Anda di halaman 1dari 29

SKI

1. menceritakan tentang kondisi nusantara


Kondisi nusantara sebelum islam
1. Letak Geografis Indonesia:
Indonesia terletak di antara 5°54 LU sampai
11°LS dan 95°01 BT sampai 141°02 BT,
berada di sekitar khatulistiwa. Iklim tropis
dengan musim kemarau dan hujan yang
berbeda-beda memengaruhi kehidupan sehari-
hari, terutama dalam sektor pertanian,
pelayaran, dan perdagangan. Sebagai wilayah
kepulauan, Indonesia memiliki posisi strategis
dalam jalur perdagangan antar-bangsa.
2. Keyakinan dan Agama:
Sebelum Islam, masyarakat Indonesia memiliki
beragam keyakinan, termasuk pemujaan
dewa-dewa. Agama Hindu-Budha berkembang
pada masa Majapahit, ditandai dengan candi
dan artefak keagamaan. Namun, kepercayaan
pada roh-roh dan dinamisme tetap ada di
beberapa wilayah. Kedatangan Islam
kemudian memengaruhi panorama
keagamaan di Indonesia.
3. Politik dan Pemerintahan:
Politik dan pemerintahan telah ada sejak masa
Majapahit, terlihat dalam prasasti dan struktur
pemerintahan. Nagara Kartagama memberikan
gambaran kondisi sosial, budaya, politik, dan
ekonomi Majapahit. Sebelumnya, masa
Sriwijaya juga memiliki jejak sistem
pemerintahan.
4. Perekonomian dan Perindustrian:
Pertanian, perdagangan, dan industri
merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pertanian,
terutama persawahan, memberikan stabilitas
dan persediaan makanan. Perdagangan Asia
Tenggara, terutama dengan Cina,
melibatkan barang-barang bernilai tinggi.
Industri melibatkan kerajinan rumah tangga
dan produksi logam. Pedagang asing dari
berbagai wilayah juga ikut berperan dalam
perekonomian.
5. Sastra dan Kesusastraan:
Sastra Jawa, terutama pada masa Mataram
Hindhu-Buddha, mencakup kitab Mahabharata
dan Ramayana yang diubah ke dalam bahasa
Jawa-Kuna. Karya-karya sastra seperti Carita
Parahyangan, Pararaton, Sutasoma, dan
Nagara-kartagama menjadi sumber sejarah
penting. Peran brahmana dan pemuka agama
sangat berpengaruh dalam kesusastraan, dan
jabatan-jabatan tertentu menunjukkan adanya
penulis dan penggubah karya sastra.

2. tokoh-tokoh teori masuknya islam


1. Teori India (Snouck Hurgronje)
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M melalui
pedagang dari India, khususnya Gujarat.
menekankan peran pedagang India yang
tinggal di pelabuhan sebagai penyebar awal
Islam. Jan Pijnappel mendukung teori ini,
menyebutkan hubungan antara Gujarat dan
Indonesia dalam sejarah perdagangan.
2. Teori Arab (Sir Thomas Arnold dan Hamka)
Menurut teori ini, Islam langsung dibawa oleh
pedagang Arab yang mendominasi
perdagangan Barat-Timur pada abad ke-7 dan
8 M. Mereka menyebutkan bukti sejarah
perdagangan yang ramai melalui Selat Malaka
yang menghubungkan Cina, Sriwijaya, dan
Bani Umayyah. Islam diperkenalkan oleh sufi
pengembara Arab yang datang langsung ke
Indonesia.
3. Teori Persia (Hoesein Djajaningrat)
mengatakan bahwa Islam masuk ke Sumatra
pada abad ke-13 M dari Persia. Fokus teori ini
adalah pada persamaan kebudayaan antara
masyarakat Islam Indonesia dan Persia,
seperti peringatan 'Asyura dan ajaran sufisme.
Adaptasi kebudayaan ini diyakini berasal dari
pengaruh Persia, terutama Gujarat yang
memiliki hubungan dengan Persia.
4. Teori China:
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia melalui perantau China, yang telah
berhubungan dengan masyarakat Indonesia
sejak masa Hindu-Buddha. Para pedagang
dan pemukim China membawa Islam ke
Indonesia, terutama ke pantai barat Sumatera.
Sumber luar negeri dan lokal, serta bukti
arsitektur Tiongkok pada masjid-masjid tua,
digunakan sebagai dasar teori ini.

3. kewajiban muslim terhadap agama

4. Metode masuknya islam


1. Perdagangan
Penyebaran agama Islam di Indonesia dimulai
pada abad ke-7 hingga ke-16 melalui
perdagangan. Pedagang Muslim dari Arab,
Persia, dan India menjalin hubungan dagang
dan berdakwah di Indonesia. Para raja dan
bangsawan di pesisir pulau Jawa banyak yang
memeluk Islam, memudahkan proses dakwah.
Perdagangan internasional pada masa itu
sebagian besar dikuasai oleh pedagang
Muslim.
2. Perkawinan
Pedagang Muslim yang memiliki status sosial
lebih tinggi sering melakukan perkawinan
dengan penduduk pribumi.
Interaksi intens ini menjadi media efektif
penyebaran Islam. Dalam prosesi perkawinan,
pihak pribumi diharuskan mengucapkan
kalimat syahadat, memperkuat penyebaran
agama Islam. Contoh perkawinan antara
ulama Muslim dengan masyarakat pribumi
seperti Sunan Ampel dengan Nyai Manila.
3. Politik
Islamisasi melalui politik terjadi melalui
konversi penguasa atau raja, yang kemudian
diikuti oleh rakyatnya. Penaklukan kerajaan
non-Islam oleh kerajaan Islam juga menjadi
faktor penyebaran agama. Contohnya,
penyebaran Islam di Maluku dan Sulawesi
melalui proses politik.
4. Pendidikan
Pesantren menjadi media efektif dalam proses
Islamisasi. Selain mengajarkan ilmu agama,
pesantren juga melibatkan pembelajaran
ketrampilan hidup lainnya. Pesantren yang
didirikan oleh ulama seperti Sunan Ampel dan
Sunan Giri berperan penting dalam
penyebaran Islam. Para murid pesantren yang
telah belajar dikirim untuk berdakwah di
seluruh penjuru Indonesia.
5. Kesenian
Penyebaran Islam melalui kesenian, terutama
seni gamelan dan wayang, digunakan oleh
Walisanga untuk mengembangkan ajaran
Islam. Pertunjukan seni ini di kota-kota seperti
Jogjakarta, Solo, dan Cirebon menjadi sarana
dakwah yang menarik perhatian masyarakat.
Seni gamelan dan wayang menciptakan
suasana berkumpul yang kemudian
dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran
Islam.
6. Tasawuf
Para sufi mengajarkan tasawuf yang
disesuaikan dengan
ajaran yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Sufi hidup sederhana dan bersama
masyarakat, memahami kehidupan sehari-hari.
Mereka menjadi contoh teladan dalam
pengamalan agama Islam dan berdakwah di
tengah-tengah masyarakat.

5. metode dakwa wali sogho


Menggunakan pendekatan yang sabar dan
mengintegrasikan unsur-unsur budaya lama
(Hindu dan Budha) sebagai media dakwah.
Dengan penuh kesabaran, Walisanga secara
bertahap menyelaraskan nilai-nilai Islam ke
dalam kerangka budaya yang sudah ada.
Perjuangan mereka dilakukan tanpa konflik,
karena para Walisanga mengajar dengan
kelembutan dan menjunjung nilai damai dalam
menyebarkan ajaran Islam.

6. gelar wali yang didapatkan wali sogho


Walisanga merupakan sembilan ulama yang
merupakan pelopor dan pejuang penyiaran
Islam di Jawa pada abad XV dan XVI.

7. arti sunan
Kata Sunan atau Susuhunan berasal dari kata
suhun-kasuhun- sinuhun berarti yang dijunjung
tinggi dijunjung di atas kepala juga bermakna
paduka yang mulia. Gelar atau sebutan Sunan
digunakan oleh para raja Mataram Islam
sampai kerajaan Surakarta dewasa ini.

8. metode dengan alat yang dijadikan


penyampai dakwa
1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Indonesia
dengan pendekatan kekeluargaan, mencoba
menawarkan putrinya kepada Raja Majapahit
tanpa sukses. Meskipun rombongannya
mengalami serangan penyakit, Maulana Malik
Ibrahim tetap tekad berdakwah untuk
mengislamkan Majapahit. Ia kemudian
mendirikan pesantren untuk pendidikan dan
diakui sebagai "Bapak Spiritual Walisanga."
2. Sunan Ampel (Raden Rahmatullah)
Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel
Denta, dekat Surabaya, untuk mendidik kader-
kader da'i. Ia dikenal sebagai negarawan yang
merencanakan berdirinya Kesultanan Demak
Bintoro. Sunan Ampel mengukuhkan Raden
Fatah sebagai sultan pertama Demak, pusat
penyebaran Islam di Indonesia. Kesultanan
Demak menjadikan masjid sebagai pusat
kegiatan kemasyarakatan.
3. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum
Ibrahim)
Sunan Bonang menggubah seni pewayangan
yang berasal dari ajaran Hindu dan Budha. Ia
menciptakan tembang atau syair berisi ajaran
tauhid dan peribadatan, diselipi dengan
syahadatain. Karyanya, Suluk Sunan Bonang,
mencampur gaya Jawa dan bahasa Arab.
Sunan Bonang juga menciptakan tembang
durma dan karya lainnya seperti Sekar
Damarwulan, Primbon Bonang 1 dan II, dan
Serat Wragul.
4. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan
kultural dalam berdakwah, termasuk wayang
dan gamelan. Ia mengarang cerita wayang
Islami, menciptakan suasana yang mendukung
dakwah Islam. Sunan Kalijaga dikenal sebagai
seniman dalam seni suara, seni ukir,
kesusastraan, seni
busana, seni pahat, dan batik. Sunan Kalijaga
juga dikenal dengan larangan pembakaran
kemenyan dalam upacara penyembahan
dewa, mengubahnya menjadi pengharum
ruangan ketika berdoa.
5. Sunan Giri (Raden 'Ainul Yaqin)
Sunan Giri mendirikan pesantren di Giri
sebagai basis dakwah. Pesantren ini
melibatkan santri dari masyarakat golongan
ekonomi tidak mampu. Sunan Giri terkenal
sebagai pendidik yang menerapkan metode
permainan agamis, seperti tembang anak-
anak. Salah satu karyanya adalah Gula Ganti,
menekankan pada tujuh ajaran kehidupan
bermasyarakat.
6. Sunan Drajad (Raden Qasim)
Sunan Drajad membuat pusat belajar agama
Islam di Lawang dan Sedayu. Dalam kesenian,
beliau menggubah tembang Jawa macapat
pangkur dan memainkan wayang. Sunan
Drajad dikenal sebagai sosok dermawan dan
sosial tinggi, menciptakan pepali pitu sebagai
pijakan kehidupan masyarakat, termasuk
prinsip memberantas penyebab kemiskinan.
7. Sunan Kudus (Raden Ja'far Shadiq)
Sunan Kudus merasakan pengalaman belajar
di Baitul Maqdis dan memberantas penyakit di
Palestina. Setelah pulang, ia mendirikan
Masjid Al-Aqsa di Kudus. Sunan Kudus
menggunakan pendekatan budaya dalam
dakwah, menciptakan lagu dan cerita
keagamaan. Karyanya, Gending
Maskumambang dan Mijil, terkenal hingga saat
ini.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria berdakwah di desa-desa
terpencil, menjadikannya unik. Ia menyendiri,
tinggal di desa terpencil,
dan memberikan pengajaran kepada
masyarakat dengan mengadakan kursus-
kursus. Sunan Muria juga mendukung
Kesultanan Demak dan ikut serta dalam
pendirian Masjid Demak. Karyanya berupa
tembang sinom dan kinanti masih digemari.
9. Sunan Gunung Jati (Raden Syarif
Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati berjuang melawan Portugis
untuk mengusir mereka dari Indonesia. Ia
menggabungkan kekuatan Banten dan Demak,
berhasil menumpas perlawanan Portugis, dan
mengubah Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Sunan Gunung Jati diakui sebagai peletak
konsep negara Islam modern dengan
Kesultanan Banten sebagai bukti kemajuan.

9. peninggalan-peninggalan wali sogho


1. Pendidikan
- Walisanga mendorong pendirian pesantren
dan masjid sebagai basis pendidikan.
2. Arsitektur
- Pembangunan masjid oleh Walisanga
menonjolkan keindahan arsitektur dengan
sentuhan etnik dan budaya lokal.
- Contoh masjid termasuk Masjid Agung
Demak, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon,
dan Menara Kudus.
3. Seni dan Budaya
- Walisanga mengintegrasikan budaya lokal
dengan Islam, contohnya melalui seni wayang
yang diolah dengan ajaran Islam.
- Pengenalan seni budaya Islam Timur Tengah
seperti rebana dan qasidah juga terjadi.
4. Kebudayaan dan Adat-Istiadat
- Penggunaan salam "Assalamu alaikum" oleh
masyarakat dan ucapan-ucapan lainnya.
- Tradisi Islam, seperti ucapan "bismillah"
sebelum pekerjaan, memengaruhi kehidupan
sehari-hari.
5. Politik
- Konsep khalifatullah fil ardli dan dzillullah fi
ardli, mempengaruhi sistem politik kerajaan-
kerajaan Islam di Aceh Darussalam dan
Mataram.
6. Tata Kota
- Pengembangan tata kota yang memadukan
keraton, masjid, pasar, dan alun-alun.

10. teori-teori masuk nya islam dinusantara


(no2)

11. bukti masuknya islam dinusantara


1. Prasasti-Prasasti Islam: Beberapa prasasti
ditemukan di wilayah Indonesia yang
menunjukkan keberadaan komunitas Islam
pada masa lalu. Prasasti-prasasti ini mencatat
nama-nama Muslim dan seringkali
menggunakan bahasa Arab. Salah satu contoh
adalah Prasasti Bilahawal di Jambi dan
Prasasti Kota Kapur di Bangka.
2. Makam-Makam dan Situs Bersejarah:
Terdapat makam-makam dan situs bersejarah
Islam yang tersebar di berbagai wilayah
Nusantara. Contohnya adalah makam Syeh
Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur,
yang diyakini sebagai salah satu tokoh
walisanga.
3. Catatan Tiongkok dan Arab: Catatan dari
penjelajah Tiongkok dan Arab, seperti Ibnu
Batutah dan Zheng He, menyebutkan adanya
komunitas Muslim dan pusat-pusat
perdagangan Islam di wilayah Nusantara pada
abad ke-14 dan ke-15.
4. Kerajaan Islam Awal: Berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam awal di Nusantara menjadi bukti
lain. Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, dan
Kesultanan Banten adalah beberapa kerajaan
Islam yang berperan penting dalam
penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.
5. Sumber-sumber Tertulis: Adanya sumber-
sumber tertulis seperti Hikayat Banjar dan
Babad Tanah Jawi yang mencatat proses
masuknya Islam dan pembentukan kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara.
6. Arsitektur dan Seni Islam: Prasasti-prasasti,
arsitektur masjid-masjid, dan seni-seni Islam
pada relief candi dan benda-benda bersejarah
lainnya memberikan gambaran perkembangan
Islam di Nusantara.
7. Penggunaan Huruf Arab dalam Prasasti dan
Naskah: Penggunaan huruf Arab dalam
prasasti dan naskah-naskah pada masa lalu
menunjukkan adanya keberadaan komunitas
Muslim dan penggunaan bahasa Arab sebagai
bahasa sastra dan ilmu pengetahuan.

12. masuknya islam dengan tanda makam


Ditemukannya makam bertuliskan bahasa arab
ex: Makam sultan malik al shaleh dan adanya
Makam Para Wali (Walisongo)

13. arti pembaharuan


Pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal
menurut tuntunan agama Islam dan mengajak
umat Islam Indonesia untuk kembali hidup
menurut tuntunan al-Qur'an dan al-
Hadits.

14. sifat Jumud


Sfat Jumud adalah istilah yang berasal dari
bahasa Arab yang dapat diterjemahkan
sebagai "waktu yang terus-menerus" atau
"kekal abadi."
Membahas Allah tidak terpengaruh oleh proses
penuaan, perubahan, atau keterbatasan-
keterbatasan waktu yang mempengaruhi
makhluk ciptaan-Nya. Sifat ini mencerminkan
keyakinan bahwa Allah adalah Maha Kekal dan
Maha Abadi.

15. tokoh pembaharuan


1. Muhammad Abduh (1849–1905):
- Seorang ulama dan reformis Mesir yang
memimpin gerakan pembaruan Islam pada
akhir abad ke-19.
- Menganjurkan interpretasi Islam yang lebih
rasional dan mendukung pendidikan modern.
2. Jamal al-Din al-Afghani (1838–1897):
- Cendekiawan dan pemikir Muslim asal Iran
yang aktif pada abad ke-19.
- Memegang pandangan anti-kolonialisme dan
mendukung pembaruan sosial dan politik
dalam dunia Islam.
3. Rashid Rida (1865–1935):
- Ulama dan jurnalis asal Mesir yang
meneruskan gagasan Muhammad Abduh dan
menjadi pemimpin gerakan Salafi.
- Memperjuangkan persatuan umat Islam,
mendukung ilmu pengetahuan modern, dan
menentang bid'ah (inovasi dalam agama).
4. Mohammed Iqbal (1877–1938):
- Filosof dan penyair Pakistan yang dijuluki
"Pemikir Islam"
atau "Pemikir Bangsa."
- Mengembangkan konsep negara Islam
modern dan mendukung penguatan pemikiran
Islam dalam kehidupan modern.

16. fase-fase perjuangan kemerdekaan

17. fase-fase dakwa islam

18. tokoh sufi dalam penyebaran islam


1. Al-Hallaj (Mansur Al-Hallaj): Seorang sufi
Persia yang hidup pada abad ke-10. Al-Hallaj
dikenal karena pengajaran-pengajarannya
tentang cinta kepada Tuhan dan kesatuan jiwa
dengan Yang Maha Esa. Ajarannya
memengaruhi banyak pengikut Sufi di seluruh
dunia Islam.
2. Rumi (Jalaluddin Muhammad Rumi):
Seorang penyair, sufi, dan filsuf Persia yang
hidup pada abad ke-13. Karya-karya Rumi,
terutama "Mathnawi" atau "Mesnevi,"
mengandung pelajaran-pelajaran tentang cinta
ilahi, kebijaksanaan, dan pencarian makna
hidup.
3. Ibnu Arabi (Muhyiddin Ibnu Arabi): Seorang
filsuf, penyair, dan sufi asal Andalusia (Spanyol
Islam) pada abad ke-12 dan ke-13. Ibnu Arabi
dikenal karena konsep-konsepnya tentang
wahdat al-wujud (kesatuan wujud) yang
menyoroti penyatuan antara pencipta dan
ciptaan.
4. Abdul Qadir al-Jilani: Seorang sufi dan
teolog asal Irak yang hidup pada abad ke-11.
Beliau mendirikan tarekat Qadiriyyah yang
banyak memiliki pengikut di berbagai belahan
dunia Islam.
5. Ibn Taymiyyah: Meskipun terkenal sebagai
seorang
cendekiawan dan ulama, Ibn Taymiyyah juga
memiliki dimensi mistis dan spiritual.
Pemikirannya memengaruhi banyak Sufi dan
tokoh Islam lainnya.
6. Junaid Baghdadi: Seorang tokoh Sufi dari
Baghdadi, Irak, yang hidup pada abad ke-9.
Junaid dikenal sebagai tokoh yang penting
dalam pengembangan konsep-konsep Sufi,
seperti konsep "ahl al-haqiqah" (orang-orang
yang memiliki kebenaran).

7. Shams Tabrizi: Mentor spiritual dari Rumi


yang memainkan peran penting dalam
transformasi spiritual Rumi. Hubungan mereka,
terutama dialog dan pertukaran ide antara
Rumi dan Shams, tercatat dalam karya Rumi.
8. Al-Ghazali (Abu Hamid al-Ghazali): Seorang
filsuf, ulama, dan sufi terkenal dari abad ke-11.
Karyanya, seperti "Ihya Ulum al-Din"
(Pemulihan Ilmu-ilmu Agama), menyentuh
aspek-aspek kehidupan spiritual dan moral.

19. salah satu wali yang menyebarkan islam


dengan budaya
1. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid): Sunan
Kalijaga adalah salah satu dari Wali Songo di
Jawa. Beliau dikenal sebagai Wali yang
menggunakan pendekatan budaya Jawa
dalam dakwahnya. Sunan Kalijaga
memadukan seni, termasuk wayang dan
gamelan, sebagai media dakwah untuk
menyebarkan ajaran Islam.
2. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum
Ibrahim): Sunan Bonang, murid Sunan
Kalijaga, juga menggunakan seni tradisional
Jawa, khususnya wayang, sebagai sarana
dakwah Islam. Ia menciptakan tembang atau
syair yang memadukan nilai-nilai Islam dengan
tradisi Jawa.
3. Sunan Giri (Raden 'Ainul Yaqin): Sunan Giri,
seorang ulama besar di Jawa, menggunakan
seni tradisional untuk menyebarkan Islam.
Beliau dikenal sebagai tokoh yang memadukan
ajaran agama dengan kesenian, termasuk seni
ludruk yang digunakan untuk tujuan dakwah.
4. Sunan Kudus (Raden Ja'far Shadiq): Sunan
Kudus dikenal sebagai tokoh yang
menyebarkan Islam dengan pendekatan
budaya lokal di Kudus, Jawa Tengah. Ia juga
menciptakan lagu-lagu keagamaan yang
mencerminkan kearifan lokal.

20. penggunaan kemenyan


Dalam islam ada beberapa faktor
1. Warisan dari Zaman Rasulullah SAW:
Penggunaan kemenyan dalam konteks
keagamaan Islam dapat ditelusuri kembali ke
zaman Rasulullah Muhammad SAW dan para
sahabatnya. Riwayat hadis menyebutkan
bahwa Rasulullah pernah menggunakan
wewangian alami seperti kemenyan dan misik
untuk memberikan aroma harum di sekitar
masjid dan rumahnya.
2. Upaya Menyucikan Tempat Ibadah:
Penggunaan kemenyan di masjid dan rumah
umat Islam memiliki tujuan untuk menyucikan
lingkungan tempat ibadah. Aroma harum yang
dihasilkan dianggap dapat menciptakan
suasana yang bersih dan menenangkan, yang
mendukung konsentrasi dalam beribadah.
3. Praktik Tradisional Arab: Penggunaan
kemenyan juga terkait dengan praktik
tradisional Arab sebelum Islam. Pada masa
sebelumnya, kemenyan digunakan dalam
berbagai ritual dan upacara keagamaan di
berbagai budaya di wilayah Arab.
4. Menyambut Tamu dan Acara Khusus:
Penggunaan kemenyan juga sering terkait
dengan menyambut tamu atau menghias
tempat pada acara-acara khusus, seperti
pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan
lainnya.
5. Praktik Tasawuf: Dalam tradisi tasawuf atau
mistisisme Islam, beberapa sufi dan
pengikutnya menggunakan kemenyan sebagai
bagian dari praktik spiritual dan meditasi.
Mereka meyakini bahwa aroma kemenyan
dapat membantu mencapai kekhusyukan dan
meningkatkan kesadaran spiritual.

Anda mungkin juga menyukai