PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan pada hakikatnya adalah cermin dari sekumpulan manusia yang ada
di dalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai
kekayaan nasional berupa keanekaragaman budaya. Sebagai kekayaan nasional yang
sangat berharga, kebudayaan haruslah lebih dikembangkan dan dilestarikan.
Masyarakat dahulu melihat kebudayaan sebagai suatu hal yang terdiri dari segala
manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan bersifat ruhani, seperti
agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara, dan sebagainya. Anggapan
seperti itu mulai berubah seiring dengan perubahan zaman. Dewasa ini, kebudayaan
sering diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang.
Jadi, manusia tidak begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam
itu. Dengan begitu, kebudayaan itu dapaT dilihat dari model berusaha, seperti
menggarap ladang, berdagang, ataupun melakukan sebuah penelitian. Konsep
kebudayaan diperluas dan didinamisasi irama hidup manusia yang makin cepat otomatis
membawa dampak berupa perubahan. Ada beberapa faktor lain lagi yang juga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Orang dahulu memandang kebudayaan itu
dimiliki oleh sekelompok kecil saja, sedangkan oleh masyarakat secara umum
menganggap bahwa kebudayaan itu dialami semacam takdir yang tidak dapat dihindari
seperti hujan atau cuaca terang (Peursen, 1976: 12).
Moertopo (1978: 10) menjelaskan bahwa budaya merupakan suatu gerak dinamis,
dan suatu perkembangan yang terus menerus pada sejarah kehidupan manusia di dunia.
Kebudayaan akan berkembang selama masyarakat pendukungnya masih ada.
Perkembangan kebudayaan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berupa adanya pergantian generasi dan pertambahan penduduk. Adapun faktor
eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kebudayaan seperti adanya kontak-kontak
kebudayaan dari luar. Wujud kebudayaan juga bersifat abstrak, seperti norma,
peraturan, dan kompleks aktivitas. Seperti yang dikatakan Koentjaraningrat (1984: 5)
bahwa kebudayaan paling sedikit mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya;
1
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat;
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ketiga kebudayaan
tersebut akan berkembang seiring perubahan pola pikir manusia pada zamannya.
Wujud budaya tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dikuasai manusia.
Manusia sebagai pelaku budaya mempunyai konsep yang hidup dalam alam
pikirannya mengenai hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.
Secara garis besar Kebudayaan dan Masyarakat jika diringkas, Kebudayaan
muncul karna kebutuhan manusia yang kurang puas terhadap hal spiritual dan material.
Kebudayaan muncul atas rasa ketidak puasan manusia terhadap norma, aturan, kaidah,
dan kesadaran akan bertindak dan melakukan Tindakan. Hal inilah yang melatar
belakangi munculnya keiinginan bertindak secara baik dan konsisten dan akhirnya
menjadi kebiasaan, dari kebiasaan ini jika disepakati oleh anggota yang lain dan
dilakukan secara bersamaan akan memunculkan kebudayaan yang baru yang menjadi
tresn dimasa tersebut.
Masyarakat pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan lainnya. Karena itulah, sejak dilahirkan
manusia sudah mempunyai dua kecenderungan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi
satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya. Kecenderungan manusia untuk hidup
bersosial- bermasyarakat sudah ada sejak lahir
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kehidupan Kebudayaan dan Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana pentingnya Kebudayaan di Masyarakat?
3. Apa pengertian dari Masyarakat?
4. Bagaimana Ciri-ciri Masyarakat?
5. Bagaimana Syarat Fungsional Fungsional Masyarakat?
2
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti
dalam melakukan penelitian ini adalah
1. Mengetahui Kehidupan Kebudayaan dan Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengetahui pentingnya Kebudayaan di Masyarakat
3. Mengetahui pengertian dari Masyarakat
4. Mengetahui Ciri-ciri Masyarakat
5. Mengetahui Syarat Fungsional Fungsional Masyarakat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan
Kata “ kebudayaan” berasal dari ( bahasa sangsekerta ) buddhayah yang
merupakan jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. kebudayaan diartikan
sebagai “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Adapun istilah culture yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata
latin colore, artinya mengolah atau mengerjakan, yaitumengolah tanah atau bertani. Dari
asal arti tersebut, yaitu celore kemudian colture, diartikansebagai daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain
kemampuan - kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yangdidapatkan oleh manusai
sebagai anggota masyarakat.Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang
didapatkan atau dipelajari olehmanusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri
dari segala suatu yang dipelajaridari pola-polaprilaku yang normative. Artinya
mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai
semua hasilkarya , rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan benda atau kebudayaan jasmani ( material culture ) yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnyadapat diabdikan untuk keperluanmasyarakat.Rasa yang meliputi jiwa manusia
mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosialyang perlu untuk mengatur
masalah-masalah yang masyarakat dalam arti yang luas. Didalamnya termasuk misalnya
agama, idiologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsure yang merupakan hasil ekspresi
jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. selanjutnya, cipta merupakan
kemampuan mental, kemampuan yang hidup bermasyarakat, dan yangantara lain
menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta merupakan, baik yang berwujud
teori murni, maupun yang telah disusun untuk dinamakan pula kebudayaan rohaniah (
spiritualA atau imimaterial culture ). Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai olehorang-
orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagaian
besaratau dengan seluruh masyarakat pendapat tersebut diatas dapat saja dipergunakan
sebagian pegangan. Namun demikian, apabila dianalisi lebih lanjut, manusia sebenarnya
mempunyai segi material dan segi spiritualdidalam kehidupannya. Segi material
4
mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda-benda
meupun lain-lainya yang berbentuk benda. Segi spiritual manusia mengandung cipta
yang menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa yang menghasilkan kepercayaan,
kesusilaan, kesopanan, dan hukum, seta rasa yang menghasilkan keindahan.Manusia
berusaha menghasilkan ilmu pengetahuan melalui logika, menyerasikan perilaku
terhadap kaidah-kaidah melalui etika, dan mendapatkan keindahan melalui estetika. hal
itumerupakan kebudayaan yang juga dapat dipergunakan sebagai patokan analisis.
B. Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun
unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari sesuatu kebulatan yang bersifat dari
kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti
umpamanya majlis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil
seperti, sisir, kancing, baju, peniti dan lainya yang dijual dipinggir jalan.Berapa orang
sarjana yang mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi.misalnya,
Melville J. horskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem Ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan Politik
Brinislaw Molinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional
dalam antropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain :
1. Sistem norma yang kemungkinan kerja sama antara para anggota masyarakat
didalam upaya menguasai alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat atau lembaga atau petugas pendidikan ; perlu diingat keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang paling utama
4. Organisasi kekuatan
Masing-masing unsur tersebut, beberapa unsur-unsur kebudayaan , untuk
kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur-unsur pokok atau
besar kebudayaan, lazim disebut cultural universals. Istilah ini menunjukan bahwa
unsur-unsur tersebut bersifatuniversal, yaitu antropolog yang membahas persoalan
tersebut secara dunia ini. Para antropolog yang membahas persoalan tersebut secara
lebih mendalambelum mempunyai pandangan seragam yang dapat diterima.
5
Antropolog C. Kluckhohn didalam sebuah karyanyayang berjudul universal catefories
of culture telah menguraikan ulasan para sarjana mengenaihal itu.
8
2. Cara hidup dikota dan didesa yang berbeda ( urban dan rural ways of life )
cobalahambil contoh perbedaan antara seorang anak yang dibesarkan dikota dan
anak yang dibesarkan didesa. anak lebih berani menonjolkan diri diantara teman-
temannya dansikap lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
sosial dan kebudayaanyang tertentu. sementara itu, seorang anak yang
dibesarkan di desa lebih mempunyaisekap percaya pada diri sendiri dan lebih
banyak sikap menilai ( Sense of value ).
3. Kebudayaan khusus kelas social. Didalam setiap masyarakat akan dijumpai
lapisansosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargaiyang
tertentu terhadap bidang-bidang kehidupan yang tertentu pula dengan demikian
kita mengenal lapisansosial yang tinggi, rendah dan menengah.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama. Agama juga berpengaruh besar
didalammembentuk kepribadian seorang individu. bahkan adanya mazhab
didalam suatuagama pun melahirkan pula kepribadianyang berbeda-beda
dikalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan propesi. Pekerjaan keahlian juga berpengaruh besar
kepadakepribadian seorang. kpribadian seorang dokter, misalnya, berbeda
dengankepribadian seorang pengacaradan itu semuanya berpengaruhpada
suasanakekeluargaan dan cara mereka bergaulprilaku demikian tentu lebih
dimengerti olehteman-teman sejawatnya yang mempunyai pekerjaan dan profesi
yang sama.Inti dari kebudayaan sitiap masyarakat adalah system yang dianut
oleh masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan, karena sistem nilai
tersebut bersifat abstrak(bahkan sangat abstrak ) bahkan perlu diberikan
beberapa indikator nilai-nilainya yaitu :
1. Konsepsi mengenai hakikat hidup
2. Konsepsi mengenai hakikat karya
3. Konsepsi mengenai hakikat lingkungan alam
4. Konsepsi mengenai hakikat lingkungan sosial Masing-masing indikator
menghasilkan nilai-nilau tertentu yang mungkin dianggap positif maupun
negatif.
9
F. Tinjauan tentang Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin
socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka
yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan
manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling
berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan
masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya, 2).
Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua
warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118). Semua warga masyarakat merupakan
manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup
dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia
melakukan hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soerjono Soekanto 2006: 22),
memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, 19 dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat
merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama
sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph Linton (dalam Soerjono
Soekanto, 2006: 22) masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam
Soerjono Soekanto, 2006: 22) adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas,
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh
kesamaan.
a. Masyarakat modern
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada adat-
istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan segera ditinggalkan untuk
mengadopsi nila-nilai baru yang secara rasional diyakini membawa kemajuan,
sehingga mudah menerima ide-ide baru (Dannerius Sinaga, 1988: 156)
10
b. Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih terikat dengan
kebiasaan atau adat-istiadat yang telah turun-temurun. Keterikatan tersebut
menjadikan masyarakat mudah curiga terhadap hal baru yang menuntut sikap
rasional, sehingga sikap masyarakat tradisional kurang kritis (Dannerius Sinaga,
1988: 152). Menurut Rentelu, Pollis dan Shcaw yang dikutip dalam (P. J
Bouman. 1980: 53) masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang statis
tidak ada perubahan dan dinamika yang timbul dalam kehidupan.
I. Pembagian Masyarakat
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
a. Masyarakat paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan, masyarakat
pengungsi atau pelarian dan sebagainya kedalam (kelompoknya) bersifat
Gemeinschaft keluar bersifat Gesellschaft.
b. Masyarakat merdeka yang terbagi dalam :
1. Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya. Suku golongan atau
suku yang bertalian karena darah atau keturunan umumnya yang masih
sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak mudah
berhubungan dengan dunia luar umumnya bersifat Gemeinschaft.
2. Masyarakat budidaya terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan
(keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi, gereja dan
sebagainya umumnya bersifat Gessellsechaft (Shadily, 1993).
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masyarakat merupakan manusia yang hidup secara berkelompok pada
suatu wilayah atau tempat, dari kehidupan Bersama inilah mereka Bersama-
sama menghasilkan kebuadayaan. Tidak ada satupun masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan dan juga sebaliknya, tidak ada satupun budaya tanpa
adanya masyarakat yang menjadi cikal bakal dan wadah penduduknya. Kata
Kebudayaan sendiri memiliki akar dari Bahasa Sanskrta “Buddhayah” yang
memiliki arti “Budi/Akal”. Dalam konteks ini Kebudayaan akan selalu
dihubungan dengan akala tau budi seseorang/golongan masyarakat. Adapaun
istilah Budaya merupakan serapan dari istilah asing yaitu ‘Colere’ yang
berarti ‘mengolah/mengerjakan’ bisa seperti tanah atau Bertani. Dari asal kata
inilah kata ‘Colere’ berubah serapan menjadi ‘Culture’ yang memiliki arti
segala daya atau kegiaran manusia untuk mengubah alam dan menguasai
alam yang ada disekitarnya.
2. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mempunyai saran yaitu kita sebagai
manusia harus saling menghormati satu dengan yang lain, karena kita harus
menyadari manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/359355571_SOSIOLOGI_tentang_Kebudayaan_
dan_Masyarakat/link/623725465b303e5c5aaab2cb/download
file:///C:/Users/Admin/Documents/Downloads/sosioologiFinal.pdf
http://eprints.ums.ac.id/10591/3/Bab_I.pdf
14