Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Allah SWT berupa akal dan
nafsu. Akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang
dapat mewujudkan cita-cita atau penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut
manusia telah menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga
sejak saat itu kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni juga
telah mempengaruhi peradaban manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang
budaya.
Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas
pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut
kegiatan yang melibatkannya etnis/suku yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada
umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan
turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan
tersebut umumnya sakral atau dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku
atau etnis tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral
tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat
berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan
etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.
Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya di
Indonesia merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu,
karena itu manusia adalah mahluk budaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya ?
2. Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan ?

1
3. Apa etika dan estetika berbudaya ?
4. Apa yang dimaksud dengan memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep
konsep dasar manusia ?
5. Apa saja problematika kebudayaan ?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan memenuhi tugas ilmu sosial dan budaya dasar serta
sebagai bahan atau referensi bagi pembaca untuk menambah wawasan yang mencakup
manusia sebagai makhluk budaya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

2.1.1 Pengertian Manusia

2
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (sansekerta), “mens” (latin) yang
berarti berfikir, berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah kelompok atau
individu.
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan. Baik lingkungan vertical (genetika,
tradisi), horizontal (geografis, fisik, sosial), maupun turun temurun.
Setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut
bersumber dari lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan memiliki pengaruh yang besar
terhadap manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari siklus hubungan manusia dengan
lingkungan yakni sebagai berikut :
a. Lingkungan alam yang berfungsi sebagai sumber daya alam (SDA)
b. Lingkungan alam yang berfungsi sebagai sumber daya manusia (SDM)
c. Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan.

2.1.2 Pengertian Budaya


Budaya merupakan bentuk majemuk dari kata budi-daya yang berarti cipta, karsa,
dan rasa. Budaya berasal dari bahasa sansekerta “budhayah” yang berarti budi dan akal.
Budaya dalam bahasa belanda yaitu “culturur”. Dalam bahasa inggris “culture”.
Sedangkan dalam bahasa latin dari kata “colera”. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan serta mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian pengertian budaya
adalah segala aktifitas manusia untuk mengolah danmengubah alam.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta rasa manusia. Manusia menghasilkan
budaya yang mempunyai nilai etika dan estetika. Budaya dapat juga digunakan sebagai
identitas suatu masyarakat seperti pakaian adat,senjata tradisional maupun makanan itu
semua dapat dikatakan budaya karna berasal dari manusia dan sudah ada sejak turun
temurun. Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karna budaya
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat.

2.2 Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan

3
Apresiasi adalah suatu bentuk penghormatan atau penghargaan kepada sesuatu .
Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan dapat diwujudkan dalam perilaku
masyarakat sehari hari. Sebuah apresiasi tidak hanya dapat dilakukan melalui sebuah
penghargaan namun dapat dilakukan dengan cara yang sederhana.

Berdasarkan proses yang terjadi dalam diri seseorang, apresiasi mengalami beberapa
tingkatan:

1. Tingkat penikmatan
•Menonton/melihat, mendengar, membaca maka kita akan merasakan senang
•TindakanOperasional:-Menonton film tanpa memahami bahasanya
-Mendengarkan lagu tanpa memahami kata-katanya
2. Tingkat Penghargaan
•Kagum, ingin memiliki/membeli sehingga merasakan ada manfaatnya
•Tindakan Operasional: - Melihat kebaikan, nilai, gunanya mendengarkan/melihat
dengan seksama
-Mengambil suatu manfaat
-Merasakan suatu pengaruh dalam diri
-Mengagumi dan timbul keingginan untuk memiliki
3. Tingkat Pemahaman
•Bersifat studi yaitu mencari pengertian, menemukan unsur2 intrinsik dan ekstrinsik
•Tindakan Operasional :-Mencari produk budaya yg menarik
-Melakukan apresiasi dengan memisahkan unsur intrinsik dan
ekstrinsik
-Menganalisis dan menyimpulkan

4. Tingkat Penghayatan
•Meyakini apa dan bagaimana hakekat sesuatu itu dengan membuat analisa lanjut
dengan segala argumentasinya
•Tindakan Operasional:-mencari hakekat arti materi dengan argumentasinya
5. Tingkat Implikasi

4
•Memperoleh daya tepat guna, bagaimana dan untuk apa
•Tindakan Operasional :-merasakan manfaat yg luar biasa
-melahirkan ide baru-mengamalkan penemuan, cermah, diskusi,
seminar,

2.3 Etika dan Estetika Berbudaya

2.3.1 Etika Manusia dalam Berbudaya


Etika berasal dari bahasa yunani kuno ethikos yang berarti timbul kebiasaan untuk
mempelajari kualitas yang standart dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah baik buruk dan tanggung jawab. Etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatann manusia. Menurut para ahli, etika adalah aturan
perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya serta menegaskan
yang baik dan yang buruk.

Budaya yang memiliki nilai-nilai etika adalah budaya yang mampu menjaga,
mempertahankan, bahkan mampu meningkatan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau
bahkan menghancurkan martabat manusia.

Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu
memenuhi nilai-nilai etika ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari
paham atau ideology yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. Hal ini
dikarenakan berlakunya nilai-nilai etika bersifat universal, namun amat dipengaruhi oleh
ideology masyarakatnya.

2.3.2 Estetika Manusia dalam Berbudaya


Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai tentang
baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–jelek. Sesuatu yang
estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara sempit,

5
baik dalam bentuk, warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya yang estetik berarti budaya
tersebut memiliki unsur keindahan.

Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak orang,
namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi seseorang
belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan. Orang
yang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung dalam lukisan tersebut, namun
bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.

Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak
bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana
pandangan kita. Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.

Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi


unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di sinilah manusia
berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah dipandang memiliki
nilai–nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan
kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.

Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh
masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Contohnya,
budaya suku–suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari dan pakaiannya
mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku
lain, demikian pula sebaliknya.

Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata–mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai–nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya
manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan
manusia lainya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat melepas subjektivitas kita
untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya yang demikian akan
mampu memecah sekat–sekat kebekuan, ketidak percayaan, kecurigaan, dan rasa
inferioritas antar budaya.

6
2.4 Memanusiakan Manusia Melalui Pemahaman Konsep Konsep Dasar Manusia

Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan


menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia adalah tidak
menindas sesama,tidak menghardik,tidak bersifat kasar,tidak menyakiti dan bersifat buruk
lainnya.

Adapun memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar manusia :

1. Keadilan
Berbagai pendapat tentang keadilan , diantaranya:
a. Aristoteles : keadilan adalah suatu kelayakan dalamtindakan manusia. Kelayakan
disini adalah sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrim, baik yang
menyangkut dua orang atau dua benda.
b. Plato : keadilan merupakan kewajiban tertinggi dalam kehidupan negara yang baik.
Sedangkan orang yang adil adalah orang yang mampu mengendalikan diri,
perasaan dikendalikan oleh akal sehat.
c. Ensiklopedia Indonesia : adil adalah tidak berat sebelah atau tidak memihak salah
satu pihak. Adil memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang
harus diperolehnya. Orang yang bersikap adil, kebalikan dari fasiq. Adil adalah
sendi pokok dalam persoalan hukum.

2. Penderitaan
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan itu dapat lahir atau batin. Yang tertmasuk penderitaan antara lain : keluh
kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan dan sebagainya. Dalam Al-
quran kitab suci agama islam banyak surat atau ayat yang menguraikan penderitaan
yang dialami manusia itu merupakan peringantan bagi manusia akan adanya
penderitaan.
Upaya preventif dalam penderitaan adalah dengan proses introspeksi dan
berkpribadian psikologis yang sehat, dan selalu ingat kepada Sang Pencipta.

7
3. Kasih sayang
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S Purwodarminto, kasih
sayang diartikan dengan perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada
seseorang. Ada berbagai bentuk kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi
penyayang dan yang disayangi. Kasih sayang dialami oleh setiap manusia, karena
kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih
sayang, meskipun ada pula kelahiran anak yang tidak diharapkan, namun hal itu
termasuk pengecualian.
Kasih sayang bila diakhiri dengan perkawinan, maka dalam rumah tangga
keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi
atau saling menumpahkan kasih sayang. Dalam kehidupan berumahtangga kasih
sayang merupakan kunci kebahagiaan.
Zaman sekarang ini banyak orang merasakan bahwa kebahagiaan adalah suatu
keadaan abstrak yang sulit dicapai. Sebetulnya masih ada banyak jalan untuk
menemukan kebahagiaan, atau setidaknya untuk mengurangi pukulan badai kehidupan.
Memang seringkali manusia tidak dapat lolos dari kesulitan sosial ekonomi. Namun
dengan membangun kasih sayang yang erat dalam keluarga, maka setidak-tidaknya
kita mempunyai suatu tempat yang damai, teduh ditengah kemelutnya persoalan hidup.
Jadi memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun
orang lain. Bagi diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya
sebagai manusia. Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa
hormat, kedamaian, dan kesejahteraan hidup.

2.5 Studi Kasus Problematika Kebudayaan


Beberapa Problematika Kebudayaan antara lain:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan idup system kepercayaan.

8
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini
sebagai pemberi berkah kehidupan.Mereka enggan meninggalkan kampumg halamannyan
atau beralih pola hidup sebagai petani.padahal umumnya miskin.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan prinsip atau sudut pandang hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara
masyarakat dan laksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB
semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan factor piskologi atau kejiwaan,
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan adanya mekhawatiran penduduk bahwa di tempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan mereka hidup di tempat yang lama
4. Masyarakat tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang berkomunikasi dengan masyarakat luar,
karena pengatahuaan sangat terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program
pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap
hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah memililki secara turun-
temurun.
6. Sikap Etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal, Yang terkadang
justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang
kebudayaan orang lain.
Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap kelakuan
yang lebih tinggi terhadap budaya lain.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan

9
untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam
penggunaannya disalahgunakan yang justru menggangu kesehatan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

10
Hakikat manusia sebagai makluk budaya adalah penerapan sikap dan pola pikir dalam
kehidupan sehari hari berdasarkan kebudayaan yang sudah turun temurun sejak dulu.
Kebudayaan yang baik adalah kebudayaan yang mempunyai nilai etika dan estetika .Agar
kebudayaan dapat tetap terjaga maka kita harus memberikan apresiasi ataupun perhatian
yang besar terhadap kebudayaan bangsa sendiri jangan sampai budaya kita tergantikan
oleh budaya luar yang tidak sesuai dengan pola pikir kita. Dalam hidup berbudaya kita
harus memperhatikan berbagai macam faktor dan jangan lupa untuk selalu bersikap baik
terhadap manusia itu sebagai bentuk memanusiakan manusia. Untuk mengurangi dampak
buruk yang terjadi pada kebudayaan kita mulailah sejak dini kenal,tahu dan mencintai juga
melestarikan budaya kita.

Budaya merupakan perwujudan dari ide dan gagasan manusia. Sedangkan kebudayaan
adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia. Sehingga tingkat kebudayaan suatu
bangsa akan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan peradaban bangsa tersebut.
Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi
Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan diberikan
kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.

3.2 Saran

Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup
dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya.
Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena
dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap
hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau
tidak manusia merusak kebudayaan.

11

Anda mungkin juga menyukai