Anda di halaman 1dari 36

Standar Kompetensi :

Memahami Perkembangan Islam


di Indonesia

Kompetensi Dasar 1 dan 2


1. Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
2. Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-
tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia
Indikator Hasil Belajar
 Menjelaskan proses masuknya islam ke indonesia
 Menjelaskan pengaruh islam terhadap peradaban
bangsa Indonesia
 Menyebutkan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
 Mengidentifikasi peninggalan-peninggalan
kerajaan islam
 Menyebutkan ulama-ulama awal dalam penyebarab
islam di Indonesia dan
nama-nama walisongo.
 Menjelaskan peranan walisongo dalam
pengembangan islam di Indonesia
2
Over.... Materi Pembelajaran
ISLAM DI INDONESIA  
1. Asal usul Islam masuk Nusantara
1 2 3
2. Proses Penyebaran Islam di Indonesia
3. Penyebaran Islamb melalui Kekuasaan
4 5 6 4. Kontribusi Wali Songo
5. Kiprah Ulama’ Awal di Nusantara
6. Pengaruh Islam terhadap Peradaban
7 Nusantara
7. Belajar dari sejarah

3
Beberapa teori :
Teori pertama mengungkapkan bahwa Agama
Islam masuk ke Nusantara berasal dari Persia.
Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa di
Sumatera bagian utara (Aceh) terdapat
perkumpulan orang orang Persia sejak abad
ke-15. Marrison juga menguatakan teori
pertama ini dengan dasar adanya pengaruh
Persia yang jelas dalam kosakata kesusateraan
Melayu. Kedatangan ulama besar bernama
Al-Qadhi Amir Sayyid as-Syirazi dari Persia
di Kerajaan Samudera Pasai ikut juga sebagai
pengyat dan penegas teori Persia. 4
Teori kedua berpendapat bahwa agama Islam masuk
ke Nusantara berasal dari negara India. Snouck
Hurgronje (Belanda) misalnya mengungkapkan bahwa
agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari kota
Dakka, India. Walau berbeda dengan Snouck
Hurgronje ahli sejarah lain yaitu Pijnappel dan
Moquette keduanya juga sama dari Belanda ini
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Nusantara
berasal dari Gujarat dan Malabar, India. Pembawanya
adalah orang Arab yang telah lama tinggal di wilayah
tersebut. Penggagas teori kedua ini mendasarkan
penelitiaanya pada kesamaan mazhab yang dianut
oleh kaum muslimin di Nusantara dan di Gujarat.
5
Di samping itu Moquette menguatkan teori Islam Nusantara
berasal dari Gujarat (India), dengan hasil penelitiannya
terhadap batu nisan di kedua wilayah tersebut. Menurutnya,
ada persamaan mencolok dan jelas antara batu nisan di Pasai
yang tertulis tanggal 17 Zulhijah 831 H / 27 September 1428
M dan batu nisan syekh Maulana Malik Ibrahim( salah satu
wali songo) di Gresik dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.
Atas dasar penemuan itulah, Moquette menegaskan bahwa
Islam di Nusantara berasal dari Gujarat. Teori Islam Nusantara
ini juga diperkuat oleh Fatimi. Ia menyatakan bahwa Islam
berasal dari Bengal. Hasil penelitian Fatimi atas batu nisan
Malik al-Saleh diketemukan adanya banyak persamaan antara
batu nisan tersebut dengan batu nisan di Bengal. Fatimi juga
menguatkan pendapatnya dengan menandaskan bahwa
kebanyakan para tokoh di Pasai adalah orang Bengal atau
keturunan dari mereka.
6
Menurut pendapat Morisson; agama Islam masuk ke
Nusantara dibawa oleh orang-orang dari Pantai
Coromandel. Pendapat yang sama sebelumnya pernah
dikemukakan oleh Arnold. Ia mendasarkan
penelitiannya pada kesamaan mazhab antara kaum
muslimin dari Pantai Coromandel (juga Malabar) dan
Nusantara, yakni kebanyakan mengikuti mazhab
Syafi’iyah. Namun, Arnold mengakui juga bahwa
Coromandel dan Malabar tidaklah satu-satunya asal-
usul Islam masuk ke Nusantara. Ia perpendapat bahwa
Islam Nusantara juga berasal dari negara Arab. Teori
Arnold yang menyatakan bahwa Islam berasal dari
India dan Arab sekaligus juga pernah dikemukakan oleh
sejarawan yang bernama Crawford.

7
Teori ketiga Menurut sejarawan, Keijzer memiliki analisis yang berbeda, menurut
nya, Agama Islam masuk ke Nusantara berasal dari Mesir. Ia mendasarkan
teorinya pada kesamaan mazhab, yaitu mazhab Syafi’iyah. Sementara itu,
Niemann dan de Holander menyatakan Hadramaut sebagai tempat Islam berasal.
Pada umumnya, para ahli di Indonesia setuju teori Arab ini.

Berdasarkan hasil seminar Nasional masuknya Islam ke Nusantara yang diadakan


tahun 1969 dan tahun 1978, mereka menyimpulkan bahwa agama Islam masuk
ke Nusantara pada abad VII M dan langsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama
kali disinggahi adalah pesisir Sumatera. Agama Islam disebarkan oleh para
saudagar muslim yang juga bertidak sebagai muballigh, dan dilakukan dengan cara
damai.

8
Proses Penyebaran Islam di Indonesia

1. Perdagangan. Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para


pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian
dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekwensi logisnya
menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia
dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, Sebagai seorang
muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang
Islam juga menyampaikan dan megajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada orang lain.

2. Perkawinan. Para pedagang muslim melakukan aktifitas


perdagangan dalam waktu yang cukup lama, banyak dari
mereka yang tinggal dalam waktu yang cukup lama dalam
suatu daerah. Keadaan inilah yang mempererat hubungan
mereka dengan penduduk pribumi atau dengan kaum
bangsawan pribumi.

9
3. Politik. Seorang raja tentu saja mempunyai
kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memgang peran yang penting dalam proses
Islamisasi. Pada saat seorang raja memeluk
agama Islam, maka rakyat juga akan
berbondong-bondong mengikuti jejak rajanya
memeluk agama Islam. Telah dimaklumi
masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan
yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi
panutan bahkan menjadi contoh bagi
rakyatnya.

10
4. Pendidikan. Seluruh da'i, ulama, guru-guru agama, ataupun
para Kyai juga memegang peranan penting dalam penyebaran
agama Islam dan kebudayaan Islam. Mereka menyebarkan
Islam melalui jalur pendidikan, yaitu dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren.
5. Kesenian. Penyebaran Agama Islam melalui kesenian dapat
dilakukan dengan mengadakan pertunjukan seni gamelan da
Wayang . Cara seperti ini banyak ditemui di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dan lain-lain.
6. Tasawuf. Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam
kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang
membantu masyarakat, diantaranya ahli dalam menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif meyiarkan dan
mengajarkan ajaran Islam.
11
Penyebaran Islam melalui kekuasaan
1. Kerajaan Islam Samudera Pasai
Kerajaan Islam Samudera Pasai adalah kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam
diperkirakan sekitar awal atau pertengahan abad ke-13 M.
sebagai hasil proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang
pernah disinggahi oleh para pedagang muslim sejak abad ke-7
M, dan seterusnya. Raja pertamanya adalah Malik al-Sholeh.
Pulau Sumatera adalah daerah Nusantara yang paling awal
melakukan kontak dengan para saudagar muslim. Sebelum
sampai di Cina, para pedagang dari Arab, Persia, dan India
singgah di pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai
Sumatera. Pada saat yang sama kerajaan Sriwijaya sedang
mengalami kemunduran, pusat-pusat pelabuhan dagang terus
bergeser kearah utara.

12
2. Kerajaan Islam Demak
Kerajaan Islam Demak didirikan atas prakarsa para Wali. Di
bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat
mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan
Demak, ia mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagana. Raden Patah
dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam
persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para wali. Sebelum
Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah asal
(kekuasaan) Majapahit yang didirikan raja Majapahit kepada
Raden Patah. Daerah ini semakin lama berkembang menjadi
daerah yang ramai dan pusat perkembangan agama Islam yang
diselenggarakan para Wali.

13
3. Kerajaan Islam Mataram
Setelah permohonan Senopati Mataram
atas penguasa Pajang berupa pasukan
kerjaan dikabulkan, keinginannya untuk
menjadi raja sebenarnya sudah terpenuhi,
sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan
seperti itu berarti penyerahan kekuasaan.
Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.
Sepeninggalnya, ia digantikan oleh
puteranya Seda Ing Krapyak digantikan
oleh puteranya, Sultan Agung (1613 – 1646 M).
14
Kontribusi Walisongo

Terdapat beberapa bentuk budaya lama


telah dimodifikasi para wali, misalnya:
1.Sunan Kalijaga membolehkan
pembakaran kemenyan
2. Sunan Kudus melarang penyembelihan
lembu bagi masyarakat muslim di Kudus
3. Para wali mengadopsi bentuk atap masjid
yang bersusun tiga, yang merupakan
peninggalan tradisi lama (Hindu)
15
a. Maulana Malik Ibrahim
atau Sunan Gresik

Pada akhir abad ke-14, Maulana Malik Ibrahim


datang dan mendarat di pantai Jawa Timur
yang disertai beberapa orang kawan dekatnya
untuk selanjutnya bermukim di Gresik. Maulana Malik Ibrahim
adalah keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad saw.
dan saudara sepupu Raja Chermen (menurut sebagian pendapat
Chermen berasal dari India, namun sebagian lagi menyebutnya
dari Sumatera). Kehadiran Maulana Malik Ibrahim disertai Raja
Chermen untuk mengislamkan Raja Majapahit. Kegiatan
dakwah Islam di Jawa dipandang sukses ketika dilakukan oleh
Maulana Malik Ibrahim

16
Raden Rahmat atau Sunan Ampel
(Campa, Aceh 1401 – Tuban Jawa Timur 1481)

Raden Rahmat adalah putra Sunan Gresik dari istrinya


yang bernama Dewi Candrawulan. Raden Rahmat sebagai penerus
perjuangan ayahnya dalam menyebarkan agama Islam di tanah
Jawa.
Untuk melancarkan misi dakwahnya pada tahap awal, Raden
Rahmat membangun pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
Pada pesantren yang diasuhnya Raden Rahmat mendidik kader-
kader da'i yang kemudian disebar ke seluruh Jawa. Sunan Ampel
telah mendidik murid-murid yang terkenal antara lain Raden
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Syarifudin (Sunan Drajat)
yang tak lain keduanya adalah putra Sunan Ampel sendiri, Maulana
Ishak (penyebar Islam di Blambangan), Raden Paku (Sunan Giri),
dan Raden Patah (Sultan Demak),

17
c. Maulana Makhdum Ibrahim atau
Sunan Bonang, (Ampel Denta,
Surabaya 1465 – Tuban 1525)

Maulana Makhdum Ibrahim adalah putra dari Sunan


Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati.
Maulana Makhdum Ibrahim merupakan sepupu dari
Sunan Kalijaga yang banyak dikenal sebagai
pencipta gending pertama.
Sebelum terjun dimedan Dakwah, Maulana
Makhdum Ibrahim banyak belajar di Pasai,
kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana
Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah
Tuban.
18
d. Raden Mas Syahid atau
Sunan Kalijaga (Tuban akhir abad ke-14 –
Demak pertengahan abad ke-15)

Raden Mas Syahid atau dikenal dengan


panggilan Sunan Kalijaga, beliau juga
dijuluki Syekh Malaya. Ayahnya
bernama Raden Sahur Tumenggung
Wilatikta yang menjadi bupati Tuban,
sedangkan ibunya bernama Dewi
Nawang Rum.
19
e. Raden Paku atau Sunan Giri,
(Blambangan, pertengahan
abad ke-15 awal abad ke-16)

Raden Paku adalah putra dari Syekh Maulana Ishak (murid


Sunan Ampel). Raden Paku dan dikenal dengan sebutan Sunan
Giri adalah saudara ipar dari Raden Fatah, dikarenakan istri
mereka bersaudara.
Pada saat ayah Raden Paku mengembara untuk memperdalam
ilmu di Pasai, Raden Paku di bawah asuahan seorang wanita
kaya raya yang bernama Nyai Gede Maloka atau Nyai Ageng
Tandes. Setelah Menginjak dewasa, Raden Paku menimba
ilmu di Pesantren Ampel Denta (Surabaya) milik Sunan
Ampel . Di sini ia bertemu dan bertaman baik dengan putra
Sunan Ampel yang bernama Maulana Makdum Ibrahim
(Sunan Bonang).
20
f. Raden Kosim atau Syarifuddin atau
Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya,
1470 – Sedayu, Gresik, pertengahan abad ke-16)

Raden Kosim atau Syarifuddin lebih dikenal dengan panggilan Sunan


Drajat. Masyarakat mengenalnya juga sebagai Sunan Sedayu, karena ia
dimakamkan di dekat Kota Sedayu ( kuarang lebih 30 Km dari Sedayu).
Raden Kosim adalah putra Sunan ampel dari istri kedua yang bernama
Dewi Candrawati. Raden Kosim mempunyai enam saudara seayah-seibu,
diantaranya Siti Syareat (istri R. Usman Haji), Siti Mutma’innah (istri R.
Muhsin), Siti Sofiah (istri R. Ahmad, Sunan Malaka) dan Raden Maulana
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Di samping itu, ia mempunyai dua
orang saudara seayah lain ibu, yaitu Dewi Murtasiyah (istri R. Fatah) dan
Dewi Murtasimah (istri R. Paku atau Sunan Giri). Sedangkan istri Sunan
Drajat, yaitu Dewi Sifiyah putri Sunan Gunung Jati. (Achmadi Wahid, dkk,
2006, hal 152)
Raden Kosim [Sunan Drajat] mempunyai andil berdakwah dengan
pendekatan kultural. Ia menciptakan tembang Jawa yang sampai sekarang
ini masih banyak disenangi masyarakat, yaitu tembang Pangkur, dan
Cariosipun Jaka Pertaka.
21
g. Ja’far Sadiq atau
Sunan Kudus,
(abad ke-15 – Kudus 1550)

Ja’far Sadiq atau Raden Undung, dikenal dengan


panggilan Sunan Kudus, beliau juga dijuluki
Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak
sebagai pimpinan Jama’ah Haji (Amir).. Dikenal
sebagai seorang pujangga yang luas dan
mendalam ilmunya.
Ja’far Sadiq [Sunan Kudus] adalah putra Raden
Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di
daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah.
22
h. Raden Umar Said atau
Sunan Muria
(abad ke-15 – abad ke-16)

Raden Umar Said dikenal dengan


panggilan Sunan Muria, sebab pusat kegiatan dakwah
ataupun makamnya terletak di Gunung Muria (sekitar 18
km sebelah utara Kota Kudus). Beliau adalah putra
Sunan Kalijaga, semasa kecil ia biasa dipanggil R.
Prawoto. Sunan Muria juga merupakan pendukung setia
Kesultanan Demak dan ikut andil dalam pendirian
Masjid Demak. Beliau memiliki karya tulis yang masih
digemari hingga saat ini, yaitu tembang sinom dan
kinanti.

23
i. Syarif Hidayatullah atau
Fatahillah atau Sunan Gunung Jati,
(wafat: Gunung Jati, Cirebon, 1570)

Syarif Hidayatullah atau Fatahillah


dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
Beliau adalah salah seorang dari Walisongo
yang banyak memberikan kontribusi dalam
menyebarkan agama Islam di pulau Jawa,
khususnya di daerah Jawa Barat. Syarif
Hidayatullah dikenal sebagai pendiri
Kesultanan Cirebon dan Banten.
24
Kiprah Ulama’ Awal di Nusantara
 
1. Hamzah Fansury
Hamzah Fansury lahir di Sumatera Utara,
dikenal sebagai tokoh tasawuf dari Aceh. Ia hidup
antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17
M. Tokoh sufi inidi tanah air terkenal membawa
paham Wahdatul Wujud, yang diambil dari
pemikiran Ibnu Arabi. Keluarganya diketahui
telah lama dan turun-temurun tinggal di kota
Fansur (Barus), sebuah kota pantai di Sumatera.

25
2. Syamsuddin as-Sumatrani

Syekh Syamsuddin bin Abdillah as-


Sumatrani, atau sering dipanggil
Syamsuddin Pasai adalah seorang ulama
besar dan tokoh tasawuf yang berasal dari
Aceh. Syekh Syamsuddin bin Abdillah as-
Sumatrani dikenal sebagai Syekhul Islam di
Kesultanan Aceh pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

26
3. Nuruddin ar-Raniri

Nuruddin ar-Raniri memiliki nama


lengkap Nuruddin Muhammad bin Ali bin
Hasanji bin Muhammad bin Hamid ar-
Raniri al-Quraisyi asy-Syafi’i. Ia lahir
sekitar pertengahan abad ke-16 di Ranir
(sekarang Rander) di daerah Gujarat,
India, dan meninggal pada tanggal 22
Zulhijah 1069 H atau bertepatan dengan
21 September 1658 M.
27
4. Nawawi al-Bantani

Syekh Nawawi al-Bantani telah mampu menghasikan


tulisan sejumlah 115 buah. Ada sumber lain
menyebutkan 99 buah, yang membahas berbagai
disiplin ilmu. Dan dari bidang ilmu tauhid antara lain
terbit kitab Fath al-Majid (Pembuka bagi Yang
Mulia), Dalam bidang fikih terbit Sullam al-Munajah
(Tangga untuk Mencapai Keselamatan)
Nawawi al-Bantani nama lengkapnya yaitu
Nawawi bin Umar bin Arabi. Di lingkungan
keluarganya, ia dikenal dengan sebutan Abu Abdul
Mu’ti. Nawawi al-Bantani lahir di Banten pada tahun
1813 M dan meninggal pada tahun 1897 M di Mekah.
28
 5. Syekh Ahmad Khatib as-Sambasi

Syekh Ahmad Khatib Sambasi nama


belakangnya sambasi yang artinya adalah
putral dari Sambas, Kalimantan. Ia adalah
seorang ahli tarekat dan mendirikan Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah yang banyak kita
jumpai dan tersebar di tanah Air. Ahmad
Khatib lahir di Kalimantan. Tanggal lahirnya
tidak terlacak secara pasti. Masa hidupnya
lebih banyak dihabiskan di Mekah hingga
wafatnya pada tahun 1878 M
29
Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Nusantara

1. Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan


masjid diutamakan sebagai rumah ibadah sekaligus
pusat kegiatan umat. Banyak masjid yang didirikan
oleh para wali yang mengembangkan gaya
arsitektur yang indah dengan sentuhan etnik dan
budaya lokal, contohnya, dalam pembangunan
Masjid Agung Demak, Masjid Agung Kasepuhan
Cirebon, Masjid Agung Banten, Menara Kudus, dan
Masjid Agung Baiturrahim Aceh. Keindahan
arsitektur maupun ornamennya merupakan
khazanah kebudayaan yang harus dijaga
kelestariannya
30
2. Dalam bidang seni dan budaya, para
wali, ulama, dan mubalig mampu
membangun keharmonisan antara budaya
atau tradisi lama dengan ajaran Islam.
Kita mengenal di tanah Jawa wayang yang
berdasar cerita Hindu Ramayana dan
Mahabarata sebagai sarana dakwah para
wali dan mubalig. Wayang merupakan
peninggalan tradisi lama diolah dan
duterjemah kembali oleh para wali dengan
mengganti isinya dengan ajaran Islam.
31
3. Bidang adat-istiadat yang berkembang
di Indonesia banyak terpengaruh oleh
peradaban Islam. Di antaranya adalah
ucapan salam kepada setiap kaum muslim
yang dijumpai, atau penggunaannya
dalam acara-acara resmi pemerintah.
Misalnya presiden kita jika ingin
berbicara baik di dalam forum resmi atau
tidak, selalu menggunakan ucapan salam
berupa kalimat “Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh” dan
banyak lagi yang lainnya 32
4. Dalam bidang politik, ketika kerajaan-
kerajaan Islam mengalami masa kejayaan,
banyak sekali unsur politik Islam yang
berpengaruh dalam sistem politik
pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam.
Misalnya tentang konsep kholifatullah fil
ardli dan dzillullah fi ardli. Kedua konsep
ini diterapkan pada pemerintah kerajaan
Islam Aceh Darussalam dan kerajaan
Islam Mataram.
33
E. Belajar dari Sejarah

1. Kesuksesan dakwah Islam di Indonesia ini antara lain


disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
Berdakwah merupakan kewajiban sebagaimana pesan Rasulullah
saw :
‫َب لِّ ُغ ْوا َع ِّنى َو َل ْو أ َي ًة‬
“Sampaikan dariku walaupun satu ayat”.
Hadits ini menjadi motivasi bagi setiap muslim bahwa dakwah
merupakan kewajiban dan panggilan jiwa.
2. Masuk Islam memerlukan persyaratan sangat mudah, aktifitas
ibadah di dalam agama Islam cukup mudah dan tidak memberatkan,
tidak membutuhkan biaya besar, sehingga bisa diterima oleh semua
lapisan masyarakat.

34
3. Ajaran Islam tidak mengenal pembedaan derajat
manusia berdasarkan kasta / gelar. Tinggi rendahnya
derajat hanya ditentukan berdasarkan tingkat
ketakwaan kepada Allah. Selain menunjukkan sifat
demokratis, ini juga menunjukkan adanya persamaan
dalam ajaran Islam.
4. Pendekatan persuasif dan cara yang simpatik
sebagai cara alternatif dalam berdakwah, seperti
melalui jalur perdagangan, kesenian, dan budaya.
Penaklukan dengan kekuatan militer kadang kala
dilakukan, tetapi ini tidak cara yang dominan tetapi
kalau memang sudah tidak ada jalan lain.

35
5. Para ulama selaku pelaku dakwah
mampu menampilkan kepribadian yang
luhur. Keutamaan sifat ini mampu
menarik simpati dan kekaguman
masyarakat, sehingga mereka secara
sukarela masuk agama Islam.
Keseluruhan ajaran Islam dipandang
sesuai kepribadian bangsa Indonesia.

36

Anda mungkin juga menyukai