Anda di halaman 1dari 10

Tugas Ulangan Akhir Semester

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Azizatul Khusniyah M.hum.

Nama: Muhammad Syariful Huda

Nim: 2230110081

Sejarah Kebudayaan agama Islam Yang masuk ke Indonesia

Abstrak

Islam ialah agama perdamaian. Di Indonesia agama Islam menepati urutan pertama
terbanyak penganutnya. Mengenai penyebaran agama Islam di Indonesia, islam dibawa oleh
para pedagang dari Arab. Sebelum Islam masuk dan tersebar luas di Nusantara, para
penduduk Indonesia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Sekitar pada abad ke-
7 Islam mulai masuk di Indonesia yang dibawa oleh para musafir dari Arab. Agama Islam juga
terkenal akan budayanya yang berbeda di setiap daerah. Di antara budaya Islam ialah ta’awun
atau dalam bahasa Indonesianya tolong-menolong. Penyebaran Islam di Indonesia tak lepas
dari peran Walisongo yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Metode yang dipakai Walisongo
pun menggunakan budaya di Indonesia. Selanjutnya pada abad ke-13 Indonesia menerima
kedatangan para pedagang dari Persia yang juga menyebarkan agama Islam Di Indonesia.
Bukti Teori Persia ini yaitu terdapat kesamaan tradisi antara Islam di Idonesia dan Persia. Salah
satunya adalah tradisi Tabuik di wilayah Sumatera Serupa dengan upacara di Persia dalam
memperingati tanggal 10 Muharram. Dan masih banyak lagi bentuk persatuan antara agama
Islam dan budaya Di Indonesia.

Pendahuluan
A. Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim. Namun, agama di
Indonesia tak hanya Islam saja, masih ada penduduk Indonesia yang menganut kepercayaan
lain. Pada zaman dulu, masyarakat Indonesia masih meyakini animisme dan dinamisme.
Dilihat dari proses penyebaran Islam di Indonesia, terdapat beberapa teori. Diantaranya ialah
teori Gujarat, Mekkah, dan Persia. Dari beberapa teori tersebut terdapat Perbedaan metode
serta pembawa Islam ke Indonesia. Berikut beberapa macam teori Penyebaran Islam di
Indonesia.
a. Teori Makkah.

Pada abad ke-7 M atau abad pertama hijriyah, Islam mulai menyebar ke Indonesia yang
dibawa oleh para musafir yang datang dari Arab. Teori Makkah ini dipaparkan oleh Haji Abdul
Karim Abdullah atau HAMKA, salah satu ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Bukti dari teori
Mekah ini adalah adanya kampung arab di daerah Barus, Sumatera Utara. Bukti lainnya adalah
berdirinya kerajaan islam Samudera Pasai yang menganut madzhab Syafi’iyah.
b. Teori China

Menurut teori ini, Islam pertama kali masuk Indonesia pada abad ke-9 melalui Migrasi kaum
muslim dari China ke Indonesia, terutama Sumatera. Beberapa bukti Yang mendukung teori
ini yaitu Raden Patah, salah satu Raja Demak, merupakan Keturunan China dan adanya
penggunaan bahasa China dalam penulisan gelar Raja-raja Demak.

c. Teori Persia
Dalam teori ini, Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat mengemukakan pendapat
bahwa para pedagang dari Persia lah yang membawa Islam ke Indonesia aada sekitar abad
ke-13. Bukti Teori Persia ini yaitu terdapat kesamaan tradisi antara Islam di Indonesia dan
Persia. Salah satunya adalah tradisi Tabuik di Wilayah Sumatera serupa dengan upacara di
Persia dalam memperingati tanggal 10 Muharram.
d. Teori Gujarat
Dan teori yang terakhir adalah Teori Gujarat. Sesuai dengan namanya, pada Teori ini, yang
menyebarkan Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal Dari Gujarat, India. Teori
ini menyebutkan bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia melewati selat Malaka pada
abad ke-13. Bukti yang memperkuat Teori Gujarat ini adalah adanya makam salah satu sultan
Samudera Pasai, yaitu Malik As-Saleh yang bernuansa Gujarat.

Pembahasan
B. PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA

Penyebaran Islam di Indonesia meliputi beberapa metode.Diantaranya adalah Perdagangan,


perkawinan, politik, pendidikan dan kesenian.

1. Perdagangan.
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, persia, dan
India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini
konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia
dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang Muslim juga mempunyai
kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan
agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang
Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya
Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan
budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses
penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding
cara lainnya.
2. Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin membaik. Para
pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para
pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk
Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja
Brawijaya dengan putri Jeumpa yang Beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang
pada akhirnya menjadi Raja Demak.

3. Politik.

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang Peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong – bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

4. Pendidikan.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok pesantren. Dan
di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan
agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama
Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya
kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren
Sunan Ampel Surabaya yang Didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren
Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.

5. Seni Budaya.
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni
tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di jogjakarta, Solo, dan
Cirebon. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan Budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan
sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya
a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, suluk
Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b. Mengkulturasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang
diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran islam.
Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat.
Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk
acara keramaian.

6. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa. Dengan
melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat
dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun
faktor – faktor yang menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain:
a. Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

b. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana.


c. Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan
kebudayaan Indonesia.
d. Penyebaran Islam dilakukan secara damai.
C. PERAN WALISONGO DALAM MENYEBARKAN ISLAM

1. Maulana Malik Ibrahim atau sunan Gresik

Pada akhir abad ke-14,MaulanaMalikIbrahim datang dan mendarat dipantai Jawa Timur yang
disertai beberapa orang kawan dekatnya untuk bermukim di Gresik. Maulana Malik Ibrahim
adalah keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad SAW. Dan saudara sepupu Raja
Chermen (menurut sebagian pendapat Chermen berasal dari India,namun sebagian lagi
menyebutnya dari Sumatera) kehadiran Maulana Malik Ibrahim disertai Raja Chermen untuk
mengislamkan Raja majapahit. Kegiatan dakwah Islam di Jawa dipandang sukses ketika
dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim. Maulana Malik Ibrahim pada awal dakwahnya
menggunakan pendekatan kekeluargaan dengan menawarkan putrinya untuk diperistri Raja
Majapahit.Upaya ini rupanya tidak berhasil, karena belum sampai tujuan, rombongan terkena
serangan penyakit hingga banyak yang meninggal. Namun demikian tantangan ini rupanya
tidak menurunkan tekad Maulana Malik Ibrahim untuk berdakwah mengislamkan kerajaan
Majapahit. Pada langkah berikutnya Maulana Malik Ibrahim mengambil jalur pendidikan
dengan mendirikan pesantren. Sistem pendidikan pesantren adalah adaptasi dari bentuk
pendidikan biasa dan asrama yang lama dikembangkan pendeta atau biksu dalam agama
Hindu dan Budha. Model ini dinamakan pesantren karena merupakan tempa belajar para
santri. Konon kata santri diambil darikata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang
mengetahui dan memahami buku-buku suci agama Hindu. Upaya pendidikan di pesantren
oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dimaksudkan untuk menampung dan menjawab
permasalahan- permasalahan sosial keagamaan serta menghimpun santri. Usahanya ini tidak
mengalami banyak kendala, karena Maulana Malik Ibrahim telah memiliki banyak pengikut
yang setia serta pendanaan dari hasil dagangannya. Dalam kegiatan sehari-hari Maulana
Malik Ibrahim tidak segan-segan membawa para santri untuk bekerja di lahan pertanian
seharian penuh. Kemudian malam harinya, wali yang terkenal dengan sunan Gresik ini
mengajar santri dengan pelajaran-pelajaran dasar keislaman, khususnya Al-Qur'an dan
Hadits. Karena komitmen dan konsistensinya dalam dakwah Islam, Maulana Malik Ibrahim
dipandang sebagai Bapak Spiritual Walisongo. Dalam perjalanan hidupnya, Maulana Malik
Ibrahim tetap bermukim di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada
tanggal 12 Rabiul awal 822 H, bertepatan dengan 8 April 1419 M. Maulana Malik Ibrahim
akhirnya lebih berkenan dengan panggilan sunan Gresik. Makamnya banyak diziarahi
masyarakat Jawa hingga sekarang. Sunan Gresik dianggap sebagai penyiar Islam pertama di
tanah Jawa.
2. Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Raden Rahmat sebagai penerus perjuangan ayahnya dalam menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Untuk melancarkan misi dakwahnya pada tahap awal, Raden Rahmat
membangun pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Pada pesantren yang diasuhnya
Raden Rahmat mendidik kader-kader da'I yang kemudian disebar ke seluruh Jawa. Sunan
Ampel telah mendidi kmurid-murid yang terkenal antara lain Raden Maksum Ibrahim (Sunan
Bonang) dan Syarifuddin (Sunan Drajat) yang tak lain keduanya adalah putra sunan Ampel
sendiri, Maulana Ishak (penyebar Islam di Blambangan), Raden Paku (Sunan Giri), dan Raden
Patah (sultan Demak). Raden Rahmat dikenal masyarakat degan gelaran Sunan Ampel. Raden
Rahmat dikenal sebagai negarawan , tokoh yang mempunyai gagasan dan perencana
berdirinya kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Menurut bukti sejarah Raden Rahmat
sebagai orang yang mengukuhkan Raden Fatah sebagai sultan pertama kesultanan Demak
Bintoro. Pada akhirnya kesultanan Demak Bintoro menjadi pusat penyebaran islam keseluruh
wilayah Nusantara. Kesultanan Demak Bintoro menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan
kemasyarakatan. Masjid Demak didirikan pada tahun 1479 yang diprakarsai oleh Raden
Rahmat bersama dengan Walisongo. Raden Rahmat (Sunan Ampel) dikenal tegas dan radikal
dalam menyampaikan ajaran Islam, khususnya dalam bidang akidah. Raden Rahmat sangat
mengkhawatirkan adanya penyimpangan dibidang akidah akibat tradisi masyarakat Jawa,
sepertikenduri, selametan, dan sesaji, yang berkembang dikalangan masyarakat. Sekalipun
demikian Raden Rahmat tetap memiliki toleransi, sehingga atas pertimbangan wali lainnya
tradisi itu tetap dibiarkan, sampai akhirnya pada suatu saat masyarakat mengerti dan
menanggalkannya. Karena itu dalam praktiknya. Para wali memasukkan nilai-nilai ajaran Islam
kedalam tradisi-tradisi. Raden Rahmat (sunan Ampel) wafat pada tahun 1481. Beliau
dimakamkan di masjid Ampel, Surabaya. Sampai sekarang makam beliau banyak dikunjungi
peziarah dari berbagai daerah di seluruh pelosok Nusantara.

3. Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang.


Maulana Makhdum Ibrahim adalah putra Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi
Candrawati. Maulana Makhdum Ibrahim merupakan sepupu dari Sunan Kalijaga yang banyak
dikenal sebagai pencipta Ganding pertama. Sebelum terjun di medan dakwah, Maulana
Makhdum Ibrahim banyakbelajar dipasai, kemudian sekembalinya dari pasai, Maulana
Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah Tuban. Santri yang belajar di pesantren
Maulana Makhdum Ibrahim,berasal dari penjuru tanah air. Dalam menjalankan kegiatan
dakwahnya Sunan Bonang mempunyai keunikan dengan cara merubah nama-nama dewa
dengan nama-nama malaikat sebagaimana dikenal dalam Islam. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk
sebelumnya. Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) sangat memprihatikan tradisi dan
budaya masyarakat yang telah berkembang. Pada masa itu masyarakat Jawa memiliki
kegemaran terhadap seni pewayangan yang ceritanya diambil dari ajaran Hindu dan Budha.
Melihat kenyataan yang ada, maka Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan bonang)
memanfaatkan wayang sebagai media untuk menyampaikan dakwahnya. Syair lagu gamelan
ciptaan parawali dan sunan Bonang pada khususnya, berisi ajaran tauhid dan peribadatan.
Setiap bait selalu diselingi dengan syahadatain (dua kalimat syahadat), sehingga kita sekarang
mengenal gamelan Sekaten, yang merupakan pengucapan masyarakat Jawa terhadap
syahadatain. Salah satu tembang ciptaan Maulana Makhdum ibrahim (Sunan Bonang) adalah
tembang durma, sejenis macapat yang menggambarkan suasana tegang, bengis, dan penuh
amarah dalam kehidupan dunia fana. Setelah ayah Maulana makhdum Ibrahim wafat, ia
mengadakan musyawarah dengan para wali untuk Membahas estafet kepemimpinan
dipesantren milik ayahnya. Hasil musyawarah para Wali mempercayakan kepada Raden Fatah
sebagai penerus kepemimpinan di pesantren Ampel Denta. Maulana Makhdum Ibrahim
(Sunan Bonang) memberikan pendidikan Islam Secara mendalam kepada Raden Fatah, yang
tak lain adalah putraraja Majapahit yang bernama prabu Brawijaya V. Pada perjalanan
selanjutnya, Raden Fatah diangkat dan dinobatkan sebagai sultan pertama di Demak. Karya
yang berupa catatan-catatan pengajaran Maulana makhdum Ibrahim (sunanBonang) dikenal
dengan suluk Sunan Bonang atau primbon SunanBonang. Suluk atau primbon hasil karya
sunan Bonang berbentuk prosa dalam gaya Jawa Tengah, dan penggunaan kalimatkalimat nya
banyak sekali dipengaruhi bahasa Arab. Terhadap pula karya lainnya. Yaitu Sekar damawar
wulan, primbon Bonang 1 dan ll, dan serat wragul. Karyakarya Maulana Makhdum Ibrahim ini
antara lain bisa ditemui diperpustakaan universitas Leiden, Belanda. Sunan Bonang meninggal
pada tahun 1525 dan dimakamkan diTuban, daerah pesisir Utara Jawa yang menjadi basis
perjuangan dakwahnya.
4. Sunan Giri atau Raden Paku.
Raden paku adalah putra dari Syekh Maulana Ishak (murid Sunan Ampel). Pada saat Raden
Paku mengembara guna mencari ilmu di Pasai, Raden Paku diasuh oleh seorang wanita kaya
raya yang bernama Nyai Gede Malok. Setelah menginjak dewasa, Raden Paku menimba ilmu
di pesantren Ampel Denta (Surabaya). Disini ia bertemu dengan teman baik dengan putra
Sunan Ampel yang bernama Sunan Bonang. Raden Paku mendirikan pesantren di daerah Giri
sebagai basis dalam menyebarkan dakwah Islam. Dan mayoritas santrinya yang diasuh
berasal dari masyarakat golongan ekonomi tidak mampu. Dari pesantren milik Sunan Giri ini
lahir da'i-da'i yang kemudian mereka menyiarkan agama Islam keluar pulau Jawa, seperti
Madura, Ternate, Bawean, Kangean, dan Tidore. Kemudian dari hasil usahasantri menyiarkan
Islam inilah, pesantren Sunan Giri dikenal luas oleh masyarakat di tanah air. Raden paku
terkenal sebagai pendidik yang mampu menerapkan metode permainan yang bersifat agamis.
Karya-karyanya berupa permainan atau tembang diantaranya Gula Ganti, Jamuran, Jelungan,
Jor, Lir-ilir, dan Cublak-cublak Suweng. Karya yang lain yaitu Kitab Serat Wali Sana dan Serat
widya pradana, berisi pengetahuan ilmu Faal yang kemudian di kembangkan oleh R
.Ranggawarsita. Sunan Giri juga pengaruh yang sangat besar dalam pemerintahan kesultanan
Demak. Berbagai masalah atau keputusan penting pemerintahan kesultanan Demak. Sebagai
masalah atau keputusan penting sering menunggu pertimbangan sunan Giri. Pada saat sunan
Giri hendak melaksanakan ibadah haji bersama sunan Bonang, Keduanya menyempatkan
singgah di pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan tasawuf. Pada sebuah kisah
diceritakan bahwa Raden paku bias mencapai tingkat ilmu laduni. Dengan presentasi yang
dicapainya inila , Raden paku juga terkenal dengan panggilan Raden 'Ainul Yaqin. Sunan Giri
meninggal sekitar awal abad ke-16,makam beliau ada di bukit Giri, gresik. sampai sekarang
makamnya banyak diziarahi masyarakat dari berbagai penjuru.
5. Raden Kosim atau Syarifuddin atau sunan Drajat.

Raden Kosim atau Syarifuddin lebih dikenal dengan panggilan Sunan Drajat. Masyarakat
mengenalnya juga sebagai sunan Sedayu ,karena ia dimakamkan di dekat kota Sedayu. Raden
Kosim adalah putra dari sunan ampel dari istri kedua yang bernama Dewi candrawati. Raden
Kosim mempunyai enam saudara seayah-seibu, diantaranya Siti syareat (istri R.Usman Haji ,
Siti Mutma'innah (istri R .Muhsin), Siti Sofiah (istri R. Ahmad, sunan Malaka) dan Raden
Maulana makhdum Ibrahim (SunanBonang). Disamping itu,ia mempunyai dua orang saudara
seayah lain ibu, yaitu Dewi murtasiyah (istri R.Fatah) dan Dewi Sifiyah putri sunan gunung jati.
Raden Kosim (sunan Drajat) mempunyai andil berdakwah dengan pendekatan kultural. Raden
Kosim memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Sunan Drajat lebih
mengedepankan tema-tema kepedulian sosial dan kegotongroyongan dalam aktivitas
berdakwah. Raden Kosim senantiasa memberikan teladan dengan memberi pertolongan
kepada kaum lemah. Sunan Drajat sangat memahami bahwa menyantuni anak yatim dan fakir
miskin merupakan sebuah kewajiban yang diperintahkan.
6. Sunan Kalijaga atau Raden Sa’id.
Pada waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Sa’id atau jaka sa’id. Kemudian ia juga
disebut dengan nama Syekh Malaya, Loka jaya, Raden Abdurrahman dan Pangeran Tuban.6
Di dalam Babad Tanah Jawi disebut bahwa Raden said adalah putra Tumenggung Wilatika,
Adipati Tuban. Sedangkan Arya Wilatikta, ayah Sunan Kalijaga, menurut Babad Tuban adalah
putra Arya Teja. Disebutkan pula Arya Teja bukanlah seorang Pribumi Jawa. Ia berasal dari
kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama. Ia berhasil mengislamkan raja
Tuban, Arya Dikara, dan memperoleh seorang putrinya. Dengan jalan ini ia akhirnya berhasil
menjadi kepala negeri Tuban, menggunakan kedudukan mertuanya. Peran Sunan Kalijaga
dalam berdakwah tampak dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan keagamaan maupun
pemerintahan. Sebenarnya pandangan Sunan Kalijaga jika dibanding dengan pandangan
Sunan Ampel maupun Sunan Giri, terhadap sisa-sisa keyakinan lama itu lebih toleran, dalam
arti tidak mau membrantasnya seketika. Sunan kalijaga berpendirian, bahwa rakyat akan lari
begitu dihantam dan diserang pendiriannya. Sikap seperti itu terlihat pada berbagai karyanya
yang kalau dilihat dari kacamata kebudayaan cenderung mengarah pada Akulturasi antara
kebudayaan lama dengan kebudayaan baru, hasil kreasinya kea rah yang lebih islami.

7. Sunan kudus atau Ja’far Shadiq


Sunan kudus adalah putra sunan ngudung, yang dalam tradisi cirebonan disebut sunan
undung. Undung muda adalah putra saudara sultan mesir, dia adalah adik dari Rara Dampul.
Dikisahkan bahwa undung dan Rara Dampul suatu hari melihat bianglala yang sangat indah.
Keduanya tertarik darimana sinar indah itu berasal. Mereka menyusuri bianglala yang
akhirnya sampailah di pusat bumi yang kemudian disebut Cirebon, negara tempat Syarif
Hidayatullah tinggal. Keduanya kemudian menemui Syarif Hidayatullah dan ternyata
keduanya masih sepupu dengannya. Mereka melaporkan bahwa sinar negeri Cirebon terlihat
sampai di Mesir dan mereka berdua kkemudian menyusuri sampai tiba di situ. Rara Dampul
menyampaikan niatnya untuk tinggal di Cirebon sampai akhir hayatnya dan berniat
menghabiskan masa hidupnya untuk berbuat kebajikan Bersama Syarif Hidayatullah. Pemuda
Undung disarankan pergi berguru kepada sunan Ampel dan kemudian ia menjadi murid yang
disayanginya. Sunan Ampel kemudian mengawinkan Undung dengan seorang cucunya yang
bernama syarifah, anak sunan Ampel yang bernama Ny. Ageng Maloka, adik sunan bonang
dan sunan Drajat. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Raden Fatihan atau Ja’far
Shadiq, atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus setelah meninggal. Undung atau Ngundung
mendapat tanggapan baik dari masyarakat majapahit (Jawa Timur) dan Demak, karenanya dia
diangkat menjadi panglima perang. Dia gugur di medan laga melawan Majapahit. Sosok
Sunan Kudus begitu sentral dalam kehidupan warga kudus dan sekitarnya. Kesentralan itu
terwujud dikarenakan sunan Kudus telah memberikan pondasi pengajaran keagamaan dan
upaya budi yang toleran. Beberapa nilai toleransi yang diperlihatkan oleh sunan Kudus
terhadap pengikutnya yakni dengan melarang menyembelih sapi untuk para pengikutnya.
Bukan saja melarang untuk menyembelih, sapi yang notabene halal untuk kaum muslim juga
ditaruh di halaman masjid kala itu. Lama-kelamaan, bermula dari situ, jumlah warga semakin
banyak yang mendatangi masjid sekaligus mendengarkan petuah-petuah Sunan Kudus.

8.Sunan Muria atau Raden Umar Sa’id.


Ada dua versi yang menyatakan asal-usul sunan Muria. Versi pertama menyatakan bahwa
sunan Muria adalah putra sunan kalijaga. Sedang versi kedua, beliau seorang putra Sunan
Ngudung. Jika mengikuti versi pertama, Sunan Muria adalah ipar dari Sunan Kudus. Jika Versi
kedua maka Sunan Muria keponakan Sunan Kalijogo. Sunan Muria, dalam menyebarkan Islam
di Jawa, menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Tradisi yang
ada bukan di babad, melainkan diberi warna Islam. Hal ini terlihat antara lain dalam upacara
selamatan yang dilaksanakan orang Jawa pada waktu itu tetap dipelihara. Sunan Muria
menyebarkan islam pada daerah-daerah Jepara, Tayu, Juana, dan sekitar Kudus. Ini bisa
diketahui dengan legenda dan cerita rakyat di daerah-daerah tersebut yang dikaitkan dengan
kehidupan sunan Muria. Dalam berdakwah, beliau sebagaimana wali-wali lainnya, juga
menciptakan lagu-lagu jawa. Sunan Giri menciptakan lagu Asmaradana dan Pucung, sunan
Kalijaga menciptakan lagu Dhandanggula dan Dhandanggula semarangan, sunan Bonang
menciptakan lagu Durma, Sunan kudus menciptakan lagu maskumambang dan Mijil, Sunan
Drajad menciptakan lagu Pangkur dan akhirnya sunan Muria menciptakan lagu Sinom dan
kinanthi. Dalam dakwah, memang sunan muria menyokong sepenuhnya gaya yang
dilaksanakan oleh Sunan Kalijaga. Sebagaimana dikenal Sunan Kalijaga menggunakan metode
dengan tidak melawan budaya yang ada, melainkan mewarnainya dengan ajaran Islam. Para
wali telah mengubah beberapa lakon pewayangan yang isinya membawa pesan Islam. Lakon-
lakon yang bernafaskan islam yang mereka ubah antara lain: Cerita Dewa Ruci, Jimat
kalimasada, Petruk Dadi ratu, Pandu Pragola, Semar Ambarang Jantur, Mustakaweni,
Sekutrem, Yasa Pusaka, begawan Ciptaning, Bale Sigolo-golo, Wahyu Widayat dan Kresna
Gugah.

9.Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.


Sunan Gunung Jati lahir dari keturunan darah yang sangat terhormat, baik dari jalur ibu
maupun dari jalur ayahnya. Ibunya adalah putri dari raja Pajajaran dan ayahnya adlah raja
Mesir yang masih keturunan nabi Muhammad. Ia juga mempunyai hubungan darah yang
dekat dengan para Walisongo. Salah satu metode Dakwah Sunan Gunung Jati yang cukup
berpengaruh hingga banyak masyarakat Cirebon akhirnya memeluk agama islam adalah
Gamelan sekaten (Gamelan Syahadatain). Tujuan beliau menyebarkan agama islam di
Cirebon menggunakan Gamelan sekaten untuk menarik minat masyarakat setempat. Karena
pada saat itu masyarakat di sekitaran Cirebon menyukai seni pertunjukan. Masyarakat yang
ingin menonton pertunjukan sekaten tidak harus membayar dengan uang atau benda
berharga lainnya. Tetapi cukup membayar dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.Selain
menggunakan metode Gamelan Sekaten yaitu dengan pepatah pepitih. Metode Pepatah
Pepitih ini lebih mengedepankan konsep akhlak dan akidah. Metode ini berisi perkataan
kiasan tentang ajaran dan pandangan hidup, nasihat, teguran, dan lain sebagainya yang
dikemas dengan ajaran agama isalm, dengan tujuan untuk meningkatkan keimanan,
ketakwaan, akhlak, dan hal-hal baik sesuai ajaran agama islam. Salah satu contoh Pepatah
Pepitih yang disampaikan oleh Sunan Gunung Jati yaitu: Insin titip tajug lan fakir miskin.
Adapun makna insun titip tajug yakni pendidikan agama ditujukan agar manusia harus belajar
wudiu, shalat, berdo’a, dan belajar memahami alqur’an. Sedangkan makna fakir miskin yakni
selama beberapakita hidup berkecukupan alangkah baiknya kita menyantuni fakir miskin.
Selain menggunakan dua metode diatas Sunan Gunung Jati juga menggunakan metode
lainnya yaitu: melalui jalur perdagangan, pernikahan, politik dan Pendidikan. Setelah
melewati proses dakwah dengan penuh rintangan, akhirnya Sunan Gunung Jati berhasil
menyebarkan agama Islam hingga ke seluruh wilayah Jawa Barat.

Kesimpulan
Berkembangnya agama Islam di Indonesia memeiliki beberapa teori. Diantaranya ialah, teori
Arab, teori China, teori Gujarat, dan teori Persia. Sebelum agama Islam tersebar di Indonesia,
para penduduknya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Dari berbagai teori
diatas, memiliki ragam corak yang berbeda pada metode penyampaian dakwahnya. Selain itu
meninggalkan sejarah yang berbeda pula. Pada abad ke-7 Islam dibawa masuk ke Indonesia
oleh para musafir dari Arab. Salah satu bukti masuknya agama Islam yang dibawa dari Arab
ialah adanya desa Arab di daerah Sumatera bagian utara. Para musafir dari Arab datang ke
Indonesia melalui jalur perdagangan dan dilanjutkan menyebarkan ajaran Islam dalam dunia
perdagangan. Pada abad ke-9 Indonesia kembali menerima dakwah Islam dari China yang
kemudian disebut dengan teori China. Dalam teori China terdapat bukti adanya gelar nama
China pada raja-raja Islam di Demak. Berkembangnya Islam di Indonesia juga tak lepas dari
peran Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Dalam penyampaiannya pun
menggunakan metode yang berebeda-beda. Misalnya dengan metode lagu-lagu Jawa seperti
Sunan Giri yang menciptakan lagu Asmaradana. Ada juga yang melalui metode wayang.
Metode tersebut dipakai oleh Sunan Bonang. Beliau juga menggunakan suluk dalam gaya
bahasa Jawa dalam metode dakwahnya.Oleh sebab itu, Indonesia memiliki ragam budaya
dalam agama Islam. Lakon permainan wayang masih eksis sampai saat ini dan terus
dibudidayakan oleh warga Indonesia.

Daftar pustaka

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan :Kencana.2005 Budiman, Amen.
Walisongo Antar Legenda Dan Fakta Sejarah. Semarang:Tanjung Sari.1982 Babad Demak. Koleksi
Perpustakaan Mangkunegara

Khamzah, M. Modul Sejarah Kebudayaan Islam. Tasikmalaya:CV.Arifandi Lembaga Riset dan Survei
IAIN Walisongo Semarang. Bahan-bahan sejarah Islam di Jawa Tengah Bagian Utara. Laporan
Penelitian.1982 Sofwan, Ridin dkk. Islamisasi Di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2000

Sulendraningrat,PS. Buku Bacaan Dan Sastra Indonesia Dan Daerah. Jakarta:Sejarah Cirebon. 1978

Anda mungkin juga menyukai