Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Ar-Rihlah Inovasi Pengembangan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen.

Volume. 06. No.02 . Tahun 2021 ISSN:2541-402X.C ISSN: 2809-5693.E


http://www.ejournal.iainukebumen.ac.id/index.php/Ar-rihlah/index

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM DAN PENILAIAN DALAM UPAYA


MEMBENTUK INSAN KAMIL
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Ell- Futhah Bulupayung Patimuan Cilacap)

Mugiarto, Rita Sulastini, Sri Handayani


Universitas Islam Nusantara Bandung
Email: mugiarto520@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis implementasi
manajemaen kurikulum dan penilaian dalam upaya membentuk insan kamil, dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah sumber
primer dan sumber skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, dokumentasi. Uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas,
dependabilitas dan konfirmabilitas. Analisis data meliputi reduksi data, sajian data,
penggambaran kesimpulan dan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Penelitian ini
menggambarkan tentang implementasi manajemen kurikulum dan penilaian di pondok
pesantren Ell- Futhah Bulupayung Patimuan Cilacap dalam upaya membentuk insan kamil
Kata Kunci: Implementasi Manajemen Kurikulum, Penilaian, Insan Kamil.

A. PENDAHULUAN
Pesantren merupakan salah satu wadah sebagai sarana pendidikan agama
Islam, dimaknai tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung
makna keaslian (indigenous) Indonesia1. Dapat diuraikan bahwa pondok pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang asli di Indonesia indigenous yang
merupakan salah satu dari media dakwa walisanga dalam menyebarkan Islam di
Indonesia. Dimana sebelum walisanga menyebarkan Islam di Indonesia kurang lebih
selama 800 tahun banyak sekali para pemuka agama Islam dari berbagai negara,
misalnya dari Persia, Gujarat, Mekah dan cina akan tetapi belum bisa menghasilkan
penyebaran Islam secara masif hanya keluarga mereka dan lingkungan mereka saja. Ini
berbeda dengan setelah walisongo berdakwa dengan menggunakan berbagai metode
diantaranya adalah jalur perkawinan, mengembangkan pesantren, budaya jawa, dan
sarana dan prasarana yang berhubungan dengan ekonomi rakyat. Melalui lembaga

1
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana, 1997), hlm. 3

76
pendidikan pondok pesantren para walisongo mengajarkan ilmu agama mulai dari ilmu
tasawuf, tauhid, fikih dan berbagai macam ilmu agama lainya. Melalui pesantren
tersebut masyarakat mulai mengenal ajaran Islam yang akhirnya mereka masuk Islam.
Pondok pesantren ada di Indonesia kurang lebih abad 13 – 17 M, ada juga yang
mengatakan abad ke 15 – 16 M.2 Lembaga ini pada awalnya dirintis oleh Syekh
Maulana Malik Ibrahim, beliau meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 H. 3 Lahirnya
pondok pesantren dapat dijadikan awal mula perubahan pola pikir dan prilaku
dimasyarakat (agent of social change), dengan menata masyarakat dari segala
bobroknya etika, kotornya politik, tidak pedulinya dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan, sampai dengan kemiskinan di masyarakat. Kedua, tujuan pesantren
adalah mengembangkan Islam yang rahmatan lil’alamin pada wilayah nusantara.
Lembaga pondok pesantren sebagai produk lokal tetap terjaga keberadaanya dan
fungsinya dalam menjaga, dan mengembangkan pendidikan Islam di Nusantara ini.
Pondok pesantren membina generasi penerus yang pandai dan berahklaq
karimah, serta semua potensi manusia secara integral baik dari kognitif, afektif dan
psikomotor. Mampu mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, bukan aspek
kecerdasan kognitif saja, tetapi aspek afektif dan psikomotor.4 Pengembangan pondok
pesantren adalah dalam rangka modernisasi pendidikan Islam. Hal tersebut berangkat
dari pembaharuan lembaga pendidikan Islam.5 Hadirnya sikap ingin maju di kalangan
pesantren dalam mengambil tindakan perbaikan agar mampu menghadapi tantangan
dan kebutuhan transformasi sosial. Dengan melakukan pengembangan kurikulum dan
kelembagaan pesantren yang bercita-cita pada masa kini sebagai jawaban dari
modernitas.Pondok pesantren harus mengembangkan apresiasi yang terjadi di masa kini
dan mendatang, sehingga mampu menghasilkan ulama yang berpandangan luas.”6
Ada beberpa hal mendasar dalam rangka Pengembangan kurikulum pondok
pesantren diantaranya yaitu: pembelajaran pesantren, masih ada yang hanya
menggunakan model tradisional tanpa dengan memasukan kurikulum nasional, sehingga
keinginan masyarakat untuk memasukkan putranya ke pesantren tersebut grafiknya
2
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 2006), hlm. 6
3
Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm.70
4
Farida anik, Modernisasi Pesantren (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), hlm.8
5
Ayumardi Azra , Pendidikan Islam,Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2000),hlm. 31
6
Ayumardi Azra , Pendidikan Islam,Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru... hlm.51

77
menurun; dari segi kepemimpinan, metode, disorientasi pengembangan sumber daya
manusia dan ekonomi, dan masyarakat beranggapan budaya akademik dan budaya
ilmiah terlalu lemah dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum. Sudah saatnya
pesantren menata sistem manajemen kurikulumnya agar tidak ketinggalan jauh dari
lembaga pendidikan yang bersifat umum. Karena pesantren merupakan benteng moral
dari generasi bangsa ini, tentunya pengembangan kurikulum perlu disesuaikan dengan
perkembangan zaman yang ada. Sehingga manajemen pengembangan kurikulum
pondok pesantren sebagai sarana menjaga serta melestariakan ciri khas pondok
pesantren dalam upaya eksistensi pondok pesantren, di era global dan modern saat ini.
Sehingga dalam pengembangan kurikulum di pondok pesantren dengan tetap
memperhatikan segala tantangan sebagai upaya menjawab segala persoalan yang ada
dengan tetap memperhatikan nilai moralitas sebagi upaya membentuk para santri
menjadi insan kamil.
B. KAJIAN LITERATUR
1. Pengertian Pondok Pesantren Dan Macam-Macam Pondok Pesantren
Pondok pesantren bersumber dengan istilah santri, dengan awalan pe dan
akhiran an b e r m a k n a tempat tinggal para santri.7 Pendapat lain santri sebenarnya
berasal dari bahasa Jawa, yaitu ”chantrik”, bermakna orang yang senantiasa
mengikuti guru dimanapun menetap.8 Istilah santri berasal dari bahasa tamil, yang
berarti mengaji. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam di indonesia.
Kata ”pondok” digunakan pada bahasa indonesia bermakna kesederhanaan
bangunan. Istilah pondok juga dari bahasa arab ”funduq bermakna ruang tidur,
wisma, hotel sederhana. Lazimnya pondok pesantren biasanya hanya mengajarkan
agama, seperti kitab kuning, al-Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya,fikih dan
tasawuf.9
Fungsi Pondok Pesantren juga sebagai lembaga dakwahdan sosial. Fungsi
pesantren mempengaruhi lembaga tersebut selain masyarakat sekitar, menjadikan

7
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurchilish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hlm. 61
8
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurchilish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional... hlm. 61-
62
9
Abasri, et. al. Sejarah Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Nusantara; Surau, Meunasah,
Pesantren Dan Madrasah Dalam Samsu Nizar (Editor), Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulallah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 287

78
citra pesantren baik untuk mencetak generasi untuk di terjunkan di masyarakat
untuk menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang diperoleh di pondok pesantren.10 Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan sangat variatif, dan menerima terhadap
perubahan-perubahan yang berlangsung di luar, pesantren dapat dikategorikan
dengan istilah pesantren tradisional dan pesantren modern.11 Dan ada juga pondok
pesantren yang dikombinasikan antara pondok pesantren tradisional dan modern
dalam sistem manajemen kurikulumnya yaitu dengan memadukan keduanya
dengan tujuan menjawab segala peroalan dan perkembangan yang terjadi
dimasyarakat. Karena antusiasme masyarakat terhadap pondok pesantren sangat
besar, sehingga dalam pengelolahannya tentunya harus memperhatikan tantangan
terbaru yang berjalan dimasyarakat luas.
Adapun macam-macam pondok pesantren adalah pondok pesantren
tradisional, modern dan kombinasi keduanya, dengan keterangan sebagai berikut:
a. Pondok pesantren tradisional (salaf)
Pondok pesantren yang konsisten mempelajari kitab-kitab kuno dengan
tidak memberikan pelajaran umum, dengan metode pembelajarannya adalah
sorogan dan bandungan.12 Pembelajarannya dilakukan secara individual dan
kelompok dengan spesial pada kitab-kitab klasik (kitab kuning).
b. Pondok pesantren modern
Pondok pesantren dengan pengajaran klasikal memberikan ilmu umum
dan ilmu agama, dan keterampilan.13 Pembelajaran pada pesantren ini dilakukan
dengan satuan program dengan asrama kondusif untuk proses pembelajaran
para santri.
c. Pondok pesantren campuran/kombinasi
Adalah pondok pesantren tradisional dan modern mayoritas yang ada
sekarang merupakan pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua
pengertian di atas.14

10
Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV Prasasti,2001), hlm.35
11
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm., 58
12
Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan... hlm14
13
Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan... hlm14
14
Departemen Agama RI, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003),
hlm.30

79
Pondok pesantren mempunyai peran yang urgen sebagai bagian lembaga
pendidikan. Karena pondok pesantren memberikan bimbingan keagamaan,
keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul
budaya.15 Dengan pelan-pelan pondok pesantren memberikan pembinaan dan
pengajaran kepada para santrinya. Sehingga dibutuhkan sinergi antara pondok dan
masyarakat dalam melakukan segala bentuk aktifitasnya dengan memadukan peran-
peranya dengan masyarakat. Sehingga kehadiran pondok pesantren sangat
diharapkan oleh masyarakat sekitar apalagi diera saat ini, dimana moralitas
masyarakat mulai mengalami degradasi, banyak sekali anak muda yang terkena virus
globalisasi seperti mabuk-mabukan, narkoba, tawuran, sek bebas dan lain
sebagainya.
Untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan satu persatu peran utama pondok
pesantren:
a. Lembaga Pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak
mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah
yang menjadikannya tetap dibutuhkan masyarakat. Disebut dalam arti luas,
karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah dan kursus
seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. Keteraturan
pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai
urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan ini diterapkan turun-temurun
membentuk tradisi kurikuler yang terlihat dari segi standar-standar isi, kualifikasi
pengajar dan santri lulusannya.16
b. Lembaga Keilmuan
Pesantren juga punya peluang menghadirkan diri sebagai lembaga
keilmuan. Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian
dipakai juga di pesantren lainnya. Luas-sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu
bisa dilihat dari banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya. Jarang
terjadi kritik terbuka atas suatu kitab seperti itu dalam bentuk pidato. Yang lebih

15
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: Institute for Training and Development,
2007), hlm.11
16
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.12

80
sering terjadi adalah ketidaksetujuan akan dituangkan ke dalam bentuk buku
juga. Dan akhirnya masyarakat akan ikut menilai bobot karya-karya itu. Dialog
keilmuan itu berlangsung dalam ketenangan pasantren selama berabad-abad
hingga tercatat karya-karya Syeikh Nawawi al-Bantani menjadi pegangan
pembelajaran di Makkah dan Madinah. Demikian pula karya Syeikh Mahfudh at-
Turmusi yang berjudul Manhaj Dzawi an-Nadhar yang menjadi kitab pegangan
ilmu Hadis hingga sampai jenjang perguruan tinggi. 17
c. Lembaga Pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri
santri sendiri. Mulai dari makan, minum, mandi, pengelolaan barang barang
pribadi, sampai urusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang
berpengaruh kepada pembelajaranya, seperti jadwal kunjungan kedua orang tua
atau pulang menjenguk keluarga. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya
masih di bimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu
mengurusnya sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik, maka santri
akan menjalani pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi anggota komunitas
yang aktif dalam rombongan belajarnya. Di situlah santri belajar bermusyawarah.
Menyampaikan pidato, mengelola suara saat pemilihan organisasi santri,
mengelola urusan operasional di pondok dan mengelola tugas membimbing
santri juniornya. Pelatihan-pelatihan itu bisa berlanjut hingga santri dapat
menjadi dirinya sendiri suatu hari nanti.18
d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Jarang pondok pesantren yang dapat berkembang dalam waktu yang
sangat singkat dan langsung berskala besar, karena setiap tahapan dipahami
sebagai membutuhkan penjiwaan. Kebesaran pesantren akan terwujud
bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengola pesantren dan jangkauan
programnya di masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk watak
pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
Dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat itu pesantren
benar-benar mandiri dan lebih selektif pada lembaga penyandang dana dari luar

17
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.14
18
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.16-17

81
masyarakatnya sendiri. Inovasi teknis terjadi di banyak masyarakat pesantren,
tetapi inovasi sosialnya tidaklah begitu memenuhi harapan. Pengalaman itu
menjadi latar belakang kritik atas wacana pengembangan masyarakat di
pesantren. Jenis pengembangan masyarakat yang lebih menjadikan masyarakat
pesantren sebagai pasar bagi produk asing menjadi sorotan tajam. Konsep
pengembangan masyarakat pun diganti dengan pemberdayaan masyarakat.
Dalam konsep ini termuat pendekatan yang lebih memampukan masyarakat,
yaitu yang dapat memperbaiki tata usaha, tata kelola dan tata guna sumber daya
yang ada masyarakat pesantren.19
e. Lembaga Bimbingan Keagamaan
Tidak jarang pula pesantren ditempatkan sebagai bagian dari lembaga
bimbingan keagamaan oleh masyarakat. Setidaknya pesantren menjadi tempat
bertanya masyarakat dalam hal keagamaan. Mandat pesantren dalam hal ini
tampak sama kuatnya dengan mandat pesantren sebagai lembaga pendidikan. Di
beberapa daerah, identifikasi lulusan pesantren pertama kali adalah
kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk urusan ritual
keagamaan sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan, kepelatihan
dan pemberdayaan masyarakat. Dorongan keagamaan untuk peran ini antara
lain adalah firman Allah SWT: “Hendaklah kalian berdakwah ke jalan Allah
dengan hikmah, nasehat yang santun dan berdebatlah dengan mereka dengan
cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Tahu siapa diantara hamba-Nya
yang sesat dari jalan-Nya dan Dia Maha Tahu atas orang-orang yang
mendapatkan petunjuk”.(Qs. an-Nah}l: 125).20
f. Simpul Budaya
Pesantren dan simpul budaya itu sudah seperti dua sisi dari mata uang
yang sama. Bidang garapnya yang berada di tataran pandangan hidup dan
penguatan nilai-nilai menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di
daerah pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren berwatak tidak
larut atau menentang budaya di sekitarnya. Yang jelas pesantren selalu kritis
sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya.

19
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.17
20
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.20

82
Pesantren hadir sebagai sebuah sub-kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras
dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syari’at. Di situlah
pesantren melaksanakan tugas dan memperoleh tempat.21
2. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren
Pembaharuan kurikulum pondok pesantren dilakukan dalam rangka
pengembangan pondok pesantren untuk menjawab persoalan masyarakat yang
terus berkembang. Dengan berbagai persoalan yang dihadapi pondok pesantren,
oleh karena itu pengembangan kurikulum pondok pesantren dengan menggunakan
pendekatan dan cara yang tidak merubah ke khasan pondok pesantren sebagai
institusi pendidikan yang bersifat tradisional. Oleh karena itu salah satu cara yang
perlu diperhatikan adalah pengembangan kurikulum pondok pesantren seharusnya
dalam tatanan sistem pendidikan nasional. 22 Secara umum kitab kuning digunakan
sebagai acuan dasar kurikulum pondok pesantren di kategorikan menjadi dua
bagian. Pertama, golongan pelajaran dasar yaitu al-Qur’an dan Hadits, dan hasil dari
ijtihad penafsiran para ulama yang terdapat didalam kandungan al-Qur’an dan
Hadits tersebut. Kedua, kelompokkitab kuning yang berisi perkembangan keilmuan
Islam23.
Seperti nahwu sharaf, fikih, balaghah, mantiq, ilmu ‘arud dan lain sebaginya.
Untuk pengembangan eksistensi pondok pesantren tentunya harus diperhatikan
beberapa hal dalam pelaksanaan kurikulum dipondok pesantren diantaranya adalah:
a. Pelaksanaan kurikulum berdasarkan kompetensi, yang berguna bagi dirinya.
Santri harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis
dan menyenangkan.
b. Kurikulum dijalankan berdasarkan lima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) belajar untuk
memahami dan menghayati; (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif; (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang

21
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren... hlm.27
22
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa (TERAS: Yogyakarta. 2012), hlm.78
23
A.Chozin Nasuha, Epistemologi Kitab Kuning, dalam Pesantren (PT Rineka Cipta: Jakarta. 2011), hlm. 12.

83
lain; dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang efektif, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan santri mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi santri dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi santri yang berdimensi ketuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan santri dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo (di belakang
memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa,
di depan memberikan contoh dan teladan).24
Dapat kita lihat manajemen kurikulumnya pondok pesantren dengan materi
kitab kuning sebagai rujukan dalam dalam menjawab segala persoalan yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu didalam pesantren mengoptimalkan semua aspek
manusia baik dari kognitif, afektif dan psikomotorik.Selain itu ada hal yang menjadi
perhatian dalam pengembangan pondok pesantren yaitu faqohah, tabi’ah dan
kafaa’ah.Sehingga dengan ketiga sikap tersebut diharapkan para santri bisa
mempunyai karakter yang baik serta bisa bekerja secara profesional ketika sudah
keluar dari pesantren dan akan menjadi insan kamil
3. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren
Metode pembelajaran biasa digunakan dibagi menjadi kategori tradisional
dan kombinatif.
a. Metode-metode tradisional
1) Wetonan, suatu metode pembelajaran dimana para santri duduk mengelilingi
kiai yang membahas materi atau bab dari suatu kitab. Para santri mendengar,
memperhatikan serta menyimak kitab dengan mencatat jika perlu.
2) Metode sorogan, adalah santri menghadap kiai seorang demi seorang
dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya.

24
Permendiknas No 22/2006, Lampiran, 3 (Jakarta: Depdinas, 2006).

84
3) Metode hafalan, merupakan metode dimana santri menghafal bagian kitab
yang dipelajarinya.
4) Metode muhawarah, merupakan berlatih bercakap-cakap dengan bahasa
Arab.
b. Metode kombinatif
Untuk menjawab tuntutan zaman dan kebutuhan masyaarakat sebagian
pesantren mengembangkan diri dengan sistem pendidikan pada lembaga
pendidikan formal, dan masih ada tetap bertahan pada metode pengajaran yang
lama.25 Dengan model metode kombinatiftidak hanya bersifat tradisional saja,
tetapi dengan berbagai metode dengan sistem klasikal dalam bentuk madrasah.
Dengan hal tersebut proses belajar mengajar menjadi bervariasi sehingga para
santri akan bertambah menjiwai dan mudah memahami dari materi yang
diberikan oleh para ustad atau kyai. Denga metode ini diharapkan akan mampu
menambah kualitas dalam pembelajaran karena menggunkan metode modern
yang disesuaikan dengan teori pembelajaran modern dengan tanpa
meninggalkan model lama yang baik.
4. Tujuan Pembelajaran di Pondok Pesantren
Tujuan umum pembelajaran di pondok pesantren adalah membina
para santri berakhlak dan berprilaku Muslim dan menanamkan jiwa keagamaan
pada semua segi prilaku sehari-hari sehingga mampu memberi manfaat kepada
agama, masyarakat, dan negara. Adapun tujuan khusus pembelajaran di pondok
pesantren adalah sebagai berikut:
a. Mendidik santri taqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan,
keterampilan dan sehat lahir batin.
b. Mendidik santri agar mempunyai kepribadian dan mempertebal sikap
patriotisme agar bisa membangun dirinya dan bertanggungjawab kepada
pembangunan bangsa dan negara;
c. Mendidik para pembimbing pembangunan mikro dan masyarakat
lingkungannya;

25
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm.150

85
d. Mendidik santri cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya
pembangunan mental-spiritual;
e. Mendidik santri dalam mengembangkan kesejahteraan sosial lingkungannya
sebagai upaya pembangunan masyarakat bangsa.26
Dengan demikian model pembelajaran dipondok pesantren diorientasikan
pada manusia yang bisa memberi manfaat bagi dirinya keluarga dan masyarakat
serta bangsa. Hal ini bisa kita lihat dari tujuan umum pembelajaran di pondok
pesantren adalah membina para santri berakhlak dan berprilaku Muslim dan
menanamkan jiwa keagamaan pada semua segi prilaku sehari-hari sehingga
mampu memberi manfaat kepada agama, masyarakat, dan negara. Begitu juga dapat
kita lihat dari tujuan khusus pembelajaran di pondok pesantren yang diantaranya
adalah Mendidik santri taqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin, mempunyai kepribadian dan
mempertebal sikap patriotisme agar bisa membangun dirinya dan bertanggungjawab
kepada pembangunan bangsa dan negara, menjadi pembimbing pembangunan
mikro dan masyarakat lingkungannya, cakap dalam berbagai sektor pembangunan,
khususnya pembangunan mental-spiritual, serta mampu mengembangkan
kesejahteraan sosial lingkungannya sebagai upaya pembangunan masyarakat
bangsa. Sehingga akan terwujud pembangunan secara fisik maupun moralitas sebagai
modal dalam pembangunan manusia seutuhnya. Yang tidak hanya mementingkan
kepentingan yang bersifat duniawi tetapi juga memperhatikan kepentingan yang
bersifat ukhrowi.
5. Insan Kamil
Pendidikan Islam merupakan daya upaya untuk melestarikan dan
menumbuhkan fitrah manusia serta semua kemampuan manusia yang ada padanya
menuju terbentuknya insan kamil yang sesuai dengan petunjuk Allah dan ajaran
Islam27 Insan kamil adalah manusia yang memiliki: (1) Akalnya cerdas serta pandai;
(2) jasmaninya kuat; (3) hatinya takwa kepada Allah; (4) berketerampilan; (4) mampu
menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis; (5) memiliki dan
mengembangkan sains; (6) memiliki dan mengembangkan filsafat; (7) hati yang

26
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam.... hlm. 6-7
27
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 28-29

86
berkemampuan berhubungan dengan alam gaib.28 Dengan adanya konsep kamil
tersebut manusia harus mampu mempontensikan segala yang allah berikan kepada
manusia untuk memakmurkan bumi Allah. Mulai dari akal, hati, ruh jiwa serta nafs
nya seharusnya manusia harus mampu menggunakan hal tersebut, agar manusia
tidak menjadi manusia yang ingkar dan kufur terhadap perintah dan nikmat yang
telah Allah berikan kepada manusia.
Untuk mencapai insan kamil setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam
membentuk perilaku santri, yakni; Metode Keteladanan (Uswah Hasanah), Latihan
dan Pembiasaan, Mengambil Pelajaran (ibrah), Nasehat (mauidzah), Kedisiplinan;
Pujian dan Hukuman (targhib wa tahzib), berikut ini keterangan tentang hal tersebut
diatas:
a. Metode keteladanan
Dilihat dari segi ruhani dan kejiwaan manusia sangat membutuhkan
keteladanan dalam mewujudkan sifat-sifat dan kemampuannya. Tarbiyah khal
dengan uswah merupakan dengan cara memberikan sauri tauladan kepada para
santri. Seorang kyai atau pengasuh pondok pesantren harus mampu memberikan
uswah, dalam hal yang berhubungan dengan ibadah-ibadah, prilaku sehari-hari
maupun yang lain29, karena sikap itu ditentukan dari amaliyanya terhadap apa
yang diucapkan.
Oleh karena itu seorang kyai harus matang secara spritual dan pikiranya
karena dia akan dilihat dan di ikuti oleh seluruh santrinya dalam segala hal. Oleh
karena itu banyak para kyai yang melakukan riyadhah dalam rangka
mematangkan batin serta tidak lupa mendoakan para santrinya agar mereka
berhasil dan sukses dimasa mendatang ketika sudah keluar dari pondok.
b. Metode Latihan dan Pembiasaan
Mendidik perilaku tentunya dengan latihan yang pelan pelan dan
pembiaasaan setiap waktu adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-
latihan terhadap norma-norma kemudian membiasakan santri untuk
melakukannya. Dalam pendidikan di pesantren carta ini lazimnyadiberlakukan
pada ibadah-ibadah amaliyah, sepert ipuasa sunah shalat berjamaah, akhlak

28
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hm. 50 – 51.
29
Zuhdy Mukhdar, KH. Ali Ma'shum Perjuangan dan Pemikirannya (Yogyakarta: TNP, 2004), hlm.34

87
pada kiai dan ustadz dan dengan masyarakat pondok. Sehingga para santri tua
atau yang mudah saling menyayangi dan menghormati sebagai dasar mereka
nantinya hidup dimasyarakat.
Latihan dan pembiasaan ini diharapakan akan menghasilkan sebua etika,
moral dan karakter hujatul Islam Imam-Ghazali menyatakan: "Sebenarnya tabiat
manusia menjadi baik dengan seringnnya dilakukan perbuatan yang sesuai
dengannya, dsertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukannya
adalah baik dan diridhai Allah SWT."30
c. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Dapat dipahami dengan mudah, ibrah mengambil pelajaran dan berfikir
dengan mendalam dalam artian mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang
sudah terjadi. Ibrah dengan kejiwaan yang manyampaikan manusia untuk
mengetahui hakikat perkara yang dilihat, diperhatikan, diinduksikan, ditimbang-
timbang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapam
mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya kepada
perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada hal ini akhirnya juga bisa menjadi
sikap dan prilaku.31 Hal ini bertujuan mengantarkan manusia pada ketenangan
berpikir tentang masalah agama yang bisa menggerakkan, mendidik atau
menambah perasaan keagamaan. Adapun pengambilan ibrah bisa dilakukan
melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi, baik di masa lalu maupun sekarang yang semuanya dapat kita jadikan
pelajaran, sehingga yang sudah terjadi bisa dicegah dari hal keburukan.32
d. Mendidik melalui mauidzah (nasehat)
Mauidzah adalah nasehat, Mauidzah merupakam wejangan dengan
peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat
menyentuh jiwa dan membangkitkannya untuk mengamalkan.33 Dalam hal
nasehat setidaknya harus mengandung tiga unsur, yakni : a). Uraian tentang

30
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III , (Dar-al-Mishri: Beirut :2007) hlm. 61
31
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, diterjemahkan Dahlan & Sulaiman,
(Bandung, CV. Dipenegoro, 2002, hlm. 390
32
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren : solusi bagi Kerusakan Akhlak (Yogyakarta; ITTIQA PRESS : 2001),
hlm. 57
33
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Mesir; Maktabah al-Qahirah, tt), hlm. 404

88
kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini
santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun kerajinan dalam
beramal; b). Motivasi dalam melakukan kebaikan; c). Peringatan tentang dosa
atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun
orang lain.34
e. Mendidik melalui kedisiplinan
Dalam banyak hal kedisiplinan sangat penting untuk mencapai
kesuksesan, agar menumbuhkan sikap ini diharapkan bisa membantu kesuksesan
manusia. Cara ini identik dengan pemberian hukuman. Dengan maksud agar
timbul kesadaran manusia bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar,
sehingga ia tidak mengulanginya lagi.35 Dalam melatih kedisipilan harus
diseimbangkan dengan sikap yang lain seperti nasehat yang lembut agar bisa
menyentuh hati, karena kalau tidak hanya akan disiplin secara luar saja tetapi
tidak masuk kedalam relung hatinya yang dalam.
Dengan demikian sebelum menjatuhkan sangsi, seorang pendidik harus
memperhatikan beberapa hal berikut: perlu adanya bukti yang kuat tentang
adanya tindak pelanggaran; hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar
memberi kepuasan atau balas dendam dari si pendidik; harus
mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang melanggar, misalnya
frekuensinya pelanggaran, perbedaan jenis kelamin atau jenis pelanggaran
disengaja atau tidak. Di pesantren, hukuman ini dikenal dengan istilah takzir.
Takzir adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar. Hukuman
yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini diberikan kepada
santri yang telah berulang kali melakukan pelanggaran, seolah tidak bisa
diperbaiki. Juga diberikan kepada santri yang melanggar dengan pelanggaran
berat yang mencoreng nama baik pesantren. Dengan menumbuhkan sikap
disiplin diharapkan para santri bisa memahami kenapa aturan yang ada
diberlakukan yaitu untuk mendidik jiwa meraka dan fisik mereka.

34
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren : solusi bagi Kerusakan Akhlak (Yogyakarta; ITTIQA PRESS : 2001),
hlm.57-58
35
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya; Al-Ikhlas: 2003),hlm. 234

89
f. Mendidik melalui targhib wa tahzib
Metode targhib dan tahzib merupakan dua hal yang berkaitan satu sama
lain. Targhib adalah janji disertai dengan bujukan agar seseorang senang
melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. Tahzib adalah ancaman untuk
menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar.36 Titik tolak targhib terdapat pada
harapan untuk melakukan kebajikan, sementara tekanan metode tahzib terletak
pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa. Metode ini biasanya dapat
diberlakukan dalam pengajian-pengajian, baik sorogan maupun bandongan.37
g. Mendidik melalui kemandirian
Mendidik kemandirian santri merupakan perbuatan yang harus terus
dilakukan karena sikap ini berawal dari penanaman sikap optimis kepada para
santri. Karena banyak orang yang berhasil berawal dari sikap optimis, dengan
sikap ini akan menumbuhkan sikap kemandirian dan tidak bergantung pada
orang lain yang akhirnya mereka terbiasa dengan kemandirian. Dengan
kemandirian para santri diharapkan mampu berfikir inovatif, kreatif dan solutif
terhadap segala persoalan yang dihadapi baik dirinya, keluarga, teman yang pada
akhirnya bisa membawa nilai kemanfaatan pada masyarakat secara luas.
C. METODE PENELITIAN
Dalam hal ini menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian
kualitatif lapangan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari subjek penelitian. Penelitianya
dilaksanakan di Pondok Pesantren Ell- Futhah Bulupayung Patimuan Cilacap. Sumber
data pada penelitian ini adalah sumber primer dan sumber skunder yang ditemukan di
lokasi penelitian yang berada di Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung Patimuan
Cilacap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
dokumentasi. Uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas, dependabilitas dan
konfirmabilitas. Selanjutnya adalah analisis data meliputi reduksi data, sajian data,
penggambaran kesimpulan dan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
Penelitian ini menggambarkan tentang implementasi manajemen kurikulum dan

36
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,... hlm.412
37
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren: solusi bagi Kerusakan Akhlak,... hlm.61

90
penilaian di pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung Patimuan Cilacap dalam upaya
membentuk insan kamil.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung
Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung terletak di Desa Bulupayung
Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Patimuan
sendiri terletak di pinggir sungai Cintadui, dan merupakan garis pembatas antara
wilayah Propinsi jawa Tengah dengan Jawa Barat (Kabupaten Ciamis). Sebagai
wilayah perbatasan, di Kecamatan Patimuan telah hidup dua suku yang berbeda,
yaitu suku Jawa dan suku Sunda. Namun perbedaan tersebut tidak menjadi
persoalan dan bahkan mereka bisa hidup rukun.38
Cikal Bakal Berdirinya Pondok Pesantren Ell-Futhah merupakan Musholla
yang menjadi kegiatan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang di Pelopori oleh
Simbah Kyai Haji Mohamd Isro (w. 1965), beliau berasal dari puring Kebumen.
Kemudian Hijrah ke desa tagog Kecamatan Kedungreja sebelum akhirnya menetap
di Desa Bulupayung Kecamatan Patimuan. Beliau menjadi seorang badal tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah dari Simbah Kyai Haji Muawaiyah Kedungdadap
Kecamatan Kedungreja. Setelah wafat kepemimpinan di teruskan oleh putranya
yaitu Simbah KH. Mohammad Syamsi Rokhim Al-Isro. Beliau adalah putra pertama
dari pasangan Simbah Kyai Haji Mohammad Isro dengan Ibu Nyai Tumpek. Beliau
lahir pada tanggal 1952 M. 39
Sanad ke-ilmuan tarekatnya tidak berasal dari bapaknya, karena Simbah Kyai
Haji Mohammad Isro sampai wafatnya posisinya hanya sebgagai badal/khalifah dari
Simbah Kyai Haji Muawiyah Kedungdadap. Namun sejak kecil beliau sudah terbiasa
dengan pemandangan tawajuhan atau khataman tarekat Naqsyabandiyah
Khalidiyah yang di lakukan oleh Simbah Kyai Haji Mohamad Isro di zawiyah
(mushola) al-Barokah sebelum menjadi Masjid Jami. Pada awalnya Simbah Kyai Haji
Mohammad Syamsirokhim Al-Isro adalah sebagai khalifahnya Simbah Kyai Haji
Abdul Wahab Sya’roni dan Simbah Kyai Haji Sobahir Bin Simbah Kyai Haji

38
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung
39
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung

91
Muawiyah. Namun sejak kedatangan Simbah Kyai Haji Abdul Wahab Sya’roni dari
leler Banyumas ke Pangandaran Jawa Barat, Simbah Kyai Haji Syamsirokhim lebih
dekat dengan Simbah Abdul Wahab dari pada Simbah Sobahir. Dari Simbah Kyai Haji
Abdul Wahab inilah sanad ke-ilmuan tarekatnya Simbah Kyai Haji Syamsirokhim
dapat kita telusuri sampai kemudian beliau menjadi mursyid pada tahun 2005 M. 40
Setelah menjadi Mursyid pada tahun 2005, simbah KH Moh Syamsirokhim
membuat pemondokan/ Zawiyah tempat pesulukan untuk kegiatan Tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah. Bangunan lantai dua yang di bangun dengan tujuan
sebagai tempat pesulukan setelah jadi ternyata tidak digunakan, para santri tarekat
ketika suluk lebih senang menetap di masjid dari pada di Asrama Zawiyah. Alasanya
karena capek naik turun ke lantai dua. Maklum mayoritas santri tarekat usianya di
atas lima puluh tahun.41
Melihat fenomena tersebut putra beliau yang bernama Mashuri Mazdi
memanfaatkan gedung lantai dua tersebut untuk kegiatan pondok pesantren, TPQ
dan Madrasah Diniyah. Pada tahun 2008 atas restu dari Simbah KH Syamsi Rokhim
dan Keluarga dibentuklah yayasan Pendidikan Islam Ell-Futhah, yang menaungi
Pondok Pesantren Ell-Futhah, Taman Pendidikan Al-Qur’an Ell-Futhah, Madrasah
Diniyah Futuhiyah, Roudlatul Athfal Ell-Futhah dan terakhir pada tahun 2014
berdirilah Madrasah Tsanawiyah Ell-Futhah.42
2. Profil Pondok Pesantren Ell-Futhah Patimuan
Nama Pondok Pesantren : Ell-Futhah
Nomor Statistik : 510333010185
Status : Swasta
Alamat : Desa Bulupayung Rt 04/08 Patimuan
Cilacap
Kodepos : 53264
No Kontak : 085291909898
Yayasan Penyelenggara : Yayasan Ell-Futhah Patimuan
Akta Pendirian : No 15 Tahun 2006, No 15. Tahun 2014
SK. Menkumham : AHU-04955-50-10-2014
Tanggal di tetapkan : 26 Agustus 2014

40
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung
41
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung
42
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung

92
Status : Swasta
Waktu belajar : Pagi. Jam 07.00 – 13.00
: Malam. Jam 19.00 – 22.00
Kurikulum yang ditetapkan : Kurikulum Depag
: Muatan Lokal (Kurikulum Pesantren)
Status tanah : Milik Yayasan.43
3. Perencanaan Kurikulum Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung dalam
Membentuk Insan Kamil
Dalam pelaksanann perencanaan kurikulum pondok pesantren Ell-Futhah
Bulupayung adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung adalah
perpaduan antara kurikulum nasional yang bersifat forma dari pemerintah juga
menggunakan kurikulum khusus yang dirumuskan oleh tim perumus pondok
pesantren.
b. Dalam merencanakan kurikulum Pondok Pesantren, pengasuh pondok pesantren
dan pengurus pondok pesantren membuat tim guna bermusyawarah untuk
mendapat masukan tentang manajemen kurikulum pondok pesantren.
c. Dalam Rapat tersebut hadir dewan pengasuh pondok pesantren, dewan asatid
dan para pengurus pondok, badal thariqoh dan perwakilan wali santri untuk
menyusun program kerja.
d. Dalam rapat tersebut merencanakan kurikulum Ell-Futhah Bulupayung,
jadwal kegiatan, metode belajar mengajar, tujuan kurikulum, serta amaliyah
keagamaan seperti sorogan setoran hafalan al-qur’an, khataman al-qur’an,
mujahadah, welasan, khaul thariqoh, khataman dzikir, suluk, musyawarah kitab,
sholat berjamaah, pengajian kitab kuning, dan lain sebagainya.
e. Pendanaan kegiatan tersebut dari pengasuh pondok, para pengurus dan
sumbangan dari para wali santri.44
Salah satu fungsi dari pelaksanaan manajemen kurikulum yang paling awal
yang dilakukan adalah melakukan perencanaan dengan matang dengan semua
Stakeholder agar program yang dilaksanakan bisa terkoordinir dengan baik sehingga
menghasilkan proses pembelajaran yang diharapkan semua pihak dalam rangka

43
W awancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung
44
Wawancara dengan KH Moh Syamsirokhim pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung

93
mengembangkan generasi insan kamil yang menjadi harapan dari masyarakat. Selain
itu fungsi dari manajemen kurikulum adalah mampu menjawab tuntutan, kebutuhan
dan kondisi masyarakat. Sehingga santri mamapu berinteraksi dengan masyarakat
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk membentuk
santri yang insan kamil.
4. Pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung dalam
Membentuk Insan Kamil
Pelaksanaan kurikulum pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung adalah
ikhtiar dari para masyayikh dalam membentuk santri menjadi insan kamil adala
sebagai berikut:
a. Santri wajib mengkaji al-Qur’an secara bin nadhar dan bilghoib bagi santri yang
mau menghafalkan al-Qur’an
b. Santri di pondok Ell-Futhah Bulupayung wajib mengikuti kajian kitab kuning
secara sorogan maupun bandongan
c. Semua santri wajibkan melaksanakan semua peraturan yang sudah ditetapkan
d. Semua santri wajib taat dan melaksanakan aktivitas pondok Ell-Futhah yang telah
disampaikan kepada santri diantaranya shalat berjama’ah, mujahadah, welasan,
tahlil, manakiban, istighosah, ro’an (kerja bakti), khitobah, pembacaan shalawat
al barjanjiserta pembelajaran madrasah diniyah.
e. Semua santri diwajibkan mengikuti kegiatan ekstarkurikuler seperti pramuka,
PMR hadrah, seni baca al-Qur’an dan lain sebagainya.
f. Pembentukan sikap insan kamil dengan metode pembiasaan akhlakul karimah,
maun’idhathul khasanah, mujahadah, welasan, murakobah, suluk serta
pembelajaran nasehat melalui kitab kuning, serta amaliyah yang diawasi
langsung oleh pengasuh pondok dan pengurus. Sehingga akan menumbuhkan
sikap yang baik yang mampu mempontensikan semua dari aspek manusia.
Karena untuk mencapai derajat insan kamil santri harus berlatih amaliyah secara
kontinyu melalui pembiasan sehingga pada akhirnya menjadi karakter atau
akhlak yang mulia sebagai salah satu syarat menjadi insan kamil.45

45
Wawancara dengan KH Moh Syamsirokhim pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung

94
Karena dalam prosen menuju insan kamil dibutuhkan waktu yang panjang
sebagaimana kita belajar apapun tentunya juga membutuhkan proses yang tidak
pendek, karena manusia apabila tidak dilakukan pembiasaan biasanya akan
mengalami kemalasan untuk melakukan kebaikan. Di dalam proses pembelajaranya
dalam proses menuju insan kamil seorang santri bisa mencontoh prilaku seorang
kyai sebagai pengasuh pesantren selama dua puluh empat jam. Disiinilah semua
prilaku kyai akan dicontoh santrinya, dalam hal ini kyai memberi teladan, sehingga
ada sebuah istilah lisanul khal khoirun min lisanil maqol, inilah yang menjadi sebab
kenapa prilaku santri secara moral dan akhlak mampu menjadi contoh
dimasyarakatnya. Dengan hal ini pula para santri akan mengalami proses
pembentukan akhlak dan potensi lainya sehingga akan tercapai tujuan dari
pembelajaran dipondok pesantren tersebut sebagai insan kamil.
5. Evaluasi Kurikulum dan Penilaian Pondok Pesantren Ell-Futhah Bulupayung dalam
Membentuk Insan kamil
Setelah tahap perencanaan dan pelaksanaan kurikulum hal yang urgen
adalah melakukan evaluasi kurikulum dan penilaan kepada para santri , pondok
pesantren dalam membentuk karakter santri di Pondok Pesantren Ell-Futhah sebagai
berikut:
a. Evaluasi rutin yang dilakukan pondok tersebut adalah ada yang dilakukan harian,
satu minggu, satu bulan, triwulan, enam bulan dan satu tahun sekali yang
terdiri dari kegiatan pondok tersebut seperti setoran hafalan nadhman kita
nahwu dan sharaf mulai dari kitab jurumiyah hingga alfiyah juga setoran hafalan
al-Qur’an, serta yang bersifat mingguan bulanan hingga tahunan seperti kitab-
kitab fikih, tasawuf, mujahadah, istighosah, suluk dan khataman di akhir tahun.
b. Begitu juga ada rapat di akhir semester dengan mengevaluasi seacara langsung,
para santri disuru membaca kitab kuning, menterjemahkan secara terjemahan
tradisional untuk bisa mengetahui i’rabnya maupun dari segi i’lalnya dari bacaan
yang dibaca dan juga secara modern dengan menjelaskan kandungan yang
dimaksud.
c. Untuk aspek Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Muamalah ini dilakukan oleh pengurus
pondok dengan memperhatikan keseharian mereka serta bagaimana para santri
menaati peraturan dan jadwal yang ada.

95
d. Untuk evaluasi materi pelajaran dari mata pelajaran umum adalah berupa ada
yang bersifat harian, Ujian tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Ujian
Kompetensi berupa ujian tertulis, lisan dan praktik. 46
Dari temuan penelitian yang penulis temukan Pondok Pesantren Ell-Futhah
Bulupayung, secara serius melakukan kajian dan pengembangan kurikulum secara
signifikan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta menindaklanjuti dari
evaluasi temuan perbaikan, dalam rangka membentuk santri yang mempunyai
predikat insan kamil. Evalausi dan penilaian di Pondok Pesantren Ell-Futhah
Bulupayung akan dijadikan dasar untuk menindaklanjuti, dengan perbaikan dari segi
perencanaan kurikulum pada tahun berikutnya. Adapun apabila langsung
diperbaiki maka, hasil evaluasi akan segera dijalankan untuk mencapai target
keberhasilan penerapan kurikulum yang sudah berjalan selama ini. Diharapkan
dengan memadukan antara kurikulum nasional dan pondok pesantren dapat
membentuk manusia yang multi pengetahuan mampu menggunakan pola pikir
secara cerdas, prilaku yang baik serta senantiasa membersihka hatinya dengan
kegiatan berdzikir, mujahadah, suluk dan kegiatan rohaniah lainnya. Dengan juga
memperbanyak kegiatan yang berhubungan dengan tazkiyatun nafs (pembersihan
jiwa) seperti berdzikir, suluk dan lain sebagainya diharapkan para santri mampu
mengenali dirinya secara kajian tasawuf, tetapi juga mampu memberi kesadaran
akan tugas dan tanggung jawab hidup di dunia ini sebagai khalifatullahi filardi (wakil
Tuhan) yaitu dengan memakmurkan bumi ini, bukan malah dengan merusak bumi
yang kita tempati. Tentu sikap inilah yang harus ditanamkan kepada para santri El-
Futhah Bulupayung dalam rangka menanamkan nilai-nilai, norma, karakter serta
sikap setiap saat dalam memandang lingkungan, masyarakat, dan negara sebagai
manifestasi dari sikap insan kamil.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripi serta uraian tentang Manajemen Kurikulum dan sistem
penilaian Pondok Pesantren dalam Membentuk insan kamil di Pondok Ell-Futhah
Bulupayung maka dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan kurikulum melibatkan
semua stakeholder agar kurikulum dipondok pesantren tersbut mampu menjawab

46
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung

96
segala persoalan dan kebutuhan yang ada dimasyarakat. Adapun pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum dilakukan dengan budaya mutu serta terus secara kontinyu agar
mampu membentuk karakter santri sehingga mendapat pridikat sebagi insan kamil.
Santri yang Akalnya cerdas serta pandai, jasmaninya kuat, hatinya takwa kepada Allah,
berketerampilan, serta mampu menyelesaikan masalah secara ilmiah dan filosofis.

DAFTAR PUSTAKA

A.Chozin Nasuha, Epistemologi Kitab Kuning, dalam Pesantren (PT Rineka Cipta: Jakarta.
2011)
Zuhdy Mukhdar, KH. Ali Ma'shum Perjuangan dan Pemikirannya (Yogyakarta: TNP, 2004)
Abd. Rahman an Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam diterjemahkan
Dahlan & Sulaiman, (Bandung, CV. Dipenegoro, 2002)
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004)
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III (Dar-al-Mishri: Beirut :2007)
Ayumardi Azra , Pendidikan Islam,Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2000)
Bahri Ghozali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV Prasasti,2001)
Departemen Agama RI, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003)
Farida anik, Modernisasi Pesantren (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,
2007)
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya; Al-Ikhlas: 2003)
M. Dian Nafi’, et al, Praktis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: Institute for Training and
Development, 2007)
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007)
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa (TERAS: Yogyakarta.
2012)
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadiana,
1997)
Permendiknas No 22/2006, Lampiran, 3 (Jakarta: Depdinas, 2006).
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Mesir; Maktabah al-Qahirah, tt)
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren : solusi bagi Kerusakan Akhlak (Yogyakarta; ITTIQA
PRESS : 2001)
Wahjortomo, Perguruan Tinggi Pesantren (Jakarta: Gema Insani Press, 2007)
Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurchilish Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002)

97
Abasri, et. al. Sejarah Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Nusantara; Surau,
Meunasah, Pesantren Dan Madrasah Dalam Samsu Nizar (Editor), Sejarah Pendidikan Islam;
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulallah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2003)
Wawancara dengan Gus Mashuri Mazdi pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah Bulupayung
Wawancara dengan KH Moh Syamsirokhim pengasuh pondok pesantren Ell-Futhah
Bulupayung

98

Anda mungkin juga menyukai