Anda di halaman 1dari 17

1

TUGAS
SEJARAH PENDIDIKAN PESANTREN DI
INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Dunia dan Sejarah Nasional
Indonesia

DISUSUN OLEH :
ARDIAN PODOMI
NIM : 15.2.1.033

Dosen Pengampuh:

Dr. Muhammad Idris M.Pd.I

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


SEMESTER V (LIMA)
FAKULTAS ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO


1439 H/2017 M
BAB I
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan pendidikannya. Tetapi


pendidikan di Indonesia sama sekali belum sepenuhnya tersentuh oleh tangan-tangan
pemerintah. Output yang dikeluarkan pun tidak seperti apa yang telah menjadi tujuan
pendidikan.

Di Indonesia terdapat tiga macam lembaga pendidikan, yaitu sekolah umum,


madrasah dan pesantren. Antara madrasah dan sekolah umum tidak banyak
perbedaannya. Akan tetapi, lembaga yang satunya yaitu pesantren, adalah lembaga
yang jauh berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Pendidikan diselenggarakan bertujuan untuk membentuk manusia yang


memanusiakan manusia. Artinya, penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan pada
pembentukan perilaku yang baik. Karena itulah hampir seluruh lembaga pendidikan
yang diselenggarakan di Indonesia ini terdapat muatan materi tentang akhlakul
karimah. Diharapkan output-output yang dihasilkan nantinya di samping
berintelektual tinggi, juga mempunyai budi pekerti yang baik sehingga menjadi
teladan bagi masyarakatnya.

Sebagai calon guru yang kelak akan terjun ke dunia pendidikan, dan
selayaknya memahami secara keseluruhan aspek-aspek dalam pendidikan. Salah
satunya pendidikan pesantren. Berikut akan disampaikan hal-hal terkait pendidikan
pesantren.

B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah,


diantaranya yaitu:

a. Apa yang dimaksud dengan pendidikan pesantren?


b. Bagaimana sejarah pendidikan pesantren?
c. Bagaimana Perkembangan Lembaga Pesantren Di Indonessia?
d. Bagaiman Keadaan Pesantren Pada Zaman Penjajahan ?
e. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Pesantren Di Zaman
Kemerdekaan?

BAB II
4

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Pesantren

Pada dasarnya, pendidikan pesantren dirumuskan dari dua pengertian dasar


yang terkandung dalam istilah “pendidikan” dan istilah “pesantren”. Kedua istilah itu
disatukan dan arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan pesantren.

Pendidikan adalah usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh
orang dewasa yang diberi tanggung jawab untuk menanamkan akhlak yang baik dan
nilai-nilai luhur, serta norma-norma susila kepada anak didik sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani untuk mencapai kedewasaan.

Pesantren pada umumnya tergambarkan pada ciri khas yang biasanya dimiliki
oleh pondok pesantren, yaitu adanya pengasuh pondok pesantren
(Kyai/tuan/buaya/tengku/ustadz), adanya Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan
tempat belajar, adanya santri yang belajar, serta adanya asrama sebagai tempat tinggal
santri. Disamping empat komponen tersebut, hamper disetiap pesantren juga
menggunakan kitab kuning (kitab klasik tentang ilmu-ilmu keislaman berbahasa Arab
yang disusun pada abad pertengahan) sebagai sumber kajian.1

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan khas Indonesia yang


menjadi tempat para santri mendalami pendidikan agama Islam. Dari masa ke masa
pesantren terus melakukan pembaharuan agar dapat tetap menunjukan eksistensinya
di tengah gempuran global. Dalam berkehidupan sehari-hari, masyarakat pesantren
berpedoman pada ajaran agama dengan menekankan pada aspek moral dalam
berinteraksi dan bergaul. Sehingga sikap dan perilaku masyarakat pesantren akan
terjaga dengan baik.

1
Departemen Agama “Kumpulan Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan Direktorat
Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren” 2014, h. 78.
5

Menurut Mastuhu, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam


tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Sedangkan Abdullah menyatakan, bahwa pesantren merupakan pusat


persemaian, pengalaman sekaligus penyebaran ilmu-ilmu keislaman. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam untuk mendalami dan menyebarkan ilmu-ilmu
keislaman dan menekankan pada moral keagamaan sebagai pedoman hidup sehari-
hari.

Pendidikan pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam untuk mendalami


dan menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan menekankan pada moral keagamaan
sebagai pedoman hidup sehari-hari.

B. Sejarah Pendidikan Pesantren

Sejarah berdirinya pesantren sering diidentikan dengan sejarah masuknya


Islam di Indonesia. Salah satu pendapat mengemukakan, ketika para pedagang
muslim dari Gujarat sampai ke negeri kita, mereka menjumpai lembaga-lembaga
keagamaan mengajarkan agama Hindu.2 Kemudian setelah Islam tersebar luas ke
penjuru Nusantara, bentuk lembaga keagamaan itu tetap berkembang dan isinya
diubah dengan pengajaran agama Islam, yang kemudian disebut pesantren.

Pesantren yang merupakan “Bapak” dari pendidikan islam di indonesia,


didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari
perjalanan sejarah, dimana bila dirunut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan

2
Naufal Ramzy “Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era Otonomi
Daerah”, KARSA, 2012, h. 26
6

atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, yakni menyebarkan dan


mengembangkan Ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader Ulama atau Da’i.

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “ Tempat Belajar Para


Santri “. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat
dari bambu. Disamping itu kata “Pondok” mungkin juga berasal dari bahasa Arab
“Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”.3

Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan


adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian, faktor guru yang memenuhi
persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu
pesantren. Pada umumnya berdiri suatu pesantren yang diawali seorang Guru atau
Kiai. Karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari Guru tersebut, maka
masyarakat sekitar, bahkan dari luar daerah datang kepadanya untuk belajar. Mereka
lalu membangun tempat tingggal yang sederhana disekitar tempat tinggal guru
tersebut. Semakin tinggi ilmu seorang guru tersebut, semakin banyak pula orang dari
luar daerah yang datang untuk mentut ilmu kepadanya dan berarti semakin besar pula
pondok dan pesantrennya.

Perkembangan suatu pesantren sangat tergantung kepada daya tarik tokoh


sentral (Kyai atau Guru) yang memimpin, meneruskan atau mewarisinya. jika
pewaris menguasi sepenuhnya baik pengetahuan agama, wibawa, ketermpilan
mengajar dan kekayaan lainnya yang diperlukan. Sebaliknya pesantren akan menjadi
mundur atau hilang, jika pewaris atau keturunan Kiai yang mewarisinya tidak
memenuhi persyaratan. Jadi seorang figur pesantren memang sangat menentukan dan
benar-benar diperlukan.

Biasanya santri yang telah menyelesaikan dan diakui telah tamat, diberi izin
oleh Kiai untuk membuka dan mendirikan pesantren baru didaerah asalnya. Dengan

3
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,LP3ES, Jakarta,1983, h.18
7

cara demikian pesantren-pesantren berkembang diberbagai daerah terutama pedesaan


dan pesantren asal dianggap sebagai pesantren induknya.

C. Perkembangan Lembaga Pesantren Di Indonesia

Pesantren di Indonesia memang dan tumbuh berkembang sangat pesat.


Berdasarkan laporan pemerintah kolonial belanda, pada abad ke 19 untuk di jawa saja
terdapat tidak kurang dari 1.853 buah, dengan jumlah santri tidak kurang 16.500
orang.4 Dari jumlah tersebut belum masuk pesantren-pesantren yang berkembang
diluar jawa terutama Sumatra dan Kalimantan yang suasana kegiatan keagamaanya
terkenal sangat kuat.

1. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Dalam mekanisme kerjanya, sistem yang ditampilkan pondok pesantren


mempunyai keunikan dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam
pendidikan pada umumnya, yaitu : Memakai system tradisional yang mempunyai
kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah moderen, sehingga terjadi hubungan
dua arah antara santri dan kiai, menampakan semangat demokrasi karena mereka
praktis berkerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka, para santri tidak
mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar atau ijazah, karena sebagian besar
pesantren tidak mengelurkan ijazah, sistem pondok pesanten mengutamakan
kesederhanaan,idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian
hidup, alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan,
sehingga mereka hampir tidak dapa dikuasi oleh pemerintah.

Sementara itu yang menjadi ciri khas pesantreen dan sekaligus menujukan
unsure-unsur pokoknya, yang memebedakannya dengan lembagapendidikan lainnya,
yaitu : Yang pertama adanya pondok sebagai tempat tingggal bersama anatara kiai
dengan para santrinya dan bekerjas sama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

4
Amin Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita Dan Fakta,Mizan, Bandung, 1989, h.162
8

hari, adanya masjid sebagai unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi
sebagai tempat unuk melakukan sholat berjama’ah setiap waktu shalat, juga berfungsi
sebagia tempat belajar- mengajar.yang ketiga adanya Santri dimana santri merupakan
unsur pokok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu : Santri
mukim dan santri kalong. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam pondok pesantren sedangkan Santri kalong ialah santri-santri
yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap
dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti
suatu pelajaran di pesantren. Yang keempat adanya kyai.Kiai merupakan tokoh
sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran. Karena itu kiai adalah salah
satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Kemasyuran,
perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren banyajk bergantung
pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatis dan wibawa, serta keterampilan kiai
yang bersangbkutan dalam mengelola pesantrennya. Dan yang terakhir adalah adanya
kitab-kitab islam klasik, unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesaantren diajarkan kitab-kitab
klasik yang dikarang para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu
pengetahuan agama islam dan bahasa arab.5

2. Sistem Pendidikan Dan Pengajaran Pesantren

Sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran


yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan menggunakan
metode pengajaran sorongan dan wetonan atau bendungan (Menurut Istilah Dari Jawa
Barat).

Sorongan, disebut juga sebagai cara mengajar perkepala yaitu setiap santri
mendapat kesempatan tersendiri untuk memperoleh pembelajaran seara langsung dari
5
Nurhasanah Bakhtiar.. Pola Pendidikan Pesantren, PT. Imtima 2009, h.. 47
9

Kiai. Dengan cara sorongan ini, pelajaran diberikan oleh pembantu Kiai yang disebut
“Badal”. Mula-mula Badal tersebut membacakan matan kitab yang tertulis dalam
bahasa arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah, dan
menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi
pelajaran tersebut satu persatu, sehingga setiap santri menguasinya.

Metode Bendungan atau Halqah dan sering juga disebut Wetonan, para santri
duduk disekitar kiai dengan membentuk lingkaran, dengan cara bendungan ini kiai
mangajarkan kitab tertentu pada sekelompok santri. Karena itu metode ini biasa juga
dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. Dimana baik kiai maupun
santri dalam halaqah tersebut memegang kitab masing-masing. Kiai membacakan
teks kitab, kemudian menerjemahkannya kata demi kata, dan menerangkan
maksudnya. Santri menyimak kitabnya amasing-masing dac mendengarkan dengan
seksama terjemahan dan penjelasan-penjelasan kiai. Kemudian santri mengulang dan
mempelajari kembali secar sendiri-sendiri.6

Perkembangan berikutnya, disamping tetap mempertahankan sistem


ketradisionalannya, pesantren juga mengembangkan dan mengelola sistem
pendidikan madrasah. Begitu pula, untuk mencapai tujuan bahwa nantinya para santri
mampu hidup mandiri, kebanyakan sekarang ini pesantren juga memasukan pelajaran
keterampilan dan pengetahuan umum.

Pada sebagian pondok, sistem penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran


makin lama makin berubah karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan
ditanah air serta tututan dari masyarakat dilingkungan pondok pesantren itu sendiri.
Dan sebagian pondok Lagi tetap mempertahankan sistem pendidikan yang lama.

6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h. 76
10

D. Keadaan Pesantren Pada Zaman Penjajahan

Pondok pesantren pada masa penjajahan, mengalami tekanan yang amat berat.
Hal ini terjadi karena pondok pesantren memberikan pengajaran kepada para
santrinya, tidak hanya tentang bagaimana mereka disiapkan untuk menjadi alim
ulama yang melek akan pengetahuan agama namun merekapun diajarkan tentang
cinta tanah air dan menanamkan jiwa nasionalisme. Hal tersebut menjadi sebuah
kekhawatiran dan bahkan menjadi sebuah ancaman bagi kolonial Belanda pada saat
itu. Mereka tahu bahwa didalam pesantren para santri diajarkan tentang kekuatan
yang sangat besar yang bersumber dari Al-Quran, yakni kekuatan spiritual. Kekuatan
spiritual para kyai dan santri yang amat besar dianggap mengancam eksistensi
colonial Belanda.

Sehingga sangat tidak heran apabila akhirnya ada seorang tokoh Belanda,
Snouck Horgronje berusaha untuk menghancurkan pesantren yang ia anggap sebagai
sebuah ancaman besar. Untuk lebih mengenal Islam, ia pergi ke Mekah dan Madinah
untuk mempelajari bahasa Arab sehingga ia fasih dalam membaca dan
menterjemahkan Alquran.7

Sekembalinya dari Arab, ia merubah namnya menjadi Hafi Abdul Ghofar


untuk kemudian menikahi seorang anak Bupati Jawa Barat. Semua masyarakat
terpedaya dan menganggap bahwa ia adalah seorang muslim. Menurut Clifford
Geertz), mengatakan bahwa: “Sekembalinya dari negeri Arab ke Indonesia, dengan
memiliki kemampuan bahasa Arab serta memahami isi Al-Qur’an, ia melakukan
langkah-langkah berikut: Pertama mengawasi perjalanan pondok pesantren dengan
ketat yang kedua memupuk serta membina adat istiadat ( tahayul, bid’ah dan
khurafat) hingga berkembang di tengah-tengah masyarakat, ketiga mengelompokan
serta memilah-milah umat Islam, terutama para kyai pimpinan pondok pesantren, dan

7
Departemen Agama “Kumpulan Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan Direktorat
Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren” 2014, h. 79
11

yang terakhir menjauhkan umat Islam dari kitab suci Al-Qur’an, dan yang dibolehkan
mengartikan Al-Qur’an hanyalah kyai dan santri.”

Upaya lain kolonial Belanda, menawarkan bentuk pendidikan yang modern


dalam performa sekolah, yang kemudian sekolah-sekolah kolonial Belanda
berkembang menyaingi keberadaan pondok pesantren. Namun demikian, pondok
pesantren tidaklah surut dari permukaan, bahkan semakin berkembang. Apalagi pada
saat tumbuhnya berbagai organisasi keagamaan yang berbasiskan pada masyarakat
luas, sekaligus menjadi angin segar bagi pertumbuhan dan perkembangan pondok
pesantren, karena organisasi tersebut mendukung eksistensi pondok pesantren.
Mahpuddin Noor8 mengatakan bahwa: “Pondok pesantren dengan charisma kyai
sebagai figursentral, senantiasa diperhitungkan keberadaannya oleh pihak penguasa,
dari mulai penjajahan kolonial Belanda hingga bangsa ini merdeka. Terutama oleh
pihak penguasa dan para elit politik negeri ini. Sehingga, tak sedikit pondok
pesantren yang disanjung, diberikan bantuan dana oleh pihak-pihak tersebut, untuk
kepentingan politik, memobilisasi massa, termasuk keberhasilan program
pembangunan yang dicanangkan oleh penguasa pada saat itu.”

Pemerintahan kolonial belanda, terhadap pendidikan islam di Indonesia,


dengan berbagia cara mereka berusaha menekan dan mendiskreditkan pendidikan
yang dikelola oleh pribumi, tak terkecuali dalam hal ini pondok pesantren.

Sikap yang demikian, dilakukan belanda tidak semata-mata untuk


menghambaat jalannya proses pendiidkan pada pesantren. Tetapi alasan-alaasan lain
yang tampaknya mendasari mengapa pwemerintahan kolonialbelanda bersikap
deikian. Sebab pada zaman penjajah tersebut, dikalangan pemerintahan colonial,
timbul dua alternatif untuk memberikan pendidikan kepada bangsa Indonesia, yaitu
memberikan lembaga pendiidkan yang berdasarkan lembaga pendidikan tradisiona,

8
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h 62
12

yaitu pesantren, atau merndirikan lembaga pendidikan dengan sistem yang berlaku di
barat pada waktu itu.

Penyelenggaraan pendidikan di pesantren ini menurut pemerintahan kolonial


belanda, terlalu jelek dan tidak memungkinkan untuk menjadi sekolah-sekolah sendiri
yang tidak hubungannya dengan lembaga pendidikan yang telah ada.9

Dalam perjalanan sejarahnya, pondok pesantren pernah besar dan jaya di masa
lalu, bahkan hingga saat ini. Pesantren tumbuh dan berkembang bersama masyarakat
Indonesia. Maka tidak heran, apabila pesantren bisA dikatakan sebagai lembaga
pendidikan Islam khas Indonesia.

E. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pesantren Di Zaman Kemerdekaan

Dalam sejarahnya tentang peran pesantren, dimana sejak masa kebangkitan


nsional sampai dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, pesantren
senantiasa tampil dan telah mampu berpartisipasi secara aktif, dan tentu saja untuk ini
secara jujur kita perlu angkat topi dengan pesantren, oleh karena itulah setelah
Indonesia mencapai kemerdekaannya, pesantren masih mendapatan tempat dihati
masyarakat Indonesia.

Begitu pula halnya dengan pemerintahan RI, mengakui bahwa pesantren dan
madrasah merupakan dasar dan sumber pedidikan nasional, dan oleh karena itu harus
dikembangkan, diberi bimbingan dan bantuan. Wewenang dan pengembngan tersebut
berada dibawah wewenang kementrian agama.

Sejak awal kehadiran pesantrten dengan sifatnya yang lentur (flexible)


ternyata mampu menyesuikan diri dengan masyarakat. Begitu juga pada era
kemerdekaan dan pembanguan sekaarang, pesabtren telah mampu menapilkan dirinya
aktif mengisi kemerdekaan dan pembangunan, terutama dalam ranngka
pengeembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
9
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2001, h 23
13

Berbagai inovasi telah dilakukan untuk pengembangan pesantren baik oleh


masyarakat maupun pemerintah. Masuknya pengeahuan umum dan keterampilaan
kedalampesantren adalah sebagai upaya untuk memberikan bekaltambahan agar para
santri bila telah menyelesaikan pendidikannya dapat hidup layak dalam masyarakat.
Masuknya sistem klasikal dengan menggunakan sarana dan peralatan pengajaran
madrasah sebagaimana yang berlaku di sekolah-sekolah bukan barang baru lagi bagi
pesantren. Bahkan ada pesantren yang lebih cendrung membina dan mengelola
madrasah-madrasah atau sekolah umum, baik tingkat dasar, menengah maupun
perguruan tinggi.10

Karena itulah akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan


baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan, yaitu :
Mulai akrab dengan metodologi ilmiah moderen. Kedua semakin berorientasi pada
pendidikan dan fungsional, artinya tebuka atas perkembangan diluar dirinya. Ketiga
diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka dan ketergantungannya pun dengan
kiai dan terakhir berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.

Secara garis besar, pesantren sekarang ini dapat dibedakan dua macam yaitu
Pesantren Tradisional dan Pesantren Modern. Pesantren yaitu pesantren yang masih
mempertahankan sistem pengajaran tradisional, dengan materi pengbajaran kitab-
kitab klasik yang sering disebut kitab kuning. diantara pesantren ini ada yang
mengelola madrasah, bahkan juga sekolah-sekolah umum mulai tingkat dasar dan
menengah, dan ada pula pesantren-pesantren besar yang sampai keperguruan tinggi.
Murid-murid dan mahasiswa diperbolehkan tinggal dipondok atau diluar, tetapi
mereka diwajibkan mengikuti pengajaran kitab-kitab dengan cara sorongan maupun
bandungan, sesuai dengan tingkatan masing-masing. Guru-guru pada madrasah atau

10
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Imtim. 2007, h. 28
14

sekolah pada umumnya mengikuti pengajian kitab-kitab pada perguruan tinggi.


sedangkan Pesantren Moderen merupakan pesantren yang berusaha mengintegrasikan
secara penuh sistem klasikal dan sekolah kedalam pondok pesantren. Semua santri
yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas. Pengajian kitab-kitab klasik tidak
lagi menonjol, bahkan ada yang Cuma sekedar pelengkap, tetapi berubah menjadi
mata pelajaran atau bidang studi. Begitu juga dengan sistem yang diterapkan, seperti
cara sorongan dan bandungan mulai berubah menjadi individual dalam hal belajar
dan kuliah secara umum, atau Stadium General.11

Kemudian dalam pertumbuhan dan perkembangannya seiring dengan


perkembangan zaman, tidak sedikit pesantren kecil yang berubah menjadi madrasah
atau sekolah (Pesantren Komprehensif), atau karena kiai yang menjadi tokoh sentral
meninggal dunia.

11
Naufal Ramzy.. Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era Otonomi
Daerah. KARSA, 2012. h. 82
15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. pendidikan pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam untuk mendalami


dan menyebarkan ilmu-ilmu keislaman dan menekankan pada moral keagamaan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Secara umum ada 3 landasan yang digunakan
pesantren dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga pendidikan, yaitu dasar
ideologis, konstitusional dan teologis.
b. Sejarah berdirinya pesantren sering diidentikan dengan sejarah masuknya Islam
di Indonesia. Salah satu pendapat mengemukakan, ketika para pedagang muslim
dari Gujarat sampai ke negeri kita, mereka menjumpai lembaga-lembaga
keagamaan mengajarkan agama Hindu. Kemudian setelah Islam tersebar luas ke
penjuru Nusantara, bentuk lembaga keagamaan itu tetap berkembang dan isinya
diubah dengan pengajaran agama Islam, yang kemudian disebut pesantren.
c. Pesantren di Indonesia memang dan tumbuh berkembang sangat pesat.
Berdasarkan laporan pemerintah kolonial belanda, pada abad ke 19 untuk di jawa
saja terdapat tidak kurang dari 1.853 buah, dengan jumlah santri tidak kurang
16.500 orang. Dari jumlah tersebut belum masuk pesantren-pesantren yang
berkembang diluar jawa terutama Sumatra dan Kalimantan yang suasana
kegiatan keagamaanya terkenal sangat kuat.
d. Pondok pesantren pada masa penjajahan, mengalami tekanan yang amat berat.
Hal ini terjadi karena pondok pesantren memberikan pengajaran kepada para
santrinya, tidak hanya tentang bagaimana mereka disiapkan untuk menjadi alim
ulama yang melek akan pengetahuan agama namun merekapun diajarkan tentang
cinta tanah air dan menanamkan jiwa nasionalisme.
e. Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam
masyarakat, meliputi pondok pesantren tradisional, pondok pesantren moder,
pondok pesantren komprehensif.
16

B. Saran

Pesantren hendaknya lebih memperhatikan sistem kurikulumnya, sarana dan


prasarana serta memberikan kebebasan para santri untuk mengembangkan talenta
yang dimilikinya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Naufal Ramzy. Prospek Dan Strategi Sistem Pendidikan Pesantren Pada Era
Otonomi Daerah. KARSA 2012.

Nurhasanah Bakhtiar. Pola Pendidikan Pesantren: Studi Terhadap Pesantren Ilmu


dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Imtima 2009

Dhofier Zamakhsyari Badrika Iwayan, Tradisi Pendidkan Pesantren,LP3ES,


Jakarta,1983

Departemen Agama “Kumpulan Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan


Direktorat Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren” 2014

Rais Amin, Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta, Cet II PT Raja Grafindo, PT
Mizan, Bandung, 1989.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Cet III, PT Raja Grafindo,


Jakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai