Anda di halaman 1dari 17

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Kelompok 3

Angelina Imanuela Permana

Mayada

Muhammad Faisal Rahman

Muhammad Aditama Taufiqurrahman

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Kalimantan Selatan

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-

Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat

berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 18 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini, keduanya saling berkaitan satu dengan yang

lain. Kebudayaan lahir dari proses kehidupan manusia yang dihasilkan dari

interaksi antara manusia satu dengan manusia lain ataupun dari alam. Oleh

karena itu, manusia sebagai subjek yang menghasilkan kebudayaan itu

sendiri. Tanpa adanya manusia, kebudayaan tidak akan pernah ada.

Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak lepas

dari nilai-nilai yang dibangunnya sendiri. Berbagai bentuk nilai-nilai

budaya tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakatnya.

Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup di

dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai apa

yang mereka anggap bernilai , berharga dan penting dalam hidup, sehingga

dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi

kepada kehidupan para warga masyarakat tadi. Nilai-nilai tersebut ada

yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan

manusia.

Teori fungsional melihat kebudayaan sebagai sejumlah pengetahuan

yang kurang lebih agak terpadu, sebagai pengetahuan semu, kepercayaan

dan nilai. Hal ini menentukan situasi dan kondisi bagaimana suatu

masyarakat bertindak. Kebudayaan merupakan suatu system makna-makna


simbolis (symbolic system of meanuings) yang sebagian diantaranya

menentukan realitas sebagaimana diyakini dan yang sebagian lain

menentukan harapan-harapan normatif yang dibebankan pada manusia.

Unsur-unsur yang membentuk sistem makna budaya (system of meaning)

dapat implisit maupun eksplisit. Suatu sistem makna budaya itu

memperlihatkan beberapa tingkat kepaduan yang menyeluruh dan jalan

menuju konsistensi. Kebudayaan bagi manusia merupakan kreasi dunia

penyesuaian dan kemaknaan, dalam konteks mana kehidupan manusia

dapat dijalankan dengan penuh arti. Budaya terbentuk dari banyak unsur

yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia

dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia

berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan

adab-adab yang diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya,

manusia harus bersosialisasi dan memenuhi adab-adab yang telah

disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya.

B. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis

dan juga sebagai belajaran bagi penulis, disamping itu, penulis makalah ini

juga diharapkan untuk :

1. Dapat mengetahui apa itu manusia dan hakekat manusia

2. Dapat mengetahui apa saja unsur-unsur yang membangun manusia


3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kebudayaan

4. Mengetahui apa saja unsur-unsur dari kebudayaan

5. Dapat mengetahui bagaimana manusia dengan kebudayaan

C. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah bagaimana mahasiswa dapat memahami

berbagai kebudayaan dan dapat menjelaskan hubungan antara manusia dan

kebudayaan, mengetahui hakekat manusia dan mengetahui semua unsur-

unsur kebudayaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan budaya adalah bentuk jamak

dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya

berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang

berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture,

dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin,

berasal dari kata colera.

Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah

(bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai

segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli :

1. E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum adat istiadat

dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.

2. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku

yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan

oleh anggota masyarakat lain.


3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan milik diri manusia dengan belajar.

4. Selo Soemardjandan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa

kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dam cipta masyarakat.

Dalam definisi yang dikemukakan oleh Selo Sumarjan dan Soelaeman

Soemardi ini, dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan itu merupakan hasil dari

usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan jawmani dan rohani agar hasilnya

dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, misalnya :

a) Karya (kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk

menghasilkan benda atau lainnya yang berwujud benda.

b) Rasa, didalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan

semua unsur ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai sosial

dan norma-norma sosial.

c) Cipta, merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan

ilmu pengetahuan.

5. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang

diciptakan oleh manusia.

Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek

kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli

yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat

dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang


mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang

sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.

Kebudayaan tidak diwariskan secara biologis, melainkan hanya mungkin

doperoleh dengan cara belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Hampir semua tindakan manusia adalah

kebudayaan. Luasnya bidangh kebudayaan menimbulkan adanya telahan

mengenai apa sebenarnya isi dari bidang kebudayaan menimbulkan adanya

telahan mengenai apa sebenarnya isi dari kebudayaan itu. Pandangan para ahli

tentang kebudayaan berbeda-beda, namun sama memahami bahwa

kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang terintegrasi. Unsur-unsur

kebudayaan terdapat pada setiap kebudayaan dari semua manusia dimanapun

berada. Selanjutnya Koentjaningrat menyusun tujuh unsur-unsur kebudayaan

yang bersifat universal berdasarkan pendapat para ahli antropologi. Tujuh

unsur kebudayaan yang dimaksud adalah :

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan

3. Organisasi Sosial

4. Sistem Pertahanan Hidup dan Teknologi

5. Sistem Mata Pencarian Hidup

6. Sistem Religi

7. Sistem Kesenian
2.2 Perwujudan Kebudayaan

Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan Al Kroeber

(Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam

sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu

rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J.

Hogmann dalam bukunya The World of Man (1959) membagi budaya dalam tiga

wujud, yaitu : ideas, activities, and artifact. Sejalan dengan pikiran para ahli

tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau

digolongkan dalam tiga wujud, yaitu :

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-

norma, dan peraturan.

Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya

abstrak, tak dapat diraba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di

alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu

hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal ini

menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,

mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan

perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan

ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak

disimpan dalam arsip, tape recorder, komputer. Kesimpulannya, budaya

ideal ini adalah merupakan perwujudan dan kebudayaan yang bersifat

abstrak.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat.

Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena rnenyangkut tindakan

dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi,

difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat

aktivitas-- aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta

bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak

dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam

pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Kesimpulannya, sistem sosial

ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam

bentuk perilaku dan bahasa.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud

budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan,

dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan

berupa benda-- benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto

yang berujud besar ataupun kecil. Contohnya : candi Borobudur (besar),

baju, dan jarum jahit (kecil), teknik bangunan Misalnya cara pembuatan

tembok dengan pondasi rumah yang berbeda bergantung pada kondisi.

Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan

yang bersifat konkret, dalam bentuk materi/artefak.


2.3 Pengertian Manusia

Manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti

berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai

makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah

fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang

individu. Adapun pendapat para ahli mengenai definisi atau pengertian manusia

adalah sebagai berikut :

1. Nicolaus D. & A. Sudiarja : Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal.

Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena

jasmani dan rohani merupakan satu orang.

2. Abineno J.I : Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi

yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”

3. Upanisads : Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa,

pikiran dan prana atau badan.

4. Sokrates : Manusia adalah makhluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu

dengan kuku datar dan lebar

5. Paula J.C & Janet W.K : Manusia adalah makhluk terbuka, bebas memilih

makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang

hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul

multidimensi dengan berbagai kemungkinan.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas

masingmasing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar.
Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara

psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut

sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan

dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya. Lebih lanjut, dalam

pandangan humanistik, manusia memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang

mereka capai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa apabila dapat melepaskan potensi itu,

maka setiap individu dapat mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang

ditemukannya dalam orang-orang yang mengaktualisasikan diri. faktor

lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas

dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang

berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest),

(2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan

kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5)

dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang

jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di

lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus

berkembang.

Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu

ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin

merealisasikan dan mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki

kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Menurut

kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan

makhluk sosial. Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya
terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana

terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain yang sering di

dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak

akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan

tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa

berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi

kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam

aktivitas dan lingkungan sosial.

2.4 Manusia Dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban

Manusia pada dasarnya hidup sebagai makhluk budaya yang memiliki akal,

budi dan daya untuk dapat membuahkan suatu gagasan dan hasil karya yang

berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus dilakukan dan pada akhirnya

membentuk suatu kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian diakumulasikan dan

ditransmisikan secara sosial atau kemasyarakatan.

Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia, hal

ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang

begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar

kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing- masing plural (jamak)

dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam”. 13 Sebagai negara yang plural dan

heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur, dan
multi agama yang kesemuanya merupakan potensi untuk membangun negara

multikultur yang besar “multikultural nation- state”. Keragaman masyarakat

multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu konflik

dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun bahwa

kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya

yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-

kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan

kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan

vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Indonesia adalah suatu negara multikultural yang memiliki keragaman

budaya, ras, suku, agama dan golongan yang kesemuanya merupakan kekayaan

tak ternilai yang dimiliki bangsa Indo- nesia. Selo Soemardjan mengemukakan

bahwa pada waktu disiapkannya Republik Indonesia yang didasarkan atas

Pancasila tampaknya para pemimpin kita menyadari realitas bahwa ditanah air

kita ada aneka ragam kebudayaan yang masing-masing terwadahkan di dalam

suatu suku. Realitas ini tidak dapat diabaikan dan secara rasional harus diakui

adanya. Founding Father bangsa menyadari bahwa keragaman yang dimiliki

bangsa merupakan realitas yang harus dijaga eksistensinya dalam persatuan dan

kesatuan bangsa. Keragaman merupakan suatu kewajaran sejauh disadari dan

dihayati keberadaannya sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan toleransi.

Kemajemukan ini tumbuh dan berkembang ratusan tahun lamanya sebagai

warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia.


Kemungkinan munculnya benih-benih percekcokan pada masyarakat

multikultur sangat rawan terjadi jika masyarakat multikultur menyikapi perbedaan

sebagai suatu pemisah dan menimbulkan sifat ke-kita-an (yang lain bukan bagian

dari kita). Masyarakat yang hidup ribuan tahun dalam keadaan yang multikultur

tidak berarti telah immune terhadap kemungkinan-kemungkinan gesekan konflik

etnis, budaya, agama, sosial, politik dan ekonomi. Pengalaman lama hidup dalam

perbedaan ternyata tidak cukup untuk menanamkan rasa bangga akan perbedaan

dan memandangnya sebagai suatu kekayaan bangsa. Menyikapi hal tersebut,

Azyumardi Azra memandang bahwa pembentukan masyarakat multikultural

Indonesia yang sehat tidak bisa secara taken for granted atau trial and error.

Harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan

berkesinambungan. Salah satu strategi penting itu adalah pendidikan multikultural

yang dapat berlangsung dalam setting pendidikan formal atau informal, langsung

atau tidak langsung.


BAB III

KESIMPULAN

Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku

kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.

Dalam ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang

berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan.

Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan

mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Maran, Rafael Raga. Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya

Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, Ahmad Syukri Saleh. Manusia dan

Kebudayaan, Jambi : Universitas Negeri Islam, 2019

Drs. Ermansyah, M. Hum. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Medan : Universitas

Sumatera Utara, 2013

Anda mungkin juga menyukai