Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam tersebar keseluruh penjuru dunia dengan cepat. Dalam waktu ± 23


tahun, islam sudah tersebar ke seluruh jazirah arabia berkat dakwah nabi
Muhammad SAW. Cepatnya penyebaran islam itu tidak berarti bahwa dakwah
yang dilakukkan nabi berjalan mulus begitu saja. Banyak halangan dan rintangan
berat yang dihadapi beliau dari kaum kafir Quraisy.

Semenjak Rasulullah meninggal, banyak sahabat beliau yang melanjutkan


dakwah dan menyebarkan agama islamke seluruh penjuru dunia.
Begitupun di Indonesia, agama Islam masuk melalui perdagangan oleh pedagang
asal India. Sejak saat itulah bermunculan para ulama besaryang menyebarkan
Islam ke seluruh nusantara. Salah satunya adalah Wali songo.

Para ulama, juru dakwah, atau mubaligh yang pantas dijadikan contoh
amar ma’ruf-nahi munkar di tanah Jawa adalah Wali Songo. Mereka adalah orang
yang berhasil menyebarluaskan Islam baik di lingkungan pesantren, penguasa
kerajaan, maupun orang biasa.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana peran Wali Songo dalam
peradaban Islam di Indonesia perlu diadakan pembahasan mengenai hal itu.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana Proses masuknya islam Ke Isndonesia?

2. Bagaimana kerajaan atau kesultanan islam yang pernah ada di Indonesia?

3. Bagaimana peran wali songo dan Ulama penyebar Islam.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses masuknya islam ke indonesia.

2. Untuk memahami kerajaan islam yang pernah ada di indonesia.

3. Untuk mengetahui peran wali songo dan ulama penyebar Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Islam ke Indonesia


Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan
Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama
Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam
telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian
pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga
Nusantara.
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang
terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut
membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara
untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka.
Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para

2
pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam
kepada penduduk lokal.1
1. Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia2
Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun
begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia
karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Setidaknya
ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke
Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
1. Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini
menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-
13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
2. Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini
menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia
(sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan
masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah
bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh
orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia
langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7.
Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa
pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai
barat Sumatera.

1 Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,

2007), Cet. 1.Hal. 33

2 Ibid Hal. 35

3
Sebuah batu nisan berhuruf Arab milik seorang wanita muslim bernama
Fatimah Binti Maemun yang ditemukan di Sumatera Utara dan diperkirakan
berasal dari abad ke-11 juga menjadi bukti bahwa agama Islam sudah masuk
ke Indonesia jauh sebelum abad ke-13.3
2. Proses Masuknya Islam di Indonesia4
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan
cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih
dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak
membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil
dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama
kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan
mulai memeluk agama Islam.
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan
dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut.
1. Melalui Cara Perdagangan5
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan
antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat
strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat
karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para
pedagang muslim.
Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak
yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para
pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari
3 Opcit.

4 Sunarto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2007).Hal. 17

5 Ibid. Hal 20

4
negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang
atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran
penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
2. Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai
kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa
pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para
pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih
dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan
penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat
islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok
yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang
telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan
Islam di kampung masing-masing.
4. Melalui Kesenian6
Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam
kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh
terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam.
Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata
atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.

B. Kerajaan Islam Yang Ada Di Indonesia

6 Op cit

5
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan
bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam.
Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat
terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar
Maluku bagian selatan.

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan


sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia
datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan
menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya
menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik
monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk
kesejahteraan masyarakat.

C. Peran Wali Songo Dan Ulama Penyebar Islam

Ada sembilan ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di
tanah Jawa. Mereka dikenal dengan sebutan “Wali Songo” Wali Songo
mengambangkan agama Islam menjelang dan setelah runtuhnya kerajaan
Majapahit, atau sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16. Dalam Babad Tanah Jawi
dikatakan bahwa dalam berdakwah, para Wali ini dianggap sebagai kepala
kelompok mubaligh untuk daerah penyiaran tertentu.24

Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam


kehidupan politik pemerintahan. Karena itu, mereka diberi gelar “Sunan”
(Susuhunan; junjungan) gelar yang biasa digunakan untuk para raja di Jawa.

24 Hariwijaya, H, S.S, Drs, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, Sleman, Pustaka Insan Madani,

2007.Hal .18

22
1. Wali Songo dan Dakwah Islam25

Dalam menyiarkan Islam, Wali Songo tidak hanya akrab dengan


masyarakat umum, tetapi juga dengan penguasa kerajaan. Ketika menyiarkan
Islam, mereka menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat
setempat. Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam kesenian tersebut.
Karena itu, upaya mereka terasa tidak asing dan sangat komunikatif bagi
masyarakat setempat. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya
mengembangkan agama Islam, tetapi juga memperkaya kandungan budaya
Islam.

Syiekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik Beliau juga dikenal
dengan sebutan syiekh Magribi, karena ia diduga berasal dari wilayah Magribi
(afrika Utara). Namun, hingga saat ini tidak diketahui secara pasti sejarah
tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia diperkirakan lahir sekitar
pertengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga muslim yang taat, dan belajar
agama sejak kecil. Meskipun demikian, tidak diketahui siapa gurunya hingga
ia kemudian mejadi seorang ulama.26

Sunan Gresik merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia


berdakwah secara intensif dan bijaksana. Sunan Gresik bukanlah orang Jawa,
tetapi ia mampu beradaftasi dengan masyarakat setempat. Upayanya untuk
menghilangkan sisitem kasta pada masyarakat pada masa itu merupakan
dakwahnya. Namun sumber lain mengatakan bahwa jauh sebelum Sunan
Gresik datang ke Pulau Jawa, sudah ada masyarakat Islam di daerah Jepara
dan Leran.

25 M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban, Yayasan Amanah,-Hal. 67

26 Ibid. Hal. 67

23
Cita-cita dan perjuangannya menyebarkan Islam di Jawa dilanjutkan
oleh anaknya, Sunan Ampel.

1. Sunan Ampel27

Ia memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di


Ampal Denta (dekat Surabaya). Oleh karena itu, ia dikenal sebagai
pemimbina pondok pesantren pertama di jawa Timur.

Suna Ampel merupakan putera dari Sunan Gresik yang


meneruskan perjuangan Sunan Gresik menyiarkan Islam di tanah Jawa. Ia
dikenal dengan Wali yang tidak setuju terhadap adat-istiadat masyarakat
Jawa pada masa itu. Misalnya, kebiasaan mengadakan sesaji dan
selamatan. Namun para wali lain berpendapat bahwa hal itu tidak dapat
dihilangkan dengan segera. Mereka mengusulkan agar adat-istiadat
semacam itu lebih baik diberi warna islami. Akhirnya, Sunan Ampel
setuju walaupun ia tetap khawatir kalau hal itu akan berkembang menjadi
Bid’ah.

Ajaran Sunan Ampel yang terkenal adalah “Falsafah Moh Limo”


atau “tidak Mau Melakukan Lima Hal”.

1. Moh Main atau Tidak mau berjudi.

2. Moh Ngombe atau Tidak minum-minuman keras (mabuk-mabukan)

3. Moh Maling atau Tidak mencuri.

4. Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja, dan lain-lain.

27 Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, Kisah Wali Songo, Surabaya, Karya Ilmu,-hal . 73

24
5. Moh Madon atau Tidak berzina.

2. Sunan Giri28

Nama aslinya adalah Raden Paku. Ia merupakan putra dari Maulan


Ishak. Ia sempat diadopsi oleh Nyai Ageng Pinatih ketika masih bayi dan
sempat diberi nama joko Samudro; karena Raden Paku ditemukan di
tengah Selat Bali.

Sunan Giri sempat mondok di Pesantren Ampel Denta milik Sunan


Ampel sebelum memperdalam ilmu di Pasai, tempat Maulana Ishak
menyiarkan Islam.

Sekembalinya ke tanah Jawa, Sunan Giri mendirikan pesantren di


daerah Giri. Ia juga banyak mengirim juru dakwah ke Bawean, bahkan
juga ke Lombok, Ternate dan Tidore di Maluku.

3. Sunan Bonang

Cara penyebarannya ialah menyesuaikan diri dengan corak


kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari Wayang dan Musik
Gamelan. Untuk itu, menciptakan gendang-gending yang memiliki corak
keislaman.

Sunan Bonang yang bernama asli Syiekh Maulana Makdum


Ibrahim ini pernah belajar agama di Pesantren Ampel Denta dan di Pasai
bersam Sunan Giri. Sekembalinya dari Pasai, ia memutuskan untuk
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan Pesantren.
Ia wafat di Tuban pada tahun 1525.

28 Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, Kisah Wali Songo, Surabaya, Karya Ilmu,-Hal. 68

25
4. Sunan Kalijaga29

Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman. Nama aslinya adalah


Raden Said putra Adipati Tuban yaitu Temenggung Wilatikto. Ia
menciptakan anaka cerita wayang yang bernafaskan islami. Ia juga
menciptakan wayang kulit dan wayang beber. Dan ia juga pencipta dari
lagu daerah Jawa yang berjudul Lir-Ilir.

Sebelum mempelajari agama islam lebih dalam, ia adalah seorang


perampok. Namun yang ia rampok bukanlah rakyat jelata, melainkan para
penarik pajak yang meminta pajak dengan kekerasan dan sangat mencekik
kehidupan masyarakat setempat. Ia pun sempat diusir dari Tuban, dan
pergi ke hutan Jatiwangi. Di sana ia dikenal dengan sebutan Brandal
Lokajaya.

Ia mendapat gelar sunan Kalijaga karena ia sempat disuruh


menjaga sungai (bertapa) selama tiga tahun. Ia adalah murid dari Sunan
Bonang. Ia juga menciptakan berbagai macam alat musik seperti Gamelan
dan Bedug untuk media dakwahnya.

5. Sunan Kudus

Ia adalah putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan


Ngudung dari Jipang Panolan. Untuk melancarkan penyebaran islam,
Sunan Kudus membangun sebuah masjid di daerah Loran pada tahun 1549
M. Masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar. Wilayah di
sekitarnya disebut Kudus, merupakan nama yang diambil dari dari nama
Kota al-Quds (Yarusalem) di Palestina, yang pernah ia kunjungi. Masjid

29 M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban, Yayasan Amanah,-Hal .75

26
itu kemudian dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus karena di
sampingnya terdapat menara tempat duduk masjid.

Sunan Kudus atau Ja’far sadiq digelari wali al-‘ilmi (orang berilmu
luas) oleh para wali songo karena memiliki keahlian khusus dalam bidang
agama. Karena keahlian nya itu, ia banyak didatangi para penuntut ilmu
dari berbagai wilayah. Ia juga dipercaya untuk mengendalikan
pemerintahan di daerah Kudus. Karenanya, ia menjadi pemimpin agama
sekaligus menjadi pemimpin daerah.

Ia berdakwah menggunakan strategi pendekatan pada masyarakat


setempat. Ia membiarkan duklu adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat
setempat yang sulit dirubah, namun bagian adat yang tidak sesuai islam
tetapi mudah dirubah maka segea dihilangkan. Ia menghindari konfrontasi
secara langsung dalam menyiarkan islam. Strategi dakwah ini juga
diterapkan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan
Gunung Jati.

6. Sunan Drajad30

Nama aslinya adalah Raden Qosim. Ia merupakan putra dari Sunan


Ampel dan Dewi Condrowati. Dalam catatan sejarah Wali Songo, Raden
Qosim disebut dengan seorang wali yang hidupnya paling bersahaja,
walaupun dalam urusan dunia ia juga sangat rajin mencari rezki.

Adapun ajaran Sunan Drajad yang terkenal adalah

Menehono teken marang wong kang wuto.

30 M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban, Yayasan Amanah,-Hal. 69

27
Menehono mangan marang wong kang luwe.

Menehono busono marang kang mudo.

Menehono ngiyup marang wong kang kudanan.

Terjemahannya sebagai berikut:

Berikanlah tongkat pada orang buta.

Berikanlah makanan pada orang yang lapar.

Berikanlah pakaian pada orang yang telanjang.

Berikanlah tempat berteduh pada orang yang kehujanan.

Ia berdakwah di daerah Drajad dan meninggal di daerah itu juga.


Makamnya berada di desa Drajad, kecamatan Paciran, Kabupaten
Lamongan.

7. Sunan Muria31

Nama aslinya adalah Raden Umar Syaid. Ia adalah putera sunan


Kalijaga dan Dewi Saroh. Ia dikenal sebagai seorang anggota Wali Songo
yang mempertahankan kesenian Gamelan sebagai media dakwah yang
ampuh untuk merangkul masyarakat Jawa.

31 M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban, Yayasan Amanah,-Hal 70

28
Selain dengan kesenian, ia juga berdakwah dengan cara
memadukan adat setempat dengan warna islami. Adapun adat setempat
yang dipadukan dengan warna islami adalah sebagai berikut:

Selamatan ngesur tanah (kenduren setelah ngubur nayat)

Nelung dinani (kenduren setelah 3 hari mengubur mayat)

Mitung dinani (kenduren setelah 7 hari ngubur mayat)

Matang puluh, nyatus dino, Mendhak pisan, mendhak pindo, dan nyewu.

8. Sunan Gunung Jati

Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Pada usia 20 tahun dia


berguru pada Syiekh di daratan Timur Tengah. Aetelah selesai menuntut
ilmu, pada tahun 1470 dia berangkat ke tanah Jawa untuk mengamalkan
ilmunya. Istrinya yang pertama adalah Nyai Babadan, wanita itu dinikahi
pada tahun 1471. Dia adalah putri dari Ki Gedeng Babadan.

Perkawinannya dengan Nyai Babadan ini tidak dikaruniai seorang


anak pun, lalu pada tahun 1475, ia kawin lagi dengan Nyai Kawungten,
adik dari Bupati Banten.32

Ia sempat menikah dengan Syarifah Baghdad, yang merupakan


adik dari Syiekh Abdurrahman. Namun dari sekian banyak istrinya, Sunan
Gunung Jati pernah menikah dengan putri cantik dari daratan Cina, Ong
Tien.

32 Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, Kisah Wali Songo, Surabaya, Karya Ilmu,-Hal. 75

29
Sekitar tahun 1479, ia pergi ke Cina. Di sana ia membuka
pengobatan sambil berdakwah. Ia mendapat gelar Maulana Insanul Kamil.

30
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan
Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama
Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam
telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian
pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga
Nusantara.
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara
menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada.
Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-
bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa,
tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya
dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk
agama Islam.

B Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kepada para pembaca, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul, dkk, Gerakan Islam Komtemporer di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1989).

Azra, Azumardi, Wajah Baru Islam di Indonesia, (Yogyakarta: UII, press, 2004), Cet. 1.

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007), Cet. 1.

Sunarto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2007).

Syukur, Fatah, Sejarah Peradabab Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), Cet. 2.
Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, Kisah Wali Songo, Surabaya, Karya Ilmu,-
M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban, Yayasan Amanah,-
Meriya, Abu H, Sejarah Islam, Jakarta: Mutiara, 1982.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Islamika, 2008.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1933 M.
Hariwijaya, H, S.S, Drs, Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara, Sleman, Pustaka Insan
Madani, 2007.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam I,II,III,IV,V, Jakarta: PT. Ikrar Abadi,
2003.

32
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, November 2015

Penulis

33
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFATR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
i
C. Tujuan ......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Preses masuknya islam Ke Indonesia...................................................
B. Kerajaan Islam yang Ada Di indonesia................................................
C. Peran Wali Songo Dan Ulama Penyebar Islam.....................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Kritik dan Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

34
MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Peradaban islam di Indonesia

Disusun oleh:

Sakila Arum Tilawati

231009082

Dosen:

Fuji Kusuma Adynata,LC.,M.Ed

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Anda mungkin juga menyukai