3
Beberapa teori :
Teori pertama mengungkapkan bahwa Agama
Islam masuk ke Nusantara berasal dari Persia.
Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa di
Sumatera bagian utara (Aceh) terdapat
perkumpulan orang orang Persia sejak abad
ke-15. Marrison juga menguatakan teori
pertama ini dengan dasar adanya pengaruh
Persia yang jelas dalam kosakata kesusateraan
Melayu. Kedatangan ulama besar bernama
Al-Qadhi Amir Sayyid as-Syirazi dari Persia
di Kerajaan Samudera Pasai ikut juga sebagai
pengyat dan penegas teori Persia. 4
Teori kedua berpendapat bahwa agama Islam masuk
ke Nusantara berasal dari negara India. Snouck
Hurgronje (Belanda) misalnya mengungkapkan bahwa
agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari kota
Dakka, India. Walau berbeda dengan Snouck
Hurgronje ahli sejarah lain yaitu Pijnappel dan
Moquette keduanya juga sama dari Belanda ini
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Nusantara
berasal dari Gujarat dan Malabar, India. Pembawanya
adalah orang Arab yang telah lama tinggal di wilayah
tersebut. Penggagas teori kedua ini mendasarkan
penelitiaanya pada kesamaan mazhab yang dianut
oleh kaum muslimin di Nusantara dan di Gujarat.
5
Di samping itu Moquette menguatkan teori Islam Nusantara
berasal dari Gujarat (India), dengan hasil penelitiannya
terhadap batu nisan di kedua wilayah tersebut. Menurutnya,
ada persamaan mencolok dan jelas antara batu nisan di Pasai
yang tertulis tanggal 17 Zulhijah 831 H / 27 September 1428
M dan batu nisan syekh Maulana Malik Ibrahim( salah satu
wali songo) di Gresik dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.
Atas dasar penemuan itulah, Moquette menegaskan bahwa
Islam di Nusantara berasal dari Gujarat. Teori Islam Nusantara
ini juga diperkuat oleh Fatimi. Ia menyatakan bahwa Islam
berasal dari Bengal. Hasil penelitian Fatimi atas batu nisan
Malik al-Saleh diketemukan adanya banyak persamaan antara
batu nisan tersebut dengan batu nisan di Bengal. Fatimi juga
menguatkan pendapatnya dengan menandaskan bahwa
kebanyakan para tokoh di Pasai adalah orang Bengal atau
keturunan dari mereka.
6
Menurut pendapat Morisson; agama Islam masuk ke
Nusantara dibawa oleh orang-orang dari Pantai
Coromandel. Pendapat yang sama sebelumnya pernah
dikemukakan oleh Arnold. Ia mendasarkan
penelitiannya pada kesamaan mazhab antara kaum
muslimin dari Pantai Coromandel (juga Malabar) dan
Nusantara, yakni kebanyakan mengikuti mazhab
Syafi’iyah. Namun, Arnold mengakui juga bahwa
Coromandel dan Malabar tidaklah satu-satunya asal-
usul Islam masuk ke Nusantara. Ia perpendapat bahwa
Islam Nusantara juga berasal dari negara Arab. Teori
Arnold yang menyatakan bahwa Islam berasal dari
India dan Arab sekaligus juga pernah dikemukakan oleh
sejarawan yang bernama Crawford.
7
Teori ketiga Menurut sejarawan, Keijzer memiliki analisis yang berbeda, menurut
nya, Agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari Mesir. Ia mendasarkan
teorinya pada kesamaan mazhab, yaitu mazhab Syafi’iyah. Sementara itu,
Niemann dan de Holander menyatakan Hadramaut sebagai tempat Islam berasal.
Pada umumnya, para ahli di Indonesia setuju teori Arab ini.
8
Proses Penyebaran Islam di Indonesia
9
3. Politik. Seorang raja tentu saja mempunyai
kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memgang peran yang penting dalam proses
Islamisasi. Pada saat seorang raja memeluk
agama Islam, maka rakyat juga akan
berbondong-bondong mengikuti jejak rajanya
memeluk agama Islam. Telah dimaklumi
masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan
yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi
panutan bahkan menjadi contoh bagi
rakyatnya.
10
4. Pendidikan. Seluruh da'i, ulama, guru-guru agama, ataupun
para Kyai juga memegang peranan penting dalam penyebaran
agama Islam dan kebudayaan Islam. Mereka menyebarkan
Islam melalui jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren.
5. Kesenian. Penyebaran Agama Islam melalui kesenian dapat
dilakukan dengan mengadakan pertunjukan seni gamelan da
Wayang . Cara seperti ini banyak ditemui di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dan lain-lain.
6. Tasawuf. Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam
kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang
membantu masyarakat, diantaranya ahli dalam menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif meyiarkan dan
mengajarkan ajaran Islam.
11
Penyebaran Islam melalui kekuasaan
1. Kerajaan Islam Samudera Pasai
Kerajaan Islam Samudera Pasai adalah kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam
diperkirakan sekitar awal atau pertengahan abad ke-13 M.
sebagai hasil proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang
pernah disinggahi oleh para pedagang muslim sejak abad ke-7
M, dan seterusnya. Raja pertamanya adalah Malik al-Sholeh.
Pulau Sumatera adalah daerah Nusantara yang paling awal
melakukan kontak dengan para saudagar muslim. Sebelum
sampai di Cina, para pedagang dari Arab, Persia, dan India
singgah di pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai
Sumatera. Pada saat yang sama kerajaan Sriwijaya sedang
mengalami kemunduran, pusat-pusat pelabuhan dagang terus
bergeser kearah utara.
12
2. Kerajaan Islam Demak
Kerajaan Islam Demak didirikan atas prakarsa para Wali. Di
bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat
mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan
Demak, ia mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagana. Raden Patah
dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam
persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para wali. Sebelum
Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah asal
(kekuasaan) Majapahit yang didirikan raja Majapahit kepada
Raden Patah. Daerah ini semakin lama berkembang menjadi
daerah yang ramai dan pusat perkembangan agama Islam yang
diselenggarakan para Wali.
13
3. Kerajaan Islam Mataram
Setelah permohonan Senopati Mataram
atas penguasa Pajang berupa pasukan
kerjaan dikabulkan, keinginannya untuk
menjadi raja sebenarnya sudah terpenuhi,
sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan
seperti itu berarti penyerahan kekuasaan.
Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.
Sepeninggalnya, ia digantikan oleh
puteranya Seda Ing Krapyak digantikan
oleh puteranya, Sultan Agung (1613 – 1646 M).
14
Kontribusi Walisongo
16
Raden Rahmat atau Sunan Ampel
(Campa, Aceh 1401 – Tuban Jawa Timur 1481)
17
c. Maulana Makhdum Ibrahim atau
Sunan Bonang, (Ampel Denta,
Surabaya 1465 – Tuban 1525)
23
i. Syarif Hidayatullah atau
Fatahillah atau Sunan Gunung Jati,
(wafat: Gunung Jati, Cirebon, 1570)
25
2. Syamsuddin as-Sumatrani
26
3. Nuruddin ar-Raniri
34
3. Ajaran Islam tidak mengenal pembedaan derajat
manusia berdasarkan kasta / gelar. Tinggi rendahnya
derajat hanya ditentukan berdasarkan tingkat
ketakwaan kepada Allah. Selain menunjukkan sifat
demokratis, ini juga menunjukkan adanya persamaan
dalam ajaran Islam.
4. Pendekatan persuasif dan cara yang simpatik
sebagai cara alternatif dalam berdakwah, seperti
melalui jalur perdagangan, kesenian, dan budaya.
Penaklukan dengan kekuatan militer kadang kala
dilakukan, tetapi ini tidak cara yang dominan tetapi
kalau memang sudah tidak ada jalan lain.
35
5. Para ulama selaku pelaku dakwah
mampu menampilkan kepribadian yang
luhur. Keutamaan sifat ini mampu
menarik simpati dan kekaguman
masyarakat, sehingga mereka secara
sukarela masuk agama Islam.
Keseluruhan ajaran Islam dipandang
sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
36