Anda di halaman 1dari 7

PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA

Dosen Pengampu:

Erlina Zanita M.Pd

Disusun oleh:

Dafat Farisyah Rafiah

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKRIFATUL ILMI

PRODI PENDIDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

BENGKULU SELATAN

T.A 2022/2023
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam diperkirakan datang ke wilayah Indonesia abad ke-7 M dan berkembang


secara lebih masif pada abad ke-13 M. Terkait kedatangan dan perkembangannya di
Indonesia, proses Islamisasi berjalan dengan damai, walaupun terdapat penggunaan
kekuatan oleh para penguasa muslim di Indonesia saat itu. Namun, mereka bisa
menerima Islam tanpa harus meninggalkan kepercayaan dan praktek keagamaan yang
telah ada sebelumnya. Proses Islamisasi di Nusantara dapat dipahami dari berbagai
pendapat yang secara sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa teori yaitu teori
Gujarat, teori Persia, dan teori Makkah.
Islam merupakan agama mayoritas yang pengikutnya banyak ditemukan di
Indonesia. Dalam proses penyebarannya memiliki banyak saluran yang berbeda.
Saluran ini kemudian mempertegas proses dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Saluran-saluran tersebut sangat berkontribusi bagi meluasnya proses penyebaran
Islam dan diterima dengan begitu mudah oleh masyarakat Indonesia. Proses tersebut
dapat dijelaskan melalui beberapa saluran di bawah ini.

1. Perdagangan
Jalur ini adalah tahap awal yang mendasari kemunculan Islam di Indonesia
dan terjadi sekitar abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Islam dibawa oleh
pedagang muslim dengan jalur yang damai(Permatasari, Hudaidah, 2021). Pada
waktu itu, terdapat banyak pedagang Muslim yang berdagang ke Indonesia hingga
akhirnya mereka membentuk sebuah pemukiman. Di sini, mereka semua bekerja
sama dan menyebarkan Islam. Di tempat inilah, mereka semua berinteraksi dan
menyebarkan agama Islam. Para pedagang Muslim ini telah melaksanakan
aktivitas ganda, aktivitas pokoknya sebagai pedagang dan disisi lain
melaksanakan dakwah Islam.
Diawali dengan berdagang, selanjutnya kegiatan dakwah dilakukan lewat
aktivitas pendidikan informal. Pada aktivitas pendidikan informal ini terjadi
kontak personal antara pedagang yang merangkap sebagai mubaligh dengan
masyarakat sekitar. Dari kontak personal tersebut terjadi komunikasi pendidikan.
Pendidikan yang berjalan secara informal, tentu dalam hal ini pendidikan informal
tidak membutuhkan sarana seperti yang dimiliki oleh lembaga formal. Tidak
dibutuhkan tempat tertentu, tidak butuh kurikulum/silabus tidak memerlukan
waktu tertentu, dapat berlangsung di mana dan kapan saja. Inti dari pendidikan
informal itu adalah pergaulan antara pendidik (pedagang yang merangkap sebagai
mubaligh) dan peserta didik, yakni masyarakat sekitar. Dalam hal ini pendidik
(mubaligh) mentransferkan ilmu, nilai, dan keterampilan(Yakub, 2019). Proses ini
kemudian membuat Islam diterima secara luas oleh masyarakat.
2. Saluran Perkawinan
Saluran perkawinan adalah salah satu proses Islamisasi yang tak terasa dan
mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan ikatan pernikahan adalah ikatan yang
lahir batin. Pernikahan dapat membentuk keluarga baru yang dapat menjadi
pertanda perkembangan masyarakat yang besar dan dapat membentuk masyarakat
muslim. Berdasarkan pandangan ekonomi, pedagang Muslim mendapatkan posisi
yang lebih daripada masyarakat pribumi. Hal inilah yang menyebabkan khususnya
para gadis terhormat, mereka ingin menjadi pasangan dari pedagang tersebut.
Tetapi sebelum terjadinya pernikahan, maka wanita yang akan menikah tersebut
terlebih dahulu harus mengucapkan syahadat sebagai bentuk penerimaan terhadap
Islam.

3. Pendidikan
Pesantren merupakan fondasi yang paling strategis dalam kemajuan Islam di
Indonesia. Islamisasi melalui jalur pendidikan yaitu, dengan adanya pesantren
ataupun pondok dan dilaksanakan oleh para guru agama, kyai, atau para ulama.
Setelah mereka selesai menjalani pendidikan mereka akan keluar dari pesantren
tersebut, dan mereka akan kembali ke daerah mereka atau mereka akan pergi ke
suatu wilayah untuk menyebarkan dan untuk mengajarkan Islam(Alfiani et al.,
2019). Proses ini merupakan jalur formal setelah Islam berkembang dan dapat
dianggap sebagai jalur penegas setelah Islam dikenal secara luas di masyarakat
Indonesia.

4. Tasawuf
Tasawuf juga termasuk kategori media yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan banyak bukti jelas berupa
naskah-naskah antara abad ke-13 dan ke-18 M. Tidak jarang ajaran tasawuf ini
disesuaikan dengan ajaan mistik local yang sudah dibentuk kebudayaan Hindu-
Budha. Mereka bersedia memakai unsur-unsur kultur pra Islam untuk
menyebarkan agama Islam. Menurut A. H. Johns, ajaran Jawa, misalnya,
dipertahankan sedangkan tokoh-tokohnya diberi nama Islam, seperti dalam cerita
Bima suci yang disadur menjadi Hikayat Syech Maghribi. Ajaran mistik semacam
itu juga terdapat pada kelompok-kelompok mistik abad ke-19, seperti Sumarah,
Sapta Dharma, Bratakesawa, dan pangestu.
Para ahli tashawwuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengahtengah
masyarakatnya. Mereka biasanya juga memiliki keahlian untuk menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Jalur tashawwuf, yaitu proses Islamisasi dengan
mengajarknan telosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran
agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja
terlebih dahulu dimodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah
dimengerti dan diterima(Mulyadi, 2019). Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa.

5. Politik
Politik merupakan metode penyebaran Islam dengan kekuasaan, beralihnya
agama penguasa menjadi muslim sangat berpengaruh dan rakyat serta
pendukungnya akan mengikuti dengan cepat. Penguasa juga dapat memengaruhi
para penguasa lainnya untuk menganut agama Islam sehingga dalam hal ini Islam
akan mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan pendapat para
pakar sejarah menyatakan bahwa dalam penyebaran agama Islam di Indonesia tak
terlepas dari banyaknya dukungan yang sangat kuat dari para penguasa.

6. Kesenian
Penyebaran Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan berbagai
kesenianlainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada
awalnya mereka tertarik karena media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga
adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukkan
seni, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat
syahadat. Sebagian cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabrata dan
Ramayana, tetapi didalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan media islamisasi, seperti sastra
(hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.

B. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia

1. Perkembangan Islam di Sumatera


Daerah Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah
Sumatera bagian Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak
letaknya di tepi selat Malaka,tempat lalu lintas kapal-kapal dari India. Pada abad
XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di
tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah
Samudra Pasai berturut-turut yaitu pertama Sultan Al Malikus Shaleh, kedua
Sultan Zainal Abidin, ketiga Sultan Al Malikuz Zahir II, keempat Sultan Al
Malikuz Zahir, kelima Sultan Iskandar.
Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di
bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita
pribumi yang sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-
keluarga Muslim. Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina.Para pedagang dari
India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil, ketika raja
tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam sehingga
berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan
kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun
mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya
menyebar ke seluruh nusantara.

2. Perkembangan Islam di Jawa


Masuknya Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim
setelah berdirinya kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa
Sultan Mansursah.Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara,
Tuban dan Giri. Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat
Jawa mengenal Islam. Selanjutnya, perkembangan Islam di Pulau Jawa banyak
dilakukan oleh para Adipati dan Para Wali yang dikenal dengan sebutan
“Walisongo” , yaitu Maulana Malik Ibrahim, Raden Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kududs, Sunan Kalijaga, Sunan Muria,dan Sunan
Gunung Jati. Dengan meluasnya wilayah kekuasaan kerajaan Demak
perkembanganIslam di Pulau Jawa juga menjadi sangat luas, bahkan sampai ke
Banten, Jakarta,Cirebon, dan daerah Jawa Barat lainnya.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi


Masuknya Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh
santri dari luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau
mengirimkan murid-muridnya ke Madura,Sulawesi, Maluku dan Nusa
Tenggara.Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa
dan Tallo.Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya
dengan kesultananTernate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba
Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain
untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik.
Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang didaerah itu.
4. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad XVI, Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada
tahun 1590, kerajaan Sukadan resmi menjadi Giri Kusuma. Sunan Giri digantikan
oleh putranya Sultam Muhammad Syarifuddin. Beliau banyak berjasa dalam
mengembangkan agama Islam karena bantuan seorang mubalig bernama syaikh
Syamsuddin. Sebagai Mubalig, mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk
berdakwa. Islam akhirnya dapat memasuki kerajaan Kutai dan tersebar
diKalimantan Timur pada permulaan abad XVI M.
5. Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat
yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-
15. Pada saat itu,hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan
Jawa berjalan dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan
dakwah. Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke
Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para
mubalignya.
C. Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia

a. Pengaruh Bahasa dan Nama


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional banyak terpengaruh dari bahasa Arab.
Bahasa ini sudah begitu menyatu dalam lidah bangsa Indonesia. Tidak hanya
dalam bahasa komunikasisehari-hari, bahakan dipergunakan pula dalam bahasa
surat kabar, dan sebagainya(Mukhibat, 2016). Pengaruh Islam dalam bidang
nama, sungguh banyak sekali. Banyak tokoh dan bukan tokoh masyarakat
menggunakan nama berdasarkan pada bahasa Arab,yang merupakan bahasa
simbol pemersatu Islam. Semua itu bukti adanya pengaruh Islam dalam kehidupan
masyarakatdan bangsa Indonesia.

b. Pengaruh Adat Istiadat


Adat istiadat yang ada dan berkembang di Indonesia banyak dipengaruhi
olehperadaban Islam. Diantara pengaruh itu adalah ucapan salam kepada setiap
muslim yangdijumpai, atau penggunaannya dalam acara-acara resmi
pemerintahan.Pengaruh lainnya adalah berupa ucapan-ucapan kalimat penting
dalam do’a yang merupakan pengaruh dari tradisi Islam yang lestari.

c. Pengaruh Dalam Kesenian dan Bangunan Ibadah


Pengaruh kesenian yang paling menonjol dalam hal ini terlihat dalam irama
qasidah dan lagu-lagu yang bernafaskan ajaran Islam. Syair pujian yang
mengagungkan nama-nama Allah yang sering diucapkan oleh umat Islam,
merupakan bukti pengaruh ajaran Islam terhadap kehidupan beragama masyarakat
Islam Indonesia. Begitu pula pengaruh dalam bidang bangunan peribadatan.
Banyak bangunan masjid yang ada di Indonesia, terpengaruh dari bangunan
mesjid yang ada di Negara-negara Islam, baikyang ada di Timur Tengah ataupun
di tempat-tempat lainnya di dunia Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, M. M., Suweleh, S., & Janah, L. K. (2019). Islamisasi Nusantara Dan Sejarah Sosial
Pendidikan Islam. Fikrotuna; Jurnal Pendidikan Dan Manajemen Islam, 9(1), 17.
Mukhibat, M. (2016). Analisis Semi-Historis Unsur-Unsur Bahasa Arab Dalam Bahasa
Indonesia. Cendekia: Journal of Education and Society, 13(2), 323.
https://doi.org/10.21154/cendekia.v13i2.252
Mulyadi. (2019). Islamisasi Di Kepuluan Melayu Nusantara: Studi Terhadap Analisis Filsafat
Sejarah Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Jurnal At-Tafkir, XII(1), 55–77.
Permatasari, Hudaidah, I. (2021). Proses Islamisasi dan Penyebaran Islam di Nusantara.
Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan Dan Inovator Pendidikan, 8(1), 1–9.
https://doi.org/10.29408/jhm.v8i1.3406
Yakub. (2019). Pendidikan Informal Dalam Prespektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai