Anda di halaman 1dari 16

MINI RISERT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kontemporer


Dosen Pembimbing Dr. Zainal Anshari, S. Pd., M.Pd. I.

Disusun oleh Kelompok 5 :

1. Mutiara Rahmawati 201101010058


2. Nur Afni Mega Putri 202101010032
3. Yola Anggun Oktaviana 201101010060
4. Mia Aminatuz Zuhria 204101010001
5. Kurnia Saleh Rakhman.N. T20191100
6. Muhammad Miftah Nuril.I. T20191016

UNIVERSITAS NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JEMBER, OKTOBER 2022
A. JUDUL

Peran Pondok Pesantren Baitullisan Sebagai Wadah Untuk Mengembangkan Minat


Dan Bakat Santri Dalam (Keterampilan/Kegiatan) MAHARAH

B. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar bagi sejarah
bangsa Indonesia. Berdasarkan fakta-fakta historis, sangat sulit dipungkiri keterlibatan
pondok pesantren dalam membentuk, mencerdaskan dan memperjuangkan Indonesia
baik sebagai bangsa maupun sebagai negara. Nama-nama besar seperti Tuanku Imam
Bonjol dan Pangeran Diponegoro merupakan seorang ulama besar, mujahid dan
dicatat sebagai salah seorang Pahlawan Nasional adalah salah satu bukti nyata
kontribusi Pondok Pesantren bersama Kyai dan santrinya kepada nusa bangsa dan
negara ini.

Pondok Pesantren adalah adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk


mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam
dengan menekankan pentingnya dasar keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-
hari dalam melakukan interaksi sosial. Secara umum Pondok Pesantren didefinisikan
sebagai lembaga pendidikan yang memiliki 5 elemen pokok; (1) Pondok/Asrama:
adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi ciri khas dan
tradisi pondok pesantren dan membedakannya dengan sistem pendidikan lain yang
berkembang di Indonesia, (2) Masjid: Merupakan tempat untuk mendidik para santri
terutama dalam praktek seperti shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan kyai, dll,
(3) Pengajaran kitab-kitab klasik: Merupakan tujuan utama pendidikan di pondok
pesantren, (4) Santri: Merupakan sebutan untuk siswa/murid yang belajar di pondok
pesantren, dan (5) Kyai: merupakan pimpinan pondok pesantren. Kata kyai sendiri
adalah gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang
menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik.

Pondok Pesantren bisa dianggap sebagai miniature masyarakat secara luas,


karena biasanya civitas akademikanya dari berbagai daerah dengan latar belakang
sosial yang tidak sama. Pondok Pesantren merupakan lembaga Pendidikan
Keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang mempunyai
karakter pendidikan bangsa Indonesia yang murni. Dalam dinamika kehidupan dunia
yang mulai meninggalkan nilai-nilai moral dan pranata sosial, tampak semakin jelas
peran pesantren dalam menyiapkan peserta didiknya menjadi manusia yang tidak saja
memiliki kompetensi keilmuan dan life skill yang memadahi, namun juga menjunjung
tinggi aspek moral sebagai landasan berpijak. Pesantren adalah tempat dimana calon-
calon pengemban amanah negara tumbuh dan belajar membekali diri dengan
menyeimbangkan kebutuhan material dan spiritual untuk menyongsong hiruk-pikuk
masa depan. Kekuatan elit pesantren tidak diragukan lagi sebagai bagian integral dari
kelompok agent of change diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pencerahan masyarakat.

Pondok Pesantren tidak hanya memfokuskan diri pada pencetak da'i atau ulama.
Pondok Pesantren sebenarnya membentuk seseorang untuk bisa mandiri dan mampu
menghadapi segala tuntutan zaman. Setelah terjun ke masyarakat, santri harus
menyebar ke segala bidang kehidupan, dalam konteks demikian kelengkapan
pengetahuan menjadi semakin penting

Di antara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk mandiri dan


membina diri agar kelak tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Setiap santri
harus mampu mengembangkan diri, baik dalam bidang kepandaian membaca kitab,
berpidato, diskusi, maupun ketrampilan yang lainnya. Sehingga ketika mereka berada
pada tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu memberi kontribusi yang berarti
dan bermanfaat bagi sesamanya.

Pondok Pesantren memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya


menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Hal ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan
dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang terus berkembang.
Dan sebagian yang lain sebagai suatu komunitas, pesantren dapat berperan menjadi
penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu pesantren membutuhkan gerakan pembaharuan yang progresif


terhadap segala bidang, terutama dalam menghadapi permasalahan sosial-
kemasyarakatan. Dan pesantren harus mampu memberi diversifikasi
(penganekaragaman) keilmuan unggulan khusus atau keahlian praktis tertentu.
Artinya, pesantren perlu membuat satu keunggulan tertentu keahlian praktis lainnya
misalnya keahlian ilmu umum dan keahlian praktis lainnya.

Dengan semakin banyaknya tuntutan pada keberadaan Pondok Pesantren,


menjadikan Pondok Pesantren harus semakin dinamis dalam perkembangannya. Hal
ini tentunya menjadikan peran semua unsur yang ada di pondok pesantren dalam
mengoptimalkan potensi yang ada menjadi sangat urgen. Keterlibatan unsur-unsur
Pondok Pesantren ini semakin menarik secara sosiologis, sebab jika tanpa
menggunakan manajemen yang mumpuni dalam pengelolaannya, hal ini bisa
menjadikan lemahnya keberadaan Pondok Pesantren itu sendiri. Adanya tarik ulur
kepentingan yang tidak bisa dinafikan dalam perkembangannya kerap kali mengarah
pada konflik internal yang pada akhirnya menjadikan Pondok Pesantren menjadi
layahya wala yamut atau stagnan.

b. Rumusan Masalah
1.) Bagaimana cara seorang pendidik untuk mengembangkan minat dan bakat
santri dalam (keterampilan/kegiatan) MAHARAH di Pondok Baitullisan.?
2.) Bagaimana perkembangan para santri dalam mengembangkan minat dan bakat
santri di Pondok Bitullisan dalam keterampilan atau kegiatan MAHARAH.?
c. Tujuan Penelitian.
1.) Untuk menarik minat dan bakat santri dalam ( keterampilan/kegiatan )
MAHARAH
2.) Untuk mengajak santri dalam menguasai keterampilan MAHARAH.
d. Manfaat Penelitian

Untuk mencetak pesantren yang berkembang dalam penerapan pengembangan


minat dan bakat santri dalam (keterampilan/kegiatan) MAHARAH

C. KAJIAN TEORI
a. Peran Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia 1 dan lahir dari
akar sejarah Indonesia. Begitu juga, pondok pesantren sering juga disebut sebagai indigenous
yang kelahirannya dari akar budaya bangsa Indonesia. 2 Konteks ini menunjukkan bahwa
pondok pesantren memiliki akar sejarah dan budaya yang lahir dari umat Islam di wilayah
nusantara. Pondok pesantren sebagai identitas lembaga pendidikan Islam di Indonesia, dan
memiliki kontribusi besar dalam melahirkan intelektual muslim.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah banyak
mewarnai perjalanan pendidikan di Indonesia. Sistem pengajaran yang dijalankan pondok
pesantren sangat khas sehingga lembaga pendidikan ini sekaligus menjadi identitas Indonesia
dengan beragam variasi dan bentuk pembelajaran di dalamnya. Salah satu tradisi agung
(great tradition) di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di
pesantren khususnya di Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa dan semenanjung
Malaya.3

Pesantren adalah tempat bagi santri untuk belajar ilmu-ilmu agama bagi para santri. 4 Dengan
demikian, pesantren merupakan lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. 5 Pondok pesantren
dengan segala karakteristiknya dipandang sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
mampu memperkuat identitas kesantrian. Kata “santri” dalam masyarakat Jawa misalnya
merupakan sebutan yang dialamatkan kepada orang-orang yang memiliki kecenderungan
lebih kuat pada ajaran-ajaran agamanya (Islam).6

Pondok pesantren terdiri atas komponen yang meliputi kiai, santri, masjid, pondok, dan
kitab.7 Kiai sebagai pimpinan sekaligus sebagai guru di pondok pesantren melakukan
transmisi ilmu dan teladan kepada santrinya. Transmisi ilmu tersebut dilakukan dengan
metode sorogan dan wetonan,8 dan dalam aspek transmisi keteladan meliputi akhlak
keikhlashan, kesederhanaan, kedisiplinan, kesantunan, ketegasan, dan sebagainya. 9 Pusat

1
M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 81.
2
Muhammad I. Usman, "Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam (Sejarah Lahir, Sistem Pendidikan, dan
Perkembangannya Masa Kini)" Al-Hikmah Journal for Religious Studies, vol. 14, no. 1, 2013, pp. 127-146.
3
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat (Yogyakarta: Gading Publishing, 2012), h. 85.
4
Sri Haningsih, “Peran Strategis Pesantren, Madrasah dan Sekolah Islam di Indonesia,” El-Tarbawy: Jurnal
Pendidikan Islam, No. 1. Vol. I. 2008, h. 30
5
Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah,h. 27.
6
In‟am Sulaiman, Masa Depan Pesantren: Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang Modernisasi (Malang:
Madani, 2010), h. 155.
7
Hamdan Farchan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren
(Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), h. 1.
8
M. Bahri Gazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Prasati, 2003), h. 29- 30
9
Mansur, Moralitas Pesantren: Meneguh Kearifan dari Telaga Kehidupan (Yogyakarta: Safiria Insani Press,
2004), h. 55
kegiatan transmisi ilmu adalah di masjid, dan masjid menjadi icon kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Santri yang belajar di pesantren umumnya tinggal di pondok yang telah
disiapkan agar dapat aktif mengikuti pendidikan dan pembelajaran di pesantren. Karakteristik
yang lain adalah referensi yang digunakan di pondok pesantren kitab-kitab kuning (klasik)
dan biasanya kitab yang dikaji adalah kitab yang bercirikan pada salah satu mazhab tertentu.

Pondok pesantren memiliki peran strategis, dapat memajukan dinamika sosial masyarakat
yang heterogen, menjadi suatu sistem tatanan yang kondusif. Depag RI (2001, hlm. 70)
dalam Engku & Zubaidah (2014: 176-177) menyajikan bukti bahwa dalam kehidupan sosial
keagamaan masyarakat Indonesia dan termasuk kehidupan politik, pondok pesantren
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kehidupan di wilayah
Indonesia. Bentuk peranan - peranan itu antara lain: Pertama, peranan instrumental yakni
dalam tataran inilah peranan pondok pesantren sebagai alat pendidikan nasional tampak
sangat partisipatif. Kedua, peranan keagamaan yakni dalam pelaksanaannya, pondok
pesantren melaksanakan proses pembinaan pengetahuan, sikap dan kecakapan yang
menyangkut segi keagamaan.

Pondok pesantren berperan dalam membentuk lulusan yang memiliki kepribadian amar
ma’ruf nahī munkar di tengah-tengah masyarakat, karena amar ma’ruf nahī munkar
merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam. Suryana dkk (2006: 205) mencatat bahwa amar
ma’ruf nahī munkar merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam di tengah masyarakat dengan
cara menegakkan kebenaran dan membenci keburukan dan kemungkaran yang ada di tengah
masyarakat. Amar ma’ruf adalah keberpihakan seorang muslim terhadap kebenaran,
kendatipun kebenaran itu merugikan dirinya. Demikian pula nahi munkar atau membenci
kemunkaran harus selalu ditampilkan kendatipun keburukan itu akan menguntungkan
dirinya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran pondok pesantren bukan hanya sebagai
lembaga keagamaan tetapi berperan juga sebagai lembaga pendidikan, keilmuan, pelatihan,
pengembangan masyarakat, basis perlawanan terhadap penjajah dan sekaligus menjadi
simpul budaya. Beberapa pesantren di Indonesia telah mengalami pembaruan, tetapi ada ciri
khas tradisi pesantren dalam menghadapi pembaruan tersebut. Kalangan pesantren masih
mempertahankan tradisi lama yang masih baik, tetapi tidak menutup untuk mengambil hal
yang baru jika itu dianggap baik. Meskipun modernisme melanda dunia Islam, salah satunya
yang terjadi di Indonesia, tetapi ada dari beberapa pesantren yang masih mempertahankan
sistem pendidikan tradisional. tidak terbawa arus modernisme yang gencar dibawa oleh
orang-orang Barat.

b. Pengembangan minat dan bakat santri


Setiap santri terlahir dengan beragam potensi yang dibawanya sejak kecil. Apabila seseorang
terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih terus menerus bakat tersebut akan
terus berkembang secara optimal. Begitu juga sebaliknya, jika bakat tidak dikembangkan dan
hanya didiamkan saja maka bakat tersebut akan mati dan tidak berguna. Bakat sendiri
memliki

Pengembangan minat dan bakat sendiri bertujuan agar seseorang dapat menempuh
pendidikan dan bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga hasilnya lebih optimal.
banyak macam seperti bakat dalam bidang musik, bakat dalam bidang seni, bakat dalam
bidang bela diri, bakat dalam menari, dan masih banyak lagi.

Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang “Inherent” dalam diri seseorang
yang dibawakan sejak mereka lahir dan terkait dengan struktur otak. Secara genetis struktur
otak memang telah terbentuk sejak lahir, tetapi bekerjanya otak itu sangat ditentukan oleh
bagaimana lingkungan berinteraksi dengan anak manusia itu. Bakat dapat diartikan pula
sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dikembangkan. Mengacu pada pendapat Dr. Anders Ericsson dalam buku Cambridge
Handbook of Expertise and Expert Performance, bahwa orang-orang yang diberi hadiah
orang yang selalu “diciptakan” atau “dilatih”, dan bukan dilahirkan. 10

Minat belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar karena minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu . Berbicara minat, seperti halnya menaruh minat terhadap bidang kesenian
maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang hal dalam bidang kesenian.

Minat adalah proses kecenderungan yang menetap dalam diri seseorang untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap
sesuatu atau beberapa kegiatan akan memperhatikan kegiatan itu secara konsisten dengan
rasa senang. Dengan adanya minat pada setiap individu dalam kegiatannya itu akan
membantu mereka merasakan kenyaman dalam proses aktivitasnya, terutama bagi seorang
pelajar dalam proses belajarnya.11 Minat sendiri itu kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada sesuatu objek atau sangat menyukai pada sesuatu itu. Misalnya, minat terhadap
pelajaran, minat terhadap olahraga, ataupun minat terhadap pelajaran, minat terhadap
olahraga, ataupun minat terhadap hobi. Dalam menjalankan minat, ia sangat erat sekali
dengan dengan pikiran dan perasaan.

10
Meilia Ajeng and Hening Mahargiyanti, “Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Pada Siswa MTS
Muhammadiyah 07 Purbalingga Institut Agama Islam Negeri,” Skripsi, 2017.
11
Sholahuddin Majid, Syamsuddin RS, and Moch Fakhruroji, “Manajemen Strategi Pesantren Dalam
Mengembangkan Bakat Dan Minat Santri,” Tadbir : Jurnal Manajemen Dakwah 3, no. 1 (2018): 67–83,
http://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir/article/view/158.
c. Keterampilan Maharah

Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan
koordinasi informasi yang dipelajari.12 Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual. Sedangkan menurut Muhibin
Syah13 keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang
lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah. Keterampilan dalam berbahasa mencakup empat
keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara (maharah al-
kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-kitabah). Keempat aspek ini
menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut
tidak dapat dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam
pencapaian keterampilan berbahasa.14 Dalam penguasaan keempat keterampilan berbahasa
tersebut, sebagian ahli bahasa berasumsi bahwa kemampuan kebahasaan seseorang hanya
ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap kosakata. 15 Hal ini tentu relevan dengan
keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi harus terlebih dahulu menguasai kosakata
(mufradat)

Maharah adalah masdar dari fi’il (‫ارة‬LL‫ مه‬- ‫ر‬LL‫ر – يمه‬LL‫ )مه‬yang bisa diartikan keterampilan,
ketangkasan, kecakapan, kepintaran, keahlian, ataupun kerajinan. Isim faa’il nya (‫ )ماهر‬yang
berarti orang yang pandai atau pintar.Maharah secara umum menurut kamus almaany adalah
kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan ketangkasan dan keterampilan manual.
Terdapat empat keterampilan maharah sebagai berikut :

1) Keterampilan Mendengar (Maharah al-Istima’)

Istima’ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam mufrodat.


Keterampilan Istima’ diarahkan pada keterampilan menyimak dengan tidak melepas
konteks. Mendengar merupakan keterampilan pertama yang dilakukan oleh seseorang
dalam belajar berbahasa. Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang
dialami oleh seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur bahasanya dan lain
sebagainya.16

2) Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam)

12
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987)
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006)
14
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h.
43.
15
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 2.
16
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h.
45.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling penting dalam
pembelajaran bahasa karena keterampilan berbicara merupakan keterampilan dasar
dalam mempelajari bahasa asing. Ketrampilan ini merupakan bagian dari kemampuan
berbahasa yang aktif dan produktif.17

3) Keterampilan Membaca (Maharat al-Qira’ah)

Dalam hal pemberian butir linguistik keterampilan membaca memiliki kelebihan dari
keterampilan menyimak, karena keterampilan membaca lebih akurat dari pada
keterampilan menyimak. Seseorang yang sedang belajar keterampilan membaca bisa
mendapatkan pembelajaran dari majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab.
Dengan demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan bentuk tata
bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk berinteraksi secara komunikatif. 18

4) Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah)

Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa


Arab. Dengan menulis seseorang bisa mengaktualisasikan kemampuannya dan
spesialisasi keilmuannya kepada publik.19

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan
deskriptif-kualitatif karena bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang
pengembangan minat dan bakat santri melalui kegiatan maharah dan penentuan sumber data.
Sumber data dalam penelitian adalah pendiri sekaligus pemilik pondok pesantren Baitullisan yaitu
Ustadz Dr. H. Syamsul Anam, S. Ag., M. Pd. Dan Ustadzah Hj. Nur Chotimah, S. Ag.

Adapun teknik pengumpulandata pada penelitian ini dilakuan dengan cara:

a. Teknik observasi, yaitu mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan gejolak-gejolak yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya
langsung kepada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. 20
b. Teknik wawancara (interview), adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan

17
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h.88.
18
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h.
53.
19
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h.
59.
20
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), hlm
100.
orang yang diwawancarai informan (informan), dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide).21
c. Teknik dokumentasi, teknik dokumentasi yaitu teknik yang digunakan penulis untuk
memperoleh data dengan cara menggali kumpulan data verbal, baik yang berbentuk
tulisan atau tidak.22 Metode ini digunakan untuk memperoleh data – data di pondok
pesantren Baitullisan, kegitan – kegitan yang di laksanakan rutin di pondok pesantren
Baitullisan, serta hal lain yang dibutukan untuk menunjang dan mempermudah peneliti
mendapatkan data.
E. HASIL PENELITIAN
a) Sejarah Pondok Pesantren Baitullisan

Pondok Pesantren Baitullisan didirikan oleh Ustadz Dr. H. Syamsul Anam, S. Ag.,
M. Pd. Dan Ustadzah Hj. Nur Chotimah, S. Ag. Berdirinya pondok pesantren
Baitullisan ini berawal dari angan-angan pendiri semenjak kuliah. Beliau bercita-cita
ingin mempunyai lembaga sendiri. Beliau tidak hanya mengejar kebahagiaan dunia
akan tetapi akhirat juga. Menurut beliau jika mempunyai lembaga sendiri maka tidak
akan pernah pensiun, tapi jika menjadi PNS maka setelah beberapa tahun akan
pensiun. Setelah menikah pendiri pondok pesantren ini bahkan bercita-cita ingin
membangun yayasan yatim piatu di Banyuwangi. Pada saat itu sang suami
mendapatkan surat keterangan menajdi PNS di salah satu Universitas yang ada di
Malang dan Gorontalo, namun semua itu ditolak karena terhalanga oleh restu orang
tua. Dengan demikian akhirnya sang suami ini mendaftar di salah satu Universitas
yang ada di Jember dan akhirnya diterima. Maka dari itu sepasang suami istri ini
pindah ke Jember dan membangun rumah di Perumahan Tegal Besar I, Jember.
Disana sepasang suami istri ini juga mengajar TPQ secara gratis tanpa memungut
biaya apapun. Mereka memanfaatkan sebuah musholla yang tidak terawat untuk
dijadikan temapt untuk mengajar TPQ. Sebelum pindah ke Jember, sepasang suami
istri ini pulang kampung yaitu ke Banyuwangi. Disana mereka juga mengajar TPQ.
Sang suami setelah magrib mengajar kitab. Dan juga membuka lembaga Taman
Kanak-Kanak dengan gratis. Namun seiring berjalannya waktu lembaga Taman
kanak-Kanak ini merosot karena tersaingi oleh lembaga lain. Namun tidak membuat
sepasang suami istri ini putus asa.

21
Burhan Mungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2001), hlm 108.
22
Koentoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 256.
Pada tahun 2012 sepasang suami istri ini berencana untuk membeli tanah di
pinggir Masjid yang ada di Perum Kodam Brawijaya V, Mangli, Jember yang
bernama Masjid Agung “Darul Firdaus Al Mubarak”, namun gagal dikarenakan
tanahnya sempit. Dan pada akhirnya di awal tahun 2019 kembali membeli tanah
tepatnya di Perumahan Kodam Brawijaya V, Mangli, Kaliwates, Jember. Pondok
pesantren ini letaknya dikelilingi oleh dua perumahan yaitu Perumahan Mangli Indah
Permai dan Perumahan Puri Kartika. Pondok pesantren Baitullisan dibangun pada
awal tahun 2019 yaitu bulan Januari. Dan membuka pendaftaran santri baru pada
tanggal 22 Oktober 2019 yaitu bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Pada awal
membuka pendafataran santri pondok pesantren Baitullisan ini hanya satu anak.
Namun dengan berjalannya waktu semakin lama semakin bertambah dan sekarang
jumlah santrinya sekitar kurang lebih 50 santri.

Sejarah nama pondok pesatren Baitullisan, terdiri dari dua kata yaitu kata
Baitul dan Lisan. Dimana baitul artinya rumah dan lisan asrtinya bahasa. Jadi
Baitullisan ini berarti rumah bahasa. Pondok pesantren ini dinamakan Baitullisan
karena pendirinya pada saat kuliah sama-sama jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Dan
pondok pesantren ini menekankan untuk berbicara dengan bahasa arab setiap harinya
walaupun sedikit.

b) Profil Pendiri Pondok Pesantren Baitullisan

Pondok Pesantren BAITULLISAN didirikan oleh Ustadz Dr. H. Syamsul Anam,


S.Ag., M.Pd. dan Ustadzah Hj. Nur Chotimah, S.Ag. Dr. H. Syamsul Anam, S.Ag.,
M.Pd. adalah Alumni Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyiin Paculgowang Jombang
sejak MI beliau belajar di sana dan beliau juga alumni Pondok Pesantren Tebuireng
Jombang. Beliau adalah Dosen Pascasarjana dan saat ini sebagai Kaprodi S2 PBA
UIN KHAS Jember. Sedangkan Ustadzah Hj. Nur Chotimah adalah sarjana
Pendidikan Bahasa Arab IAIN Malang dan alumni Pondok Pesantren Nurul Huda
Mergosono Malang. Sedangkan saat sekolah di MTsN Banyuwangi nyantri juga di
Pondok Pesantren Hj. Hilmiyah Penataban Banyuwangi.

c) Keterampilan Maharatul di Pondok Pensantren Baitullisan


Dalam pondok pesantren Baitullisan, sesuai dengan namanya pondok ini menerapkakan
kegiatan atau keterampilan dalam berbahasa. Kegiatan yang diterapkankan pada pondok ini
diantaranya :

1. Maharatul Kalam, berkaitan dengan berbicara. Seperti belajar kitab


muhawarah yang di dalamnya berisi percakapan bahasa arab sehari-hari.
Dengan belajar kitab muhawarah maka sedikit demi sedikit akan terbiasa
berbicara dengan menggunakan bahasa arab.
2. Maharatul Qiro’ah, berkaitan dengan kemampuan membaca dari majalah,
buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab.
3. Maharatul Istima’, berkaitan dengan pendengaran. Maksudnya biasa
mendengarkan mufrodat bahasa arab dengan berbicara sehari-hari
menggunakan bahasa arab.
4. Maharatul Kitabah, berkaitan dengan menulis bahasa arab. Melatih

Dalam pondok pesantren Baitullisan juga terdapat beberapa fasilitas yang menunjang proses
pembelajaran santri diantaranya :

1. Musholla
2. Ruang Belajar
3. Kamar tidur (perkamar isi 4 orang)
4. Free WiFi
5. Kasur
6. Almari
7. Parkiran luas
8. Kipas Angin
9. Air Arthesis (dengan kedalaman sumber 230 m) dan bisa langsung diminum
10. Dapur
d) Kegiatan-Kegiatan Di Pondok Pesantren Baitullisan

Selain kegiatan atau terampilan maharatul yang diterapkan pada pondok pesantren
Bailtullisan ini juga terdapat beberapa kegitan lainnya diantaranya:

1. Membaca Wirdul Lathif

Wirdul Lathif ini dibaca pada jam 03.00 WIB. Sebelum sholat subuh berjamaah para
santri bangun jam 03.00 WIB untuk melaksanakan sholat tahajjud dan membaca wirdul
lathif secara bersama-sama. Pembaca wirdul lathif ini dibaca setiap hari. Karena pesan
dari pengasuh yaitu jika mengamalkan membaca wirdul lathif setiap hari maka kita akan
dijaga dari kejahatan dalam bentuk apapun.

Nama al-Wirdul Lathif memiliki arti “wirid yang ringan”. Wirid ini disusun
oleh salah satu Wali Quthub di zamannya, yakni Al-Imam al-Habib Abdullah bin
‘Alawi al-Haddad. Beliau juga merupakan penyusun wirid Ratib al-Haddad.
Wirid ini dinamakan dengan “al-Wirdul Lathif” (wirid yang ringan) sebab isi
dzikir dalam wirid ini cenderung pendek dan ringkas, berbeda dengan
pembandingnya, yakni al-Wirdul Kabir (wirid yang agung) yang juga dikenal
dengan nama Miftah as-Sa’adah wa al-Falah yang isi dzikirnya cenderung
panjang dan banyak.

Begitu besarnya keutamaan membaca al-Wirdul Lathif ini sampai-sampai para


ulama mengarang kitab tersendiri dalam menjelaskan keutamaan membaca wirid
ini. Kitab tersebut di antaranya adalah al-Wardu al-Qathif min Fadhaili al-Wirdul
Lathif yang di dalamnya menjelaskan pijakan dalil dan keutamaan dzikir-dzikir
yang terdapat dalam al-Wirdul Lathif. Kitab lainnya yang menjelaskan tentang al-
Wirdul Lathif adalah Mursyid adz-Dzarif ila Fawaid al-Wirdil Lathif dan al-
Maqshad al-Munif bi Dzikri Maraji’ Wirdhil Lathif. Banyaknya ulama yang
memberi ulasan dan penjelasan tentang al-Wirdul Lathif ini tentunya
menunjukkan bahwa wirid ini merupakan wirid yang besar keutamaannya dan
benar-benar dapat menentramkan hati pada saat membacanya.

2. Shalat Fardu Berjamaah

Shalat fardu yaitu shalat 5 waktu di Pondok Pesantren Baitullisan diwajibkan


untuk dilaksanakan secara berjamaah, kecuali yang sedang ada jam kuliah.
Karena Pondok Pesantren ini merupakan pondok mahasiswa. Shalat berjamaah di
pondok pesantren ini diwajibkan karena pahalanya lebih besar. Dan juga untuk
melatih kedisiplinan santri dala melaksanakan shalat tepat waktu.

3. Membaca Rotibul Haddad

Pembacaan Rotibul Haddad ini dilaksanakan secara bersama-sama pada jam


16.30 WIB.

4. Muroja’ah Juz 30
Di pondok pesantren Baitullisan setiap santrinya wajib hafal juz 30. Hafalannya
dilaksanakan secara bertahap, boleh per hari satu ayat, dan boleh juga satu
minggu satu surah. Hal ini juga untuk kepentingan kampus UIN KHAS Jember
terutama fakultas tarbiyah yang mewajibkan hafal juz 30. Dan ini dilakukan pada
malam senin dan rabu setelah sholat magrib.

5. Program Tahfidz
6. Membaca Nadzom Amstilati, Roksun Sirah, dan Maqsud

Pembacaan Nadzom Amstilati, Roksun Sirah, dan Maqsud dilaksanakan secara


bergantian setelah sholat magrib. Untuk nadzom maqsud dilaksanakan setelah
sholat magrib pada malam selasa. Dan nadzom amtsilati dibaca pada malam
kamis dan sabtu. Sedangkan untuk nadzom roksun sirah dibaca pada malam ahad.

7. Diniyah

Kegiatan diniyah ini dilakukan setelah sholat isya’ berjamaah. Adapun beberapa
kegiatan diniyah antara lain:

a. Qiro’ah
Qiro’ah dilakukan pada malam senin bersama Ustadz Suyono.
b. Pembacaan Shalawat Burdah dan Mudoriyah
Pembacaan Shalawat Burdah dilakukan pada malam selasa yang
dilaksanakan oleh semua santri kemudian dilanjutkan dengan membaca
sholawat mudhoriyah.
c. Muhawarah
Muhawarah ini dilaksanakan pada malam rabu bersama Ustadzah Hj. Nur
Chotimah, S. Ag. Yang merupakan pendiri pondok pesantren Baitullisan.
Kitab muhawarah ini berisi percakapan sehari-hari dengan menggunakan
bahasa arab. Hal ini bertujuan untuk melatih santri terbiasa berbicara
dengan bahasa arab.
d. Tahassus Bahasa Arab
Kegiatan ini dilakukan pada malam kamis bersama dengan Ustadz Dr. H.
Syamsul Anam, S.Ag., M.Pd. yang merupakan pendiri pondok pesantren
Baitullisan. Pada kegiatan ini santri belajar “Uslub” yaitu gaya bahasa. Hal
ini bertujuan untuk melatih santri menulis dan menyusun teks bahasa arab.
e. Istigosah dan Pembacaan Sholawat Nariyah
Kegiatan ini dilakukan pada malam jum’at secara bersama-sama dan
dipimpin oleh Ustadz Dr. H. Syamsul Anam, S.Ag., M.Pd. Hal ini bertujuan
untuk lebih mendekatkan lagi kepada Sang Maha Kuasa Allah swt.
f. Amtsilati
Kegiatan ini dilakukan pada malam sabtu bersama dengan Ustadz Rudi.
Dalma kegiatan ini santri diajarkan tentang tata cara pembacaan kitab
kuning. Di pondok pesantren Baitullisan santri belajar Kitab amtsilati mulai
dari jilid 1 sampai 5.
g. Tadribul Khitobah
Kegiatan ini dilakukan pada malam ahad. Yang bertugas setiap malam ahad
bergantian sesuai giliran para santri. Kegiatan ini melatih untuk
membiasakan santri ceramah di depan umum. Kegaitan ini terdiri dari MC
dengan menggunakan bahasa arab, qiro’ah, khitobah, dan do’a.

F. KESIMPULAN

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah banyak
mewarnai perjalanan pendidikan di Indonesia. Sistem pengajaran yang dijalankan pondok
pesantren sangat khas sehingga lembaga pendidikan ini sekaligus menjadi identitas Indonesia
dengan beragam variasi dan bentuk pembelajaran di dalamnya. Salah satu tradisi agung (great
tradition) di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di
pesantren khususnya di Jawa dan lembaga-lembaga serupa di luar Jawa dan semenanjung
Malaya

Pondok pesantren berperan dalam membentuk lulusan yang memiliki kepribadian amar
ma’ruf nahī munkar di tengah-tengah masyarakat, karena amar ma’ruf nahī munkar
merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam. Suryana dkk mencatat bahwa amar ma’ruf nahī
munkar merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam di tengah masyarakat dengan cara
menegakkan kebenaran dan membenci keburukan dan kemungkaran yang ada di tengah
masyarakat. Amar ma’ruf adalah keberpihakan seorang muslim terhadap kebenaran,
kendatipun kebenaran itu merugikan dirinya. Demikian pula nahi munkar atau membenci
kemunkaran harus selalu ditampilkan kendatipun keburukan itu akan menguntungkan dirinya.
Kegiatan di pondok pesantren baitullisan ada 7 kegiatan yaitu : 1) Membaca Wirdul
Lathif. 2) Shalat Fardu Berjamaah. 3) Membaca Rotibul Haddad. 4) Muroja’ah Juz 30. 5)
Program Tahfidz. 6) Membaca Nadzom Amstilati, Roksun Sirah, dan Maqsud. 7) Diniyah.

G. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai