TUGAS
SEJARAH PENDIDIKAN PESANTREN DI
INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia dan Sejarah Nasional
Indonesia
DISUSUN OLEH :
ARDIAN PODOMI
NIM : 15.2.1.033
Dosen Pengampuh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru yang kelak akan terjun ke dunia pendidikan, dan
selayaknya memahami secara keseluruhan aspek-aspek dalam pendidikan. Salah
satunya pendidikan pesantren. Berikut akan disampaikan hal-hal terkait pendidikan
pesantren.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
4
PEMBAHASAN
Pendidikan adalah usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh
orang dewasa yang diberi tanggung jawab untuk menanamkan akhlak yang baik dan
nilai-nilai luhur, serta norma-norma susila kepada anak didik sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani untuk mencapai kedewasaan.
Pesantren pada umumnya tergambarkan pada ciri khas yang biasanya dimiliki
oleh pondok pesantren, yaitu adanya pengasuh pondok pesantren
(Kyai/tuan/buaya/tengku/ustadz), adanya Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan
tempat belajar, adanya santri yang belajar, serta adanya asrama sebagai tempat tinggal
santri. Disamping empat komponen tersebut, hamper disetiap pesantren juga
menggunakan kitab kuning (kitab klasik tentang ilmu-ilmu keislaman berbahasa Arab
yang disusun pada abad pertengahan) sebagai sumber kajian.1
1
Departemen Agama “Kumpulan Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan Direktorat
Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren” 2014, h. 78.
5
2
Naufal Ramzy “Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era Otonomi
Daerah”, KARSA, 2012, h. 26
6
Biasanya santri yang telah menyelesaikan dan diakui telah tamat, diberi izin
oleh Kiai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru didaerah asalnya. Dengan
3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,LP3ES, Jakarta,1983, h.18
7
Sementara itu yang menjadi ciri khas pesantreen dan sekaligus menujukan
unsure-unsur pokoknya, yang memebedakannya dengan lembagapendidikan lainnya,
yaitu : Yang pertama adanya pondok sebagai tempat tingggal bersama anatara kiai
dengan para santrinya dan bekerjas sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
4
Amin Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita Dan Fakta,Mizan, Bandung, 1989, h.162
8
hari, adanya masjid sebagai unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi
sebagai tempat unuk melakukan sholat berjama’ah setiap waktu shalat, juga berfungsi
sebagia tempat belajar- mengajar.yang ketiga adanya Santri dimana santri merupakan
unsur pokok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu : Santri
mukim dan santri kalong. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam pondok pesantren sedangkan Santri kalong ialah santri-santri
yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap
dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti
suatu pelajaran di pesantren. Yang keempat adanya kyai.Kiai merupakan tokoh
sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran. Karena itu kiai adalah salah
satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Kemasyuran,
perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren banyajk bergantung
pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatis dan wibawa, serta keterampilan kiai
yang bersangbkutan dalam mengelola pesantrennya. Dan yang terakhir adalah adanya
kitab-kitab islam klasik, unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesaantren diajarkan kitab-kitab
klasik yang dikarang para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu
pengetahuan agama islam dan bahasa arab.5
Sorongan, disebut juga sebagai cara mengajar perkepala yaitu setiap santri
mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh pembelajaran seara langsung dari
5
Nurhasanah Bakhtiar.. Pola Pendidikan Pesantren, PT. Imtima 2009, h.. 47
9
Kiai. Dengan cara sorongan ini, pelajaran diberikan oleh pembantu Kiai yang disebut
“Badal”. Mula-mula Badal tersebut membacakan matan kitab yang tertulis dalam
bahasa arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah, dan
menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi
pelajaran tersebut satu persatu, sehingga setiap santri menguasinya.
Metode Bendungan atau Halqah dan sering juga disebut Wetonan, para santri
duduk disekitar kiai dengan membentuk lingkaran, dengan cara bendungan ini kiai
mangajarkan kitab tertentu pada sekelompok santri. Karena itu metode ini biasa juga
dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. Dimana baik kiai maupun
santri dalam halaqah tersebut memegang kitab masing-masing. Kiai membacakan
teks kitab, kemudian menerjemahkannya kata demi kata, dan menerangkan
maksudnya. Santri menyimak kitabnya amasing-masing dac mendengarkan dengan
seksama terjemahan dan penjelasan-penjelasan kiai. Kemudian santri mengulang dan
mempelajari kembali secar sendiri-sendiri.6
6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h. 76
10
Pondok pesantren pada masa penjajahan, mengalami tekanan yang amat berat.
Hal ini terjadi karena pondok pesantren memberikan pengajaran kepada para
santrinya, tidak hanya tentang bagaimana mereka disiapkan untuk menjadi alim
ulama yang melek akan pengetahuan agama namun merekapun diajarkan tentang
cinta tanah air dan menanamkan jiwa nasionalisme. Hal tersebut menjadi sebuah
kekhawatiran dan bahkan menjadi sebuah ancaman bagi kolonial Belanda pada saat
itu. Mereka tahu bahwa didalam pesantren para santri diajarkan tentang kekuatan
yang sangat besar yang bersumber dari Al-Quran, yakni kekuatan spiritual. Kekuatan
spiritual para kyai dan santri yang amat besar dianggap mengancam eksistensi
colonial Belanda.
Sehingga sangat tidak heran apabila akhirnya ada seorang tokoh Belanda,
Snouck Horgronje berusaha untuk menghancurkan pesantren yang ia anggap sebagai
sebuah ancaman besar. Untuk lebih mengenal Islam, ia pergi ke Mekah dan Madinah
untuk mempelajari bahasa Arab sehingga ia fasih dalam membaca dan
menterjemahkan Alquran.7
7
Departemen Agama “Kumpulan Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan Direktorat
Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren” 2014, h. 79
11
yang terakhir menjauhkan umat Islam dari kitab suci Al-Qur’an, dan yang dibolehkan
mengartikan Al-Qur’an hanyalah kyai dan santri.”
8
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h 62
12
yaitu pesantren, atau merndirikan lembaga pendidikan dengan sistem yang berlaku di
barat pada waktu itu.
Dalam perjalanan sejarahnya, pondok pesantren pernah besar dan jaya di masa
lalu, bahkan hingga saat ini. Pesantren tumbuh dan berkembang bersama masyarakat
Indonesia. Maka tidak heran, apabila pesantren bisA dikatakan sebagai lembaga
pendidikan Islam khas Indonesia.
Begitu pula halnya dengan pemerintahan RI, mengakui bahwa pesantren dan
madrasah merupakan dasar dan sumber pedidikan nasional, dan oleh karena itu harus
dikembangkan, diberi bimbingan dan bantuan. Wewenang dan pengembngan tersebut
berada dibawah wewenang kementrian agama.
Secara garis besar, pesantren sekarang ini dapat dibedakan dua macam yaitu
Pesantren Tradisional dan Pesantren Modern. Pesantren yaitu pesantren yang masih
mempertahankan sistem pengajaran tradisional, dengan materi pengbajaran kitab-
kitab klasik yang sering disebut kitab kuning. diantara pesantren ini ada yang
mengelola madrasah, bahkan juga sekolah-sekolah umum mulai tingkat dasar dan
menengah, dan ada pula pesantren-pesantren besar yang sampai keperguruan tinggi.
Murid-murid dan mahasiswa diperbolehkan tinggal dipondok atau diluar, tetapi
mereka diwajibkan mengikuti pengajaran kitab-kitab dengan cara sorongan maupun
bandungan, sesuai dengan tingkatan masing-masing. Guru-guru pada madrasah atau
10
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Imtim. 2007, h. 28
14
11
Naufal Ramzy.. Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era Otonomi
Daerah. KARSA, 2012. h. 82
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Naufal Ramzy. Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era
Otonomi Daerah. KARSA 2012.
Rais Amin, Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta, Cet II PT Raja Grafindo, PT
Mizan, Bandung, 1989.