Anda di halaman 1dari 14

tugas agama

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM


DI NUSANTARA

Nasya Kanzathya Saputra


IX-D
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia berawal saat negeri ini menjadi pusat perdagangan di
Asia bahkan dunia. Terutama di wilayah kerajaan Sriwijaya, Sumatra.

Disini tempat singgah para pedagang yang berlayar dari berbagai daerah termasuk
dari wilayah timur tengah yang saat itu penduduknya terlebih dahulu memeluk
agama Islam.

Rata-rata para pedagang tersebut memilih tinggal sementara di Indonesia untuk


menunggu angin yang tepat yang akan mengantarkan mereka bersama kapalnya
pulang ke negaranya.

Selama di Indonesia ini, pedagang-pedagang tersebut mulai menjalin pergaulan baik


dengan penduduk lokal yang saat itu kebanyakan masih beragama Hindu. Para
pedagang tersebut menceritakan tentang Islam. Tentang indahnya islam yang
memiliki persamaan derajat dan tidak menganut sistim kasta.

Penduduk pribumi pun merasa tertarik akan agama baru ini. Sebagian besar dari
mereka beralih memeluk agama islam. Perkawinan antara pedagang arab dan
penduduk pribumi pun juga memperkuat pengaruh Islam di bumi Nusantara.

Berdasarkan bukti temuan dan catatan sejarah, proses masuknya Islam ke Indonesia
memiliki beberapa teori antara lain

Teori masuknya islam ke Indonesia

1. Teori Gujarat

Menurut teori Gujarat, agama Islam masuk ke Indonesia saat abad ke 13. Islam
disebutkan datang dari para pedagang daerah Gujarat (India). Teori ini diperkuat
dengan adanya fakta bahwa saat itu Indonesia menjalin hubungan perdangan yang
baik dengan orang-orang gujarat.

Kerajaan Sriwijaya juga saat itu menjadi sentra perdagangan dunia lewat jalur Indo –
Gujarat – Timur tengah – Eropa. Selain itu adanya batu nisan sultan Samudra Pasai,
Malik al Saleh yang memiliki corak khas orang-orang Gujarat.
2. Teori Mekkah

Teori Mekkah merupakan teori masuknya Islam yang baru-baru ini muncul. Teori ini
merupakan sanggahan dari teori Gujarat. Pada teori ini disebutkan Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 (6 abad lebih lama dari teori gujarat).

Orang yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah orang-orang dari Arab. Hal
ini dibuktikan dengan adanya perkampungan yang sudah didiami oleh orang Islam di
wilayah pantai barat Sumatra pada abad tersebut.

3. Teori Persia

Teori Persia memiliki anggapan yang sama tentang waktu masuknya Islam ke
Indonesia, yaitu abad ke-13. Namun, perbedaannya teori Persia beranggapan Islam
datang dari Persia.

Hal ini disebabkan oleh adanya persamaan-persamaan budaya Islam di Indonesia


dengan di Persia. Seperti contoh peringatan 10 Muharram.

Proses Masuknya Islam ke Nusantara

Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan


adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan
kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam
dilakukan melalui cara berikut ini.

1. Perdagangan

Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat
Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim.
Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan membangun perkampungan muslim,
tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka
untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting dalam penyebaran
ajaran Islam di nusantara.
2. Perkawinan

Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan
yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak
mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk
islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar penyebaran ajaran islam.

3. Pendidikan

Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas


pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan
para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke kampung halaman dan
menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.

4. Kesenian

Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam
penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya
sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan
wayang untuk berdakwah.

Jalur masuknya Islam ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia juga memiliki beberapa jalur tersendiri. Contohnya :

1. Jalur perkawinan, proses masuknya Islam ini terjadi karena terjadinya


pernikahan antara orang yang lebih dulu Islam dengan orang pribumi.
Dengan demikian, anggota keluarga yang non-muslim pun akhirnya
memutuskan untuk mengantu agama Islam.
2. Jalur perdagangan, jalur ini merupakan yang paling umum yang telah
dijelaskan diatas. Dimana para pedagang dari negara-negara Islam singgah
dan tinggal di Indonesia untuk sementara waktu. Selama itulah mereka
menyebarkan pengaruh-pengaruh Islam di Tanah Air.
3. Jalur Seni, jalur ini memperkenalkan Islam lewat pertunjukkan-pertunjukkan
seni budaya seperti wayang kulit, dan upacara-upacara tertentu. Jalur ini
lebih kepada penyebaran Islam.
4. Jalur pendidikan, proses ini banyak terjadi sejak maraknya pembangunan
pesantren-pesantren di Indonesia. Cara ini terbukti sangat baik untuk
menyebarkan agama Islam di negeri ini.

Peranan Wali Songo

Dalam perkembangan Islam di Indonesia, Walisongo menyebarkan agama lewat


berbagai metode. Hal ini penting dilakukan, sebab, banyak di antara penduduk saat
itu yang masih menganut agama Hindu, Budha, Anemisme, dan Dinamisme. Tentu
kalau penyebarannya lewat proses asimilasi, hanya akan terjadi kekacauan. Untuk
itulah proses akulturasi budaya jadi pilihan utama.

Sejarah mencatat, kesembilan wali itu bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim/Gresik
(di Gresik), Sunan Ampel (di Ngampel), Sunan Bonang (di Tuban), Sunan Drajat (di
Drajat), Sunan Giri (di Bukit Giri), Sunan Muria (di Sungai Muria), Sunan Kudus (di
Kudus), Sunan Kalijaga (di Kadilangu), dan Sunan Gunung Jati (di Cirebon).

Bagaimana metode dakwah yang Walisongo terapkan? Secara eksplisit, ada 7


metode dakwah yang paling terkenal, antara lain berikut.

1. Lewat Perdagangan

Ketika seorang pedagang dan pembeli bertemu, maka akan tercipta sebuah
interaksi. Dari situlah ajaran Islam menyebar. Bisa melalui barang yang
diperdagangkan, sikap, maupun intensitas pertemuan keduanya. Sunan Maulana
Malik Ibrahim contohnya.

Beliau dikenal luas sebagai saudagar kaya pada masanya. Beliau merupakan salah
satu dari 9 anggota yang dibentuk langsung oleh Sultan dari Turki: Muhammad I.
Mulanya, beliau hanya berdagang bermacam kebutuhan pokok. Mulai dari sana,
jumlah pembeli semakin banyak, sebab bukan sekadar berdagang, tetapi ada syiar
di dalamnya.

Lewat kesantunan beliau, serta tinggi ilmu agamanya, sontak banyak orang
berbondong-bondong memeluk agama Islam. Beliau mengajarkan banyak hal
tentang cara menjalani hidup yang baik pada masyarakat yang saat itu masih
didominasi oleh hierarki perkastaan.

2. Lewat Pertanian

Sejak dulu, masyarakat Indonesia memang sudah dikenal sebagai penduduk


mayoritas sebagai petani. Banyak rempah-rempah telah dihasilkan dari Bumi Pertiwi
ini. Walisongo pun turut andil dalam masalah perekonomian rakyat di bidang
pertanian. Mereka mengajarkan cara-cara bertani terbaik dengan hasil melimpah.

Tidak melulu soal dalil? Yap! Mereka tidak sibuk memberi dalil Al-Qur’an dan Al-
Hadits secara langsung pada masyarakat. Namun, langsung terjun ke medan. Dari
sanalah letak Islam sebagai agama yang sempurna. Ia tidak pernah memaksa,
namun menunjukkan nilai-nilainya dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang
diterapkan oleh Walisongo.

3. Lewat Pengobatan

Pada zaman Walisongo, perkembangan Islam di Indonesia juga melewati jalur


pengobatan. Banyak tersedia ramuan obat pada saat itu. Praktik-praktik klenik juga
tengah menjamur. Untuk itulah, ketika Walisongo menjalankan perawatan terhadap
pasien, syiar Islam juga ditampakkan.

Semua orang sakit memerlukan obat. Walisongo tahu betul bahwa Al-qur’an adalah
obat paling mujarab yang ada di dunia ini. Ketika memberikan ramuan dan
pelayanan, mereka pun tak menyia-nyiakan kesempatan agar bisa lebih dekat
dengan masyarakat. Lewat jalur pengobatan telah terbukti membawa pengaruh
Islam yang kuat pada masa itu.

4. Menanamkan Falsafah

Salah satu falsafah terkenal dan masih dipegang pedomannya hingga saat ini adalah
Moh Limo. Pandangan hidup ini dibawa langsung oleh Sunan Ampel ketika
menyebarkan Islam. Moh berarti tidak mau. Limo berarti lima. Ada 5 hal pantangan
seseorang ketika menjalani kehidupan ini. Lewat salah satu falsafah ini, Islam mudah
tersebar.

Adapun bunyi dari Moh Limo ini antara lain; moh main (tidak mau judi), moh ngombe
(tidak mau miras; mabuk), moh maling (tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau
narkoba), dan moh madon (tidak mau main perempuan (non muhrim)).

Tidak hanya Sunan Ampel, sunan-sunan yang lain pun aktif menanamkan falsafah
pada tiap syiar Islam. Dengan adanya falsafah yang kalimat-kalimatnya unik, tentu
akan mudah diingat siapa pun. Walisongo tahu betul akan hal itu.

5. Lewat Tembang dan Kesenian

Tembang bermakna sama dengan lagu. Pada waktu itu, masyarakat Indonesia
sejatinya sudah mengenal kesusastraan dan budaya. Banyak tembang, tarian,
sastra, dan budaya-budaya lain yang masih melekat. Walisongo tahu betul, andai
budaya itu dihilangkan begitu saja dan diganti cara-cara Islam, pasti yang terjadi
hanyalah kericuhan.

Untuk itulah diperlukan cara-cara membaur dan baik. Ajaran Islam melebur lewat
cara-cara yang disukai oleh masyarakat setempat. Salah satunya lewat tembang.
Pernah dengar tembang Lir-ilir dan tembang Macapat? Keduanya dipopulerkan oleh
Walisongo. Tak hanya dua tembang itu, juga terdapat pada lagu dolanan anak.

Kedekatan Walisongo pada masyarakat lewat kesenian, menjadikan Islam sebagai


agama yang dinamis. Tidak kaku dan memaksa. Semua yang ditanamkan serba
natural. Orang bebas mendalami Islam atau tidak. Tugas Walisongo hanyalah
menyebarkan ilmu dengan cara-cara yang humanis. Sejalan dengan apa yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW.

6. Mendirikan Pondok Pesantren

Berdirinya pondok pesantren demi pondok pesantren tentu baru bisa terjadi ketika
Islam sudah mulai dikenal luas. Fungsi pesantren itu banyak sekali. Kalau seorang
reporter perlu belajar ilmu jurnalistik di sekolah, seorang yang ingin mendalami Islam,
tentu wajib menuntut ilmu keislaman pada ahlinya. Kebanyakan para ahli itu ada di
pesantren.
Pondok pesantren pada masa penjajahan Belanda mengalami banyak ujian yang
berat. Pihak kolonial Belanda takut kalau-kalau pengaruhnya di Indonesia memudar
karena perjuangan para santri. Tapi kenyataannya memang saat itu mayoritas
masyarakat Indonesia sudah jadi pemeluk agama Islam. Kekhawatiran semacam itu
sangat wajar.

Salah satu ajaran dalam Islam tentu saja tidak ada tindas-menindas. Semua saling
menyayangi. Saling menghormati. Tidak terbatas pada ras dan suku bangsa. Semua
satu. Persatuan inilah yang paling ditakuti oleh kolonialis manapun pada waktu itu.

Adanya pondok pesantren yang dibangun oleh Walisongo, tentu menjadi oase di
tengah-tengah gempuran nilai-nilai moral yang bersifat destruktif. Siapa pun boleh
menuntut ilmu di sana, berkumpul, berdiskusi, dan juga aktif berkontribusi dalam
kehidupan bermasyarakat. Sehingga landasan Islam semakin kuat dan
penyebarannya pun lebih maksimal.

7. Lewat Pelayaran demi Pelayaran

Walisongo pada awalnya terpusat di Pulau Jawa saja. Namun dalam


perkembangannya, mereka pun berlayar dari satu pulau ke pulau lain. Tentu saja
tidak sendirian, melainkan bersama murid mereka. Mulai dari Sumatera, Kalimantan,
bahkan hingga Maluku. Dampak perkembangan Islam di Indonesia pada saat itu pun
terasa sekali.

Bahkan sejumlah sumber menyebutkan bahwa di tanah Papua bukan agama Kristen
yang mula-mula datang, melainkan Islam. Tepatnya pada tahun 1214-an Masehi.
Tak heran kalau di sana pun berkembang banyak kerajaan Islam, sebutlah Kerajaan
Waigeo, Misool, dan lainnya. Itulah bukti bahwa Islam telah tersebar luas pada waktu
itu.

Wali Songo

1. Sunan Gresik

Maulana Malik Ibrahi atau Sunan Gresik berdakwah agama Islam di daerah Jawa
Timur dengan cara bergaul dengan anak negeri, berbudi bahasa lembut, ramah
tamah dan berakhlak tinggi. Maulana Malik Ibrahim juga mendirikan pesantren yang
merupakan tempat pendidikan agama Islam guna menggembleng para siswa
sebagai kader mubaligh Islam pada masa mendatang.
2. Sunan Ampel

Sunan Ampel mulai mengembangkan agama Islam di Jawa Timur dengan


mendirikan Pesantren Ampeldenta. Pesantren ini digunakan untuk mendidik para
pemuda Islam sebagai kader yang nantinya disebarkan keseluruh pelosok pulau
Jawa. Diantara siswa-siswanya yang terkenal adalah Raden Paku yang kemudian
dikenal sebagai Sunan Giri, Raden Mahdum Ibrahim (putranya sendiri) yang terkenal
dengan sebutan Sunan Bonang, Masih Maunud atau Syarifuddin (putanya sendiri)
yang terkenal dengan sebutan Sunan Drajat.

3. Sunan Drajat

Syarifuddin atau Masih Maunud yang di kenal dengan Sunan Drajat yang merupakan
putra Sunan Ampel. Beliau menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur dan
beliau yang berjiwa sosial serta dermawan. Islam dengan memberikan pertolongan
kepada yang sengsara, seperti membantu anak yatim piatu, orang sakit dan fakir
miskin. Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Sunan Drajat adalah pencipta
Gending Pangkur

4. Sunan Bonang

Raden Maulana Makhdum Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel. Beliau semasa hidupnya giat sekali menyebarkan agama
Islam di daerah Tuban dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan penyebaran
agama Islam.

5. Sunan Giri

Sunan Giri disebut juga Raden Paku, Prabu Satmaka atau Sultan Fakih. Beliau putra
Maulana Ishak yang pernah ditugaskan oleh Raden Rahmat untuk menyebarkan
agama Islam ke daerah Blambangan yang pada waktu itu masih memeluk agama
Hindu. Di Giri beliau kemudian mendirikan sebuah mesjid dan pesantren yang
menampung banyak murid dari berbagai wilayah. Sunan Giri pernah mengirimkan
utusan keluar Jawa, seperti Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, serta ke
Ternate dan Haruku (kepulauan Maluku) untuk menyebarkan agama Islam. Beliau
banyak menciptakan permainan anak-anak yang bernuansa Islam, seperti Ilir-ilir,
jamuran dan cuplak-cuplak suweng.

6. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Mas Syahid adalah putra
Tumenggung Sahur Wilantika, Bupati Tuban. Sunan Kalijaga selai seorang wali, juga
dikenal sebagai mubalig, pejuang, pujangga dan filusufi yang berjiwa besar. Beliau
termasuk mubalig keliling sehingga daerah penyebarannya tidak terbatas. Cara
beliau menyebarkan Islam adalah dengan melalui cerita-cerita wayang yang sudah
banyak dimasuki ajaran-ajaran Islam.

7. Sunan Kudus

Sunan Kudus yang mempunya nama kecil Ja’far Shodiq adalah putra Raden Mas
Usman Haji atau Sunan Ngundung di Jipang Panolan (sebelah utara Blora). Daerah
penyebaran Islamnya meliputi daerah pesisir sebelah utara Jawa Tengah. Dalam
mengajarkan agama Isla, Suan Kudus berusaha mengikis habis pengaruh Hindu.
Tempat beliau mengajar agama diberi nama Kudus yang berasal dari bahasa Arab,
quds yang berarti suci.

8. Sunan Muria

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden
Prawata. Daerah penyebaran dakwah islamnya berada di sekitar lereng Gunung
Muria. Cara dakwah yang dilakukan adalah member kursus kepada rakyat jelata.
Sunan Muria wafat dan dimakamkan di puncak Gunung Muria.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh dan masih keturunan
raja. Setelah menamatkan pelajarannya di Mekah, Fatahillah dating ke Demak
Karena Pasai sudah diduduki Portugis. Kedatangan Fatahillah di Jawa diterima baik
oleh kerajaan Islam Demak yang pada masa itu diperintah oleh Sultan Trenggana
(1521 – 1546 ). Fatahillah diangkat sebagai panglima yang ditugaskan ke Jawa
Barat. Di Jawa Barat dapat menududki tempat-tempat penting, seperti pantai Sunda
Kelapa. Beliau mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Kota
Kemenangan) pada tahun 1527.

Kerajaan Islam di Nusantara

a. Kerajaan Samudera Pasai

Pada abad ke 13 M berdidirlah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini didirikan oleh


Sultan Malik Al Saleh. Letak kerajaan Samudera Pasai sendiri berada di Aceh Utara
tepatnya di kabupaten Lhokseumawe. Pada tahun 1326 ketika Kerajaan Samudera
Pasai dipimpin oleh Sultan Malik Al Tahir, diberlakukanlah koin emas sebagai mata
uang kerajaan Samudera Pasai.

b. Kerajaan Aceh Darusaalam

Kerajaan ini berdiri pada tahun 1514 yang dipimpin oleh Sultan Ibrahim. Beliau
merupakan raja pertama Kerajaan Aceh Darusalam yang memimpin selama 10
tahun. Kerajaan ini terletak di daerah yang sekarang disebut dengan nama Aceh
Besar. Kerajaan Aceh berjaya pada tahun 1607-1636 dibawah kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda.

c. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama pulau Jawa yang berdiri pada
tahun 1478 yang dipimpin oleh Raden Patah. Tahun 1507 Raden Patah digantikan
oleh putranya yakni Pati Unus yang mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang
Lor. Julukan tersebut diberikan karena keberaniannya melawan Portugis di Malaka.

d. Kerajaan Islam Pajang

Didirikan oleh sosok yang namanya cukup familiar yakni Jaka Tingkir atau Sultan Adi
Wijaya pada tahun 1568. Setelah kematiannya pada tahun 1582, ditunjuklah
putranya yang bernama Pangeran Benowo untuk menggantikannya. Hingga
kehancuran pun terjadi saat Pengeran Benowo menyerahkan tahta kepada saudara
angkatnya yang bernama Sutowijoyo.
e. Kerajaan Islam Mataram

Didirikan oleh Sutowijoyo pada tahun 1586. Kerajaan ini terletak di Kotagede,
sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Setelah wafatnya Sutowijoyo pada tahun 1601,
dipilihlah Mas Jolang atau Panembahan Seda ing Krapyak. Kerajaan Islam Mataram
mengalami masa kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan
Agung.

f. Kerajaan Islam Cirebon

Kerajaan Islam Cirebon berdiri pada tahun 1522 oleh Raden Fatahillah. Pada masa
kepemimpinanya kerajaan mengalami masa kejayaan. Setelah wafatnya Raden
Fatahilllah pada tahun 1570, dipilihlan Pangeran Pasarean putranya untuk
memimpin. Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Islam dibagi menjadi dua yakni
Kasepuhan dan Kanoman.

g. Kerajaan Islam Banten

Didirikan oleh Hasanuddin pada tahun 1552 di Banten. Pada masa


kepemimpinannya Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Setelah Hasanuddin
wafat kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Yusuf.
Kemunduran Kerajaan Banten terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Abdul
Muffakir.

h. Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan Islam Banjar didirikan oleh Raden Samudra pada tahun 1520. Letak
Kerajaan ini ialah di provinsi Kalimantan. Di Kerajaan Islam Banjar terdapat tokoh
ulama yang sangat termashur yang bernama Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Setelah wafatnya Raden samudra, tahta Kerajaan pun digantikan oleh Sultan
Rahmatullah (1545-1570).
i. Kerajaan Sukadana atau TanjungPura

Kerajaan Tanjungpura dipimpin pertama kali oleh Sultan Muhammad Zainuddin dari


tahun 1665 hingga 1724. Sedangkan Gusti Kesuma Matan atau Giri Mustika atau
Sultan Muhammad Syaifuddin/Raden Saradipa/Saradewa merupakan raja terakhir
yang memimpin Kerajaan Islam Sukadana atau Tanjungpura..

j. Kerajaan Islam Ternate

Kerajaan Islam Ternate didirikan oleh Sultan Marhum. Keberadaan Kerajaan ini
adalah di Maluku Utara. Di Maluku sendiri terdapat 4 Kerajaan yaitu Ternate, Tidore,
Obi, dan Bacan. Dari keempat Kerajaan tersebut Ternate dan Tidore merupakan
Kerajaan yang berkembang cepet karena sumber rempah-rempah yang sangat
besar.

Banyak para saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan


Ternate, dan selain bertransaksi perdagangan mereka juga menyebarkan agama
islam. Setelah Sultan Mahrum wafat digantikan oleh Sultan Harun. Sultan Harun
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Baabullah.

Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan ini mencapai puncak


kejayaannya. Sultan Baabulah kemudian meninggal pada tahun 1583. Tampu
kekuasaan kemudian digantikan putanya yang bernama Sahid Barkat. Kerajaan
Ternate mengalami kemunduran karena tidak mampu melawan Spanyol dan VOC.

k. Kerajaan Islam Tidore

Berdiri pada tahun 1801 yang dipimpin oleh raja Muhammad Naqil. Kerajaan Islam
Tidore terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate Agama islam menjadi agama
resmi Kerajaan Tidore dan disahkan oleh raja Tidore ke-11 yaitu Sultan Djamalludin
berkat dakwah dari Syekh Mansur dari Arab.

Kerajaan Tidore menjadi pusat perdagangan karena banyaknya bangsa Eropa yang
melakukan transaksi perdagangan. Bangsa tersebut seperti Spanyol, Portugis dan
Belanda. Kerajaan Islam Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M).
l. Kerajaaan Islam Makassar

Terdapat beberapa Kerajaan yang berada  di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Gowa,
Bone, Waju, Luwu, Tallo, dan Soppeng. Diantara kerajan tersebut yang berkembang
sangat pesat hanya Kerajaan Gowa dan Tallo saja. Hal tersebut dikarenakan letak
Gowa dan Tallo  yang berada ditengah jalur pelayaran yang strategis. Oleh karena
itu raja kedua Kerajaan maju itu memutuskan untuk bergabung dan mendirikan
Kerajaan Islam Makassar dengan raja pertamanya adalah Sultan Alauddin.

Kerajaan Islam Makassar ini gemar menyebarkan dakwah Islam. Masa puncak
kejayaan Kerajaan Islam Makassar ini ialah pada saat pemerintahan Sultan
Hasanuddin. Sultan Hasanuddin adalah cucu dari Sultan Alauddin.

Anda mungkin juga menyukai