Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem nilai budaya adalah suatu rangkaian konsepsi-konsepsi abstrak yang
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap mempunyai makna penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa
yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Adat istiadat menetapkan
bagaimana seharusnya warga masyarakat bertindak secara tertib. Nilai budaya daerah
tentu saja bersifat partikularistik, artinya khas berlaku umum dalam wilayah budaya
suku bangsa tertentu.
Sejak kecil individu-individu telah diresapi oleh nilai-nilai budaya
masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu telah menjadi berakar dalam
mentalitas mereka dan sukar untuk digantikan oleh nilai budaya yang lain dalam
waktu yang singkat kekhasan nilai budaya daerah dan perilaku praktisnya itu tentu
saja secara relatif berbeda dengan kekhasan nilai budaya suku bangsa lain, misalnya
stereotip orang Jawa tentu berbeda dengan stereotip orang Batak atau Bugis-Makasar.
Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai makna budaya, adat dan nilai
budaya yang ada di Indonesia terutama Sumatera Barat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dalam makalah ini dijelaskan beberapa hal
yang berkaitan dengan :
1. Apa yang dimaksud dengan makna budaya?
2. Apa yang dimaksud dengan adat?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai budaya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan mengenai makna budaya
2. Menjelaskan mengenai adat
3. Menjelaskan mengenai nilai budaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Budaya
1. Pengertian Budaya
Budaya menurut Faisal Ismail (dalam Rohmat, Mulyana, 2017:13),
yaitu suatu cara hidup yang berkembang, dan memiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenrasi. Budaya terbentuk
dari sebuah unsur yaitu sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa dan karya
seni. Budaya juga merupakan suatu pola hidup menyeluruh yang bersifat
kompleks, abstrak dan luas juga banyak aspek budaya turut menentukan
prilaku komunikatif.
Menurut Joko, Tripasetyo (dalam Rohmat, Mulyana, 2017:13), budaya
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat, unsur-unsur pembentukan tingkah laku didukung dan
diteruskan oleh anggota dari masyarakat.
Budaya (Wikipedia) adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa,
pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk
pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang
2
berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada
pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Sedangkan pengertian budaya menurut beberapa para ahli adalah
sebagai berikut :
a. Koentjaraningrat
Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar.
b. Sir Edwar Burnett Taylor
Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
c. Linton
Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola
perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh
anggota suatu masyarakat tertentu.
d. Kluckhohn dan Kelly
Budaya adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara
historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang
ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku
manusia.
e. William A Haviland
Budaya adalah seperangkat peraturan yang standar, yang
apabila dipenuhi atau dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya akan
menghasilkan perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima oleh
anggota masyarakat.
f. Lehmann, Himstreet, dan Batty
Budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang
ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat
tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya
bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu
sendiri.

3
g. Mitchell
Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,
standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan
oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana
seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang
lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa arti


budaya adalah amat luas, yang meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia,
yang teratur oleh tata kelakuan yang dapat dilakukan dengan belajar dan
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Budaya dan segenap
hasilnya muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan manusia atas
budaya yang bersifat abstrak (idea) nilai budaya hanya bisa diketahui melalui
badan dan jiwa, sementara tata cara hidup manusia dapat diketahui oleh
pancaindera.

2. Unsur Budaya
Menurut Clyde Kluckhohn, ada tujuh unsur yang membentuk budaya
atau kebudayaan, yaitu;
a. Bahasa, yaitu mencakup bahasa lisan dan tulisan yang memiliki fungsi
sebagai cara berinteraksi, dan merupakan salah satu tanda adanya
budaya suatu peradaban.
b. Sistem pengetahuan, yaitu mencakup pengetahuan mengenai berbagai
hal seperti perilaku sosial, organ manusia, waktu, flora dan fauna, dan
lain sebagainya.
c. Sistem religi, yaitu mencakup aliran kepercayaan atau agama yang
dianut oleh masyarakat. Kegiatan unsur kebudayaan sistem religi
misalnya upacara atau tradisi kepercayaan tertentu.
d. Sistem mata pencaharian manusia, yaitu mencakup metode manusia
untuk bertahan hidup. Kegiatannya misalnya bercocok tanam,
berdagang, bertani, dan lain sebagainya.
e. Sistem teknologi manusia, yaitu mencakup peralatan produksi, alat
transportasi, proses distribusi, komunikasi, serta tempat-tempat untuk

4
menyimpan beda dan atau manusia. Rumah, senjata, dan perkakas
merupakan unsur kebudayaan yang diciptakan oleh peradaban manusia.
f. Sistem kemasyarakatan, yaitu mencakup sistem keluarga, kekerabatan,
komunitas, organisasi, hingga negara. Sejak lahir manusia telah
menjadi bagian organisasi, yaitu keluarga dan terikat dalam kegiatan
keagamaan.
g. Kesenian, yaitu mencakup berbagai bentuk seni, seperti seni musik,
seni tari, seni lukis, sastra, arsitektural, dan lain-lain. Setiap karya
kreatif manusia yang mengandung seni merupakan unsur budaya.

3. Wujud Kebudayaan
Adapun wujud budaya adalah sebagai berikut:
a. Ide atau Gagasan
Ide atau gagasan ini berada dalam alam sadar atau pikiran
manusia yang membentuk pola pikir atau cara berpikir. Dengan kata
lain, manusia memiliki ekspektasi terhadap segala hal yang mereka
lihat dan jalani di dalam kehidupan setiap hari.
b. Aktivitas
Aktivitas merupakan kegiatan atau tindakan menusia yang
terbentuk dalam sistem sosial dan mengakibatkan terjadinya interaksi
antar individu di dalam masyarakat. Aktivitas tersebut berjalan sesuai
dengan kebiasaan setiap orang.
c. Hasil Budaya
Ini adalah karya yang merupakan hasil aktivitas manusia, baik
dalam bentuk fisik maupun abstrak. Ide atau gagasan yang dinyatakan
dalam aktivitas manusia akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat,
didokumentasikan, dan diamati secara langsung.

4. Pengaruh Budaya terhadap Lingkungan


Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada
lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan
memancarkan suatu cirri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar,
artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap
lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu

5
akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan prilaku manusia sebagai perilaku budaya
dalam kaidah dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya
akan mengandung banyak variabel yang saling berhubungan dalam
keseluruhan system terbuka. Pendekatan yang saling berhubungan dengan
psikologi lingkungan adalah pendekatan system yang melihat rangkaian
sistematik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan
lingkungan total yang melingkupi satuan budaya yang ada.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan
lingkungan sebagai berikut:
a. Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti :
temperature, curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora dan fauna.
b. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta
proses sosialisasi seperti : norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
c. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi
dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat
mengenai lingkungannya.
d. Environmental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
e. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti
membangun rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia
dalam memodifikasi lingkungan fisik seperti budaya pertanian, dan
iklim.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan yang berlaku


dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata
laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi cirri khas
suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

B. Makna Adat
1. Pengertian Adat
Adat dapat dipahami sebagai tradisi lokal (local castom) yang mengatur
interkasi masyarakat. Dalam ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah

6
“Kebiasaan” atau “Tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang kali
secara turun-temurun. Kata “adat” disini lazim dipakai tanpa membedakan
mana yang mempunyai sanksi seperti “Hukum Adat” dan mana yang tidak
mempunyai sanksi seperti disebut adat saja. Adat adalah gagasan kebudayaan
yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan
hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak
dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh
masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Secara etimologi, istilah adat berasal dari istilah Arab, yaitu “Adah".
Kata ini berarti "kebiasaan", jadi secara etimologi adat dapat didefinisikan
sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu menjadi suatu kebiasaan
yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat. Adat
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki naili dan dijunjung serta di
patuhi masyarakat pendukungnya. Adat adalah gagasan kebudayaan yang
terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum
adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.
Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku
yang dianggap menyimpang. Untuk di Indonesia sendiri tentang segi
kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang
disebut dengan hukum adat. Adat telah melembaga dalamkehidupan
masyarakat baik berupa tradisi, adat istiadat, upacara dan sebagainya, yang
mampu mengendalikan perilaku masyarakat dalam wujud perasaan senang
atau bangga dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh masyarkat menjadi
cukup penting. Dengan demikian unsur-unsur terciptanya adat ialah adanya
tingkah laku seseorang, dilakukan terus-menerus, adanya dimensi wktu dan
diikuti oleh masyarakat.
Menurut Jalaludi Tunsam, yang dalam tulisannya pada tahun 1660
menyatakan bahwa "adat" berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk
jamak dari "adah" yang memiliki arti cara atau kebiasaan. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa adat merupakan suatu gagasan kebudayaan yang
mengandung nilai kebudayaan, norma, kebiasaan serta hukum yang sudah
lazim dilakukan oleh suatu daerah. Nah, biasanya apabila adat ini tidak

7
dipatuhi maka akan ada sangsi baik yang tertulis maupun langsung yang
diberikan kepada perilaku yang melanggarnya.
Sedangkan menurut Koen Cakraningrat, adat ialah suatu bentuk
perwujudan dari kebudayaan, kemudian adat digambarkan sebagai tata
kelakuan. Adat menipakan sebuah noma atau aturan yang tidak tertulis, akan
tetapi keberadaannya sangat kuat dan mcngikat sehingga siapa saja yang
melanggarnya akan dikenakan sangsi yang cukup keras.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Adat ialah aturan “perbuatan
dsb” yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, cara “kelakuan dsb”
yang sudah menjadi kebiasaan, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas
nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi suatu sistem. Karena istilah adat yang telah diserap kedalam
Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan
dengan hukum kebiasaan.
Menurut Syah dalam Nurlin Ibrahim (2009:5), mengemukakan bahwa
adat ialah kaidah-kaidah sosial yang tradisional yang sakral ini berarti bahwa
ialah ketentuan leluhur dan ditaati secara turun temurun. Ia merupakan tradisi
yang mengatur masyarakat penduduk asli Indonesia yang dirasakan oleh
anggota-anggotanya sangat mengikat. Sebagai kaidah-kaidah sosial yang
dianggap sakral, maka pelaksanaan adat ini hendaknya dilaksanakan
berdasarkan norma-norma adat yang berlaku disetiap daerah dengan tanpa
memperhatikan adanya stratifikasi dalam kehidupan masyarakat.
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang terus-
menenus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarkat luar dalam
waktu yang lama.

2. Macam-macam Adat
Ada beberapa macam adat, yaitu:
a. Adat yang Sebenarnya Adat adalah adat yang tak lekang oleh panas,
tak lapuk oleh hujan, dipindah tidak layu, dibasuh habis air. Artinya,
semua ketetapan yang ada di alam ini memiliki sifat-sifat yang tak akan
berubah, contohnya hutan gundul menjadi penyebab banjir, kejahatan

8
pasti akan mendapat hukuman, kebaikan akan membuahkan
kebahagiaan, dan seterusnya.
b. Adat yang Diadatkan ialah semua ketentuan yang berlaku di dalam
masyarakat. Ketentuan-ketentuan ini dikodifikasikan oleh Datuk Nan
Duo berdasarkan sifat benda-benda di alam. Gunanya untuk mengatur
kehidupan bermasyarakat dalam hal ketertiban, perekonomian, dan
sosial budaya.
c. Adat yang Teradat yaitu aturan yang terbentuk berdasarkan
musyawarah. Setiap kelompok masyarakat memiliki aturan dan tata
cara yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
d. Adat-Istiadat merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat
ketika melaksanakan pesta, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah
raga, dan lainnya.

3. Contoh Adat atau Tradisi di Indonesia


Adat dan tradisi di berbagai daerah di Indonesia berasal dari warisan
nenek moyang masing-masing suku bangsa. Berikut adalah beberapa contoh
kebiasaan tersebut:
a. Tedak Siten, yaitu upacara selamatan atau syukuran masyarakat Jawa
ketika seorang anak bayi sudah mulai bisa berjalan. Pada ritual Tedak
Siten, anak bayi tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam dan
diberikan barang-barang tertentu, seperti uang, alat tulis, dan lain-lain.
b. Sekaten, yaitu upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad setiap
tahun yang dilaksanakan di Yogyakarta. Dalam ritual ini pihak Keraton
mengadakan pawai membawa hasil bumi masyarakat dan diarak oleh
para Abdi Dalem dan prajurit Keraton.
c. Mangongkal Holi, yaitu tradisi membongkar kuburan yang dilakukan
masyarakat suku Batak di Sumatera Utara. Dalam prosesinya tulang-
belulang dari kuburan yang digali tersebut dipindahkan ke kuburan
baru sehingga kuburan anggota keluarga yang sudah meninggal
menjadi satu lokasi.
d. Mappalili, yaitu upacara turun sawah di Sulawesi Selatan yang
diselenggarakan untuk mengawali musim tanam padi. Menurut

9
kepercayaan setempat, upacara ini bertujuan untuk mencegah hama
atau bencana besar yang dapat merusak tanaman padi.
e. Ngaben, yaitu upacara pembakaran jenazah yang dilakukan oleh
masyarakat di Bali. Ritual ini merupakan warisan leluhur masyarakat
Bali yang percaya bahwa dengan membakar jenazah maka roh leluhur
menjadi suci dan mereka dapat beristirahat dengan tenang.

4. Kebudayaan Suku Minangkabau


a. Pakaian Adat Suku Minangkabau
1) Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang
Yang pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan
Gadang atau sering pula disebut pakaian Bundo Kanduang.
Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi para wanita
yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dari
pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga. Limpapeh
sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan rumah adat
Sumatera Barat.
Peran limpapeh dalam mengokohtegakan bangunan
adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika
limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan
rubuh, begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai
mengatur rumah tangga, maka keluarganya juga tak akan
bertahan lama. Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang
atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang
berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku. Akan tetapi,
beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis
pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak
(tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung,
salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa
aksesoris lainnya.

2) Makna Baju Bundo Kanduang


a) Tengkuluk Tanduk
(1) Melambangkan rumah adat Minangkabau.

10
(2) Melambangkan akal budi Bundo Kanduang
menyebar untuk masyarakat banyak.
(3) Melambangkan bahwa dalam memutuskan sesuatu
haruslah dengan musyawarah mufakat dan hasilnya
harus adil.
(4) Melambangkan tanggung jawab dan kepercayaan
yang diberikan kepada Bundo Kanduang harus
dijunjung tinggi
b) Baju Bertanti
(1) Melambangkan kekayaan alam Minangkabau
dengan emas.
(2) Melambangkan masyarakat yang bermacam ragam
berada dalam satu wadah yaitu adat Minangkabau.
(3) Melambangkan ketaatan Bundo Kanduang dalam
menjalankan agama Islam.
(4) Melambangkan demokrasi yang luas di
Minangkabau tetapi berada pada batas-batas tertentu.
(5) Warna merah melambangkan keberanian dalam
menyatakan kebenaran.
(6) Warna hitam melambangkan tahan gempa dan dapat
pergi kemana saja dalam melaksanakan tugasnya.
c) Sarung (Lambak)
(1) Melambangkan bahwa dia seorang ”putri” yang
memiliki tertib sopan dan mempunyai rasa jormat
menghormati.
(2) Warna merah atau minimal kemerah-merahan
sebagai lambang keberanian dan bertanggung jawab.
(3) Melambangkan bahwa segala sesuatu harus
diletakkan pada tempatnya.
d) Kalung
(1) Melambangkan bahwa semua rahasia dikumpulkan
oleh Bundo Kanduang.
(2) Melambangkan bahwa kebenaran akan tetap berdiri
teguh.

11
(3) Melambangkan bahwa Bundo Kanduang
menyimpan harta pusaka.
e) Gelang
(1) Melambangkan keindahan dan memamerkan
kemampuan/kekayaan si pemakai.
(2) Pemakaian gelang melambangkan batas-batas yang
dapat dilakukan oleh seorang dalam kehidupan ini.
(3) Melambangkan bahwa dalam mengerjakan sesuatu
pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan.
(4) Melambangkan kedisiplinan adat Minangkabau
f) Selop
Disini selop hanya berfungsi sebagai
pelindung/pengaman kaki agar tidak terkena benda
tajam, disamping itu juga perlindungan terhadap diri
seorang Bundo Kanduang.

3) Baju Tradisional Pria Minangkabau Pakaian Adat Sumatera


Barat
Untuk para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai
namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau
orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur
sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri atas
beberapa kelengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam,
sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek, selop.

4) Makna Pakaian Penghulu


a) Saluak
(1) Melambangkan sistem pemerintahan demokrasi
dalam masyarakat Minangkabau.
(2) Melambangkan penyimpanan segala buruk baik,
segala rahasia yang merupakan persoalan dalam
masyarakatnya.
(3) Warna merah melambangkan keberanian.

12
(4) Warna hitam yang melambangkan dapat
bekerjasama dalam bidang apa saja untuk kebaikan
kaumnya atau masyarakat pada umumnya.
(5) Melambangkan bahwa Penghulu mempunyai derajat
yang tertinggi dalam masyarakatnya.
(6) Melambangkan bahwa dalam mencari mufakat akan
diperoleh suatu keputusan yang datar dan adil bagi
segala pihak.
(7) Melambangkan bahwa orang yang memakainya
adalah orang yang tahu dengan seluk beluk adat
Minangkabau.
(8) Melambangkan kedalaman ilmu orang yang
memakainya.
b) Baju Lapang (Besar)
(1) Melambangkan bahwa pemakainya adalah orang
besar, beralam luas, berdada lapang dan bersifat
sabar.
(2) Melambangkan keterbukaan pemimpin dan
kelapangan dadanya.
(3) Selalu ingat dan menjaga kelestarian adat.
(4) Berilmu, berwibawa, bermagrifat, yakni tawakal
kepada Allah.
(5) Kaya dan miskin terletak pada hati dan kebenaran.
(6) Hemat dan cermat.
(7) Sabar dan ridho.
(8) Melambangkan bahwa Penghulu tidak mempunyai
sifat pembohong atau tidak pendusta, tidak
mempunyai sifat mengambil kesempatan dalam
kesempitan.
(9) Melambangkan bahwa Penghulu tidak berbuat
merugikan orang lain atau kawan sendiri.
(10) Melambangkan bahwa orang Minangkabau
hidup dengan penuh perasaan.

13
(11) Warna hitam melambangkan bahwa sepatah kata
Penghulu tidak dapat dirubah lagi, karenanya
semuanya yang dikatakan Penghulu itu merupakan
hasil musyawarah bersama.
c) Celana Lapang (Besar)
(1) Melambangkan langkah yang selesai untuk menjaga
segala kemungkinan musuh yang datang tiba-tiba.
Walaupun lapang tetapi langkahnya mempunyai
batas-batas tertentu dan mempunyai tata tertib
tertentu pula.
(2) Melambangkan agar bersifat jujur, benar dan tulus-
ikhlas.
(3) Melambangkan jangan berlindung pada orang lain
semaunya, jangan suka enak sendiri dalam
masyarakat.
d) Sisamping (Samping)
(1) Melambangkan orang yang memakainya akan selalu
hormat-menghormati.
(2) Warna merah melambangkan keberanian dan
bertanggung jawab.
(3) Melambangkan si pemakai mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam bidangnya.
(4) Melambangkan agar pemakai dalam berjalan harus
memelihara kaki, dan dalam berkata pelihara lidah.
Dengan kata lain ”samping” tersebut dapat dikatakan
melambangkan ”kehati-hatian” pemakai dalam
segala tindak-tanduknya dalam masyarakat.
e) Cawek (Ikat Pinggang)
(1) Melambangkan setiap sesuatu itu harus dengan
rundingan menyelesaikannya. Penghulu tidak boleh
menjadi hakim sendiri.
(2) Melambangkan keteguhan orang Minangkabau pada
perjanjian.
f) Sandang (Salempang)

14
(1) Melambangkan tanggung jawab seorang Penghulu
terhadap kesejahteraan anak kemenakannya.
(2) Melambangkan tanda kebesaran seorang Penghulu.
(3) Melambangkan bahwa Penghulu itu adalah orang
yang jujur dan selalu menepati janji yang telah
dibuat bersama.
(4) Melambangkan penghapus keringat yang terdapat
pada kening.
g) Tongkat
(1) Melambangkan kebesaran pemakaianya, atau orang
yang harus didahulukan dan dituakan sepanjang adat.
(2) Melambangkan kemampuan dan kemakmuran negeri.
(3) Melambangkan komando terhadap anak kemenakan.
(4) Melambangkan bahwa tiap-tiap keputusan yang
telah dibuat, tiap peraturan yang telah ditetapkan
harus dipertahankan dan ditegakkan dengan penuh
wibawa.
(5) Melambangkan bahwa semua masalah tidak dikuasai
sendiri dan tidak diselesaikan atau dihakimi sendiri.
(6) Melambangkan sebagai pertahanan diri terhadap
serangan musuh.
(7) Melambangkan bahwa Penghulu mempunyai
pembantu dalam menjalankan tugasnya
h) Baju Takwa Putih
(1) Melambangkan kesucian hati seorang Penghulu
(2) Melambangkan kejernihan pikiran seorang Penghulu
dalam pengambilan keputusan.
(3) Melambangkan bahwa Penghulu adalah seorang
yang bertakwa kepada Tuhan.
i) Selop
Disini selop hanya berfungsi sebagai
pelindung/pengaman kaki agar tidak terkena benda
tajam, disamping itu juga perlindungan terhadap diri
seorang Penghulu.

15
5) Pakaian Adat Pengantin Padang
Selain baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada
pula jenis pakaian adat Sumatera Barat lainnya yang umum
dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan.
Pakaian pengantin ini lazimnya berwarna merah dengan tutup
kepala dan hiasan yang lebih banyak. Hingga kini, pakaian
tersebut masih kerap digunakan tapi tentunya dengan sedikit
tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik.

b. Adat Istiadat Suku Minangkabau


Adat nan sabana adat
Adat nan sabana adat adalah ketentuan hukum, sifat yang
terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia sebagai
ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini sebagai sumber
hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal.
Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa
dibantah kebenarannya. Sebagai contoh dari benda Api dan Air,
ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi
sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang
penciptanya menentukan lain (merobahnya).
Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang
Minangkabau yakni Datuak perpatiah nan sabatang dan datuak
ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan dijadikan
guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-
petitih Adat :
Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.

C. Nilai Budaya
1. Nilai Budaya di Indonesia
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam
dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan

16
karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan
prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang memiliki nilai-nilai budaya yang sangat kaya
karena keberagaman suku yang berada di Indonesia. Ragam suku yang berada
di daerah-daerah Indonesia membuat masing-masing daerah memiliki khas
budaya masing-masing, namun secara umum nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia ini memiliki kesamaan yang khas.
Budaya atau kultur (culture) dapat didefinisikan dalam berbagai sudut,
yaitu: (a) secara deskriptif adalah budaya totalitas komprehensif yang
menyusun keseluruhan hidup manusia; (b) secara historis budaya adalah
warisan yang turun-temurun; (c) secara normatif budaya adalah aturan hidup
dan gugus nilai; (d) secara psikologis budaya adalah piranti pemacahan
masalah yang membuat orang bisa hidup dan berinteraksi; (e) secara struktural
budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret; dan (f) budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan terwariskan kepada generasi berikutnya
(Sutrisno dalam Hassanuddin, 2018: 2).
Kita juga sering memahamkan bahwa budaya adalah perilaku berulang
sehingga menjadi lazim, semua kebiasaan, semua yang ditradisikan, dan
lainnya. Oleh karena itu, kita seringkali membuat frase yang seolah-olah benar:
“budaya korupsi”, “budaya kekerasan”, “budaya jalanan”, “budaya nyontek”,
“budaya maling”, dan lan-lain. Joesoef dalam Hassanuddin (2018: 2)
menyatakan budaya adalah sistem nilai yang dihayati. Nilai adalah sesuatu
yang “diyakini baik” dan menjadi standar perilaku dan segala sesuatu yang
mencirikan budaya adalah kebudayaan. Jadi, tidak semua perilaku berulang,
kelaziman, kebiasaan, dan tradisi adalah budaya.
Nilai itu meliputi: (a) sesuatu yang berbentuk atau berwujud dan dapat
disentuh (tangible) yang dalam istilah lainnya dapat disebut sebagai benda
budaya seperti bangunan (bersejarah), karya seni, dan benda budaya lainnya;
(b) sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak dapat disentuh (intangible) seperti
adat-istiadat, tradisi, kebiasaan normatif, moral, etika, harga diri, kepercayaan,
disiplin, gagasan, pegangan hidup, nalar, semangat ilmiah, ilmu pengetahuan,
dan lain-lain.
Nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang
mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia

17
dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini
dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan
lingkungan dan sesama manusia. Nilai-nilai budaya Indonesia yang dapat
diunggulkan Indonesia :
a. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata
(jelas)
Contohnya semboyan Bhineka Tunggal Ika. Kalimat Bhinneka
Tunggal Ika terdiri dari tiga suka kata, yakni Bhinneka, Tunggal, dan
Ika. Dalam ungkapan Jawa Kuno, masing-masing kata tersebut
memiliki arti; “Bhinneka” berarti “beragam”, “Tunggal” berarti “satu”,
dan “Ika” berarti “itu” yang diartikan“Berbeda-beda tapi tetap satu jua”.
Moh. Yamin merupakan tokoh yang pertama kali mengusulkan agar
semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut diadopsi menjadi semboyan
Negara. Usul ini diterima oleh Soekarno dan ikut menjadi pembahasan
dalam rapat BPUPKI dan sepakat untuk menjadikan kalimat ini sebagai
semboyan bangsa Indonesia bersama-sama dengan burung Garuda yang
ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, kalimat ini merupakan kalimat pengikat
atau pemersatu. Kalimat tersebut mempunyai makna agar masyarakat
utuh dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang
bersatu tidak mudah terpecah belah serta kokoh dalam menghadapi
ancaman.

b. Sikap, tindak laku, gerak gerik


Contohnya gotong royong. Gotong royong merupakan suatu
konsep yang erat sangkut pautnya dengan kehidupan rakyat Indonesia
sebagai masyrakat agraris, oleh karena itu gotong royong bernilai tinggi.
Gotong royong merupakan sistem pengerahan tenaga tambahan dari
luar kalangan untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk
dalam lingkaran produksi sebagai masyarakat agraris. Nilai gotong
royong merupakan latar belakang dari segala aktivitas tolong menolong
antar masyarakat. Aktivitas tersebut tampak dalam antar tetangga, antar
kerabat dan terjadi secara spontan tanpa ada permintaan atau pamrih
bila ada sesama yang sedang kesusahan.

18
Dalam system nilai budaya Indonesia, gotong royong
mengandung 4 konsep. Pertama, Manusia tidak hidup sendiri di dunia
ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakatnya dan alam
semesta sekitarnya. Kedua, Dalam segala aspek kehidupan manusia
pada hakekatnya tergantung terhadap sesamanya. Ketiga, Memelihara
hubungan baik dengan sesamanya, terdorong oleh jiwa sama-rata sama-
rasa. Keempat, Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konfom,
berbuat sama dan bersama dengan sesamnya. Seluruh konsep tersebut
memberikan sifat ketergantungan kepada sesama, dimana hal tersebut
menciptakan suatu rasa keamanan nurani yang sangat dalam.
Gotong royong merupakan kunci budaya kontemporer
Indonesia, yang menggambarkan masyarakat di dalamnya dan semua
kebijakan yang diambil dalam kehidupan bermasyarakat harus
berdasarkan konsep gotong royong.
Saling menghargai. Saling menghargai adalah salah satu
dampak positif dari keberagaman suku di Indonesia, dengan banyaknya
perbedaan dan keberagaman di Indonesia, justru membuat bangsa
Indonesia belajar mengesampingkan perbedaan dan lebih menghargai
agar tidak terjadi gesekan antar sesama bangsa Indonesia.
Musyawarah atau mufakat. Musyawarah berasal dari kata
Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding, urun
rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah-istilah lain
dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang
musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”, “rembug desa”,
“kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Musyawarah atau mufakat
adalah nilai yang begitu melekat pada bangsa Indonesia, nilai ini
menekankan alangkah lebih baiknya jika segala sesuatunya
dirundingkan terlebih dahulu dan ditimbang baik atau buruknya.
Musyawarah atau mufakat dapat menghindarkan dari keputusan yang
terburu-buru dan kurang tepat.

c. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan


menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat)

19
Adanya kesesuaian islam (ideologi agama) dengan demokrasi.
Walaupun masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam tetapi
Indonesia bukan merupakan Negara dengan pemerintahan yang bersifat
teokrasi. Masyarakat Indonesia menyetujui adanya nilai-nilai agama
dan nilai-nilai patriotik, dan hal tersebut dijadikan dasar pembentukan
Negara Indonesia. Pada era reformasi peluang berpolitik semakin
terbuka lebar, namun peran agama disini harus hilang sebagai adanya
sikap tolenransi. Sekalipun agama memainkan peran memainkan peran
penting dalam nilai-nilai bermasyarakat tetapi arena politik harus
sejalan dengan sebagai mana mestinya politik.

Nilai-nilai budaya khas bangsa Indonesia tersebut sudah sepatutnya


tetap dijaga dan dapat dilihat sebagai suatu ciri khas atau pembeda oleh bangsa
lain. Nilai-nilai budaya bangsa Indonesia ini seharusnya nilai-nilai budaya
yang dapat menjadikan bangsa Indonesia sebagaimana bangsa Indonesia itu
selayaknya dan dikenal oleh bangsa lain. Sebagai syarat mutlak kebudayaan
bangsa Indonesia dapat didukung oleh seluruh masyarakat nasional, maka
harus mempunyai sifat yang khas dan harus dapat dibanggakan. Dan unsur dari
kebudayaan tersebut harus dapat meberikan identitas kepada masyarakat
Indonesia itu sendiri. Sehingga dapat menimbulkan rasa bangga. Oleh karena
itu, kebudayaan tersebut harus bermutu tinggi. Berarti tiap hasil karya putra
putri bangsa Indonesia dari suku atau bangsa mana saja asalnya, yang bersifat
khas bangsa Indonesia dan bermutu baik, dan apabila masyarakat Indonesia
bangga akan hasil karya tersebut, maka hal itu dapat dijadikan sebagai
Kebudayaan nasional Indonesia.

2. Nilai Budaya Adat Minangkabau


Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit yang
menjadi milik khusus seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial
(masyarakat) menyangkut sesuatu yang diingini bersama (karena berharga)
yang mempengaruhi pemilihan sebagai cara, alat dan tujuan sebuah tindakan.
Nilai nilai dasar budaya yang universal adalah masalah hidup yang
menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat, yang terdiri dari hakekat
hidup, hakekat kerja, hakekat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakekat

20
hubungan manusia dengan alam, dan hakekat hubungan manusia dengan
manusia.
a. Pandangan terhadap Hidup
Tujuan hidup bagi orang Minangkabau adalah untuk berbuat
jasa. Kata pusaka orang Minangkabau mengatakan bahwa "hiduik
bajaso, mati bapusako". Jadi orang Minangkabau memberikan arti dan
harga yang tinggi terhadap hidup. Untuk analogi terhadap alam, maka
pribahasa yang dikemukakan adalah :
Gajah mati maninggakan gadieng
Harimau mati maninggakan baling
Manusia mati maninggakan namo
Dengan pengertian, bahwa orang Minangkabau itu hidupnya
jangan seperti hidup hewan yang tidak memikirkan generasi
selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan setelah mati. Karena
itu orang Minangkabau bekerja keras untuk dapat meninggalkan,
mempusakakan sesuatu bagi anak kemenakan dan masyarakatnya.
Mempusakakan bukan maksudnya hanya dibidang materi saja, tetapi
juga nilai-nilai adatnya. Oleh karena itu semasa hidup bukan hanya
kuat mencari materi tetapi juga kuat menunjuk mengajari anak
kemenakan sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku. Ungkapan
adat juga mengatakan "Pulai batingkek naiek maninggakan rueh jo
buku, manusia batingkek turun maninggakan namo jo pusako".
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan,
sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya ataupun
keluarganya. Banyaknya seremonial adat seperti perkawinan dan lain-
lain membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan
kerja keras sangat diutamakan. Orang Minangkabau Nilai hidup yang
baik dan tinggi telah menjadi pendorong bagi orang Minangkabau
untuk selalu berusaha, berprestasi, dinamis dan kreatif.

b. Pandangan terhadap Kerja


Sejalan dengan makna hidup bagi orang Minangkabau, yaitu
berjasa kepada kerabat dan masyarakatnya, kerja merupakan kegiatan
yang sangat dihargai. Kerja merupakan keharusan. Kerjalah yang dapat

21
membuat orang sanggup meninggalkan pusaka bagi anak
kemenakannya. Dengan hasil kerja dapat dihindarkan "Hilang rano dek
panyakik, hilang bangso indak barameh" (hilang warna karena penyakit,
hilsng bangsa karena tidak beremas). Artinya harga diri seseorang akan
hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk
menghindarkannya.
Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan
sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya atau keluarganya.
Banyaknya seremonial adat itu seperti perkawinan membutuhkan biaya.
Dari itu usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras sangat
diutamakan. Orang Minangkabau disuruh untuk bekerja keras,
sebagaimana yang diungkapkan juga oleh fatwa adat sbb:
Kayu hutan bukan andaleh Kayu hutan bukan andalas
Elok dibuek ka lamari Elok dibuat untuk lemari
Tahan hujan barani bapaneh Tahan hujan berani berpanas
Baitu urang mancari rasaki Begitu orang mencari rezeki

Dari etos kerja ini, anak-anak muda yang punya tanggungjawab


di kampung disuruh merantau. Mereka pergi merantau untuk mencari
apa-apa yang mungkin dapat disumbangkan kepada kerabat dikampung,
baik materi maupun ilmu. Misi budaya ini telah menyebabkan orang
Minangkabau terkenal dirantau sebagai makhluk ekonomi ulet.
Etos kerja keras yang sudah merupakan nilai dasar bagi orang
Minangkabau ditingkatkan lagi oleh pandangan ajaran Islam yang
mengatakan orang harus bekerja keras seakan-akan dia hidup untuk
selama-lamanya, dia harus beramal terus seakanakan dia akan mati
besok.

c. Pandangan terhadap Waktu


Bagi orang Minangkabau waktu berharga merupakan
pandangan hidup orang Minangkabau. Orang Minangkabau harus
memikirkan masa depannya dan apa yang akan ditinggalkannya
sesudah mati. Mereka dinasehatkan untuk selalu menggunakan waktu

22
untuk maksud yang bermakna, sebagaimana dikatakan "Duduak
marauik ranjau, tagak maninjau jarah".
Dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan yang akan
datang merupakan ruang waktu yang harus menjadi perhatian bagi
orang Minangkabau. Maliek contoh ka nan sudah. Bila masa lalu tidak
menggembirakan dia akan berusaha untuk memperbaikinya. Duduk
meraut ranjau, tegak meninjau jarak merupakan manifestasi untuk
mengisi waktu dengan sebaik-baiknya pada masa sekarang.
Membangkit batang terandam merupakan refleksi dari masa lalu
sebagai pedoman untuk berbuat pada masa sekarang. Sedangkan
mengingat masa depan adat berfatwa "bakulimek sabalun habih,
sadiokan payuang sabalun hujan".

d. Hakekat Pandangan terhadap Alam


Alam Minangkabau yang indah, bergunung-gunung, berlembah,
berlaut dan berdanau, kaya dengan flora dan fauna telah memberi
inspirasi kepada masyarakatnya. Mamangan, pepatah, petitih,
ungkapan-ungkapan adatnya tidak terlepas daripada alam.
Alam mempunyai kedudukan dan pengaruh penting dalam adat
Minangkabau, ternyata dari fatwa adat sendiri yang menyatakan bahwa
alam hendaklah dijadikan guru.
Yang dimaksud dengan adat nan sabana adat adalah yang tidak
lapuak karena hujan dan tak lekang karena panas biasanya disebut
cupak usali, yaitu ketentuanketentuan alam atau hukum alam, atau
kebenarannya yang datang dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu adat Minangkabau falsafahnya berdasarkan
kepada ketentuan-ketentuan dalam alam, maka adat Minangkabau itu
akan tetap ada selama alam ini ada.
e. Pandangan terhadap Sesama
Dalam hidup bermasyarakat, orang Minangkabau menjunjung
tinggi nilai egaliter atau kebersamaan. Nilai ini menyatakan mereka
dengan ungkapan "Duduak samo randah, tagak samo tinggi".
Dalam kegiatan yang menyangkut kepentingan umum sifat
komunal dan kolektif mereka sangat menonjol. Mereka sangat

23
menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat. Hasil mufakat merupakan
otoritas yang tertinggi.
Kekuasaan yang tertinggi menurut orang Minangkabau bersifat
abstrak, yaitu nan bana (kebenaran). Kebenaran itu harus dicari melalui
musyawarah yang dibimbing oleh alur, patut dan mungkin. Penggunaan
akal sehat diperlukan oleh orang Minangkabau dan sangat menilai
tinggi manusia yang menggunakan akal. Nilai-nilai yang dibawa Islam
mengutamakan akal bagi orang muslim, dan Islam melengkapi
penggunaan akal dengan bimbingan iman. Dengan sumber nilai yang
bersifat manusiawi disempurnakan dengan nilai yang diturunkan dalam
wahyu, lebih menyempurnakan kehidupan bermasyarakat orang
Minangkabau.
Menurut adat pandangan terhadap seorang diri pribadi terhadap
yang lainnya hendaklah sama walaupun seseorang itu mempunyai
fungsi dan peranan yang saling berbeda. Walaupun berbeda saling
dibutuhkan dan saling membutuhkan sehingga terdapat kebersamaan.
Dikatakan dalam mamangan adat "Nan buto pahambuih lasuang, nan
pakak palapeh badie, nan lumpuah paunyi rumah, nan kuek pambaok
baban, nan binguang kadisuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang.
Hanya fungsi dan peranan seseorang itu berbeda dengan yang lain,
tetapi sebagai manusia setiap orang itu hendaklah dihargai karena
semuanya saling isi mengisi. Saling menghargai agar terdapat
keharmonisan dalam pergaulan, adat menggariskan "nan tuo dihormati,
samo gadang baok bakawan, nan ketek disayangi". Kedatangan agama
Islam konsep pandangan terhadap sesama dipertegas lagi.
Nilai egaliter yang dijunjung tinggi oleh orang Minangkabau
mendorong mereka untuk mempunyai harga diri yang tinggi. Nilai
kolektif yang didasarkan pada struktur sosial matrilinial yang
menekankan tanggungjawab yang luas seperti dari kaum sampai
kemasyarakatan nagari, menyebabkan seseorang merasa malu kalau
tidak berhasil menyumbangkan sesuatu kepada kerabat dan masyarakat
nagarinya. Interaksi antara harga diri dan tuntutan sosial ini telah
menyebabkan orang Minangkabau untuk selalu bersifat dinamis.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa budaya memiliki
arti amat luas, yang meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur
oleh tata kelakuan yang dapat dilakukan dengan belajar dan semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat. Budaya dan segenap hasilnya muncul dari tata cara
hidup yang merupakan kegiatan manusia atas budaya yang bersifat abstrak (idea)
nilai budaya hanya bisa diketahui melalui badan dan jiwa, sementara tata cara
hidup manusia dapat diketahui oleh pancaindera.
Sedangkan adat atau kebiasaan merupakan tingkah laku seseorang yang terus-
menenus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarkat luar dalam waktu
yang lama.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada
suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu
yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa
yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya bangsa Indonesia ini
seharusnya nilai-nilai budaya yang dapat menjadikan bangsa Indonesia sebagaimana
bangsa Indonesia itu selayaknya dan dikenal oleh bangsa lain.

B. Saran
Berdasarkan isi makalah di atas dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Teruslah mempelajari tentang makna budaya, adat dan nilai budaya agar lebih
memahami mengenai hal tersebut.
2. Pelajalirah berbagai makalah dan jurnal tentang makna budaya, adat dan nilai
budaya agar ilmu pengetahuan yang didapat lebih mendalam.

25

Anda mungkin juga menyukai