Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

1. Konsep Globalisasi

a. Pengertian Globalisasi

Perkembangan dunia saat ini telah memunculkan sebuah fenomena


globalisasi yang telah membumi ke plosok negara-negara di dunia.
Globalisasi sebagai sebuah fenomena nyata, dimana masyarakat
diberbagai dunia bisa saling bertukar informasi, teknologi sampai
bekerjasama diberbagai bidang kehidupan. Globalisasi adalah suatu
proses dimana antar individu, antar kelompok, bahkan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain
sampai melintasi batas negara.
Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global yang
maknanya universal. Globalisasi berupaya melakukan universalisasi
sistem dunia (world system) sehingga semua negara memiliki sistem
yang homogen secara global (Safril 2015: 66). Para pemikir barat
menyatakan bahwa globalisasi adalah sebagai suatu proses kehidupan
yang serba luas dan meliputi segala aspek kehidupan, seperti politik,
ideologi, sosial budaya,ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia (tanpa batas) (Syarbaini, 2015: 262). Selain itu,
Giddens (1991: 64) mengartikan globalisasi sebagai intensifikasi
hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh
sehingga peristiwa disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang
terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.
Ditinjau dari sisi lain, ada yang mengartikan globalisasi sebagai
proyek negara-negara Adikuasa untuk menjalankan perekonomian
kapitalis. Negara-negara yang kuat dan kaya akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara yang kecil makin tidak mampu
bersaing. Sebab itu globalisasi cenderung berpengaruh terhadap

1
perekonomian dunia bahkan berpengaruh terhadap aspek kehidupan lain
seperti agama dan budaya. Sehingga Globalisasi sering diartikan sebagai
proses yang menghasilkan dunia tunggal Robertson dalam Sztompka
(2007: 101).
Jadi dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah penyeragaman
berbagai aspek kehidupan pada masyarakat dunia sehingga batas wilayah
menjadi kabur di setiap negara-negara.

b. Karakteristik Globalisasi

Globalisasi sebagai proses penyeragaman berbagai aspek diseluruh


dunia, memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut
menunjukkan bahwa globalisasi mempunyai ciri khusus tersendiri dalam
proses dan perkembangannya. Karakteristik dari proses globalisasi
menurut Syarbaini (2015: 264) adalah sebagai berikut:
1) Globalisasi lahir bersamaan dengan modernisasi di Barat sejak abad
ke XVI, saat dimulai terjadi sistematisasi kehidupan ekonomi,
hubungan internasional antar negara, dan lahirnya budaya global.
Proses ini terus berkembang sehingga sekarang dalam akselerasi
yang semakin cepat. Masuknya budaya barat ke Indonesia, terjadi
dengan ekspansi perdagangan rempah-rempah yang diikuti
kolonialisasi.
2) Globalisai yang berarti terjadinya hubungan sistemik dari semua
hubungan-hubungan sosial di bumi ini. kehidupan dan penghayatan
umat manusia telah menyatu karena teknologi komunikasi.
3) Globalisasi mencakup fenomenologi kontraksi. Dunia seakan
menciut bukan dalam arti materi, tetapi dalam arti yang abstrak.
Ruang biasanya diukur dengan waktu. Dengan komunikasi yang
cepat maka ruang terasa lebih pendek atau terjadi kontraksi. Proses
globalisasi implisit eliminasi ruang secara fenomenologis dan
generalisasi waktu.

2
4) Fenomena globalisasi sifatnya refleksi, artinya menimbulkan
kesadaran atas kemanusiaan, misalnya rasa simpatik terhadap
penderitaan bencana alam, perang, adanya pasar global dan HAM.
Proses globalsiasi berarti lenyapnya pertentangan antara
universalisme dan partikularisme, gemeinschaft dan gesselschaft,
publik dan swasta, dunia kerja dan keluarga.
5) Pemisahan itu terikat ruang dan waktu. Proses globalisasi berakibat
sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu semakin hilang. Seseorang
adalah sekaligus individu dan anggota umat manusia.
6) Globalisasi berarti mengahadapi kenyataan serba-muka antara risiko
dengan kepercayaan. Dewasa ini orang hanya percaya kepada orang
yang dikenal, sifatnya fisik-material serta hadir di sini. Dalam era
globalisasi kita percaya pada orang yang tidak dikenal, kekuatan-
kekuatan impersonal dan norma-norma seperti norma-norma pasar,
hak asasi manusia dan sebagiannya.

c. Sejarah Globalisasi

Globalisasi merupakan perubahan ruang dan waktu. Menurut rentang


waktu globalisasi dapat dikalsifikasi menjadi tiga bagian, diantaranya
globalisasi kuno, globalisasi modern awal/proto globalisasi dan
globalisasi masa kini. Globalisasi timbul semenjak manusia mengenal
perdagangan antar negara. Hal ini dapat dilihat dari pedagang Cina dan
India lalu diikuti oleh kaum muslimin di Asia dan Afrika. Ekonom dan
sosiolog historis Jerman Frank (1998) (wikipedia, “Globalisasi,
www.https://id.m.qikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses 27 desember
2017)) berpendapat bahwa :
“Globalisasi diawali oleh munculnya hubungan dagang antara Sumer
dan peradaban lembah Indus pada milenium ketiga SM. Globalisasi kuno
ini terjadi pada zaman Helenistik, zaman ketika pusat-pusat kota
Komersial membentuk poros budaya Yunani yang merentang dari India
sampai Spanyol, termasuk Alexandria dan kota-kota Alexander lainnya.
Sejak itu, posisi geografis Yunani dan impor gandum memaksa bangsa
Yunani melakukan lewat laut.

3
Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya
mengendalikan suplai gandum.”

Globalisasi modern awal/proto globalisasi mencakup periode sejarah


globalisasi antara 1600 dan 1800. Fase ini dicirikan oleh bangkitnya
imperium maritim Eropa pada awal abad ke 16 dan 17. Globalisasi
modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan
ekspansionisme, cara mengelola perdagangan global, dan tingkat
pertukaran informasi.
Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang
modern akibat revolusi industri. Pada masa ini perkembangan kapal uap
dan rel kereta menjadikan transoprtasi darat menjadi jauh lebih murah
dan banyak negara yang ikut perdagangan internasional. Globalisasi pada
masa ini sangat dipengaruhi oleh imperialisme abad ke-19 seperti yang
terjadi di Afrika dan Asia. Setelah perang dunia II banyak negara yang
membuat perjanjian internasional, penerbangan, internet dan
pertumbuhan jaringan komunikasi semakin berkembang sehingga
kemudahan komunikasi dan informasi antar negara mengalami
kemudahan. Munculnya globalisasi di sebabkan antara lain oleh
pemikiran Timur yang menganggap negara-negara Barat telah
mengadaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari di Timur,
adanya jarak yang memunculkan perlunya kemajuan teknologi, dan
saling ketergantungan antar negara sehingga memicu perdagangan global
(Wikipedia,
“Globalisasi”,www.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses
27 Desember 2017)).
Awal mula era globalisasi sendiri masih diperdebatkan. Menurut
Blaam dalam Safril (2015: 34-35) setidaknya ada tiga pendapat mengenai
kapan munculnya globalisasi, yaitu sebagai berikut :
1) Masa awal merkantilisme sekitar abad ke-16 hingga ke-17.

Era ini setidaknya ditandai oleh peristiwa penting, yaitu


kelahiran nation state pasca perjanjian Westphalia (Jackson 2005)

4
Sehingga melahirkan negara-negara baru. Pada masa ini muncul
konsep baru mengenai kolonialisme dan imperialisme dan
memunculkan apa yang disebut gold, glory, dan gospel. Ketika
negara-negara baru tersebut mencari wilayah-wilayah lain di luar
wilayah mereka untuk mendapat suntikan ekonomi, proses
perjalanan melampaui negara inilah yang oleh beberapa pakar dinilai
sebagai awal globalisasi.
2) Masa sekitar tahun 1970-an.

Salah satu peristiwa penting yang mendasari asumsi ini adalah


casino capitalism (Strange 1986). Dengan casino capitalism,
interdependensi ekonomi antara negara satu dengan negara yang lain
semakin terasa. Perpindahan uang dari negara satu ke negara yang
lain semakin cepat. Masa inilah yang sering pula disebut dengan
masa pasar saham. Perkembangan ekonomi yang semakin canggih
ini ternyata berkaitan erat dengan bidang-bidang kehidupan lainnya.
Salah satu persyaratan dalam masa ini adalah liberalisasi di setiap
bidang. Tanpa adanya sebuah liberalisasi, suatu negara akan terkucil
dari pergaulan internasional serta akan mengalami kesulitan-
kesulitas tersendiri. Masa liberalisasi inilah yang disebut sebagai
masa awal globalisasi.
3) Masa ketika internet mulai berkembang pada tahun 1990-an.

Melalui internet arus komunikasi dan informasi semakin tidak


terbendung. Perkembangan yang semakin canggih ini membuat
dunia seakan menjadi sesuatu yang homogen. Begitu pula dengan
shared values yang ada di masyarakat. Masa internet inilah yang
oleh beberapa pakar dinilai sebagai awal globalisasi yang nyata.
Sejalan dengan perkembangan itu, nilai-nilai globalisasi semakin
memengaruhi kehidupan masyarakat di dunia, tak terkecuali dalam
kehidupan sosio kultural. Kebudayaan lantas harus dipaksa untuk
mengakomodasi pengaruh globalisasi.

5
Menurut Stager (2009: 11) globalisasi memiliki empat dimensi
empiris utama: ekonomi, politik, budaya, dan ekologi, ditambah dimensi
kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi lainnya. Namun dalam
penelitian ini penulis memfokuskan pada globalisasi budaya.

d. Globalisasi Budaya

Globalisasi mempunyai berbagai dampak tehadap aspek kehidupan.


Salah satunya membuat adanya kecenderungan homogenisasi budaya.
Globalisasi budaya merupakan penyebaran budaya dari luar yang
menjadikan keseragaman diseluruh negara. Globalisasi budaya itu kian
mudah dijalankan seiring dengan perkembangan pesat teknologi
komunikasi dan informasi (Safril, 2015: 50). Globalisasi budaya dalam
prosesnya dibantu oleh internet, media budaya masyarakat dan perjalanan
luar negeri. Globalisasi budaya menyebabkan konsumsi budaya yang
menyebabkan pertukaran barang dan kolonisasi ke seluruh dunia. Selain
itu gaya hidup, norma dan nilai, adat dan kebiasaan, keyakinan agama,
pola kehidupan keluarga, cara produksi dan konsumsi masyarakat
pribumi rusak akibat penetrasi kultur barat modern itu (Sztompka, 2007:
108).
Penyebaran suatu budaya akan sangat berdampak pada kehidupan
sosial di masyarakat. Betapa cepat perubahan budaya masyarakat yang
disebabkan oleh konsumsi budaya secara intens karena globalisasi.
Pengaruh budaya bisa terlihat dari prilaku, norma dan juga nilai-nilai
budaya yang tampak. Fenomena dalam masyarakat ketika melihat budaya
yang sekarang sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia yaitu
budaya barat yang dianggap sebagai budaya modern. Kuatnya penetrasi
budaya yang terglobalkan menyebabkan sebagian orang merasa identitas
aslinya telah usang karena tidak sejalan dengan globalisasi (Safril, 2015:
50). Budaya yang sudah terlihat adalah gaya berpakaian, gaya bergaul,
dan juga bahkan makanan dan lain-lain. Sebagai contoh globalisasi

6
budaya adalah gerai makanan barat yang sudah begitu banyak di
Indonesia seperti MC Donal, KFC, Pizza Hut dan masih banyak lagi.
Globalisasi memicu terjadinya interaksi antara dua budaya yang
sangat berlainan karakternya. Sudah menjadi hukum alam sesuatu yang
berbeda dan berlainan sulit untuk menemui bentuk keseimbangan. Pasti
akan selalu ditemui pendominasian atau kecenderungan salah satu dari
yang berbeda tersebut. Begitupun dengan persinggungan dua budaya
yang berbeda, tentu akan ada pendomianasian dari salah satu budaya.
Globalisasi Budaya yang menyebabakan pendominasian dari budaya lain
akan menjadi budaya global yang lebih berkembang dan diterima di
masyarakat. Budaya yang mendominasi dan diidentikan menjadi budaya
yang benar maka akan diidentikan dengan kekinian. Namun budaya lain
yang didominasi akan dilegitimasikan sebagai istilah kekunoan. Budaya
yang mendominsi akan memperesentasikan kekinian (up to date),
sehingga akan melahirkan produk-produk budaya baru yang mulai
menggeser produk budaya lain. Globalisasi budaya dalam
perkembangannya telah menghasilkan budaya populer sehingga
memunculkan fenomena gelombang budaya mengenai food, fun, fashion,
film sampai sosial media.

e. Budaya Populer (Popular Culture)

1) Pengertian Budaya Populer

Budaya popular (popular culture) yang memang sering


disingkat sebagai budaya pop mulai merebak pada masyarakat
modern pada abad ke-20. Pengaruh zaman dan perkembangannya
telah membuat keterbukaan dan kebebasan bagi masyarkat
diberbagai dunia dalam mengekspresikan apresiasinya. Seiring
dengan adanya arus globalisasi ini, perkembangan teknologi telah
menyeruak ke berbagai negara di dunia sehingga menghasilkan
dampak yang luar biasa bagi kehidupan. Budaya populer mengacu
pada kepercayaan, praktek-praktek dan objek yang menyatu dalam

7
kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini termasuk
kepercayaan adat, parktek-praktek, dan objek yang diproduksi dari
pusat-pusat komersial dan politik (Strinati, 2009: 11).
Istilah budaya populer atau popular culture sendiri dalam bahasa
latin merujuk secara harfiah pada culture of the people (budaya
orang-orang atau masyarakat). Mungkin itulah sebabnya banyak
pengkaji budaya yang melihat budaya yang hidup (lived culture)
dan serangkaian artefak budaya yang bisa kita temui dalam
kehidupan sehari-hari orang kebanyakan. Sebagai contoh budaya
populer sebagai sekumpulan artefak yang ada, seperti film, kaset,
acara televisi, alat transportasi, pakaian, dan sebagainya. Budaya pop
selalu berubah dan muncul secara unik diberbagai tempat dan waktu.
Budaya populer adalah budaya yang dimana kaum intelektual
atau biasa disebut kaum elit meng-hegemoni sebuah masyarakat
untuk membenarkan dan meniru semua tindakan atau ajakan yang
mereka tawarkan kepada masyarakat melalui sebuah medium yaitu
media masa (Burton, 2014: 82). Keberadaan Popular culture atau
budaya populer merupakan refleksi dari keberadaan manusia itu
sendiri pada waktu itu. Namun, dari lain pihak keberadaan budaya
popular merupakan suatu kewajaran, karena apapun fenomena yang
tengah berlaku dalam masyarakat cenderung hanya sebagai dampak
dari perkembangan masa. Maka dari itu, nilai lebih dari sebuah
budaya popular sering terabaikan. Jika diamati lebih dalam, segala
bentuk perkembangan dapat saja dikategorikan sebagai budaya
populer.

Perkembangan musik, misalnya merupakan salah satu contoh


yang paling dekat. Musik dianggap sebagai suatu hal yang paling
dekat dengan anak muda, dan di sisi lain anak muda merupakan
suatu bahasan yang selalu mengundang rangsangan untuk selalu
ditelaah. Menurut Burton (2014: 31) media dan budaya populer
adalah semacam landskap budaya yang dipraktikan, disebarkan,

8
dipasarka, dan dimediakan dalam kehidupan sehari-hari ditengah
masyarakat Indonesia kontemporer. Contoh-contohnya dapat
dirasakan sendiri melalui iklan, sinetron, infotaiment (gosip), film,
dan berbagai program-program televisi saat ini. melalui semua
produk inilah terbentuk budaya sehari-hari masyarakat Indonesia
kontemporer.
2) Karakteristik Budaya Populer

Budaya populer merupakan karakteristik budaya yang sangat


banyak peminatnya. Peminat karakteristik budaya sangat banyak
bahkan sampai melintasi budaya tradisional budaya luhur yang telah
mengakar lama dalam suatu masyarakat. Budaya populer merupakan
suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat.
Tanda-tanda pesatnya pengaruh budaya populer ini dapat kita lihat
pada masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Membeli barang
bukan didasarkan pada fungsi guna dan kebutuhan tetapi lebih
didasarkan pada maknanya atau prestise.
Semakin maraknya dan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan
seperti mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri
gossip, dan real estate menjadi pendukung semakin kuatnya
pengaruh budaya pop ini dan tentu fakta-fakta demikian tidak
terlepas peran media massa, yang dewasa ini memiliki pengaruh
yang besar dalam ruang kehidupan mansia.
3) Fenomena Budaya Populer

Budaya populer dalam perkembangannya menyisakan dampak


difusi budaya yang sangat luar biasa baik pada perubahan perilaku
suatu masyarakat maupun pada tingkat konsumsi akibat munculnya
budaya pop. Fenomena budaya populer yang kini mulai menggeliat
dan seakan menghipnotis masyarakat untuk mencoba menikatinya
adalah fenomena budaya food, fashion, fun, film, sampai media
sosial :

9
a) Food

Suatu produk mempunyai arti dan makna tersendiri. Makna


tersebut menjadi simbol ketika konsumen membeli produk
tersebut. Produk ini bisa dikatakan sebagai makanan, tempat
dimana kita makan dan jenis makanan. Budaya mempengaruhi
kita dalam memilih, menggunakan dan membeli produk
tersebut.
Dewasa ini, makanan tidak hanya diperlukan untuk bertahan
hidup ataupun pemenuhan gizi seimbang bagi konsumennya.
melainkan lebih dari sekedar itu. Hal ini dapat dilihat dalam
lingkungan sosial makanan memperoleh signifikasi yang
melampaui fungsi tersebut dan mempengaruhi persepsi atas
bisanya sesuatu bisa dimakan (Danesi, 2012: 223).
Era globalisasi telah memungkinkan berkembangnya
restoran waralaba internasional, yang pada hakikatnya memang
sebuah ancaman bagi produk-produk makanan lokal. Produk
makanan lokal semakin terancam, terpinggirkan dan semakin
tidak populer di kalangan masyarakat sendiri. Terlebih lagi di
tengah zaman yang serba modern sekarang ini, masyarakat
Indonesia lebih memilih suatu produk yang instan. Makanan
siap saji masih jadi kegemaran masyarakat kontemporer karena
dianggap praktis. Pola konsumsi masyarakat beralih pada
makanan cepat saji yang praktis. Pizza, spaghetti, hamburger,
fried chicken dianggap lebih menarik dari pada makanan lokal
(Safril, 2015: 39).
b) Fun

Kesenangan (fun) tak lepas diidentikan dalam berbagai


bidang hiburan yang tak lepas dari gaya hidup yang merupakan
gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut
dalam masyarakat di sekitarnya. Kesenangan (fun) merupakan

10
fenomena masyarakat global, seperti kesenangan akan musik
dan lagu-lagu yang berkembang masa kini dan bermain game
yang banyak digandrungi kalangan muda. Selain itu adanya K-
Pop yang berkembang pada kalangan muda merupakan satu dari
sekian fenomena fun dikalangan masyarakat. Masyarakat yang
terbawa arus globalisasi menginginkan adanya kebebasan dalam
berekspresi (Safril, 2015: 39). Gaya hidup adalah tindakan yang
membedakan antara satu orang dengan orang lain. Dalam
interaksi sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan
mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang kita
maksud (Chaney, 1996: 40).
Gaya hidup sangat berkaitan erat dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Semakin berkembangnya zaman dan
semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas
pula penerapan gaya hidup masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh sebab itu, gaya hidup merupakan bagian dari
kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan masyarakat
menetapkan gaya hidup sebagai ciri-ciri modernitas. Sehingga,
kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang,
gamelan, dan tari tradisional menghadapi ancaman serius dari
berkembangnya budaya pop khas barat yang semakin diminati
masyarakat karena dianggap lebih modern (Safril, 2015: 51).
c) Fashion

Fashion tidak diartikan sebagai pakaian saja, tetapi meliputi


seluruh item produk yang mempunyai pengertian dan simbol
kebudayaan. Namun, Fashion dapat didefinisikan sebagai gaya
atau kebiasaan yang paling lazim dalam berpakaian (Danesi,
2012: 216). Fashion adalah semacam kode berpakaian makro
yang menetapkan standar gaya menurut gender, usia, kelas
sosial dan seterusnya . Jika dilihat secara lebih jauh, praktik
bisnis yang berlangsung bisa dikategorikan sebagai proses

11
fashion. Sistem fashion yang terus menerus berkembang di
masyarakat bisa menghasilkan budaya kelas tinggi (high
culture) tetapi juga bisa menghasilkan budaya populer. Biasanya
sistem fashion yang berkembang lebih cepat dan lebih banyak
menghasilkan budaya populer, walaupun pada waktu yang
bersamaan muncul budaya populer. Dengan perkataan lain,
budaya tinggi akan tetap ada walaupun banyak sekali budaya
populer muncul.
Dunia fashion, terutama pakaian, tak tertinggal juga
merasuk diberbagai kalangan dari yang muda sampai yang tua
terutama wanita. Lihatlah cara mereka mengiming-imingi
konsumen dengan berbagai cara, dari istilah ”gak ketinggalan
zaman” sampai istilah ”trend mode”. Hal tersebut apabila
difikirkan hanyalah membuat orang kurang percaya diri, dan
nilai gengsilah yang didapat yang membuat orang menjadi
konsumtif. Budaya asing yang mengglobal menawarkan
kepraktisan dalam berpakaian dengan cukup mengenakan
kemeja, kaos, celana dan rok. Sebaliknya budaya lokal dinilai
terlalu rumit (Safril, 2015: 39).
d) Film

Film merupakan hiburan yang cukup menyenangkan untuk


melepas lelah setelah aktivitas. Di era globalisasi film bukan
hanya sekedar ajang hiburan. Melainkan sebagai ajang
terpresentasikannya nilai-nilai yang ada di dalamnya. Kaburnya
batas-batas negara akibat globalisasi, menyebabkan banyak nya
film yang tersebar dari berbagai belahan dunia. Di sisi lain,
media elektronik selalu kebanjiran film-film Mandarin,
Bollywood, dan Hollywood (Safril, 2015: 40). Film yang
menagndung hal positif dapat meningkatkan kualitas masyarakat
menjadi lebih baik. Namun, film yang mempunyai kualitas nilai
negatif akan memberikan dampak negatif bagi penontonnya

12
Tindakan kekerasan, gaya hidup sampai perkembangan
IPTEK menjadi salah satu dari berbagai aspek yang terkandung
dalam sebuah film. Hal ini secara tidak langsung membantu
penyerapan proses nilai kedalam diri seseorang yang
menontonnya sehingga dapat menimbulkan perubahan sifat dan
karkter. Agaknya dapat pula dikatakan bahwa film-film tersebut
tampaknya menekankan pada tontonan aksi melalui
penggunaan teknik-teknik yang canggih dan rangkaian usaha tak
berbelas kasihan, dan bukannya kompleksitas maupun nuansa
jalinan alur dan pengembangan karakter (Strinati, 2010: 345).
Pemfilteran terhdap nilai yang terkandung di dalamnya dan
pengetahuan yang luas akan makna dari hal tersebut dirasa
cukup efisien untuk menjembatani generasi muda dari dampak
negatif yang ditimbulkan.
e) Sosial media

Arus globalisasi yang berkembang di masyarakat telah


memberikan berbagai pengaruh. Kemunculan internet
merupakan salah satu perkembangan akibat munculnya arus
globalisasi. Kemajuan teknologi ini memberikan dampak positif
bagi kemudahan masyarakat dalam bersosialisasi. Selain itu
kemudahan mengakses berbagai sumber informasi dan berita
menjadi salah satu kemudahan dari adanya globalisasi ini.
Dampak globalisasi juga mempengaruhi gaya hidup remaja.
Sebagian remaja muda lebih tertarik pada kebiasaan negeri lain
yang tidak sesuai dengan adat dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa. Mereka menganggap itu sebuah lebih keren dan
modern, baik itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Mereka
berlomba-lomba meng-update kegiatan sehari-hari di berbagai
macam sosial media seperti facebook, tweeter maupun
instagram.

13
Kehadiran sosial media juga memiliki dampak negatif,
terutama bagi pelajar atau remaja yang sering menggunakannya.
Ketergantungan aktivitas remaja terhadap internet dikarenakan
kurang nya perhatian orang tua. Selain itu kondisi remaja yang
masih labil, dan kemampuan menyaring sumber nilai dan
informasi yang rendah akan menjadikan timbulnya berbagai
dampak negatif bagi penggunanya.

f. Dampak Globalisasi

Globalisasi dalam perkembangannya membawa berbagai dampak


terhadap kehidupan. Diantaranya dampak positif dan negatif.
1) Dampak Positif Globalisasi

a) Adanya perubahan tata nilai dan sikap seperti perubahan


pola fikir masyarakat irasional menjadi rasional.
b) Berkembanganya IPTEK sehingga masyarakat menjadi
lebih bisa berkreasi, berinovasi dan mempermudah
pekerjaan manusia.
c) Pembukaan industri yang menghasilkan alat-alat canggih
dapat meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik.
2) Dampak Negatif Globalisasi

a) Masyarakat menjadi memiliki pola hidup konsumtif.

b) Sikap individualistik.

c) Gaya hidup kebarat-baratan.

d) Nilai-nilai barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian


nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia (Safril, 2015: 32).

14
2. Nilai-Nilai Pancasila

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya


batin, dan menyadarkan dirinya akan harkat dan martabatnya. Nilai
adalah serangkaian sikap yang menyebabkan atau membangkitkan suatu
pertimbangan yang harus dibuat, sehingga menghasilkan suatu standar
atau rangkaian prinsip yang bisa dijadikan alat ukur suatu aksi (Aryani,
2010: 85). Selain itu Fraenkel dalam Thoha (1996: 17) menyebut bahwa
nilai adalah sebuah pikiran atau ide atau konsep mengenai apa yang
dianggap penting bagi seseorang dalam kehidupannya.
Tindakan benar atau salah bahkan baik buruk dapat dilihat melalui
nilai. Nilai menjadikan seseorang dapat memilih berbagai hal yang akan
dilakukan dalam hidupnya. Kebermaknaan akan prilakupun dapat dilihat
melalui nilai. Nilai sebagai suatu keyakinan yang menjadi dasar bagi
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih dan menilai tindakan-
tindakannya, apakah yang dilakukan bermakna atau tidak, benar atau
salah bagi kehidupannya (Ekosusilo, 2003: 8).
Jadi dapat disimpulkan Nilai merupakan sesuatu yang
kebenarannya diyakini sehingga dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan dasar baik buruk, benar salah, berhaga atau tidak berharga
bagi kehidupannya.

b. Macam-Macam Nilai

Menurut Notonegoro dalam Kaelan (2004: 89-90) membagi nilai


menjadi tiga macam, yaitu:
1) Nilai Material

Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan


jasmani manusia atau kebutuhan material dari raga manusia.
2) Nilai Vital

Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

15
3) Nilai Kerohanian

Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani


manusia. Nilai kerohanian ini diapat dibedakan menjadi empat
macam:
a) Nilai Kebenaran

Nilai yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

b) Nilai Keindahan atau Nilai Estetis

Nilai yang bersumber pada unsur perasaan (rasa) manusia.

c) Nilai Kebaikan atau Nilai Moral

Nilai yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia.

d) Nilai Religius

Nilai yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.


Nilai religious ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia.

c. Pengertian Pancasila

Pancasila merupakan hasil dari perwujudan nilai luhur budaya


bangsa. Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses yang panjang dan dimatangkan oleh
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia
dan dengan tetapberakar pada kepribadian bangsa Indonesia dan
gagasan-gagasan besar bangsa Indonesia sendiri. Pancasila adalah milik
khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat
legitimasi moral dan budaya bangsa sendiri (Syarbaini, 2015: 50).
Sedangkan menurut Latif dalam Mulyadi (2014: 1) mengemukakan
bahwa pancasila adalah warisan dari jenius nusantara, sesuai dengan
karakteristik lingkungan alamnya, sebagai negeri lautan yang ditaburi
pulau-pulau (archipelago).
Jadi pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai
pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung

16
dalam sila-sila Pancasila diambil dari akar budaya bangsa kita sendiri,
bukan dari budaya asing. Secara turun temurun nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila tertanam dalam diri setiap warga negara Indonesia. Sebagai
dasar Negara pancasila memiliki nilai-nilai yang dituangkan dalam butir-
butir Pancasila.

d. Nilai-Nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara membuat bangsa


Indonesia memiliki pondasi dan pendirian yang kokoh untuk terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak terpengaruh
atau goyah dengan gangguan dari pihak luar yang berusaha untuk
mengganggu stabilitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai nilai dasar
yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Syarbaini, 2015:
51).
Notonegoro dalam Kaelan (2004: 90) berpendapat bahwa nilai-nilai
pancasila tergolong nilai-nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian
yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dalam kaitannya
dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam:
1) Nilai Dasar

Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut hakikat


kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat Tuhan, manusia
atau yang lainnya. Nilai dasar dapat juga disebut sebagai sumber
norma yang pada gilirannya dijabarkan atau direalisasikan ke dalam
kehidupan yang bersifat praksis. Konsekuensinya aspek praksis
dapat berbeda-beda namun secara sistematis tidak dapat
bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran
norma serta realisasi praksis tersebut. Nilai dasar terdapat dalam
UUD 1945 (Syarbaini, 2015: 50).

17
2) Nilai Instrumental

Nilai instrumental dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan


praksis maka nilai dasar harus memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental inilah yang merupakan
suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Nilai
instrumental merupakan suatu pengejawantahan dari nilai dasar.
Nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945
dan juga dalam ketetapan MPR (Syarbaini, 2015: 50).

3) Nilai Praksis

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih


lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang nyata. Nilai
praksis ini merupakan perwujudan dari nilai instrumental. Nilai
praksis dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan
berikutnya, yaitu dalam undang-undang sampai kepada peraturan di
bawahnya (Syarbaini, 2015: 50).
Pancasila sebagai suatu dasar falsafah negara merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Nilai sila setiap Pancasila juga mengandung
nilai, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila adalah sebagai
berikut:

a) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan


menjiwai keempat sila lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah sebagai pengejawantahan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa. Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa member jaminan sesuai dengan keyakinannya untuk
beribdah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Bahwa
di Indonesia ini meskipun berbeda-beda agama tetapi mereka tetap
memiliki Jiwa Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu di dalam sila
pertama terkandung butir nilai berupa :

18
 Mengantarkan manusia Indonesia yang taat dan patuh pada titah
Tuhan, bahkan dengan kesadaran penuh yang berasal dari lubuk
hati akan menciptakan tingkah laku dan budi pekerti luhur yang
akhirnya menciptakan mentalitas dan moralitas manusia
Indonesia yang sadar akan nilai-nilai ketaqwaan pada Tuhan
yang Maha Esa (Yuniarto, 2014: 7-8).
 Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
b) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna


kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia yang berhubungan dengan norma kesusilaan.
Maksudnya bersikap berbudi luhur, berkesopanan dan bersusila.
Setiap warga negara memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab juga terkandung nilai-
nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradab. Nilai kemanusiaan yang
adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Bahwa
hakikat manusia harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara,
adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Selain itu, di dalam sila ke-2 terkandung butir nilai berupa :
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.

 Tidak semena-mena terhadap orang lain.

 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan


kewajiban antara sesama manusia.
 Bersikap sopan santun.

19
c) Persatuan Indonesia

Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah


sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk
individu dan sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang
berupa, suku, ras, kelompok, dan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.
Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia,
beraneka ragam tetapi satu mengikat diri dalam suatu persatuan yang
dilukiskan dalam simbol Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan
untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan
untuk saling menguntungkan persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa Indonesia.
Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap
warga negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada
negara, khususnya dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.
Selain itu, di dalam sila ke-3 terkandung butir nilai berupa :
 Menjaga persatuan dan kesatuan Negara.

 Cinta tanah air.

 Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.

d) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan
Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan tersebut dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama
yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas
kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-
undangan. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
negara. Dalam iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan,
mempertimbangkan satu sama lain, dan juga sikap belajar serta

20
saling menerima dan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui
dan dilindungi haknya untukberpartisipasi dalam kehidupan politik.
Selain itu, di dalam sila ke-4 terkandung butir nilai berupa :
 Mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

 Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam


mengambil keputusan bersama.
e) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dalam sila kelima terkandung nilai-
nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup
bersama atau keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut juga didasari dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain, masyarakat, bangsa negaranya dan manusia dengan
Tuhannya (Kaelan, 2010: 31-36). Selain itu, di dalam sila ke-5
terkandung butir nilai berupa :
 Menghormati dan mengakui hak-hak orang lain.

 Berprilaku dan bersikap adil terhadap sesama.

 Menghargai orang lain.

Demikianlah nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam


pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin
menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar
bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi
setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama
(keadilan sosial).
Adapun sikap siswa yang ingin di teliti dari pengaruh
globalisasi terhadap internalisasi nilai-nilai pancasila sebagai wujud
dari refleksinya

21
terdapat dalam kelima asas dalam Pancasila yang dijabarkan menjadi 36
butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan pancasila.
Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
Eksprasetia Pancakarsa (Berbagi, “Makna/Arti Butir-Butir Pancasila
https://bagiilmunei.blogspot.co.id/2017/07/makna-arti-butir-butir-
pancasila.html?m=1 (diakses 27 Februari 2018). Dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan kepada nilai-nilai berikut :
a) Nilai religius

Nilai religius merupakan nilai yang memiliki kebenaran yang


paling kuat karena bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Secara
historis, hidup religius dengan kerelaan menerima keragaman yang
telah diterima sebagai kewajaran oleh penduduk Nusantara (Latif,
2015: 56). Nilai ini merupakan bagian dari refleksi tertanamnya
nilia-nilai pancasila khususnya sila pertama. Nilai religius
merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan
oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam
kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan
pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang
bersangkutan. Nilai religius memberikan andil dalam pembangunan
karakter peserta didik agar lebih baik dan mempunyai karakter yang
mulia. Nilai religius dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya
berakhlak mulia, menjalin persaudaraan, menjunjung nilai
kehormatan manusia, dan amar ma’ruf nahyi munkar (menyuruh
kebaikan dan melarang kejahatan). Ada beberapa macam nilai
religius yaitu:
 Nilai religius tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.

 Nilai religius tentang hubungan sesama manusia.

 Nilai religius tentang hubungan manusia dengan alam atau


lingkungan.
 Nilai religius yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan.

22
b) Nilai kesopanan

Sopan santun adalah perauran hidup yang timbul dari hasil


pergaulan sekelompok itu. Kesopanan merupakan tuntutan dalam
hidup bersama. Ada nilai dan norma yang harus dipenuhi supaya
diterima secara sosial. Nilai kesopanan sebagai wujud refleksi dari
sila ke-2, yaitu sikap saling menghormati terhadap satu sama lain
baik itu orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Nilai
kesopanan mencerminkah akhlak yang berbudi pekerti luhur dan
beradab sehingga menjadikan insan yang mulia. Fungsinya antara
lain untuk membatasi seseorang berprilaku diluar batas kesopanan
pada umumnya dan belajar menghargai diri sendiri.
c) Cinta damai

Damai sangat diperlukan oleh setiap manusia, tidak terkecuali


seluruh masyarakat bangsa ini, dimana akhir-akhir ini sedang
diguncang krisis moral. Damai adalah penyesuaian atas pengarahan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menjaga
keseimbangan kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya
perpecahan atau konflik.
Sikap cinta damai memiliki peran terwujudnya perasatuan seperti
makna dari sila ke-3. Sikap cinta damai yang dimiliki tiap individu
dapat mengahantarkan kondisi masyarakat yang tentram dan
terwujudnya tali persaudaraan satu sama lain. Sikap cinta damai
dalam masyarakat majemuk sangat penting, terlebih kondisi
masyarakat yang beragam seperti halnya bangsa Indonesia. Sikap
cinta damai dapat mewujudkan persatuan bangsa.
d) Saling menghargai

Saling menghargai satu sama lain merupakan sikap terpuji.


Terlebih dalam kehidupan masyarakat yang beragam baik itu halnya
sikap, pendapat dan kebudayaan. Saling menghargai adalah sikap
toleransi, dimana setiap individu menerima perbedaan yang ada
sebagai suatu hal yang wajar. Sikap saling menghargai menjadi

23
senjata pemersatu sekaligus alat pencegah konflik. Saling
menghargai tidak didapat melalui ancaman dan kekerasan,
melainkan melalui rasa saling pengertian dan kebajikan. Seperti
sikap saling menghargai akan pendapat satu sama lain merupakan
salah satu perwujudan dari terrefleksi nya sila ke-4.
e) Peduli

Sikap peduli satu sama lain sangat di perlukan. Hal ini dapat
menjadi sikap terbaik di tengah derasnya arus globalisasi yang
membuat masyarakat lebih individualistik. Peduli adalah suatu
tindakan yang didasari pada keprihatinan terhadap masalah orang
lain. Sikap peduli tidak hanya mengenai sosial, kepedulian akan
lingkungan dan alam sekitar merupakan salah satu contoh bentuk
kepedulian. Sikap saling peduli dapat mempererat tali silaturahmi
dan persaudaraan satu sama lain. Sikap peduli merupakan bagian
dari trefleksinya sila ke-5 dari pancasila.

3. Internalisasi

a. Pengertian Internalisasi

Internalisasi adalah suatu penghayatan dan pendalaman terhadap


suatu nilai melalui proses pembinaan. Secara etimologis, internalisasi
menunjukkan suatu proses. Kaidah bahasa Indonesia menyebutkan
akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Oleh karena itu internalisasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Internalisasi diartikan sebagai
penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (KBBI, 2007:
439). Selain itu internalisasi juga diartikan sebagai upaya memasukan
pengetahuan (knowing), dan keterampilan melaksanakan (doing) itu ke
dalam pribadi (Tafsir, 2012: 229).
Penanaman mendalam yang berlangsung melalui pembinaan,
penyuluhan dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan
kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.

24
Sehingga internalisasi berarti proses menanamkan suatu nilai atau
budaya menjadi bagian diri orang yang bersangkutan (Sahlan, 2010:
130).
Jadi, Internalisasi adalah proses proses penanaman nilai-nilai pada
diri sesesorang yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan
sebagainya sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai
dengan standar yang diharapkan.

b. Tahapan-Tahapan Internalisasi

Internalisasi sebagai proses penanaman nilai-nilai melalui


pembinaan, bimbingan dan sebagainya sehingga terwujud sikap dan
prilaku sesuai dengan standar yang diharapkan.
Menurut Muhaimin (1996: 153) Proses internalsasi yang dikaitkan
dengan pembinaan peserta didik ada tiga tahapan yang terjadi yaitu:
1) Tahap Tranformasi Nilai

Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik


dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada
tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan siswa.
2) Tahap Transaksi Nilai

Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi


dua arah atau interaksi antara siswa dan pendidik yang bersifat
timbal balik.
3) Tahap Internalisasi

Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini
bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga sikap
mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian
yang berperan secara aktif.

4. Hubungan Globalisasi terhadap Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya


teknologi komunikasi, terjadilah perubahan pola hidup masyarakat yang
begitu cepat. Hal ini mempercepat arus globalisasi diberbagai negara.

25
Tidak satupun bangsa dan negara mampu mengisolir diri dan menutup
rapat dari pengaruh budaya asing. Demikian juga terhadap ideologi
pergeseran dan perubahan nilai-nilai akan menimbulkan kebimbangan,
terutama didukung oleh kenyataan masuknya arus budaya asing dengan
berbagai aspeknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Robertson dalam
Sztompka (2007: 101) yang menyatakan bahwa globalisasi diartikan
sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Dimana globalisasi
dalam perkembangannya membawa nilai-nilai yang memungkinkan
berbeda dengan nilai-nilai local disuatu negara.
Kemajuan dibidang ilmu dan teknologi komunikasi dan transportasi
ikut mendorong hubungan antar bangsa semakin erat dan luas. Berbagai
informasi dalam berbagai ragam bentukdan isinya tidak dapat selalu
diawasi atau dicegah begitu saja. Mengingkari dan tidak mau tahu
“tawaran” atau pengaruh nilai-nilai asing merupakan kesesatan berfikir,
yang seolah-olah menganggap bahwa ada eksistens yang bisa berdiri
sendiri. Jika pengaruh itu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, atau tidak mendukung bagi terciptanya kondisi yang sesuai
dengan pancasila, maka perlu dikembangkan sikap yang kritis terutama
terhadap gagasan-gagasan, ide-ide yang dating dari luar.
Perkembangan zaman menuntut bahwa ideologi harus memiliki
nafas baru, semangat baru dengan corak nilai, ajaran dan konsep kunci
mengenai kehidupan yang memiliki perspektif baru. Ideologi pancasilapun
dituntut demikian. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh budaya
asing, khususnya ilmu dan teknologi modern dan latar belakang filsafatnya
yang berasal dari luar.
Arus globalisasi kian hari memberikan berbagai pengaruh di berbagai
bidang, tak terkecuali bidang pendidikan yang menyisakan banyak hal.
Nilai-nilai global dari perkembangan globalisasi telah membumi di
berbagai plosok negeri di belahan dunia. Nilai-nilai yang tak sesuai dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa seharusnya mengalami pemfilteran oleh
masyarakat khsususnya peserta didik. Namun dewasa ini nilai-nilai luhur

26
budaya bangsa yaitu nilai-nilai pancasila dirasa mulai tergerus
perkembangan zaman. Pergeseran sistem nilai ini sangat Nampak dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai
budaya dan bangsa, nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat,
kekeluargaan, sopan santun memudar (Mulyasa, 2012: 249).
Hal ini dapat dilihat dari maraknya gaya hidup dan prilaku remaja
yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti lebih
menghargai budaya asing, disbanding budaya bangsa, baik dalam cara
berpakaian, bertutur kata, pergaulan bebas, dan pola hidup konsumtif.
Sebenarnya arus globalsiasi juga dapat membawa pengaruh positif dan
sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan apabila peserta didik lebih
bijak dalam mengambil nilai-nilai global yang berkembang.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Globalisasi adalah sebuah kondisi tanpa batas karena mengadopsi sistem global
atau menyeluruh. Sehingga akan sulit dikontrol peredaran dan perkembangannya
oleh sebab itu perilaku menyimpang dan segala hal yang mengakibatkan
turunnya nilai moral sulit diantisipasi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya mencintai
produk dalam negeri, menyaring budaya asing sesuai dengan panduan nilai,
norma dan tradisi lokal dan memahami nilai-nilai kebangsaan dan pancasila
dengan baik. Maka dari itu penulis sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/19341/2/2%20BAB%20I%20Syaijiba.pdf
https://eprints.uny.ac.id/24764/3/3.BAB%20I.pdf
http://etheses.iainkediri.ac.id/3026/3/932124816%20bab2.pdf
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414142064.pdf

29
5

Anda mungkin juga menyukai