ANGGOTA
1. ARMAWATI : 232711020043
2. NOVITA MITAUL ULUM : 232711020050
3. SITI NURJANAH : 232711020050
4.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang inhern dalam kehidupan manusia. Dan, manusia hanya
dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal itulah, maka pendidikan
merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Tak
terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika.
Eksistensi pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan berbagai
dinamika dan perubahan yang ada.
Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu sepatutnya membuat
kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan meningkatkan lagi kualitas diri, demi peningkatan
kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di Indonesia. Telah lazim diketahui, keberadaan
pendidikan Islam di Indonesia banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan perkembangan
zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada.
Sejak dari awal pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren tradisional hingga modern,
sejak madrasah hingga sekolah Islam bonafide, mulai Sekolah Tinggi Islam sampai
Universitas Islam, semua tak luput dari dinamika dan perubahan demi mencapai
perkembangan dan kemajuan yang maksimal. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita
mencermati dan memahami bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia, untuk kemudian dapat bersama-sama meningkatkan kualitasnya, demi tercipta
pendidikan Islam yang humanis, dinamis, berkarakter sekaligus juga tetap dalam koridor
Alqur’an dan Assunah.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dicoba untuk dikaji dan
digali, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait pendidikan Islam dan
eksistensinya di Indonesia. Beberapa rumusan masalah tersebut di antaranya:
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya
ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan
pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang
baik dan terarah. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini
terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan
berikut ini:
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada
pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas
dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam
semesta.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan
nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke
Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun
kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim
daerah terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam hal
ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul, di samping
rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk
memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran Islam.
Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah ataupun surau.
Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat
menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam setelah
keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang hingga sekarang.
Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Menurut Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang Pendidikan Islam,
disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren antara lain:
Kyai, sebagai figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai sumber ilmu
pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.
Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai dan diikuti para
santri.
Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping menjadi pusat
peribadatan.
Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama mereka menuntut
ilmu dari Kyai.
Sistem “sorongan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri mendatangi seorang
guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya berbahasa Arab.
Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam sistem ini,
sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang membacakan,
menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri memperhatikan kitab
masing-masing dan membuat catatan yang dirasa perlu.
Kelompok bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka disebut dengan
halaqoh yang arti asalnya adalah lingkaran. Di pesantren-pesantren besar, ada lagi sistem lain
yang disebut musyawarah, yang diikuti santri-santri senior yang telah mampu membaca kitab
kuning dengan baik. Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami berbagai dinamika,
sejak dari pesantren tradisional hingga pesantren modern.
a. Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren,
baik ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian,
kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian lulusan
pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam di
beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir. Lulusan-lulusan Islam
Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-
madrasah di Indonesia.
b. Sekolah-sekolah Islam
Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam
(STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8
Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948 resmi
berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta yang
kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di Indonesia, seperti
misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas Muhammadiyah di Surakarta,
Universitas Islam Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam Malang (UNISMA) di
Malang, Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum
(UNDAR) di Jombang dan lain-lain. Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan
perguruan tinggi Islam di Indonesia banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya:
kredibilitas kepemimpinan, kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program
akademik yang jelas dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.
Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan dan
perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan muatan materi serta
kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi beberapa teori-
teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin
banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi
konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan yang
dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan pendidikan
umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya
mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa perubahan,
seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya, meningkatkan kualitas
guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi manajemen
pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan pemerintah, mengikuti ujian negara
menurut jenjangnya.
Tak pelak, bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga muncul
persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan, kemunculannya itu
antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang berminat mendapatkan
pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki keterampilan tertentu, seperti teknik,
perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.
Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan
perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba dari
perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi Universitas.
Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi Islam yang kini
mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga
berbagai disiplin ilmu umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pada paparan dan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pengertian Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada
terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian
yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang
ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan
sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu menyempurnakan akhlaq
yang mulia.
Pendidikan Islam di Indonesia sejatinya berlangsung sejak masuknya Islam di
Indonesia dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar. Setelah
penggunaan masjid cukup optimal, maka muncullah pesantren yang kemudian
menjadi akar pendidikan Islam di Indonesia.
Keberadaan pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan
Islam lain setelah pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-sekolah Islam dan
Perguruan Tinggi Islam.
Dalam perjalanannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tak luput dari berbagai
dinamika yang ada, seiring dengan perkembangan zaman. Pesantren, dari jenis
pesantren tradisional ke pesantren modern. Madrasah yang semakin memperbaiki
kualitasnya dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan kualitas guru. Dan,
perguruan tinggi Islam yang dulunya masih berstatus Sekolah Tinggi, berkembang
menjadi Institut hingga akhirnya menjadi Universitas.
Saran
Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah tulisan-tulisan kami pun banyak
terdapat kekurangan, untuk itu kami menyarankan kepada pembaca yang ingin lebih
memahami Pendidikan Islam di Indonesia untuk tidak menjadi makalah ini sebagai satu-
satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari tulisan-tulisan baik dari buku-buku maupun
koran sebagai referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Z. (1982). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
LP3ES.
Hasan, M. T. 2006. Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Jakarta:
Lantabora Press.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur
dan Nilai Sistem