Anda di halaman 1dari 15

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA

Makalah
Di Ajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Sejarah Pendidikan Islam Di Dunia Pendidikan
Kelas Vif Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu
Ropikoh M.Pd.I

Disusun Oleh
Kelompok 8
M.Rif’an Kurniawan (201201777)
Putri Melani (201201766)
Nuzul Fajri (201201767)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada awalnya, Islam diperkenalkan ke Nusantara oleh pedagang Arab dan Muslim
dari India sekitar abad ke-7 Masehi. Namun, penyebaran Islam di Nusantara menjadi
semakin pesat setelah abad ke-13 Masehi, terutama melalui jalur perdagangan dengan
Arab dan India. Sejak itu, Islam menjadi agama yang dominan di Indonesia dan
memainkan peran penting dalam perkembangan masyarakat dan budaya Indonesia.
Dalam konteks pendidikan Islam di Nusantara, sejarah mencatat adanya pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua yang dikenal di Indonesia. Pondok
pesantren merupakan institusi pendidikan tradisional yang menekankan pada
pembelajaran agama Islam dan pengajaran bahasa Arab. Selain pondok pesantren, ada
juga lembaga pendidikan Islam modern seperti madrasah yang didirikan pada era kolonial
Belanda dan masih bertahan hingga saat ini.
Dalam penyebaran pendidikan Islam di Nusantara, terdapat berbagai metode,
media, dan materi yang digunakan. Metode pengajaran agama Islam meliputi metode
tradisional seperti penghafalan Al-Quran, tafsir, dan hadits, serta metode modern seperti
diskusi kelompok, presentasi, dan penggunaan teknologi informasi. Media dan materi
yang digunakan meliputi buku-buku agama, kaset rekaman, video, dan internet.
Dampak dari penyebaran pendidikan Islam di Nusantara dapat dilihat dari segi
politik, sosial, dan budaya. Politik Islam menjadi semakin relevan dalam kehidupan
politik Indonesia sejak kemerdekaan, dan lembaga pendidikan Islam menjadi tempat
pelatihan kader-kader politik Islam. Sosial, pendidikan Islam turut berperan dalam
membentuk identitas keagamaan dan nilai-nilai sosial masyarakat Indonesia. Budaya,
pengaruh Islam dapat dilihat dalam seni dan budaya, seperti musik, tari, dan arsitektur.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa asal dan sebab penyebaran Islam di Nusantara?
2. Bagaimana metodologi, media, dan materi yang digunakan dalam penyebaran
pendidikan Islam di Nusantara?
3. Apa dampak dari penyebaran pendidikan Islam di Nusantara dari segi politik, sosial,
dan budaya?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal & Sebab Munculnya Pendidikan Islam Di Indonesia


Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya
dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Dalam konteks ini, Mahmud Yunus
mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya Islam ke
Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama Islam yang kala itu masih tergolong
baru, maka sudah pasti akan mempelajari dan memahami tentang ajaran-ajaran Islam.
Meski dalam pengertian sederhana, namun proses pembelajaran waktu itu telah terjadi.
Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di
rumah-rumah, langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok
pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang
dikenal sekarang ini. (Nizar, 2008)
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat dipastikan pendidikan Islam itu telah
berlangsung di Indonesia sejak mubaligh pertama melakukan kegiatannya dalam rangka
menyampaikan keislaman baik dalam bentuk pentransferan pengetahuan, nilai, dan
aktivitas maupun dalam pembentukan sikap atau suri tauladan. Maka dalam konteks
pendidikan, para pedagang dan mubaligh yang memperkenalkan sekaligus mengajarkan
Islam tersebut adalah pendidik, sebab mereka telah melaksanakan tugas-tugas
kependidikan
Neong Muhadjir sebagaimana yang dikutip Haidar Putra Daulay menjelaskan
bahwa ada lima unsur dasar pendidikan, yaitu adanya unsur pemberi dan penerima. Unsur
pemberi dan penerima baru bermakna pendidikan kalau dibarengi dengan unsur ketiga,
yaitu adanya tujuan baik. Jika hanya hubungan pemberi dan penerima saja yang ada ini
belum dapat dikatakan aktivitas pendidikan, tanpa dibarengi dengan tujuan baik, sebab
hubungan antara penjual dan pembeli, majikan dan buruh, juga ada hubungan antara
pemberi dan penerima dan hubungan yang seperti ini belum dikatakan aktivitas
pendidikan. Unsur berikutnya yakni unsur keempat cara atau jalan yang baik. Hal ini
terkait nilai. Selanjutnya unsur kelima adalah konteks yang positif upaya pendidik adalah
menumbuhkan konteks positif dengan menjauhi konteks negatif. (Daulay, 2007)

2
Dengan dijelaskannya kelima unsur dasar pendidikan di atas akan dapat
dijadikan acuan tentang aktivitas pedagang dan mubaligh tersebut apakah dapat
digolongkan sebagai sebuah aktivitas pendidikan atau bukan. Maka jika kita hubung-
hubungkan akan ditemukan sebuah kesimpulan bahwa para pedagang dan mubaligh
ketika memperkenalkan dan mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat sudah
memenuhi unsur pendidikan tersebut. Dengan demikian, pendidikan Islam di Indonesia
telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia, dan dengan demikian pula
pendidikan Islam telah memainkan peranannya dalam pembentukan masyarakat
Indonesia

B. Metodologi, Media, Materi Pendidikan Agama Islam Di Indonesia


1. Metodologi
a. Pengertian
Metodologi dalam pendidikan agama Islam adalah kajian mengenai
berbagai teknik, metode, dan pendekatan yang digunakan dalam proses
pembelajaran dan pengajaran agama Islam. Metodologi pendidikan agama Islam
mencakup aspek-aspek seperti tujuan pembelajaran, konten pembelajaran, strategi
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk insan yang
beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Dalam mencapai tujuan tersebut,
metodologi pendidikan agama Islam perlu memperhatikan faktor-faktor seperti
karakteristik peserta didik, kondisi sosial, budaya, dan lingkungan di mana proses
pembelajaran dilakukan.
Konten pembelajaran dalam pendidikan agama Islam mencakup ajaran-
ajaran dasar seperti akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Strategi pembelajaran
dalam pendidikan agama Islam dapat melibatkan berbagai metode, seperti ceramah,
diskusi, simulasi, dan praktikum. Sedangkan, evaluasi pembelajaran dalam
pendidikan agama Islam dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti tes tulis,
lisan, atau portofolio.
Dalam metodologi pendidikan agama Islam, penting untuk memperhatikan
aspek-aspek seperti kesesuaian metode dan teknik pembelajaran dengan

3
karakteristik peserta didik, penggunaan media pembelajaran yang tepat, dan
pendekatan yang relevan dengan konteks sosial dan budaya di mana proses
pembelajaran dilakukan. Hal ini penting agar proses pembelajaran dapat berjalan
efektif dan memberikan hasil yang optimal dalam membentuk insan yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia. (Al-Khatib, 2013)
b. Macam-Macam Metode
Metode penyebaran pendidikan Islam di Nusantara pada masa lalu dapat
berbeda-beda tergantung pada konteks sejarah dan budaya di wilayah yang
bersangkutan. Namun, beberapa metode yang umumnya digunakan antara lain:
1) Metode pengajaran secara langsung (dari guru ke murid): Pada masa lalu,
metode ini banyak digunakan dalam pendidikan Islam di Nusantara. Guru
akan mengajarkan ilmu agama secara langsung kepada muridnya, baik di
pesantren maupun di majlis-majlis ilmu.
2) Metode penyebaran melalui tulisan: Pada masa lalu, penyebaran pendidikan
Islam di Nusantara juga dilakukan melalui tulisan-tulisan, seperti kitab-
kitab dan manuskrip. Kitab-kitab dan manuskrip ini sering digunakan
sebagai bahan pembelajaran di pesantren dan majlis-majlis ilmu.
3) Metode penyebaran melalui tradisi lisan: Selain tulisan, penyebaran
pendidikan Islam di Nusantara juga dilakukan melalui tradisi lisan.
Misalnya, cerita-cerita tentang kehidupan para ulama dan wali yang
mengandung nilai-nilai agama, seperti keikhlasan, ketekunan, dan
kejujuran.
4) Metode penyebaran melalui perdagangan: Selain melalui metode-metode di
atas, Islam juga tersebar di Nusantara melalui perdagangan. Para pedagang
Islam yang datang ke Nusantara membawa ajaran Islam dan
menyebarkannya kepada penduduk setempat.
Namun, saat ini, metode penyebaran pendidikan Islam di Nusantara sudah
semakin modern dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
media sosial, website, dan aplikasi mobile. (Abdullah, 2009)
2. Media
Pada masa awal penyebaran Islam di Indonesia, para mubaligh menggunakan

4
berbagai media untuk menyebarkan ajaran agama Islam, antara lain: (Mahfud, 2017)
1) Lisan: Para mubaligh menyampaikan ajaran agama Islam secara lisan melalui
ceramah, khotbah, dan pengajian. Mereka akan berkunjung ke desa-desa dan
kampung-kampung untuk menyampaikan pesan-pesan agama Islam. Dalam
penyampaian pesan tersebut, para mubaligh biasanya memakai bahasa yang
mudah dipahami oleh masyarakat umum dan menjelaskan ajaran agama Islam
secara sistematis.
2) Tulisan: Para mubaligh menyebarluaskan ajaran agama Islam melalui tulisan
seperti kitab suci Al-Quran, kitab hadis, dan kitab tafsir. Para mubaligh juga
menulis karya-karya sastra berbahasa Arab dan berbahasa lokal untuk
menyebarkan ajaran agama Islam dan menarik minat masyarakat dalam
mempelajari agama Islam.
3) Seni: Seni adalah media yang digunakan para mubaligh untuk menyebarluaskan
ajaran agama Islam. Seni musik, seni tari, seni lukis, dan seni teater digunakan
untuk menyampaikan pesan-pesan agama Islam dengan cara yang menarik dan
mudah dipahami oleh masyarakat. Para mubaligh juga memanfaatkan seni untuk
memberikan pesan moral dalam ajaran agama Islam.
4) Pendidikan: Pendidikan dijadikan media untuk menyebarluaskan ajaran agama
Islam, seperti pesantren dan madrasah yang memberikan pendidikan Islam
kepada masyarakat. Pesantren dan madrasah menjadi pusat pendidikan Islam
yang memperkenalkan ajaran agama Islam kepada masyarakat dan membentuk
generasi muda yang memahami ajaran agama Islam secara baik dan benar.
5) Tradisi lisan: Pada masa itu, tradisi lisan menjadi media penting untuk
menyebarluaskan ajaran agama Islam, seperti cerita-cerita, legenda, dan
dongeng. Para mubaligh memanfaatkan tradisi lisan untuk menyampaikan
pesan-pesan agama Islam. Cerita-cerita ini seringkali dihubungkan dengan
ajaran agama Islam dan memiliki pesan moral yang berguna bagi masyarakat.
6) Penyebaran melalui perdagangan: Para pedagang Muslim yang berdagang di
wilayah Indonesia juga menjadi agen penyebaran agama Islam. Mereka
memberikan pengaruh positif dalam penyebaran ajaran agama Islam dengan cara
menjalankan ajaran agama Islam secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

5
Para pedagang ini memberikan teladan bagi masyarakat dalam menjalankan
ajaran agama Islam dan memperkuat hubungan antara agama Islam dengan
perdagangan.
Dengan menggunakan berbagai media tersebut, para mubaligh pada masa awal
penyebaran Islam di Indonesia berhasil menyebarluaskan ajaran agama Islam dengan
luas dan berhasil memperluas pengikut agama Islam di Indonesia.
3. Materi
Para mubaligh pada waktu menyebarkan agama Islam di Indonesia pada
umumnya menyampaikan beberapa materi utama yang berkaitan dengan ajaran Islam,
antara lain:
1) Aqidah: Materi ini berisi tentang keyakinan dasar seorang muslim, seperti
keimanan kepada Allah, malaikat, kitab suci, nabi dan rasul, hari akhir, dan
qadar. Hal ini dianggap penting karena aqidah merupakan landasan atau dasar
dari seluruh amalan keagamaan yang dilakukan.
2) Ibadah: Materi ini berisi tentang tata cara dan rukun-rukun dalam melaksanakan
ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hal ini dianggap
penting karena ibadah merupakan amalan wajib bagi setiap muslim dan harus
dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan tuntunan agama.
3) Muamalah: Materi ini berisi tentang hubungan sosial dan transaksi dalam
kehidupan sehari-hari, seperti perdagangan, pinjam-meminjam, waris, dan
sebagainya. Hal ini dianggap penting karena muamalah merupakan bagian dari
syariat Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Akhlak: Materi ini berisi tentang adab dan perilaku yang baik dalam kehidupan,
seperti kejujuran, kesopanan, tolong-menolong, dan sebagainya. Hal ini
dianggap penting karena akhlak yang baik merupakan salah satu ciri seorang
muslim yang baik dan menjadi contoh bagi orang lain.
5) Tarbiyah: Materi ini berisi tentang pendidikan dan pengembangan diri, seperti
ilmu pengetahuan, seni, dan olahraga. Hal ini dianggap penting karena tarbiyah
merupakan proses untuk membangun kepribadian yang kuat dan mandiri dalam
bingkai syariat Islam.
6) Dakwah: Materi ini berisi tentang upaya untuk menyebarkan dan mengajak

6
orang lain untuk memeluk agama Islam. Hal ini dianggap penting karena dakwah
merupakan salah satu tugas penting bagi setiap muslim dalam menyebarluaskan
agama Islam.
Selain di atas tersebut, para mubaligh juga mengajarkan tentang tata cara
beribadah dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Mereka juga mengajarkan
tentang akhlak atau perilaku yang baik, seperti jujur, amanah, adil, dan toleransi. Selain
itu, para mubaligh juga mengajarkan tentang sejarah dan kejadian penting dalam Islam,
seperti kisah nabi dan rasul, sejarah penyebaran Islam, dan sejarah peradaban Islam.
Di samping itu, para mubaligh juga memberikan pemahaman tentang aqidah atau
keyakinan dalam Islam, seperti keberadaan Allah, nabi dan rasul, kitab suci, malaikat,
hari kiamat, dan qadar. Mereka juga memberikan pemahaman tentang konsep-konsep
filosofis dalam Islam, seperti ilmu, hikmah, dan tasauf.
Para mubaligh juga memberikan penjelasan tentang pentingnya pendidikan dan
ilmu pengetahuan dalam Islam, sehingga banyak dari mereka mendirikan madrasah
atau pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Selain itu, mereka juga
mengembangkan ilmu-ilmu Islam, seperti fiqh, ushul fiqh, hadis, tafsir, dan lain-lain.
Semua materi tersebut disampaikan oleh para mubaligh dengan berbagai media,
seperti lisan, tulisan, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan-
pesan agama Islam secara efektif dan dapat diterima oleh masyarakat luas. (Sulaiman,
2014)
C. Dampak Penyebaran Pendidikan Islam Dalam Segi Politik, Sosial, Dan Budaya
Dampak penyebaran pendidikan Islam di Nusantara tidak hanya terlihat di bidang
agama, tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam bidang politik, sosial, dan
budaya.
1. Segi Politik
Dampak penyebaran pendidikan Islam di Nusantara pada bidang politik cukup
signifikan. Pendidikan Islam pada masa itu berperan dalam membentuk struktur sosial
dan politik di Nusantara. Beberapa dampak dari penyebaran pendidikan Islam pada
bidang politik antara lain: (Mufid, 2006)
1) Terbentuknya kesatuan politik: Penyebaran pendidikan Islam membawa
pengaruh besar dalam membentuk kesatuan politik di Nusantara. Hal ini terlihat

7
dari munculnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak, dan
Aceh. Kerajaan-kerajaan ini memiliki dasar ideologi yang sama yaitu agama
Islam dan hal ini memudahkan terbentuknya kesatuan politik di antara mereka.
2) Pengaruh ulama dalam politik: Dalam sistem politik Islam, ulama memiliki
peran penting dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Pendidikan Islam membawa pengaruh besar pada ulama sehingga mereka
memiliki pengetahuan yang luas mengenai ajaran Islam dan dapat memberikan
nasehat-nasehat dalam pengambilan keputusan politik.
3) Pembentukan hukum Islam: Dampak lain dari penyebaran pendidikan Islam
pada bidang politik adalah pembentukan hukum Islam. Hukum Islam menjadi
dasar hukum dalam sistem politik di kerajaan-kerajaan Islam. Dalam hal ini,
ulama memiliki peran penting dalam membentuk dan menjalankan hukum
Islam.
4) Pembentukan sistem pemerintahan: Pendidikan Islam juga berpengaruh dalam
pembentukan sistem pemerintahan di Nusantara. Hal ini terlihat dari adanya
sistem pemerintahan yang terorganisir dan diatur berdasarkan ajaran Islam.
Sistem pemerintahan tersebut memiliki tata cara pengangkatan pemimpin yang
diatur secara ketat dan dipimpin oleh seorang raja atau sultan.
5) Pengaruh pada perdagangan: Terakhir, penyebaran pendidikan Islam juga
membawa pengaruh pada perdagangan di Nusantara. Hal ini terlihat dari
munculnya jaringan perdagangan Islam yang luas di Nusantara dan membantu
menghubungkan perdagangan antara kerajaan-kerajaan Islam di wilayah
tersebut.
2. Segi Sosial
Dalam bidang sosial, penyebaran pendidikan Islam di Nusantara memberikan
dampak yang besar terhadap masyarakatnya. Pendidikan Islam membawa nilai-nilai
moral dan sosial yang kuat, seperti toleransi, keadilan, kebersamaan, dan kedamaian.
Dalam konteks ini, pendidikan Islam membawa konsep keadilan sosial yang
sangat penting. Konsep ini memandang bahwa setiap orang, tanpa pandang bulu, harus
diperlakukan dengan adil dan setara. Hal ini memengaruhi pandangan masyarakat
Nusantara terhadap hak asasi manusia dan memberikan dasar bagi perkembangan

8
pemikiran dan gerakan sosial di masa depan.
Selain itu, penyebaran pendidikan Islam di Nusantara juga mempengaruhi
pandangan masyarakat terhadap perempuan. Pendidikan Islam memandang bahwa
perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti pendidikan, ekonomi, dan politik. Hal ini membawa dampak positif bagi
perempuan Nusantara, yang pada masa itu masih mengalami diskriminasi gender yang
sangat kuat.
Dampak penyebaran pendidikan Islam di bidang sosial di Nusantara juga
tercermin dalam pemberdayaan masyarakat. Pendidikan Islam memandang bahwa
setiap individu harus memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan juga
masyarakatnya. Oleh karena itu, pendidikan Islam memperhatikan pembentukan
karakter yang kuat dan kemandirian dalam diri setiap individu.
Pendidikan Islam juga mengajarkan tentang pentingnya kebersamaan dan
kerjasama antarindividu dalam masyarakat. Konsep ukhuwah Islamiyah atau
persaudaraan seiman menjadi dasar dalam membangun hubungan sosial yang
harmonis dan saling menghargai antarumat manusia. Hal ini tercermin dalam
banyaknya masyarakat Nusantara yang terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan,
seperti zakat, infaq, dan shadaqah, serta pembangunan masjid, sekolah, dan lembaga
sosial lainnya.
Selain itu, pendidikan Islam juga memberikan kontribusi yang besar dalam
meningkatkan literasi masyarakat. Setiap individu diajarkan untuk belajar membaca
dan menulis dengan baik, sehingga memungkinkan mereka untuk mengakses
informasi dan pengetahuan yang lebih luas. Hal ini sangat penting dalam memperkuat
kapasitas masyarakat dalam menghadapi berbagai perubahan sosial dan ekonomi.
(Hefner, 2000)
Dengan demikian, penyebaran pendidikan Islam di Nusantara memainkan peran
yang sangat penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap berbagai
aspek kehidupan sosial. Pendidikan Islam membawa nilai-nilai moral dan sosial yang
kuat, dan memberikan dasar bagi perkembangan pemikiran dan gerakan sosial di masa
depan.

9
3. Segi Budaya
Penyebaran pendidikan Islam pada masa awal di Nusantara membawa dampak
yang signifikan pada aspek budaya masyarakat. Dalam hal ini, Islam tidak hanya
membawa perubahan dalam bentuk keyakinan, tetapi juga mengubah cara hidup dan
perilaku masyarakat. Beberapa dampaknya antara lain: (Syamsuddin, 2015)
1) Pembentukan Identitas Budaya Baru: Penyebaran Islam di Nusantara
mempengaruhi budaya lokal dan membentuk identitas budaya baru yang
mencerminkan prinsip-prinsip agama Islam. Hal ini tercermin dalam seni,
musik, tata cara ibadah, dan bahasa. Contohnya, adanya seni ukir kaligrafi pada
masjid dan kuburan serta penggunaan bahasa Arab dalam penamaan dan doa-
doa.
2) Perkembangan Sastra dan Bahasa: Penyebaran pendidikan Islam membawa
perubahan pada sistem penulisan dan perkembangan sastra serta bahasa, karena
aksara Arab dan bahasa Arab digunakan sebagai bahasa tulis resmi dan bahasa
ilmu. Hal ini mempengaruhi penulisan karya sastra, seperti puisi dan prosa, yang
semakin terpengaruh oleh bahasa Arab dan Islam.
3) Perubahan Sistem Pendidikan: Penyebaran pendidikan Islam membawa
perubahan pada sistem pendidikan tradisional, seperti pondok pesantren, yang
memungkinkan masyarakat lokal mendapatkan akses pendidikan. Selain itu,
terdapat juga lembaga pendidikan Islam yang lebih modern, seperti madrasah,
yang memberikan akses pendidikan formal dalam ilmu pengetahuan umum dan
agama.
4) Perubahan Sistem Perkawinan: Penyebaran Islam juga membawa perubahan
pada sistem perkawinan di Nusantara. Poligami, yang biasa dilakukan pada masa
pra-Islam, mulai ditinggalkan, sedangkan poligami yang dilakukan dalam Islam
lebih teratur dan diatur dalam aturan yang jelas.
5) Perubahan dalam Tradisi dan Ritual: Penyebaran pendidikan Islam juga
mempengaruhi perubahan dalam tradisi dan ritual masyarakat. Contohnya,
terdapat ritual pembacaan kitab suci Al-Quran di peringatan kelahiran,
pernikahan, atau kematian, serta adanya adat istiadat baru seperti akad nikah dan
aqiqah.

10
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran pendidikan Islam pada
masa awal di Nusantara membawa dampak yang besar pada aspek budaya masyarakat,
yang termanifestasi dalam seni, sastra, bahasa, pendidikan, perkawinan, dan tradisi
ritual.

11
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia
dan dipelajari oleh para pemeluk Islam yang belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid,
dan berkembang menjadi pondok pesantren serta sistem madrasah yang teratur. Para
pedagang dan mubaligh yang memperkenalkan dan mengajarkan ajaran Islam kepada
masyarakat telah memenuhi unsur dasar pendidikan seperti unsur pemberi dan penerima,
tujuan baik, cara atau jalan yang baik, dan konteks yang positif. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam telah memainkan peranannya dalam pembentukan masyarakat
Indonesia.
Metodologi pendidikan agama Islam merupakan studi mengenai teknik, metode, dan
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran dan pengajaran agama Islam.
Tujuannya adalah untuk membentuk insan yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
Konten pembelajaran meliputi ajaran-ajaran dasar seperti akidah, ibadah, akhlak, dan
muamalah. Strategi pembelajaran meliputi berbagai metode seperti ceramah, diskusi,
simulasi, dan praktikum, sedangkan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai
cara seperti tes tulis, lisan, atau portofolio.
pada masa awal penyebaran Islam di Indonesia, para mubaligh menggunakan berbagai
media untuk menyebarkan ajaran agama Islam secara luas, seperti lisan, tulisan, seni,
pendidikan, tradisi lisan, dan perdagangan, dan berhasil memperluas pengikut agama Islam
di Indonesia.
Para mubaligh di Indonesia pada umumnya menyampaikan beberapa materi utama
yang berkaitan dengan ajaran Islam, seperti aqidah, ibadah, muamalah, akhlak, tarbiyah, dan
dakwah. Selain itu, mereka juga mengajarkan tentang tata cara beribadah, akhlak atau
perilaku yang baik, sejarah dan kejadian penting dalam Islam, konsep-konsep filosofis dalam
Islam, dan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Semua materi tersebut
disampaikan dengan berbagai media untuk menyampaikan pesan-pesan agama Islam secara
efektif dan dapat diterima oleh masyarakat luas.
Penyebaran pendidikan Islam di Nusantara memberikan dampak yang signifikan pada
bidang politik, sosial, dan budaya. Dalam bidang politik, penyebaran pendidikan Islam
membentuk kesatuan politik, mempengaruhi peran ulama dalam politik, membentuk hukum

12
Islam, membentuk sistem pemerintahan, dan membawa pengaruh pada perdagangan. Dalam
bidang sosial, penyebaran pendidikan Islam membawa nilai-nilai moral dan sosial yang kuat,
seperti toleransi, keadilan, kebersamaan, dan kedamaian. Pendidikan Islam juga
memengaruhi pandangan masyarakat terhadap hak asasi manusia dan memberikan dasar
bagi perkembangan pemikiran dan gerakan sosial di masa depan. Selain itu, pendidikan
Islam juga membawa kontribusi yang besar dalam meningkatkan literasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2009). Penyebaran Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.


Al-Khatib, M. (2013). Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Daulay, H. P. (2007). Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hefner, R. W. (2000). Agama dan Kekuasaan: Islam, Negara, dan Masyarakat di Indonesia.
Jakarta: Mizan.
Mahfud, M. (2017). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Mufid, A. S. (2006). Ulama dan Kekuasaan: Analisis atas Pemikiran Politik Hadratussyaikh
Hasyim Asy'ari. Jakarta: Mizan.
Nizar, S. (2008). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sulaiman, A. H. (2014). Pendidikan Islam di Indonesia: Sejarah dan Perkembangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Syamsuddin, M. D. (2015). Islam dan Kebudayaan di Nusantara: Sebuah Pendekatan Historis.
Jakarta: Mizan.

14

Anda mungkin juga menyukai