Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN PESANTREN DAN MADRASAH

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Kapita Selekta Pendidikan Islam”

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Ardita Novitasari (201200245)


2. Ayu Diah Nawang Wulan (201200253)
3. Asrorul Afwa Al-Abid (201200249)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

April 2022

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
sebuah pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani. Pendidikan Islam disebut juga sebagai sistem dan cara
meningkatkan kualitas hidup manusia. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya
dalam konteks Islam inheren dengan istilah “tarbiyah, ta’lim. dan ta’dib” yang harus
dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan
Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Pesantren sebagai pendidikan nonformal adalah sebuah lembaga pendidikan dan
penyiaran agama Islam. Pondok pesantren juga sebagai basis pendidikan yang tertua di
Indonesia karena sejalan dengan perjalanan penyebaran Islam di Indonesia, hal ini dibuktikan
dengan telah berdirinya pondok-pondok pesantren sejak abad ke-15, seperti Pesantren
Gelogah Arum yang didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1476 sampai abad ke-19 dengan
beberapa pondok-pondok pesantren yang dipimpin oleh para wali, seperti Pesantren Sunan
Malik Ibrahim di Gresik, Pesantren Sunan Bonang di Tuban, Pesantren Sunan Ampel di
Surabaya dan Pesantren tegal Sari yang terkemuka di Jawa. Eksistensi pondok pesantren
dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap
menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan SDM yang handal. Adapun yang
melatar belakangi penulisan makalah ini adalah minimnya pengetahuan penulis tentang
pembaharuan apa saja yang seharusnya dilakukan dipesantren dalam menghadapi tantangan
dan hambatan di masa modern, adapun salah satu tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan pesantren.
Pendidikan Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang menarik bukan hanya
karena memiliki kekhasan tersendiri dibanding jenis pendidikan yang lain, semisal
pendidikan umum, namun juga karena kaya akan konsep- konsep yang tidak kalah bermutu
dibandingkan dengan  pendidikan modern. Dalam hazanah pemikiran pendidikan Islam, kita
temukan tokoh- tokoh  besar dengan ide- idenya yang cerdas dan kreatif yang menjadi
inspirasi dan kontribusi yang  besar bagi dinamika pendidikan Islam, khususnya pesantren
dan madrasah di Indonesia.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tiipologi dan sistem pendidikan pesantren dan madrasah?
2. Apa komponen-komponen pendidikan pesantren dan madrasah?
3. Bagaimana perkembangan pesantren dari tradisionl ke modern?
4. Bagaimana tantangan dan solusi bagi madrasah dan pesantren dalam menghadapi era
globalisasi?
5. Bagaimana problematika dan solusi pendidikan di pesantren dan madrasah?
6. Apa contoh dari pembaharuan pendidikan pesantren saat ini?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui tipologi dan sistem pendidikan pesantren dan madrasah
2.Untuk mengetahui komponen-komponen pendidikan pesantren dan madrasah
3.Untuk mengetahui perkembangan pesantren dari tradisionl ke modern
4.Untuk mengetahui tantangan dan solusi bagi madrasah dan pesantren dalam menghadapi
era globalisasi
5.Untuk mengetahui problematika dan solusi pendidikan di pesantren dan madrasah
6. Untuk mengetahui contoh dari pembaharuan pendidikan pesantren saat ini

3
PEMBAHASAN

A. Tipologi dan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah


Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren
baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak
lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat
mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Ada beberapa pembagian tipologi pondok pesantren yaitu :
a. Pesantren Tradisional (Salaf) yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran
dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model
pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu
dengan metode sorogan dan weton
b. Pesantren Modern (Khalaf) yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran
klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan
pendidikan keterampilan.
c. Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu
relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur madrasah. Pesantren ini
menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri
terdiri dari santri madrasah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan
dipesantren kilat. 1
Adapun sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai
keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan
pada umumnya, yaitu:
1) Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh dibandingkan dengan
madrasah modern, sehingga terjadi hubungan 2 arah antara kyai dan santri.
2) Kehidupan dipesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka praktis
bekerjasama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
3) Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah,
karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan
ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan
utama mereka hanya ingin mencari keridhoan Allah SWT semata.

1
Departemen Agama, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren ( Jakarta: Ditjen Bimbingan Islam,
1985.

4
Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak
menuju kearah satu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen yang bertugas sesuai
dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan lainnya dalam rangkaian satu sistem.
Sistem yang mampu bergerak secara terpadu bergerah ke arah tujuan sesuai dengan
fungsinya.. Keunikan lain yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren adalah
tentang metode pengajarannya sebagai berikut:
a). Sorogan
suatu sistem belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang
asatiz, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.
b).Wetonan
Wetonan ini merupakan suatu bentuk rutin harian, akan tetapi dilaksanakan pada saat-
saat tertentu..2
Tipologi Madrasah yaitu Pendidikan untuk semua yakni semua siswa-siswi
sekolah Islam atau madrasah harus memperoleh perlakuan yang sama, memperoleh
pelajaran sehingga memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan sesuai
batas-batas kurikuler, serta memiliki basic skill dan keterampilan yang sesuai dengan
minat mereka, serta sesuai pula dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Paradigma yang
memisahkan pendidikan akademik sebagai calon untuk memasuki perguruan tinggi,
dan pendidikan keterampilan untuk memasuki pasar tenaga kerja, sudah tidak relevan
lagi, karena perubahan yang menuntut masyarakat untuk menjadi bagian dari
kontribusi untuk kemajuan.
Tipologi Madrasah Kedua adalah Sekolah Islam atau madrasah perlu
memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini.
Karena pasar menuntut setiap tenaga kerjanya memiliki keterampilan penggunaan
alat-alat teknologi termodern, kemampuan komunikasi global, matematika,serta
kemampuan akses pada pengetahuan. Maka sekolah Islam atau madrasah Modern
menyusun program pembelajaran dan Pengembangan Bahasa Asing, baik itu Bahasa
arab maupun Inggris. Penekanan pada kerja sama, yakni menekankan pada
pengalaman para siswa sekolah Islam atau madrasah dalam melakukan kerja sama
dengan yang lain, melalui penugasan-penugasan kelompok dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa-siswi sekolah Islam atau madrasah memiliki
pengalaman mengembangakan kerja sama, karena tren pasar ke depan adalah

2
Ibid

5
pengembangan kerja sama, baik antara perusahaan, atau antara perusahaan dengan
masyarakat dan yang lainnya, sehingga pengalaman siswa-siswi sekolah Islam atau
madrasah belajar akan sangat bermanfaat dalam artikulasi diri di lapangan profesi
mereka.

B. Komponen-Komponen Pendidikan Pesantren dan Madrasah


Komponen pendidikan pesantren:
1. Pondok
Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren dimana para santrinya tinggal
bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal
dengan sebutan “kyai”.
2. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren karena
masjid merupakan pusat pendidikan dalam tradisi pesantren. Masjid ini berfungsi
sebagai manifestasi universalisme dari system pendidikan islam tradisional.
3. Pengajaran kitab-kitab islam klasik
Zaman sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengajaran
pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren.
Namun, pengajaran kitab-kitab klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk
meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, seperti :Nahwu
(syntax) dan saraf (morfologi), Fiqih, Ushul fiqih, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf
dan etika.
4. Santri
Sebuah pesantren tidak dapat dikatakan jika tidak ada santri karena santri
merupakan komponen penting untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
5. Kiai
Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Bahkan
seringkali Kiai merupakan pendiri sebuah pesantren. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi
kiainya.
Komponen pendidikan umum atau madrasah antara lain:

1. Tujuan Pendidikan
2. Peserta Didik
3. Materi

6
4. Pengajar
5. Fasilitas.
6. Biaya

C. Perkembangan Pesantren dari tradisional ke modern


Modernisasi pesantren dilakukan dengan mengembangkan kurikulum
pesantren dengan memasukkan mata pelajaran umum, yang selanjutnya berimplikasi
terhadap diversifikasi lembaga pendidikan pesantren, sistem penjenjangan,
kepemimpinan dan manajemen pendidikan pesantren. Kehadiran pesantren sebagai
sebuah institusi pendidikan Islam sudah cukup lama, boleh dikatakan hampir
bersamaan tuanya dengan Islam di Indonesia. Esensi pesantren telah ada sebelum
Islam masuk ke Indonesia. Masyarakat jawa kuno telah mengenal lembaga yang mirip
dengan pesantren yang diberi nama dengan pawiyatan. Di lembaga ini guru yang
disebut Ki Ajar hidup dan tinggal bersamaan dengan muridnya yang disebut cantrik
dan hubungan mereka amat akrab bagaikan orang dengan anaknya. Di sinilah terjadi
proses pendidikan, dimana ki ajar mentransferkan ilmunya, nilai-nilai kepada
cantriknya. Sistem pendidikan pawiyatan ini mirip dengan sistem pesantren sekarang.
Selanjutnya di kalangan agamawan Hindu dan Budha dilakukan pendidikan guru-guru
agamanya. Dalam mencetak pendetanya mereka memakai semacam sistem pesantren
juga. Pesantren tradisional (salaf) merupakan pesantren awal atau cikal bakal dalam
pengembangan pesantren yang berkembang .
Lahirnya Pesantren Modern Berdasarkan tujuan pendiriannya, pesantren hadir
dilandasi sekurang-kurangnya oleh dua alasan: pertama, pesantren dilahirkan untuk
memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang 3tengah
pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang ditawarkan, Kedua,
salah satu tujuan pesantren adalah menyebarluaskan informasi ajaran tentang
universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam
dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Di tengah kompetisi
sistem pendidikan yang ada, pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang masih
bertahan hingga kini tentua saja harus sadar bahwa penggiatan diri yang hanya pada
wilayah

3
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Sekolah, Madrasah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern,
(Jakarta: LP3ES, 1994)

7
pembaharuan metode pembelajaran mulai pesantren terjadi sekitar awal abad
ke-20 atau tepatnya sekitar tahun 1970-an, dari pola sorogan berubah menjadi sistem
klasikal, tidak hanya itu, beberapa pendidikan keterampilan juga mulai masuk ke
dunia pesantren, seperti bertani, berternak, kerajinan tangan mulai akrab dikehidupan
santri sehari-hari. ini dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan atau orientasi
santri dari pandangan hidup yang selalu berpandangan ukhrowi, supaya seimbang
dengan kehidupan duniawi
Pembaharuan Kurikulum Pada umunya pesantren sebagai lembaga pendidikan
Islam, materi pembelajarannya lebih mengutamakan pelajaran agama Islam yang
bersumber dari kitab-kitab klasik, seperti tauhid, hadis, tafsir, fiqih dan sejenisnya.
Kurikulum didasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas kitab-kitab yang
dipelajari, mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjut.
Pesantren yang telah mengadopsi pembaruan kurikulum, baik yang mengacu
pada Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional jelas telah
meninggalkan model evaluasi tersebut. Model madrasi/klasikal evaluasinya
sebagaimana madrasah pada umunya, yaitu menggunakan ujian resmi dengan
memberikan angka-angka kelulusan serta tanda kelulusan seperti ijazah.

D. Tantangan dan Solusi bagi Madrasah dan Pesantren dalam Menghadapi Era
Globalisasi
Tantangan bagi madrasah dan pesantren dapat digambarkan dari perubahan
yang ada di masyarakat pada bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan yang sedang dilaksanakan. Adapun
tantangan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Bidang Politik
Madrasah dan pesantren harus mampu menyikapi tantangan dalam bidang ini
dengan obyektif, yaitu harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), agar
mewujudkan tujuan yang diinginkan, yaitu dengan ikut serta dan aktif dalam hasi
keputusan yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan.
2. Bidang Kebudayaan
Salah satu budaya negara asing yang sangat mempengaruhi kebudayaan
bangsa Indonesia adalah pergaulan bebas atau seks bebas. Hal ini menjadi tantangan
yang sangat berat bagi madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam

8
untuk menjaga dan menjauhkan generasi-generasi bangsa dari hal-hal negatif yang
dibawa oleh kebudayaan dari luar. Apabila hal ini dibiarkan maka nilai-nilai budaya
bangsa ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Munculnya banda atau alat yang serba canggih pastinya akan mempengaruhi
proses pendidikan. Benda atau alat canggih tersebut bisa menjadi tantangan untuk
para pendidik dalam mengembangkan sumber daya manusia. Karena alat-alat tersebut
bisa memberikan dampak positif dan dampak negatif, termasuk dengan adanya
internet. Sehingga tujuan pendidikan pada masa sekarang ini tidak cukup hanya
memberikan pengetahuan, keimanan, keterampilan, tetapi harus mampu mengarahkan
agar menjadikan peserta didik yang kreatif, produktif, inovatif, serta mandiri karena
pada masa sekarang penuh dengan persaingan.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi tantangan madrasah dan
pesantren di era globalisasi ialah sebagai berikut:
a. Mengembangkan tradisi murni di madrasah dan pesantren sebagai Lembaga
Pendidikan Islam, yaitu dengan adanya keselarasan antara keunggulan sistem sekolah
umum dengan sistem pesantren.
b. Mengaplikasikan setiap bagian kurikulum agar mampu berfungsi lebih maksimal,
yaitu: komponen tujuan, komponen media, komponen materi komponen strategis, dan
komponen evaluasi.
c. Menyesuaikan profesionalitas guru.
Berhubungan dengan zaman era globalisasi, maka madrasah dan pesantren perlu
menerapkan hal-hal sebagai berikut untuk menghadapi era globalisasi, yaitu:
a. Madrasah dan pesantren harus mampu meningkatkan daya saing dengan sungguh-
sungguh sehingga lulusan dari madrasah dan pesantren mampu bersaing dalam
pergaulan global.
b. Madrasah dan pesantren harus bisa mempunyai keahlian yang bermacam-macam
mengingat luasnya lapangan kerja di era globalisasi sekarang.
c. Madrasah dan pesantren harus tetap memperhatikan dan memepertahankan
identitasnya dan tidak boleh menghilangkan nilai-nilai dasarnya.
d. Madrasah dan pesantren harus melakukan evaluasi secara terus-menerus dan
berkelanjutan supaya jaminan kualitas dapat dipertanggungjawabkan.

E. Problematika dan solusi pendidikan di pesantren dan madrasah

9
1. Problematika Eksternal
Secara politis, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur
melalui UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 diakui memang memuat
keberadaan pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren. Namun pencantuman
Madrasah dalam UU itu sekadar "pelengkap" komponen utama pendidikan nasional.
Kenapa demikian? Karena dalam tataran praktis perhatian penyelenggara Negara
tampaknya lebih menaruh perhatian dan fokus pada sekolah- sekolah umum (dibawah
pengawasan Kemendiknas) baik dari sisi teknis peningkatan mutu persekolahan
maupun sisi anggaran yang tersedia. Padahal, menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan nasional (UUSPN),
Ada juga problem keterbatasan anggaran. Ketersediaan anggaran yang
memadai dalam penyelenggaran pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan
penyelenggaraan tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 49 tentang Pengalokasian Dana Pendidikan
yang menyatakan bahwa Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) (ayat 1). 4
2. Problematika Internal
Dinamika madrasah hingga saat ini mengantarkan madrasah menjadi sekolah
yang berciri khas agama Islam, setelah terlebih dahulu diakuinya bahwa madrasah
setara dan sederajat dengan sekolah berdasarkan SKB Tiga Menteri pada tahun 1975.
Hal itu dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1989 dan UUSPN No. 20 Tahun 2003
yang menguatkan kedudukan madrasah yaitu dengan memposisikan madrasah ke
dalam jenis pendidikan umum, berbeda dengan undang-undang sebelumnya yang
menyatakan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang bercirikan Islam. Sebagai
sub sistem pendidikan nasional, madrasah dituntut untuk melaksanakan PP No.19
tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dengan tujuan untuk menjamin mutu

4
Yasin, Ahmad Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2008)

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000)

10
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Pergeseran ini berakibat pada timbulnya problematika pada kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Madrasah, sebagaimana ditemukan oleh penelitian
Puslitbang Agama dan Keagamaan
1) Komponen Tujuan
Reposisi madrasah dari lembaga pendidikan yang fokus pada penguasaan
ilmu-ilmu agama ke arah relatif sama dengan sekolah pada umumnya, berimplikasi
madrasah didorong menjadi lebih menempati lembaga Pendidikan umum yang
bercirikan Islam.
2) Komponen Materi
Ditemukan materi pendidikan di madrasah dipandang belum membangun
sikap kritis, masih terbatas pada masalah-masalah keagamaan, serta tidak memiliki
kepedulian terhadap perkembangan ilmu-ilmu umum, baik ilmu sosial maupun ilmu
alam. Struktur kurikulum madrasah overload karena memuat mata pelajaran umum
(70%) ditambah dengan mata pelajaran agama (30%) sebagai ciri khas lembaga
pendidikan Islam.
3) Komponen Strategi
Problematika yang muncul di lapangan adalah;
a) Kegiatan belajar mengajar di madrasah berlangsung secara monolog dengan
posisi guru yang dominan, karena murid lebih banyak pasif dan tidak memiliki
ruang untuk bertanya dan mengembangkan wawasan intelektual.
b) Lebih menekankan pada aspek kognisi daripada afeksi dan psikomotor,
karena kurikulum pendidikan Islam lebih menitik beratkan pada aspek
korespondensi-tekstual, yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan
yang sudah ada.
Solusi :
Metode dalam pembelajaran di pesantren menjadi salah satu permasalahan
yang penting, karna metode pengajaran di pesantren yang terkesan ketinggalan
zaman. Metode pembelajaran menjadi sangat penting apabila dapat divariasi karena
jika metode pembelajaran hanya monoton seperti itu saja, maka akibatnya peserta
didik akan merasa bosan dan materi yang didapatpun kurang maksimal. Seperti
halnya dalam pesantren yang sebagian besar hanya menggunakan metode ceramah.
Metode pembelajaran bandongan sudah sanggat pas digunakan dipesantren dan sesuai

11
dengm ajaran Islam tentang Istima' (Menyimak). Al-Quran telah menyebutkan bahwa
mengingat adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia ketika mempelajani atau
memahami sesuatu selain melihat. Seperti "Dan apabila dibacakam Al Qur’an maka
dengarkanlah baik- baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat" (QS Al-A'raf: 204'). Ayat tersebut mengandung maksud bahwa ketika ayat-
ayat Al-Quran dibacakan hendaknya kita harus mendengarkan dengan baik dan
memerhatikan apa yang terkandung dalam setiap bacaan ayat-ayat Allah. Dengan
demikian, kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang kita dengar.
Dalam perspektif Islam aktivitas belajar dengan mendeng haruslah dilakukan
untuk mendengarkan sesuatu yang bermanfaat, dan larangan mendengar sesuattu yang
tidak bermanfaat. Namun dizaman sekrang ini, mobilitas semakin tinggi
perkembangan teknologi semakin pesat, metode bandongan ini perlu adamya inovasi
baru yaitu dengan bandongan virtual, guru atau ustad tidak harus bertatap muka
langsung dalam satu forum melainkan bisa menggunakan aplikasi google meet, zoom,
atau pun aplikasi media lainnya dalam melakukan pembelajaran. sama halnya dengan
sistem sorogan yang menyetor bacaan kitab yang sudah Yang sudah dikaji
sebelumnya untuk disetorkan kepada gurunya. Sistem sorogan ini juga sudah sesuai
dengan yang diajaran oleh Al-Qur’an yaitu mengenai Qira'ah (Membaca).

F. Contoh Dari Pembaharuan Pendidikan Pesantren Saat ini


Pertama, pembaharuan isi atau substansi pendidikan pesantren dengan
memasukkan subyek umum dan vocational. Kedua, pmbaharuan metodologi, seperti
sistem klasikal, penjenjangan; ketiga, Pembaharuan kelembagaan, seperti
kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan;dan keempat,
Pembaharuan fungsi, dari fungsi kependidikan untuk juga mencakup fungsi social
ekonomi yang lebih luas.
Pembaharuan pendidikan pesantren yang saat ini ada yaitu diinovasi dalam
model boarding school. Dimana model pengembangannya lebih maju disbanding
pesantren salaf seperti:
Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari
lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan
asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya
dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai
sarana mengejar cita-cita.

12
Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna
sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-
benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.

Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang


seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual. Diharapkan
akan lahir peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi,
serta siap secara iman dan amal soleh.

Analisis :
Pesantren dan madrasah adalah sama-sama lembaga pendidikan Islam yang
bertujuan untuk menciptakan manusia dengan membentuk sebuah pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani
maupun rohani. Konsep pendidikan pesantren dan madrasah yakni, pesantren sebagai
tempat menuntut ilmu yang dominan pada sistem pengajaran dahulu. Sedangkan
madrasah adalah bentuk wujud pendidikan Islam yang sudah modern. Komponen
pendidikan Pesantren sama dengan madrasah, ada beberapa yang membedakan
diantaranya seperti kiai, santri, asrama, waktu pengajaran, dan kurikulum. Dimana
model pengembangannya lebih maju disbanding pesantren salaf seperti:
Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari
lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan
asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya
dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai
sarana mengejar cita-cita.

Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna


sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-
benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.

Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang


seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual. Diharapkan
akan lahir peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi,
serta siap secara iman dan amal soleh

13
PENUTUP

Simpulan
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang pada
awalnya didirikan oleh kaum muslim yang secara tradisional ingin menyeberkan
ajaran agama Islam kepada masyarakat Islam. Berdirinya pesantren tidak dapat
terlepas dari peran walisongo dalam melakukan dakwah pada saat itu, yang kemudian
selanjutnya memiliki banyak pengikut sehingga terbentuk menjadi sebuah lembaga
pendidikan.. Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi
sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
menyelenggarakan pendidikan formal dan pendidikan non formal yang secara khusus
mengajarkan fiqhi, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf yang berasal dari kitab kuning.
Madrasah dalam posisinya memasuki era Indonesia baru menghadapi persaingan yang
berorientasi kelulusan. Oleh sebab itu, dunia madrasah memerlukan dinamika di
bidang pengembangan ilm pengetahuan dan teknologi. Madrasah harus mampu
membekali lulusannya untuk terjun ke masyarakat. Selanjutnya dalam rangka
menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompleks, madrasah harus mampu
beradaptasi dengan kecenderungan nasional dan global.
Pesantren yang telah mengadopsi pembaruan kurikulum, baik yang mengacu
pada Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional jelas telah
meninggalkan model evaluasi tersebut. Model madrasi/klasikal evaluasinya
sebagaimana madrasah pada umunya, yaitu menggunakan ujian resmi dengan
memberikan angka-angka kelulusan serta tanda kelulusan seperti ijazah. Wujud dari
pembaharuan pesantren ini adalah di inovasikan dalam bentuk boarding school.

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren Jakarta: Ditjen Bimbingan


Islam, 1985.

Dhofier, Zamahsyari, Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, Cet. 9, (Jakarta: LP3ES, 2011).

Steenbrink, Karel A., Pesantren, Sekolah, Madrasah; Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern, Cet. 2, (Jakarta: LP3ES, 1994

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan Aksi Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000

Yasin, Ahmad Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Cet. 1, (Malang: UIN Maliki
Press, 2008)

Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi; Esai-Esai Pesantren, Cet.3,


(Yogyakarta: LKiS, 2010).

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai Jurnal An
Nûr, Vol III. No. 2, Agustus 2011

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 21-22

Sulaiman, In’am. 2001. Masa Depan Pesantren, Eksistensi Pesantren di Tengah


Gelombang Modernisasi. Malang, Madani.

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan


Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.

15

Anda mungkin juga menyukai