. Apa komponen-komponen pendidikan pesantren dan madrasah?
3. Bagaimana perkembangan pesantren dari tradisionl ke modern?
4. Bagaimana tantangan dan solusi bagi madrasah dan pesantren dalam menghadapi era
globalisasi?
5. Bagaimana problematika dan solusi pendidikan di pesantren dan madrasah?
6. Apa contoh dari pembaharuan pendidikan pesantren saat ini?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui tipologi dan sistem pendidikan pesantren dan madrasah
2.Untuk mengetahui komponen-komponen pendidikan pesantren dan madrasah
3.Untuk mengetahui perkembangan pesantren dari tradisionl ke modern
4.Untuk mengetahui tantangan dan solusi bagi madrasah dan pesantren dalam menghadapi
era globalisasi
5.Untuk mengetahui problematika dan solusi pendidikan di pesantren dan madrasah
6. Untuk mengetahui contoh dari pembaharuan pendidikan pesantren saat ini
3
PEMBAHASAN
1
Departemen Agama, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren ( Jakarta: Ditjen Bimbingan Islam,
1985.
4
Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak
menuju kearah satu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen yang bertugas sesuai
dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan lainnya dalam rangkaian satu sistem.
Sistem yang mampu bergerak secara terpadu bergerah ke arah tujuan sesuai dengan
fungsinya.. Keunikan lain yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren adalah
tentang metode pengajarannya sebagai berikut:
a). Sorogan
suatu sistem belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang
asatiz, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.
b).Wetonan
Wetonan ini merupakan suatu bentuk rutin harian, akan tetapi dilaksanakan pada saat-
saat tertentu..2
Tipologi Madrasah yaitu Pendidikan untuk semua yakni semua siswa-siswi
sekolah Islam atau madrasah harus memperoleh perlakuan yang sama, memperoleh
pelajaran sehingga memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan sesuai
batas-batas kurikuler, serta memiliki basic skill dan keterampilan yang sesuai dengan
minat mereka, serta sesuai pula dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Paradigma yang
memisahkan pendidikan akademik sebagai calon untuk memasuki perguruan tinggi,
dan pendidikan keterampilan untuk memasuki pasar tenaga kerja, sudah tidak relevan
lagi, karena perubahan yang menuntut masyarakat untuk menjadi bagian dari
kontribusi untuk kemajuan.
Tipologi Madrasah Kedua adalah Sekolah Islam atau madrasah perlu
memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini.
Karena pasar menuntut setiap tenaga kerjanya memiliki keterampilan penggunaan
alat-alat teknologi termodern, kemampuan komunikasi global, matematika,serta
kemampuan akses pada pengetahuan. Maka sekolah Islam atau madrasah Modern
menyusun program pembelajaran dan Pengembangan Bahasa Asing, baik itu Bahasa
arab maupun Inggris. Penekanan pada kerja sama, yakni menekankan pada
pengalaman para siswa sekolah Islam atau madrasah dalam melakukan kerja sama
dengan yang lain, melalui penugasan-penugasan kelompok dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa-siswi sekolah Islam atau madrasah memiliki
pengalaman mengembangakan kerja sama, karena tren pasar ke depan adalah
2
Ibid
5
pengembangan kerja sama, baik antara perusahaan, atau antara perusahaan dengan
masyarakat dan yang lainnya, sehingga pengalaman siswa-siswi sekolah Islam atau
madrasah belajar akan sangat bermanfaat dalam artikulasi diri di lapangan profesi
mereka.
1. Tujuan Pendidikan
2. Peserta Didik
3. Materi
6
4. Pengajar
5. Fasilitas.
6. Biaya
3
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Sekolah, Madrasah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern,
(Jakarta: LP3ES, 1994)
7
pembaharuan metode pembelajaran mulai pesantren terjadi sekitar awal abad
ke-20 atau tepatnya sekitar tahun 1970-an, dari pola sorogan berubah menjadi sistem
klasikal, tidak hanya itu, beberapa pendidikan keterampilan juga mulai masuk ke
dunia pesantren, seperti bertani, berternak, kerajinan tangan mulai akrab dikehidupan
santri sehari-hari. ini dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan atau orientasi
santri dari pandangan hidup yang selalu berpandangan ukhrowi, supaya seimbang
dengan kehidupan duniawi
Pembaharuan Kurikulum Pada umunya pesantren sebagai lembaga pendidikan
Islam, materi pembelajarannya lebih mengutamakan pelajaran agama Islam yang
bersumber dari kitab-kitab klasik, seperti tauhid, hadis, tafsir, fiqih dan sejenisnya.
Kurikulum didasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas kitab-kitab yang
dipelajari, mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjut.
Pesantren yang telah mengadopsi pembaruan kurikulum, baik yang mengacu
pada Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional jelas telah
meninggalkan model evaluasi tersebut. Model madrasi/klasikal evaluasinya
sebagaimana madrasah pada umunya, yaitu menggunakan ujian resmi dengan
memberikan angka-angka kelulusan serta tanda kelulusan seperti ijazah.
D. Tantangan dan Solusi bagi Madrasah dan Pesantren dalam Menghadapi Era
Globalisasi
Tantangan bagi madrasah dan pesantren dapat digambarkan dari perubahan
yang ada di masyarakat pada bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan yang sedang dilaksanakan. Adapun
tantangan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Bidang Politik
Madrasah dan pesantren harus mampu menyikapi tantangan dalam bidang ini
dengan obyektif, yaitu harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), agar
mewujudkan tujuan yang diinginkan, yaitu dengan ikut serta dan aktif dalam hasi
keputusan yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan.
2. Bidang Kebudayaan
Salah satu budaya negara asing yang sangat mempengaruhi kebudayaan
bangsa Indonesia adalah pergaulan bebas atau seks bebas. Hal ini menjadi tantangan
yang sangat berat bagi madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
8
untuk menjaga dan menjauhkan generasi-generasi bangsa dari hal-hal negatif yang
dibawa oleh kebudayaan dari luar. Apabila hal ini dibiarkan maka nilai-nilai budaya
bangsa ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Munculnya banda atau alat yang serba canggih pastinya akan mempengaruhi
proses pendidikan. Benda atau alat canggih tersebut bisa menjadi tantangan untuk
para pendidik dalam mengembangkan sumber daya manusia. Karena alat-alat tersebut
bisa memberikan dampak positif dan dampak negatif, termasuk dengan adanya
internet. Sehingga tujuan pendidikan pada masa sekarang ini tidak cukup hanya
memberikan pengetahuan, keimanan, keterampilan, tetapi harus mampu mengarahkan
agar menjadikan peserta didik yang kreatif, produktif, inovatif, serta mandiri karena
pada masa sekarang penuh dengan persaingan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi tantangan madrasah dan
pesantren di era globalisasi ialah sebagai berikut:
a. Mengembangkan tradisi murni di madrasah dan pesantren sebagai Lembaga
Pendidikan Islam, yaitu dengan adanya keselarasan antara keunggulan sistem sekolah
umum dengan sistem pesantren.
b. Mengaplikasikan setiap bagian kurikulum agar mampu berfungsi lebih maksimal,
yaitu: komponen tujuan, komponen media, komponen materi komponen strategis, dan
komponen evaluasi.
c. Menyesuaikan profesionalitas guru.
Berhubungan dengan zaman era globalisasi, maka madrasah dan pesantren perlu
menerapkan hal-hal sebagai berikut untuk menghadapi era globalisasi, yaitu:
a. Madrasah dan pesantren harus mampu meningkatkan daya saing dengan sungguh-
sungguh sehingga lulusan dari madrasah dan pesantren mampu bersaing dalam
pergaulan global.
b. Madrasah dan pesantren harus bisa mempunyai keahlian yang bermacam-macam
mengingat luasnya lapangan kerja di era globalisasi sekarang.
c. Madrasah dan pesantren harus tetap memperhatikan dan memepertahankan
identitasnya dan tidak boleh menghilangkan nilai-nilai dasarnya.
d. Madrasah dan pesantren harus melakukan evaluasi secara terus-menerus dan
berkelanjutan supaya jaminan kualitas dapat dipertanggungjawabkan.
9
1. Problematika Eksternal
Secara politis, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur
melalui UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 diakui memang memuat
keberadaan pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren. Namun pencantuman
Madrasah dalam UU itu sekadar "pelengkap" komponen utama pendidikan nasional.
Kenapa demikian? Karena dalam tataran praktis perhatian penyelenggara Negara
tampaknya lebih menaruh perhatian dan fokus pada sekolah- sekolah umum (dibawah
pengawasan Kemendiknas) baik dari sisi teknis peningkatan mutu persekolahan
maupun sisi anggaran yang tersedia. Padahal, menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan nasional (UUSPN),
Ada juga problem keterbatasan anggaran. Ketersediaan anggaran yang
memadai dalam penyelenggaran pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan
penyelenggaraan tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 49 tentang Pengalokasian Dana Pendidikan
yang menyatakan bahwa Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) (ayat 1). 4
2. Problematika Internal
Dinamika madrasah hingga saat ini mengantarkan madrasah menjadi sekolah
yang berciri khas agama Islam, setelah terlebih dahulu diakuinya bahwa madrasah
setara dan sederajat dengan sekolah berdasarkan SKB Tiga Menteri pada tahun 1975.
Hal itu dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1989 dan UUSPN No. 20 Tahun 2003
yang menguatkan kedudukan madrasah yaitu dengan memposisikan madrasah ke
dalam jenis pendidikan umum, berbeda dengan undang-undang sebelumnya yang
menyatakan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang bercirikan Islam. Sebagai
sub sistem pendidikan nasional, madrasah dituntut untuk melaksanakan PP No.19
tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dengan tujuan untuk menjamin mutu
4
Yasin, Ahmad Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2008)
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000)
10
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Pergeseran ini berakibat pada timbulnya problematika pada kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Madrasah, sebagaimana ditemukan oleh penelitian
Puslitbang Agama dan Keagamaan
1) Komponen Tujuan
Reposisi madrasah dari lembaga pendidikan yang fokus pada penguasaan
ilmu-ilmu agama ke arah relatif sama dengan sekolah pada umumnya, berimplikasi
madrasah didorong menjadi lebih menempati lembaga Pendidikan umum yang
bercirikan Islam.
2) Komponen Materi
Ditemukan materi pendidikan di madrasah dipandang belum membangun
sikap kritis, masih terbatas pada masalah-masalah keagamaan, serta tidak memiliki
kepedulian terhadap perkembangan ilmu-ilmu umum, baik ilmu sosial maupun ilmu
alam. Struktur kurikulum madrasah overload karena memuat mata pelajaran umum
(70%) ditambah dengan mata pelajaran agama (30%) sebagai ciri khas lembaga
pendidikan Islam.
3) Komponen Strategi
Problematika yang muncul di lapangan adalah;
a) Kegiatan belajar mengajar di madrasah berlangsung secara monolog dengan
posisi guru yang dominan, karena murid lebih banyak pasif dan tidak memiliki
ruang untuk bertanya dan mengembangkan wawasan intelektual.
b) Lebih menekankan pada aspek kognisi daripada afeksi dan psikomotor,
karena kurikulum pendidikan Islam lebih menitik beratkan pada aspek
korespondensi-tekstual, yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan
yang sudah ada.
Solusi :
Metode dalam pembelajaran di pesantren menjadi salah satu permasalahan
yang penting, karna metode pengajaran di pesantren yang terkesan ketinggalan
zaman. Metode pembelajaran menjadi sangat penting apabila dapat divariasi karena
jika metode pembelajaran hanya monoton seperti itu saja, maka akibatnya peserta
didik akan merasa bosan dan materi yang didapatpun kurang maksimal. Seperti
halnya dalam pesantren yang sebagian besar hanya menggunakan metode ceramah.
Metode pembelajaran bandongan sudah sanggat pas digunakan dipesantren dan sesuai
11
dengm ajaran Islam tentang Istima' (Menyimak). Al-Quran telah menyebutkan bahwa
mengingat adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia ketika mempelajani atau
memahami sesuatu selain melihat. Seperti "Dan apabila dibacakam Al Qur’an maka
dengarkanlah baik- baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat" (QS Al-A'raf: 204'). Ayat tersebut mengandung maksud bahwa ketika ayat-
ayat Al-Quran dibacakan hendaknya kita harus mendengarkan dengan baik dan
memerhatikan apa yang terkandung dalam setiap bacaan ayat-ayat Allah. Dengan
demikian, kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang kita dengar.
Dalam perspektif Islam aktivitas belajar dengan mendeng haruslah dilakukan
untuk mendengarkan sesuatu yang bermanfaat, dan larangan mendengar sesuattu yang
tidak bermanfaat. Namun dizaman sekrang ini, mobilitas semakin tinggi
perkembangan teknologi semakin pesat, metode bandongan ini perlu adamya inovasi
baru yaitu dengan bandongan virtual, guru atau ustad tidak harus bertatap muka
langsung dalam satu forum melainkan bisa menggunakan aplikasi google meet, zoom,
atau pun aplikasi media lainnya dalam melakukan pembelajaran. sama halnya dengan
sistem sorogan yang menyetor bacaan kitab yang sudah Yang sudah dikaji
sebelumnya untuk disetorkan kepada gurunya. Sistem sorogan ini juga sudah sesuai
dengan yang diajaran oleh Al-Qur’an yaitu mengenai Qira'ah (Membaca).
12
Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna
sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-
benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.
Analisis :
Pesantren dan madrasah adalah sama-sama lembaga pendidikan Islam yang
bertujuan untuk menciptakan manusia dengan membentuk sebuah pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani
maupun rohani. Konsep pendidikan pesantren dan madrasah yakni, pesantren sebagai
tempat menuntut ilmu yang dominan pada sistem pengajaran dahulu. Sedangkan
madrasah adalah bentuk wujud pendidikan Islam yang sudah modern. Komponen
pendidikan Pesantren sama dengan madrasah, ada beberapa yang membedakan
diantaranya seperti kiai, santri, asrama, waktu pengajaran, dan kurikulum. Dimana
model pengembangannya lebih maju disbanding pesantren salaf seperti:
Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari
lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan
asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya
dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai
sarana mengejar cita-cita.
13
PENUTUP
Simpulan
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang pada
awalnya didirikan oleh kaum muslim yang secara tradisional ingin menyeberkan
ajaran agama Islam kepada masyarakat Islam. Berdirinya pesantren tidak dapat
terlepas dari peran walisongo dalam melakukan dakwah pada saat itu, yang kemudian
selanjutnya memiliki banyak pengikut sehingga terbentuk menjadi sebuah lembaga
pendidikan.. Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi
sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
menyelenggarakan pendidikan formal dan pendidikan non formal yang secara khusus
mengajarkan fiqhi, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf yang berasal dari kitab kuning.
Madrasah dalam posisinya memasuki era Indonesia baru menghadapi persaingan yang
berorientasi kelulusan. Oleh sebab itu, dunia madrasah memerlukan dinamika di
bidang pengembangan ilm pengetahuan dan teknologi. Madrasah harus mampu
membekali lulusannya untuk terjun ke masyarakat. Selanjutnya dalam rangka
menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompleks, madrasah harus mampu
beradaptasi dengan kecenderungan nasional dan global.
Pesantren yang telah mengadopsi pembaruan kurikulum, baik yang mengacu
pada Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional jelas telah
meninggalkan model evaluasi tersebut. Model madrasi/klasikal evaluasinya
sebagaimana madrasah pada umunya, yaitu menggunakan ujian resmi dengan
memberikan angka-angka kelulusan serta tanda kelulusan seperti ijazah. Wujud dari
pembaharuan pesantren ini adalah di inovasikan dalam bentuk boarding school.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Zamahsyari, Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, Cet. 9, (Jakarta: LP3ES, 2011).
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Sekolah, Madrasah; Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern, Cet. 2, (Jakarta: LP3ES, 1994
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000
Yasin, Ahmad Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Cet. 1, (Malang: UIN Maliki
Press, 2008)
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai Jurnal An
Nûr, Vol III. No. 2, Agustus 2011
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 21-22
15