Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Istilah “sejarah”, menurut Sayid Quthub, bukan diartikan sebagai peristiwa-peristiwa masa
lampau, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan
nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam
waktu dan tempat. Dalam perspektif demikian, sejarah tidak bisa terlepas dari faktor
pemahaman sang penafsir sejarah (author), konteks ruang dan waktu, dan peristiwa-peristiwa
terkait ketika “sejarah” tersebut dipanggungkan di ranah publik. Oleh karena itu, tidaklah
mengejutkan jika kita menemukan perbedaan-perbedaan substansial pada penulisan sejarah,
baik nama tokoh, penyebutan tempat, penulisan tahun, bahkan narasi kejadian yang menjadi
fakta cerita pada setiap adegannya.

Begitu pula, dalam upaya pendeskripsian “sejarah pendidikan Islam di Indonesia pada masa
pra kemerdekaan; dari era awal hingga Kerajaan Mataram”, dalam pencarian otentisitas fakta,
masih terdapat kesulitan fundamental. Menurut Mukti Ali, sebagaimana dikutip oleh
Zuhairini dalam buku Sejarah Pendidikan Islam, kesulitan tersebut disebabkan penulisnya
adalah orang-orang yang tidak senang kepada Islam dan kepada bangsa Indonesia. Selain itu,
juga karena rentang waktu penyelidikan yang sudah lama, sehingga penulisan sejarah
pendidikan Islam oleh orang pribumi terkesan sudah ketinggalan zaman, dan sudah ada bukti-
bukti lain yang lebih dahulu ditulis oleh orang non pribumi, misalnya orang Belanda.

B.     Rumusan Masalah

A. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

B. Pendidikan Islam Sebelum Penjajahan

C. Fase-Fase Pada Masa Pra Kemerdekaan

D. Pendidikan Islam Pada Zaman Penjajahan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih


banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat
teoritis dan praktis. (Zakiah Drajat,1996: 25)
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik
terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah
terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).
Perkembangan yang sangat pesat dirasakan sejak awal tahun 1900an. yaitu Para
pemimpin pergerakan Nasional sadar bahwa penyelenggaraan pendidikan yang
bersifat Nasional harus segera dimasukan dalam agenda perjuangannya. Maka
lahirlah sekolah. Sekolah partikelir atas usaha para perintis kemerdekaan.
Sekolah-sekolah itu semula memiliki 2 corak, yaitu :
1.         Sesuai dengan Haluan Politik
-            Taman Siswa, yang pertama didirikan di Yogyakarta.
-            Sekolah Serikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan Komunis.
-            Ksatrian Institut, yang didirikan oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setia Budi) di
Bandung.
-            Perguruan Rakyat, di Jakarta dan Bandung.
2.         Sesuai dengan Tuntutan / Ajaran Agama (Islam)
-            Sekolah-sekolah Serikat Islam
-            Sekolah-sekolah Muhammadiyah
-            Sumatera Tawalib di Padang Panjang
-            Sekolah-sekolah Nahdhatul Ulama
-            Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI)
-            Sekolah-sekolah Al-Jami’atul Wasliyah
-            Sekolah-sekolah Al-Irsyad
-            Sekolah-sekolah Normal Islam
B. Pendidikan Islam Sebelum Penjajahan Eropa

Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam


dilaksanakan secara informal. Didikan dan ajaran Islam diberikan dengan
perbuatan, contoh dan keteladanan. Pendidikan dan pengajaran Islam secara
Informal ini ternyata membawa hasil yang sangat baik, karena dengan berangsur-
angsur tersebarlah agama Islam keseluruh kepulauan Indonesia. Mulai dari
Sabang sampai Maluku.

2
Karena dengan cepatnya Islam tersebar diseluruh Indonesia, maka banyaklah
didirikan tempat-tempat ibadah seperti Mesjid, Langgar atau Surau, yang mana
tempat-tempat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi
juga sebagai tempat pendidikan yang sangat sederhana. Modal pokok yang
mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama dan semangat menuntut ilmu
bagi yang belum memilikinya.
Tempat-tempat pendidikan Islam seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya
system pendidikan pondok pesantren dan pendidikan Islam yang formal yang
berbentuk madrasah atau sekolah yang berdasar keagamaan.
Usaha untuk menyelenggarakan pendidikan Islam menurut rencana yang teratur
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1476 dengan berdirinya Bayangkara Islah di
Bintara Demak yang ternyata merupakan organisasi pendidikan Islam yang
pertama di Indonesia. Dalam rencana kerja dari Bayangkara Islah disebutkan
bahwa supaya mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat maka didikan dan
ajaran Islam harus dibeikan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam
masyarakat itu asal tidak menyalahi hukum syara’.
Untuk merealisasikan rencana ini, maka pada suatu Sidang Dewan Walisongo dan
Kerajaan Demak, memutuskan bahwa semua cabang kebudayaan Nasional yakni
filsafat hidup, kesenian, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya sedapat
mungkin diisi dengan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Kebijaksanaan Wali-wali menyiarkan agama dan memasukan anasir-anasir
pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional
Indonesia, sangatlah memuaskan, sehingga agama Islam tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia.1 

C. Fase Fase Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia pada Masa Pra


Kemerdekaan
1. Fase datangnya islam ke Indonesia
Sejarah (Zuhairini, dkk., 2008) menyanggah pendapat yang menyatakan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada pertengahan abad 12 M oleh para
muballigh dari Persi (Iran) atau dari India Barat (Gujarat). Menurut
sumber bukti terbaru, Islam masuk ke Indonesia pada abad 7 M/1 H yang
disebarkan oleh pedagang dan muballigh dari Arab di pantai barat Pulau
Sumatera, tepatnya di daerah Baros. Interaksi penyebaran Islam kepada

1
http://iskandar-islam-indonesia.blogspot.com/2012/12/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia.html

3
penduduk lokal melalui kontak jual beli, perkawinan, dan dakwah baik
secara individu maupun kolektif.[16]Pada masa ini, pendidikan Islam
diperkenalkan bertahap, mulai dari mengucapkan kalimah syahadat
sebagai simbolisme formal masuk agama Nabi Muhammad SAW serta
diajak untuk mengakui rukun iman dan Islam. Tahap selanjutnya, mereka
secara informal mengenalkan syariat dan ritual ibadah Islam yang lain
seperti shalat lima waktu dan membaca al-Qur’an.
2. Fase pengembangan melalui proses adaptasi
Mahmud Yunus menggambarkan pendidikan Islam pada fase ini ditandai
dengan terbentuknya sistem langgar atau surau sebagai pusat studi
keislaman. Dengan dipandu oleh juru dakwah yang biasanya dikenal
dengan sebutan modin atau lebai, pengajian al-Qur’an dibedakan menjadi
dua tingkatan. Pertama, tingkat rendah atau pemula dengan materi
pembelajaran pengenalan huruf dan bacaan al-Qur’an pada malam dan
pagi hari sesudah shalat subuh. Kedua, tingkat atas, yaitu dengan
penambahan beberapa pembelajaran seperti pelajaran lagu, qasidah,
barzanji, dan tajwid. Metode yang digunakan ialah dengan
cara sorogan dan halaqah.
Sebagai pengembangan dari sistem langgar, kemudian berlaku sistem
pesantren. Zamakhsari Dhofier setelah mengutip pendapat A.H Johns dan
CC Berg, menjelaskan bahwa terma “santri” berasal dari bahasa Tamil
yang berarti guru mengaji. Atau dari bahasa India “shastri” yaitu mereka
yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Selain sorogan dan halaqah, cara
pembelajaran juga menggunakan metode bandongan yaitu belajar secara
berkelompok yang diikuti oleh seluruh santri, biasanya kyai menggunakan
bahasa daerah setempat dan langsung menterjemahkan kalimat demi
kalimat dari kitab yang dipelajarinya.
3. Fase Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam (Proses Politik)
Setelah tiga abad bergulat dalam proses penyesuaian terhadap kultur
masyarakat Nusantara, Islam menjelma dalam kekuatan politik dengan
munculnya bentuk pemerintahan yang bercorak kerajaan di berbagai
daerah, khusunya di wilayah pesisir pantai. Di antaranya adalah:
1)  Kerajaan Islam di Aceh.

4
Paling tidak, terdapat tiga kerajaan Islam yang berkembang di
bumi “Serambi Makkah”. Pertama, Samudera Pasai dengan rajanya
yang pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum, disusul Al Malik Al
Shaleh, dan yang terakhir bernama Malik Sabar Syah. Sistem
pendidikan Islam pada masa ini, sebagaimana keterangan Ibnu
Batutah, bercirikan:
a. Materi pendidikan  dan pengajaran agama bidang syariat ialah Fiqh
Madzhab Syafi’i.
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis taklim dan
halaqah.
c. Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
d. Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.
2) Kerajaan Demak
Pasca keruntuhan Majapahit (1400 M) Demak menjadi pusat
pemerintahan Islam dengan Raden Patah (Panambahan Jimbun)
sebagai pemimpinnya. Dengan di bantu para sunan yang lebih
populer dengan sebutan wali sanga, seperti Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kaljaga, Raden patah mengubah tata cara
pemujaan berhala dan menjadi pemimpin dari semua agama.
Setelah 12 tahun memerintah, Raden Patah kemudian digantikan
anaknya Pangeran Sabrang Lor (1409 M). Akibat radang paru-paru
yang dideritanya, kekuasaan beralih ke tangan saudaranya,
Pangeran Trenggana (Panambahan Makdum Jati) dengan bantuan
Sunan Kudus sebagai ulama tertinggi kerajaan. Pada masa inilah
agama Islam berkembang pesat. Masjid-masjid selesai dibangun,
perjanjian kerukunan damai dibuat dengan raja-raja dari
Kalimantan, Palembang, Bali, Singapura dan negeri-negeri lain di
bumi Nusantara. Hubungan erat yang terjalin antara pihak kerajaan
dengan para wali memainkan peranan penting dalam proses
pendidikan keislaman. Sasarannya bukan saja kalangan rakyat,
tetapi juga di lingkungan kerajaan. Pusat dari segala jenis kegiatan
pendidikan ditempatkan pada masjid-masjid dan pesantren.
3) Kerajaan Islam Mataram ( 1575-1757 )

5
Setelah wafatnya Sultan Trenggana kerajaan Islam berpindah ke
negeri Pajang. Namun, baik Zuhairini maupun Hasbullah tidak
memaparkan secara rinci peran dan kiprah kerajaan tersebut dalam
mengembangkan sistem pendidikan Islam. Padahal, menurut
Raffles, kebesaran Pajang dalam belantika sejarah kerajaan Islam
di Indonesia layak untuk diapresiasi. Kerajaan kuno di Jawa pada
saat itu terbagi menjadi tidak kurang dari delapan tampuk
pemerintahan yang masing-masing terpisah dan berdiri sendiri,
yaitu Bantam, Jokarta, Cheribon, Prawata, Kaliniamat, Pajang,
Kedu, dan Madura. Para pemimpin kerajaan tersebut bergelar kiai
gede atau sultan, setingkat di atas sunan.2
D. Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan
1. Pendidikan pada zaman kerajaan islam
Mata pelajaran yang diajarkan di lembaga-lembaga Islam saat itu dibagi menjadi dua
tingkatan:
a.       Tingkat dasar terdiri dari pelajaran memabaca, menulis bahasa Arab, pengajian
Al-Qur’an dan ibadah praktis.
b.       Tingkatan yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqh, tasawuf, ilmu
kalam dan sebagainya.
Banyak ulama manca negara yang datang ke Malaka dari Afganistan, Malabar,
Hindustan, terutama dari Arab yang mengambil peran sebagai penyebar Islam pada
waktu itu. Diceritakan, dari Jawa, Sunan Bonang dan Sunan Giri pernah menuntut ilmu
ke Malaka, kemudian setelah selasai belajar dari sana, mereka mendirikan tempat
pendidikan Islam di negeri masing-masing.
2. Pendidikan pada zaman kolonial belanda
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode
besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa
pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie).
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pendidikan Dasar

2
https://teraskita.wordpress.com/2013/10/31/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia-pada-masa-
pra-kemerdekaan-dari-era-awal-hingga-kerajaan-mataram/

6
Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1
(tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung. Kelas 2 mata
pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus
pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya
didasarkan pada kemampuan secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk
mendidik para murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain
Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah Warga-
negara, berdiri tahun 1630); Dll.
b. Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642.
Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah
bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara permanent ditutup
tahun 1670.
c. Seminarium Theologicum (sekolah seminari)
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh
Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas secara
berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan Portugis serta
materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa Latin. Kelas 3 ditambah
materi bahasa Yunani dan Yahudi, filsafat, Sejarah, Arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4
materinya pendalaman yang diasuh langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya
asrama dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan Sekolah ini hanya bertahan selama 10 tahun.
d. Academie Der Marine (akademi pelayaran)
Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan
lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi Matematika, Bahasa Latin, Bahasa
Ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), Navigasi, Menulis, Menggambar, Agama,
Keterampilan naik Kuda, Anggar, dan Dansa. Tetapi akhirnya Akademi pelayaran ditutup
tahun 1755.
e. Sekolah Cina
1737 didirikan untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena
peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. selanjutnya, sekolah ini
berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun 1753 dan 1787.
f. Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga
yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam

7
ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya. Pada akhir abad ke-18,
setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan
kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh
perhatian relatif maju dari sebelumnya. Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda
diambil sebagai dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain: (1) Menjaga jarak atau
tidak memihak salah satu agama tertentu; (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan
sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung
kepentingan kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial,
khususnya yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas
elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi
pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung, Belanda telah memanfaatkan kelas aristokrat
pribumi untuk melanggengkan status quo kekuasaan kolonial di Indonesia.
3.   Pendidikan pada zaman jepang
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu dapat diikhtisarkan sebagai
berikut:
a. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR
adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5
tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.
b. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama)
dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan
lama studi 3 tahun.
c. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di
bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
d. Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan
menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar
Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah
kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR
akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki
Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil
tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di
Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di
Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum
berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya,
8
ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan
dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan
dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.3

3
http://malbar09.blogspot.com/2015/01/pendidikan-islam-pra-kemerdekaan-dan.html

9
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Zuhairini, sejarah Islam di Indonesia pra
kemerdekaan terbagi ke dalam beberapa fase, di antaranya, fase datangnya Islam ke
Indonesia; fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi; fase berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam (proses politik); fase kedatangan orang barat (zaman penjajahan); dan fase
penjajahan Jepang.

Terdapat tiga fase penting dalam Sejarah Islam di Indonesia pra kemerdekaan yakni fase
datangnya Islam ke Indonesia; fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi; dan fase
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik). Fase awal datangnya Islam ke Indonesia
dimulai pada abad 7 M/1 H yang disebarkan oleh pedagang dan muballigh dari Arab di
daerah Baros. Pendidikan Islam diperkenalkan bertahap, mulai dari mengucapkan kalimah
syahadat dan diajak untuk mengakui rukun iman dan Islam. Dalam fase pengembangan
melalui proses adaptasi, metode pendidikan keislaman yang digunakan ialah dengan
cara sorogan dan halaqah. Fase selanjutnya ialah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Kerajaan penting yang mempengaruhi corak pendidikan Islam pada masa ini yaitu kerajaan di
Aceh, Demak, dan Mataram.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. https://teraskita.wordpress.com/2013/10/31/sejarah-pendidikan-islam-di-indonesia-pada-
masa-pra-kemerdekaan-dari-era-awal-hingga-kerajaan-mataram/
2. http://malbar09.blogspot.com/2015/01/pendidikan-islam-pra-kemerdekaan-dan.html
3. http://iskandar-islam-indonesia.blogspot.com/2012/12/sejarah-pendidikan-islam-di-
indonesia.html

11

Anda mungkin juga menyukai