Anda di halaman 1dari 6

Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam di Nusantara

A. Masuknya Islam ke Nusantara


Diperkirakan pada abad ke- 7 M, islam masuk ke Indonesia dan berkembang sebagai
agama baru yang dibawa oleh para mubalig, baik melalui perdagangan, perkawinan,
pendidikan, sosial politik maupun seni budaya.
Perode pertama (abad 7 -13 M) merupakan awal kedatangan dan pembentukan
komunitas muslim. Oleh karena itu, proses islamisasi pada masa ini masih sangat
terbatas dilakukan dengan koneksitas perdagangan. Para mubalig periode ini berasal
dari luar nusantara ( Timur Tengah, Cina maupun India). Pada umumnya mereka adalah
saudagar kaya yang juga bertindak sebagai juru dakwah.
Periode kedua ( 13-19 M) merupakan kelanjutan dari penyebaran islam awal. Pada
periode ini, penyebaran agama islam telah meluas ditandai dengan terbentuknya
kekuatan sosial politik antara mubalig dan orang orang pribumi dalam bentuk kerajaan
kerajaan islam. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan dalam proses islamisasi lebih
komplek ( perdagangan, perkawinn, pengajaran/pendidikan, politik, dan seni budaya).
Adapun 3 teori besar yang dikembangkan Ahmad Mansur Suryanegara, yang terkait
dengan asal kedatangan, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Pertama, teori Gujarat. Islam dipercaya datang dari wialayah Gujarat - Indi melalui
peran para pedagang India muslim pada abad sekitar abad ke -13 M.
Kedua, teori Mekah. Islam dipercayai tiba di indonesia langsung dari Timur Tengah
melalui jasa para pedagang Arab muslim sekita abad ke - 7 M.
Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asak Persia
yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sbelum ke Nusantara sekitar abad ke-13
M.
B. Strategi Dakwah Islam di Nusantara
Menurut Uka Tjandrasasmita yang dikutip Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdabab
Islam, mengatakan bahwa ada 6 cara atau saluran yang dilakukan para mubalig atau
ulama dalam berdakwah.
1. Perdagangan
Saluran islamisasi melalui jalur perdagangan sangat menguntungkan. Pada abad ke-7
M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Gujarat/India, Persia, dan
Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia.
Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara
masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam.
Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban
berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama
dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang
Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agamaIslam dan
budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara
bertahap agama dan budaya Islam tersebar dari pedagang Gujarat/India, Persia, dan
Bangsa Arab kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui
perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.
Fakta sejarah itu berdasarkan pada catatan Tame Pires. Ia menyebutkan bahwa para
pedagang muslim banyak bermukiman di pesisir Pulau Jawa yang ketika itu belum
memeluk islam. Mereka berhasil mendirikan masjid masjid dan mendatangkan
mullah mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin banyak. Akhirnya muncul
kampung kampung dan pusat pusat kekuasaan islam.
2. Perkawinan
Tersebarnya Islam di wilayah Indonesia tidak terlepas dari hubungan perkawinan
antara wanita muslim dengan keturunan raja atau bangsawan lekal. Karena
pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam.
Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang. Contoh
perkawinan yang memberikan pengaruh besar dalam proses islamisasi diantaranya
Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan
putri Kawunganten, perkwaninan Brawijaya dengan putri Campa yang melahirkan
Raden Patah yang kelak menjadi raja Demak.
3. Tasawuf
 Pengajar pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyrakat.
 Bentuk islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan
dengan alam pikiran mereka sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima.
 Hamzam Fansuri (Aceh), Syaikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung (Jawa)
merupakan ahli tasawuf yang memberikan pengajaraan yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran rakyat indonesia pada saat itu.
4. Pendidikan
 Para mubalig yang memiliki kepastian keilmuan islam yang tinggi biasanya
menjadikan rumah, masjid ataupun langgar sebagai pusat pengajaran
 Selain masjid, berkembang pula lembaga pendidikan yang dikenal dengan
pansantren
 Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang
berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam
menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk
mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang
akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam
 Kelebihan yang dimiliki model pendidikan pasantren ini adalah karena pasantren
sebagai basis pendidikan islam yang tidak status sosial dan kasta.
 Diantara lembaga pendidikan pasantren yang tumbuh pada masa awal islam di
jawa adalah pesantren yang didirikan Raden Rahmat dan Ampel Denta dan
pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri.
5. Politik
Hubungan yang erat antar ulama dan kerajaan kerajaan maritim menyangkut 3 unsur
utama. Yaitu politik, dagang, dan agama. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama
Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam.
Karena, masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu
menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya
demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang
diikuti dengan penyebaran agama Islam. Ada 2 hal yang patut dibedakan berkaitan
dengan hubungan politik antara ulama dengan kerajaan:
 Pertama, ulama berhasil mengislamkan raja berdaulat dan membawa pengaruh
kepada lingkungan kerajaan sehingga corak kerajaan tadi bergeser dari hindu -
budha menjadi islam.
 Kedua, para ulama membantu berdirinya kerajaan baru yang langsung bercorak
islam dan mengembangkan pengaruhnya ke kerajaan lain. Hal ini terjadi karena
kerajaan tersebut didirikan oleh raja raja muslim yang didukung penuh oleh para
ulama.

6. Sosial Budaya

Peran ulama yang mulai bergeser dari ranah politik kerajaan kemudian beralih
membangun kekuatan sosial budaya di tengah masyarakat. Perkembangan Islam
dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni tari, seni
musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon,
dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus
dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :

 Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma,


Suluk Sunan , Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.

 Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang


diadopsi atau mencipta nama lainnya yang biasa mendekatkan dengan ajaran
Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.

 Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm


pengingat, Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebgai
pemanggil untuk acara keramaian. Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa
pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur. Contohnya : Tahlil.
C. Perkembangan Dakwah Islam di Nusantara
1. Perkembangan Islam di Sumatera

Tempat mula-mula masuknya Islam di pulau Sumatera adalah Pantai Barat Sumatera.
Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya. Orang yang menyebarkan Islam di
daerah ini adalah Abdullah Arif. Ia seorang mubaligh dari Arab, dengan misi
penyebarannya dengan berdakwah dan berdagang.

Dengan kesopanan dan keramahan orang Arab yang berdakwah itu, maka penduduk
Pasai sangat terkesan. Akhirnya mereka menyatakan diri masuk Islam. Bahkan raja
dan pemimpin negeri, setelah melihat kesopanan orang Arab yang berdakwah
itupun, masuk Islam pula. Masyarakat Pasai sangat giat belajar agama Islam. Malah
ada dari kalangan anak raja sengaja diutus menuntut ilmu agama Islam ke
Mekkah.Kerajaan Islam Pasai berdiri sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal
dengan sebutan “Serambi Mekkah”.

Setelah agama Islam berkembang di Pasai, dengan cepat tersebar pula ke daerah-
daerah lain yaitu ke Pariaman, Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman dari Pasai
melalui laut Pantai Barat Pulau Sumatera. Ulama yang terkenal membawa Islam ke
Pariaman itu adalah Syekh Burhanuddin.

Penyiaran agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di
Sumatera Barat sangat kuat. Dengan arif dan bijaksana para mubaligh dapat
memberikan pengertian pada masyarakat, dan akhirnya masyarakat Sumatera Barat
dapat menerima agama Islam dengan baik. Sebagai bukti bahwa Islam diterima oleh
masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan kesadaran adalah dengan istilah
yang mengatakan: Adat bersendi syura’, syara’ bersendi Kitabullah. Jadi, adat istiadat
yang dipegang teguh oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah adat yang
bersendikan Islam, artinya Islam menjadi dasar adat.

2. Perkembangan Islam di Kalimantan,Maluku, dan Papua

Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan, dengan


ibukotanya Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah
para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa. Perkembangan
agama Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan mencapai puncaknya setelah
Majapahit runtuh tahun 1478.

Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah Kalimantan Barat.
Islam masuk ke Kalimantan Barat mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana.
Dari dua daerah inilah baru tersebar ke seluruh Kalimantan Barat. Penyebaran Islam
di Kalimantan Timur terutama di Kutai, dilakukan oleh Dato’ Ri Bandang dan Tuang
Tunggang melalui jalur perdagangan.

Kemudian sejak abad ke-15, antara tahun 1400 sampai 1500 Islam telah masuk dan
berkembang di Maluku. Pedagang yang beragama Islam dan para ulama/mubalih
banyak yang datang ke Maluku sambil menyiarkan agama Islam. Raja-raja yang
memerintah di daerah tersebut berasal dari satu keturunan, yang semuanya
menyokong perkembangan Islam di Maluku.

Perkembangan agama Islam di papua berjalan agak lambat. Islam masuk ke Irian
terutama karena pengaruh raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama Islam
dan ulama atau mubaligh dari Maluku.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi

Pada abad ke-16 Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato’ Ri Bandang
dari Sumatera Barat. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Sulawesi
adalah Goa, sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan.

Sebelum Islam datang ke daerah ini penduduknya menganut kepercayaan nenek


moyang. Setelah Dato’ Ri Bandang berkunjung ke Sulawesi Selatan, Raja Goa yang
bernama Karaeng Tonigallo masuk Islam. Kemudian atas usul Dato’ Ri Bandang, Raja
Goa berganti nama dengan Sultan Alauddin. Jauh sebelum Raja Goa ini masuk Islam,
para pedagang telah menyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat Sulawesi
Selatan dan banyak penduduk yang telah menganut agama Islam.

4. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara

Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusa
Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para mubaligh dari
Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa.

Agama Islam berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di daerah Lombok yang


penduduknya disebut Suku Sasak. Dari daerah Lombok, secara pelanpelan
selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa dan Flores.

5. Perkembangan Islam di Pulau Jawa

Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada abad ke-11 M., yang dibawa oleh
para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula dimasuki
Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur.
Tokoh terkenal yang berdakwah di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim. Beliau
menetap di Gresik, kemudian mendirikan pusat penyiaran agama Islam dan pusat
pengajaran. Dalam majlisnya itu beliau mengkader beberapa orang murid.
selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di pulau Jawa.

Anda mungkin juga menyukai