Anda di halaman 1dari 35

INOVASI SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

DI ERA MODERNISASI
(Studi Kasus Pondok Pesantren Babussalam Kalibening
Mojoagung Jombang)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
MOHAMMAD NURSALIM
NIRM : 2013.4.097.0001.1.001075

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AR-ROSYID


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
TAHUN 2017
PROPOSAL SKRIPSI

INOVASI SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

DI ERA MODERNISASI

(Studi Kasus Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang)

A. Konteks Penelitian

Perkembangan teknologi dan informasi di era modernisasi yang semakin

tahun semakin maju dan sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan yang

salah satunya adalah dalam bidang pendidikan, yang merupakan suatu upaya

untuk menjembatani sebuah peralihan dari masa sekarang ke masa yang akan

datang yakni melalaui sebuah suntikan-suntikan inovasi yang diharapkan akan

dapat mencapai efisiensi dan efektifitas

Kajian inovasi sistem pendidikan di khususnya pondok pesantren

merupakan upaya lebih jauh dalam menemukan terjadinya perubahan-

perubahan dan pergeseran-pergeseran sistem pendidikan yang terjadi dalam

pondok pesantren. Dengan berkembangya teknologi dan informasi yang terjadi

pada saat ini, pondok pesantren juga melakukan proses transformasi

sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan yang lain, sehingga terdapat inovasi

atau temuan-temuan baru yang dapat melahirkan perubahan-perubahan dalam

sistem pendidikan pondok pesantren.

Istilah “pesantren” berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan

akhiran an berarti “tempat tinggal santri”. Prof. John berpendapat bahwa

istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. 1 Pesantren
1
Ruchman Basori, The Founding Father Pesantren Modern Indonesia : Jejak Langkah K.H.
A. Wahid Hasyim (Banten : Inceis, 2008), 33.

2
adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan

belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan

mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada

dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk

belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi

oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai

dengan peraturan yang berlaku.2

Pondok pesantren disebut lembaga pendidikan Islam karena merupakan

lembaga yang berupaya menanamkan nila-nilai Islam di dalam diri santri.

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren memiliki karekteristik yang

berbeda dibandingkan dengan lembaga-lembaga lain, yakni jika ditinjau dari

sejarah pertumbuhannya, komponen-komponen yang terdapat di dalamnya,

pola kehidupan warganya, serta pola adopsi terhadap berbagai macam inovasi

yang dilakukannya dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan baik

ranah konsep maupun praktik.3

Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan

pesantren lainnya, hal ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren

bersangkutan. Untuk pesantren kecil unsur-unsurnya cukup dengan kiyai,

santri, asrama atau pondok, kitab-kitab keagamaan, dan metode pengajaran,

akan tetapi untuk pesantren besar perlu ditambah dengan unsur-unsur lain,

2
Wikipedia, “Pengertian Pesantren dan Santri”, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren, (29 Januari 2016)
3
Abd. Halim Soebahar, Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan
Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013), 33.

3
seperti: Ustadz sebagai pembantu kiyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau

madrasah, pengurus, tata tertib dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan.4

Dalam perjalanannya, pendidikan pesantren selalu mengalami dinamika

yang tidak pernah berhenti, pendidikan pesantren telah membentuk

multikultural yang secara sosio-antropologis bisa dikatakan sebagai masyarakat

pesantren. Hal ini diperlihatkan dengan dua fungsi utama pesantren, yakni

sebagai lembaga pendidikan yang meniscayakan sebuah sistem pendidikan dan

pola belajar mengajar yang khas ala pesantren. Di samping itu, pondok

pesantren senantiasa melakukan internalisasi nilai-nilai Islam di tengah

masyarakat pesantren sendiri dan masyarakat umum.

Dalam kontek teoritis belajar dari model-model pendidikan multikultural

yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju,

sedangkan di Indonesia pendidikan multikultural baru relatif dikenal suatu

pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang

hetrogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang baru dilakukan

pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan

pengembangan demokrasi yang di jalankan sebagai counter terhadap

desentralisasi dan otonomi daerah.

Pendidikan pondok pesantren merupakan suatu pendekatan progesif

untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara holistic memberikan

kritik dan menunjukkan kelemahan–kelemahan, kegagalan-kegagalan dan

diskriminasi di dunia pendidikan. Pendidikan tersebut sebagai instrument

4
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren (Bogor : IPB, 1989), 55-56.

4
rekayasa sosial untuk mendorong lembaga pendidikan supaya dapat berparan

dalam menanamkan kesadaran dalam masyarakat dan mengembangkan sikap

tasamuh tenggang rasa dan tawasut toleran untuk mewujudkan kebutuhan serta

kemampuan bekerja sama dengan segala perbedaan yang ada.

Berdasarkan gambaran selintas di atas tidaklah berlebihan jika kita

menyatakan bahwa pondok pesantren merupakan suatu institusi yang sangat

urgen bagi umat Islam. Lembaga ini memiliki potensi yang besar sebagai

lembaga pendidikan dan pengkaderan bagi generasi muda Islam sekali gus

membina masyarakat di sekitarnya. Pendidikan sepanjang hayat (live long

education) memiliki nilai yang tinggi di kalangan kaum muslim. Upaya

mencari ilmu pengetahuan merupakan tugas atau kewajiban bagi setiap

muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Fenomena ini, tidak lain karena langkah inovasi maupun modernesasi

oleh sebagaian pondok pesantren, demi mempertahankan eksistensinya untuk

mengikuti dinamika masyarakat Indonesia yang menginginkan putra-putrinya

memiliki ijazah pendidikan formal dari keinginan mempertahankan

eksistensinya, tidaklah salah apabila banyak pondok pesantren yang

mengadakan inovasi kebijakan maupun inovasi sistem pendidikannya.

Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang sejak

berdirinya pada tahun 1974 M. bertepatan tahun 1396 H. Sampai saat ini,

selalu dan terus memperbaiki kualitas pelaksanaan pendidikan dengan terus

mengadakan pembaruan, inovasi dan pengembangan untuk menjawab

perkembangan zaman.

5
Hal ini tampak realistis di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, telah ada unit-unit pendidikan baik dibidang formal, non formal,

informal dan unit pendukung. Dalam bidang bidang formal dan nonformal ada

6 (enam) unit pendidikan yakni : 1) Roudlatul Athfal (RA), 2) Madrasah

Ibtidaiyah (MI), 3) Madrasah Tsanawiyah (MTs), 4) Madrasah Aliyah (MA), 5)

Tahfidhul Qur’an, 6) Madrasah Diniyah (Madin). Sedangkan dalam bidang

informal terdapat 4 (empat) unit yakni : 1) Jam’iyyatul Qurra’ Wal-Hufadh, 2)

Pengajian Kitab Kuning dan Takhasus, 3) Pendidikan Komputer, 4) Pendidikan

Bahasa (Arab, Inggris). Untuk unit pendukung dalam Pondok pesantren

Babussalam yakni Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan Klinik Gavrilla Medika

Babussalam.

Pondok Pesantren Babussalam kalibening Mojoagung Jombang yang

notabene santri-santrinya terdiri dari berbagai penjuru tanah air mulai dari

sabang sampai merauke. Mereka hadir dari berbagai latar belakang mulai dari

perbedaan latar belakang suku, budaya, ras, bahasa dan tingkat pendidikan

orang tua, mereka semua melebur jadi satu dalam satu atap dengan tujuan yang

sama yakni mencari ilmu. Kondisi lingkungan pendidikan dan proses

pembelajaran berjalan dengan rukun, anam, nyaman dan penuh dengan

kedamaian meski terkadang timbul konflik-konflik kecil yang menjadikan

sebagai instrument pengerat tali persaudaraan antar santri.

Dari hasil pengamatan dan berbagai informasi yang di himpun peneliti,

dapat di kemukakan bahwa seluruh pengasuh di Pondok Pesantren Babussalam

Kalibeing memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya dilakukan

6
inovasi sistem pendidikan pondok pesantren. Alasannya, pengasuh-pengasuh di

Pondok Pesantren Babussalam kalibening itu memiliki prinsip yang sama

yakni “memelihara tradisi lama yang masih releven dan melakukan inovasi

yang konstruktif”.

Selain motivasi di atas peneliti mempunyai alasan-alasan dalam menulis

penelitian ini, yang pertama adalah guna untuk memenuhi kewajiban sebagai

syarat dalam menyelesaikan progam sarjana pada prodi pendidikan agama

Islam. Karena ilmu pendidikan sangat luas jangkauannya, meliputi seluruh

pendidikan, mulai pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Yang semuanya itu termasuk kedalam

lingkup sistem dari sistem pendidikan nasional, maka tidak salah bila maha

siswa progam sarjana dari prodi pendidikan agama Islam membahas dan

mengembangkan atau bahkan menemukan teori tentang apa saja mengenahi

dunia kepesantrenan.

Sehingga dunia kepesantrenan tidak hanya ranah studi Agama pada

sejumlah perguruan tinggi Islam, dalam hal ini insya Allah yang peneliti

laksanakan pada saat ini dimana peneliti ingin mengemukakan teori inovasi

pendidikan pada umumnya, untuk pendidikan pondok pesantren pada

khususnya, oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti mengambil Pondok

Pesantren Babussalam Kalibening sebagai fokus penelitian dimaksudkan dapat

menggali dan menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian

observasi pada beberapa tahap atau tingkat perkembangan yang tertentu

dengan harapan dari sejumlah tahap atau tingkat tersebut akan dapat di buat

7
kesimpulan. Yang ke kedua sebagai pendalaman ilmu penelitian sendiri dalam

menghadapi siswa atau santri, dimana peneliti menderma baktikan ilmu

pengetahuan yang di peroleh dalam menempuh prodi ini. Dan yang ketiga

sebagai tugas dan kewajiban peneliti sebagai mahasiswa progam sarjana dalam

rangka memenuhi kewajiban di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat

semoga salah satunya melalui penelitian ini di catat sebagai amal yang

bermanfaat. Amiin

Dari konteks penelitian yang telah dideskripsikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Inovasi Sistem Pendidikan

Pondok Pesantren di Era Modernisasi (Studi Kasus Pondok Pesantren

Babusalam Kalibening Mojoagung Jombang)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan deskripsi pada Konteks penelitian. Peneliti dapat

mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan inovasi sistem

pendidikan Pondok Pesantren Babussalam di era modernisasi sebagai

berikut:

a. Manajemen Pondok Pesantren di era modernisasi.

b. Pergeseran kultur dan budaya Pondok Pesantren di era modernisasi.

c. Inovasi Sistem pendidikan Pondok Pesantren di era modernisasi.

2. Batasan Masalah

8
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah Peneliti deskripsikan

diatas, berkaitan pula dengan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Maka

Peneliti memfokuskan penelitian dalam ruang lingkup inovasi sistem

pendidikan di era modernisasi yang dilakukan di Pondok Pesantren

Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian dan identifikasi masalah yang telah

peneliti uraikan di atas, serta gambaran-gambaran tentang situasi dan kondisi

Pondok Pesantren Babussalam yang telah peneliti peroleh, maka dapat

ditentukan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana model-model inovasi sistem pendidikan yang dilakukan di

Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang?

2. Bagaimana pelaksanaan inovasi sistem pendidikan pondok pesantren

Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang di era modernisasi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui, menemukan dan mendeskripsikan :

1. Model-model inovasi sistem pendidikan yang dilakukan di Pondok

Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang.

2. Pelaksanaan inovasi sistem pendidikan pondok pesantren Babussalam

Kalibening Mojoagung Jombang di era modernisasi.

9
E. Devinisi Istilah

Kajian dalam penelitian ini agar dapat dipahami secara komprehensif

(menyeluruh) serta menghindari kesalahpahaman dalam memahami dan

menafsirkan judul penelitian ini, maka akan peneliti jelaskan arti beberapa

istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini:

1. Inovasi

Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang

dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau

sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun

discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk

memecahkan suatu masalah tertentu.5 Sedangkan inovasi dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai penemuan baru yang

berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan,

metode, atau alat).6 Begitu juga dalam UU No. 18 tahun 2002 tentang sistem

nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi menyebutkan bahwa inovasi kegiatan penelitian, pengembangan,

dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis

nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk

menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam

produk atau proses produksi.7

5
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), 3.
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 538.
7
Undang-undang RI No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Pasal 1 Ayat 9.

10
2. Sistem

Sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu System yang berarti hubungan

fungsional yang teratur antara unit-unit atau komponen-komponen.8 Ada

juga yang mengatakan bahwa, Sistem adalah perangkat unsur yang secara

teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang

teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. 9 Sedangkan dalam

Kamus Umum Indonesia, Sistem adalah kumpulan komponen yang

berinteraksi satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan dengan tujuan

yang jelas.10 Begitu juga menurut M. Arifin mengatakan bahwa sistem

merupakan cara untuk mencapai tujuan tertentu di mana dalam

penggunaannya bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya

dengan usaha pencapain tujuan tersebut.11

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan kata benda yang dibentuk berdasarkan kata

asal didik yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,

tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dengan

demikian pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran atau pelatihan.12

4. Sistem Pendidikan
8
Tohari Musnamar, Bimbingan dan Wawanwuruk Sebagai Suatu Sistem (Yogyakarta:
Cendekia Sarana Informatika, 1985), 38.
9
Armai Arief, Pengantar Ilmu Penddidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 69.
10
W. J. S. Porwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), 955.
11
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum) (Jakarta : Bumi Aksara,
1993), 245.
12
W. J. S. Porwadarminta, Kamus Umum....., 232.

11
Sistem Pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkat unsur-

unsur pendidikan yang bekerjasama secara terpadu, dan saling melengkapi

satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang telah menjadi

cita-cita bersama pelakunya.13 Sedangkan menurut Hasbullah mengatakan

bahwa, sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya

yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapakan

berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti

mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-

bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan terebut. Karena itu,

proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem

pendidikan.14

5. Pondok Pesantren

Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan

sebutan kyai.15

6. Modernisasi

Kata modernisasi berasal dari dua suku kata yaitu modern yang berarti

mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi modernisasi adalah proses

pemutakhiran.16 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto pengertian secara

umum mencakup suatu bentuk transformasi total dari kehidupan tradisional


13
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 26.
14
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 123.
15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:
LP3ES, 1982),12.
16
R. Somantri Gumilar, dkk, Sosiologi Perkotaan (Jakarta : Pusat penerbitan Universitas
Terbuka, 2004), 93.

12
atau pramodern (dalam arti teknologi dan organisasi sosial) ke arah

kehidupan modern dengan pola-pola ekonomis dan politis seperti ciri-ciri

negara Barat.17

Dari definsi-definisi di atas yang dimaksud dari Inovasi sistem

pendidikan pondok pesantren dalam penelitian ini adalah perubahan-perubahan

atau pergeseran-pergeseran dalam komponen-komponen pendidikan pondok

pesanten di era modernisasi khususnya di Pondok Pesantren Babussalam

Kalibening Mojoagung Jombang.

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi dalam upaya melaksanakan inovasi dalam sistem

pendidikan yang ada dalam pondok pesantren di era modernisasi ini, maka

diharapkan penelitian ini dapat digunakan dengan baik bagi :

1. Peneliti

Hasil penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai berikut :

a. Peneliti dapat mengetahui model-model inovasi sistem pendidikan

yang digunakan di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening

Mojoagung Jombang.

b. Peneliti dapat mengetahui pelaksanaan inovasi sistem pendidikan

yang digunakan di Pondok Pesantren Babussalam Kalibening

Mojoagung Jombang di era modernisasi.

17
Ati Haviati Oktora, dkk., Sosiologi Sekolah MenengAtas dan Madrasah Aliyah Jilid 3
Kelas XII (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, ), 39.

13
2. Lembaga pendidikan khususnya di Pondok Pesantren Babussalam

kalibening Mojoagung Jombang.

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga pendidikan di

Pondok Pesantren Babussalam sebagai berikut :

a. Bahan pertimbangan dalam penerapan model-model inovasi sistem

pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Babussalam

kalibening Mojoagung Jombnag.

b. Bahan evaluasi keberhasilan dan kegagalan dalam sistem

pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Babussalam

Kalibening Mojoagung Jombang.

3. Perguruan Tinggi Agama Islam STAI Ar-Rosyid

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh STAI Ar-Rosyid untuk

Mengetahui dan menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu

dan teori yang didapat di bangku kuliah, dan sebagai bahan referensi bagi

penelitian yang sejenisnya pada masa yang akan datang.

G. Kerangka teoritik

1. Kajian Tentang Inovasi Sistem Pendidikan


a. Pengertian Inovasi
b. Strategi Inovasi Pendidikan
c. Proses Pengembangan Inovasi
d. Model Proses Inovasi Pendidikan
e. Pola Inovasi dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
2. Kajian Tentang Pendidikan Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantern

b. Elemen-elemen Pondok Pesantren

14
c. Sistem Pendidikan Pesantren

3. Kajian tentang Modernisasi


a. Pengertian Modernisasi
b. Ciri-ciri Modernisasi
c. Faktor-faktor Modernisasi
d. Modernisasi Pendidikan Pondok pesantren

H. Penelitian terdahulu

Setelah peneliti mencari di beberapa media, peneliti menemukan beberapa

penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya :

1. Skripi Ahmad Syah Mas’ud Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2014 dengan judul Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah Ditengan

Modernisasi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa :


a. Pondok pesantren Az-Ziyadah adalah termasuk ke dalam kategori

Pesantren Salafiyah yang telah memasukan unsur-unsur modern dalam

sistem pendidikannya.
b. Terdapat beberapa faktor yang melandasi penerapan kurikulum

pemerintah yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem

pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur, yaitu:


1) Tuntutan modernisasi pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Untuk mengantisipasi dampak negatif

perkembangan tersebut, sistem pendidikan pesantren yang

bercorak salafiyah harus tetap dipelihara dan dipertahankan. Oleh

karena itu, walaupun harus mengikuti tuntutan perkembangan

15
zaman namun tetap dipadu dan dipandu dengan nilai-nilai

salafiyahnya.
2) Pentingnya sebuah ijazah, untuk memudahkan santri-santinya

untuk mengembangkan potensi dan karir serta dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga potensi dan

karir tidak berhenti di tengah jalan.


c. Sistem pengelolaan yang diterapkan di PP Az-Ziyadah

memperlihatkan sudah menganut prinsip-prinsip manajemen modern.

Hal itu dapat dilihat pada:


1) Struktur organisasi pembagian kerja dari masing-masing bagian

atau unit cukup jelas dan resmi.


2) Dengan memasukan kurikulum Dep. Agama, maka sebagai

sumber belajar tidak tergantung satu figur kiyai, tetapi juga

sumber-sumber lainnya sebagai akibat semakin intensifnya

interaksi dengan dunia luar. Seperti: Sumber buku-buku pelajaran

umum, media massa dan elektronik.


3) Metode evaluasi yang digunakan dalam proses pendidikan

sebagaimana ketentuan dari kurikulum pemerintah.


d. Dalam perubahan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah

dipengaruhi oleh 2 faktor, faktor yang datang dari dalam pondok

pesantren (Internal) dan faktor yang datang dari luar pondok pesantren

(Ekternal):
1) Faktor Internal
a) Perubahan disebabkan oleh bertambah dan berkurangnya

penghuni PP Az-Ziyadah, hal ini dilihat dari bertambahnya

santri yang ingin belajar di PP Az-AZiyadah, mengakibatkan pihak

16
pesantren merubah sisitem lama dan membuka sistem

pendidikan klasikal berjenjang.


b) Perubahan disebabkan oleh penemuan-penemuan baru (Inovasi)

oleh kiyai dan penghuni PP Az-Ziyadah.


2) Faktor Ekternal
a) Perubahan yang terjadi di PP Az-Ziyadah dipengaruhi oleh

budaya masyakat lain yakni dalam aspek teknologi yang

merupakan salah satu produk budaya masyarakat lain yang

telah mempengaruhi sistem pedidikan pesantren salafiyah.


b) Perubahan yang terjadi di PP Az-Ziyadah dipengaruhi oleh

sitem pendidikan formal yang maju sepeti sistem pendidikan

modern yang dicanangkan pemerintah untuk lembaga

pendidikan di Indonesia, sehingga PP salafiyah Az-Ziyadah ikut

beradaptasi dengan kondisi tersebut.


2. Skripsi M. Firdaus Fatchur Rozi Jurusan Pembelajaran Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Tahun 2015 dengan judul Modernisasi Sistem Pembelajaran Pesantren Di

Pondok Pesantren Bustanul Uta’allimin Reksosari Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa :


a. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Muta’allimin pada

awalnya menganut sistem pendidikan pesantren salaf pada

umumnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pengasuhnya

mulai memasukkan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.


b. Modernisasi sistem pendidikan pesantren dipondok pesantren

Bustanul Muta’allimin nampak dalam upaya peningkatan pendidikan

agama Islam dalam masyarakat. Adapun beberapa langkah yang

diterapkan di pondok pesantren Bustanul Muta’allimin dalam

17
peningkatan pendidikan agama Islam dalam era modernisasi pada

masyarakat yaitu melalui: (1). arisan tahlilan mingguan, (2).

pembacaan dhiba’an atau berzanji, (3). pembacaan Al quran, (4).

pengajian keagamaan, (5). Penyuluhan (berupa penyuluhan pertanian,

keterampilan, manajemen usaha, serta koperasi simpan pinjam), dan

(6). program pengabdian bagi santri yang sudah lulus Madrasah

Aliyah di berbagai lembaga pendidikan.

18
c. Faktor penunjang dalam mewujudkan modernisasi sistem pendidikan

pesantren di ponpes Bustanul Muta’allimin meliputi; (1). Dukungan dari

dewan pengasuh pondok pesantren berupa motivasi maupun materi.

(2). Komitmen dan semangat yang tinggi dalam memajukan lembaga

dari para pengurus pondok pesantren meskipun fasilitas tidak

memadai, (3). Rasa optimisme yang tinggi dari berbagai pihak baik

itu pengurus yasasan, dewan pengasuh, para pengurus maupun para

santri, (4). Terbentuknya budaya auto kritik yang bersifat kontruktif

di lingkungan pesantren, (5). Konsistensi dari para asatidz maupun

para santri untuk mendukung pelaksanaan program pengembangan

pendidikan Islam pada masyarakat, (6). Adanya pola pemikiran dari

masyarakat umum (pengasuh, pengurus, santri, dan masyarakat) yang

menganggap bahwa pendidikan Islam lebih penting dari pada

pendidikan umum (7). Kemampuan dari para pengasuh menjadi

suriteladan, sehingga segala anjurannya dapat memotivasi orang lain.

Sedangkan faktor penghambatnya meliputi, (1). Multi peran pengurus,

yang menyebabkan kinerja dan konsentrasi kurang maksimal, (2).

Sulitnya memahami berbagai karakter yang ada pada masyarakat,

(3). Kurangnya partisipasi dari para masyarakat, (4). Kurangnya

sarana penunjang dalam pelaksanaan kegiatan, (5). Kurangnya

semangat atau keinginan kuat dari para santri dan masyarakat untuk

menuntut ilmu, (6). Adanya perilaku yang lebih mendahulukan

kepentingan pribadi dari pada kepentingan pondok pesantren baik

19
dari pengasuh, pengurus yayasan, pengurus Pondok Pesantren (asatidz)

serta para santri.

I. Prosedur Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

a. Pendekatan penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah

atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual

sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Mengingat

sifatnya yang demikian, maka penelitian deskriptif dalam pendidikan

lebih berfungsi untuk pemecahan masalah praktis pendidikan, sedikit

sekali fungsinya untuk pengembangan ilmu.18

b. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme (memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh,

kompleks, dinamis penuh makna, dan hubungan gejala bersifat

interaktif), digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive (seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakikat penelitian


18
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010), 64.

20
kualitatif) dan snowball (dari informan kunci, peneliti mencari subyek-

subyek lain secara terus-menerus sampai peneliti merasa jenuh karena

sudah tidak dapat menemukan lagi subyek yang tepat, kejenuhan

penentuan subyek ditandai kelengkapan dan kedalaman data yang sudah

terkumpul). Teknik pengumpulan data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.19

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena

yang terjadi di lapangan melalui pengumpulan data, oleh karena itu

peneliti adalah bagian integral data artinya peneliti ikut aktif dalam

menentukan data yang diinginkan, dengan demikian dalam penelitian

kualitatif peneliti adalah sebagai human instrument (instrumen utama)

yang harus terjun langsung ke lapangan.20 Oleh karena itu penelitian

kualitatif lebih bersifat subjektif dan hasil lebih kasuistik, adapun desain

penelitian dapat berubah-ubah disesuaikan dengan perkembangan

penelitian.

Kehadiran peneliti dalam skripsi ini bertindak sebagai pengamat

partisipan secara langsung. Dalam penelitian skripsi ini pada medan

lapangan disamping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai

peneliti subjek atau informan, Adapun informan yang akan penulis

19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2015), 15.
20
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta : Gaung persada, 2009),
118.

21
libatkan dalam penelitian ini antara lain adalah pengasuh, ketua dan

pengurus Pondok pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung jombang.

3. Lokasi penelitian

Adapun tempat yang dijadikan penelitian adalah di Pondok

Pesantren Babussalam yang merupakan salah satu pesantren di kabupaten

Jombang yang keberadaannya terus maju dan berkembang, tepatnya

terletak di Dusun Kalibening desa Tanggalrejo Kecamatan Mojoagung.

4. Data dan Sumber data

a. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta

ataupun angka. Dari sumber SK menteri P dan K No. 0259/U/1997

tanggal 11 juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan

angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.21

Data yang peneliti butuhkan meliputi :

1) Model-model inovasi sistem pendidikan yang dilakukan di Pondok

Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang.


2) Pelaksanaan inovasi sistem pendidikan pondok pesantren

Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang di era modernisasi.


b. Sumber data
Sumber data merupakan bagian sangat penting bagi seorang

peneliti, karna ketetapan memilih dan menentukan jenis sumber data


21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka
Cipta. 2010). 161.

22
akan menentukan ketepatan dan kekayaan data yang diperoleh. Data

tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data.22


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden,

yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.23

Menurut sumber datanya dalam penelitian ini, data dibedakan

menjadi dua macam yakni:

1) Sumber Data Primer

Adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data,24 yaitu ;

a) Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung

Jombang.
b) Ketua Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung

Jombang.
c) Pengurus Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung

Jombang.
2) Sumber sekunder

Adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.25

seperti literatur-literatur mengenai inovasi sistem pendidikan pondok

pesantren di era modernisasi.

22
Muhammad Tholchah Hasan, dkk, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan
Praktis (Surabaya: Visipres Media, 2013), 120.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian....., 172.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan ...., 308.
25
Ibid., 308-309.

23
5. Prosedur pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana

cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai

berikut:

a. Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa: “through observasion, the

researcher learn about behavior and the meaning attached to those

behavior”. Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut.26 Adapun observasi yang dilakukan

peneliti termasuk dalam jenis observasi partisipan (participant

observation). Yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian.27

Metode ini dilakukan untuk mengamati Gambaran Umum Objek

Penelitian Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung

Jombang. Pengamatan yang dilakukan menggunakan pedoman

observasi sebagai instrumen pengamatan.

b. Interview/wawancara

Adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu.28
26
Ibid., 310.
27
Ibid., 310.
28
Ibid., 317.

24
Tujuannya adalah agar peneliti memperoleh informasi yang lebih

lengkap mengenai hal-hal yang diteliti yaitu inovasi sistem pendidikan

pondok pesantren di era modernisasi, wawancara yang dilakukan

menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen pengamatan.

c. Dokumentasi

Yakni catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.29

Metode ini dilakukan untuk mengamati data tentang keadaan

lembaga (obyek penelitian) Pondok Pesantren Babussalam Kalibening

Mojoagung Jombang. Metode yang dilakukan menggunakan pedoman

dokumentasi sebagai instrumen pengamatan.

6. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data Dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannnya ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat di ceritakan kepada

orang lain.30

Miles dan Huberman mnegemukakan aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

29
Ibid., 329.
30
Ibid.,334.

25
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data

yaitu data reduction, data display, verification.31

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis data ini,

adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.32 Reduksi data dilakukan secara

berkesinambungan mulai dari awal pengumpulan data sampai selesai.33

b. Sajian Data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah

difahami.34

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa “the most

frequent form of display datafor qualitative research data in the past

has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat narasi.35

31
Ibid., 337.
32
Ibid., 338.
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian....., 29.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan ....., 341.
35
Ibid., 341.

26
c. Verifikasi dan Simpulan Data

Menurut Miles dan Huberman, langkah ketiga dalam analisis

data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan Verifikasi. Kesimpulan

awal yang masih dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak dikemukakan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat penaliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.36

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan.37 Kesimpulan data dari hasil penelitian ini yaitu merupakan

temuan baru berupa deskriptif atau gambaran inovasi sistem pendidikan

pondok pesantren di era modernisasi.

7. Pengecekan keabsahan temuan

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

36
Ibid., 345.
37
Ibid., 345.

27
sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.38 Tidak semua teknik

tersebut peneliti gunakan, hanya 4 (empat) teknik pemeriksa keabsahan

data yang peneliti pakai, yaitu:

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data

yang pernah di temui maupun yang baru. Dengan perpanjangan

pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

semakin terbentuk rapport (hubungan), semakin akrab ( tidak ada jarak

lagi ), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi

yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi

kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi

menganggu perilaku yang dipelajari.39

Menurut Susan Stainback, Rapport is a relationship of mutual

trust and emotional affinity between two or more people (Hubungan

saling percaya dan keterikatan emosional antara 2 orang atau lebih).40

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis.41

38
Ibid., 368.
39
Ibid., 369.
40
Ibid., 369.
41
Ibid., 370.

28
Dengan Meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat

memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah

dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

maupun dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang

diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas

dan tajam, sehingga dapay digunakan untuk memeriksa data yang

ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.42

c. Triangulasi
Wiliam Wiersma menyatakan bahwa “Triangulation is qualitative

cross-validation. It accesses the sufficiency of the data according to the

convergence of multiple data sources or multiple data collection

procedures.” Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu.43
d. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud bahan referensi disini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai

contoh data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan

perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu perekam data dalam penelitian

kualitatif, seperti camera, handy cam, alat perekam suara sangat

diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh

42
Ibid., 371.
43
Ibid., 372.

29
peneliti.44

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

proses pelaksanaan penelitian, penulis membagi tahap penelitian menjadi

tiga tahap, antara lain;

a. Tahap Pra-Penelitian.

Pra-Penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap

ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: mencari permasalahan

penelitian melalui bahan-bahan tertulis, kegiatan-kegiatan ilmiah dan

non-ilmiah dan pengamatan atau yang kemudian memasukkan

permasalahan yang bersifat tentative dalam bentuk konsep awal,

berdiskusi dengan orang-orang tertentu, yang di anggap memiliki

pengetahuan permasalahan yang ada, menyusun sebuah konsep ide

pokok penelitian yang lengkap, perbaikan hasil konsultasi, serta

menyiapkan surat izin penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya. Selama berada di

lapangan, pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain;

menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti surat izin penelitian,

perlengkapan alat tulis dan alat perekam, berkomunikasi dengan pihak

yang berwenang dan berkepentingan dengan latar penelitian untuk

mendapatkan rekomendasi penelitian, mengumpulkan data atau

informasi yang terkait dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan


44
Ibid., 375.

30
dosen pembimbing, menganalisis data, membuat draf awal konsep hasil

penelitian.

c. Tahap Pasca-Penelitian

Pasca Penelitian adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada

tahap pasca penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain;

menyusun konsep laporan penelitian, berkonsultasi dengan pengurusan

dosen pembimbing, perbaikan hasil konsultasi, kelengkapan

persyaratan ujian ahir dan melakukan revisi seperlunya.


Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam

penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni mulai pada tahap

pra-penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap pasca penelitian.

Namun walau demikian sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-

masing tahapan tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan sesuai dengan

situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

J. Sistematika pembahasan

Bab I Pendahuluan, Berisikan konteks penelitian, Identifikasi dan batasan

masalah Penelitian, fokus penelitian, Tujuan Penelitian, Definisi Istilah,

Kegunaan Penelitian, prosedur Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

Bab II kajian teori, dalam skripsi ini pada kajian teori berisi tentang

Kajian Tentang Inovasi Sistem Pendidikan, Kajian Tentang Pendidikan

Pondok Pesantren dan Kajian tentang Modernisasi.

31
Bab III paparan data dan temuan penelitian, bab ini berisi tentang

paparan (deskripsi) sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi

lapangan. Mencakup gambaran umum tentang Pondok Pesantren Babussalam

Kalibening Mojoagung Jombang, dan Paparan Data.

Bab IV pembahasan, penelitian bab ini berisi tentang intrpretasi penulis,

dengan data-data yang berhasil dihimpun. Analisa ini berfungsi untuk

menjawab permasalahan yang dirumuskan berkaitan dengan model dan

pelaksanaan inovasi sistem pendidikan pondok pesantren Babussalam

kalibening di era modernisasi.

Bab V penutup, penutup merupakan bab yang berisikan tentang

kesimpulan dari pembahasan dan saran atas laporan yang telah dilaksanakan.

K. Waktu Penelitian

Rencana Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih sekitar enam bulan

lebih dua minggu yakni dimulai sejak minggu ketiga bulan Desember 2016

hingga minggu keempat bulan Juni 2017, adapun tabel dari rencana

pelaksanaan kami adalah sebgai berikut:

32
Tabel 1.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni


Keterangan
No Kegiatan 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Pembekalan Proposal
1 √
Skripsi
Pengajuan dan
2 √ √
Pengesahan Judul
3 Penyusunan Proposal Skripsi √
Pelaksanaan
Seminar Proposal poin No. 6,7
4 √
Skripsi dan 8
5 Pengumpulan data √ √ √ √ √ √ √ Menyesuaikan
Agenda
6 Penyusunan Skripsi √ √ √ √ √ √ √ Kampus
7 Ujian Munaqosah √ √
Revisi Skripsi Hasil
8 √ √
Munaqosah
Pengesahan,
9 Penggandaan dan √ √ √ √ √
penjilidan
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu Penddidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, 2002.

Arifin, M., Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), Jakarta, Bumi

Aksara, 1993.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,

Rineka Cipta, 2010.

Basori, Ruchman, The Founding Father Pesantren Modern Indonesia : Jejak

Langkah K.H. A. Wahid Hasyim, Banten, Inceis, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

Jakarta, LP3ES, 1982.

Gumilar, R. Somantri, dkk., Sosiologi Perkotaan, Jakarta, Pusat penerbitan

Universitas Terbuka, 2004.

Hasan, M. Tholchah, dkk, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan

Praktis, Surabaya, Visipres Media, 2013.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta, Gaung persada,

2009.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang Unsur

dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Bogor, IPB, 1989.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta, INIS, 1994.


Musnamar, Tohari, Bimbingan dan Wawanwuruk Sebagai Suatu Sistem,

Yogyakarta, Cendekia Sarana Informatika, 1985.

Oktora, Ati H., dkk., Sosiologi Sekolah MenengAtas dan Madrasah Aliyah Jilid 3

Kelas XII, Jakarta, Mutiara Sumber Widya, .

Porwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 1976.

Sa’ud, Udin S., Inovasi Pendidikan,Bandung, Alfabeta, 2008.

Soebahar, Abd. Halim, Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem

Pendidikan Pesantren, Yogyakarta, LKiS, 2013.

Sudjana, Nana, dkk., Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2015.

Undang-undang RI No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Pasal 1

Ayat 9.

Wikipedia, “Pengertian Pesantren dan Santri”, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren, (29 Januari 2016)

Anda mungkin juga menyukai