id › risetmhsPDF
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep Globalisasi a. Pengertian ...
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KajianTeori
1. KonsepGlobalisasi
a. PengertianGlobalisasi
Perkembangan dunia saat ini telah memunculkan sebuah fenomena
globalisasi yang telah membumi ke plosok negara-negara di dunia.
Globalisasi sebagai sebuah fenomena nyata, dimana masyarakat
diberbagai dunia bisa saling bertukar informasi, teknologi sampai
bekerjasama diberbagai bidang kehidupan. Globalisasi adalah suatu
proses dimana antar individu, antar kelompok, bahkan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain
sampai melintasi batasnegara.
Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global yang
maknanya universal. Globalisasi berupaya melakukan universalisasi
sistem dunia (world system) sehingga semua negara memiliki sistem
yang homogen secara global (Safril 2015: 66). Para pemikir barat
menyatakan bahwa globalisasi adalah sebagai suatu proses kehidupan
yang serba luas dan meliputi segala aspek kehidupan, seperti politik,
ideologi, sosial budaya,ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia (tanpa batas) (Syarbaini, 2015: 262). Selain itu,
Giddens (1991: 64) mengartikan globalisasi sebagai intensifikasi
hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh
sehingga peristiwa disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang
terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dansebaliknya.
Ditinjau dari sisi lain, ada yang mengartikan globalisasi sebagai
proyek negara-negara Adikuasa untuk menjalankan perekonomian
kapitalis. Negara-negara yang kuat dan kaya akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara yang kecil makin tidak mampu
bersaing. Sebab itu globalisasi cenderung berpengaruh terhadap
7
8
b. KarakteristikGlobalisasi
Globalisasi sebagai proses penyeragaman berbagai aspek diseluruh
dunia, memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut
menunjukkan bahwa globalisasi mempunyai ciri khusus tersendiri dalam
proses dan perkembangannya. Karakteristik dari proses globalisasi
menurut Syarbaini (2015: 264) adalah sebagai berikut:
1) Globalisasi lahir bersamaan dengan modernisasi di Barat sejak abad
ke XVI, saat dimulai terjadi sistematisasi kehidupan ekonomi,
hubungan internasional antar negara, dan lahirnya budaya global.
Proses ini terus berkembang sehingga sekarang dalam akselerasi
yang semakin cepat. Masuknya budaya barat ke Indonesia, terjadi
dengan ekspansi perdagangan rempah-rempah yang diikuti
kolonialisasi.
2) Globalisai yang berarti terjadinya hubungan sistemik dari semua
hubungan-hubungan sosial di bumi ini. kehidupan dan penghayatan
umat manusia telah menyatu karena teknologikomunikasi.
3) Globalisasi mencakup fenomenologi kontraksi. Dunia seakan
menciut bukan dalam arti materi, tetapi dalam arti yang abstrak.
Ruang biasanya diukur dengan waktu. Dengan komunikasi yang
cepat maka ruang terasa lebih pendek atau terjadi kontraksi. Proses
globalisasi implisit eliminasi ruang secara fenomenologis dan
generalisasiwaktu.
4) Fenomena globalisasi sifatnya refleksi, artinya menimbulkan
kesadaran atas kemanusiaan, misalnya rasa simpatik terhadap
penderitaan bencana alam, perang, adanya pasar global dan HAM.
Proses globalsiasi berarti lenyapnya pertentangan antara
universalisme dan partikularisme, gemeinschaft dan gesselschaft,
publik dan swasta, dunia kerja dankeluarga.
5) Pemisahan itu terikat ruang dan waktu. Proses globalisasi berakibat
sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu semakin hilang. Seseorang
adalah sekaligus individu dan anggota umatmanusia.
6) Globalisasi berarti mengahadapi kenyataan serba-muka antara risiko
dengan kepercayaan. Dewasa ini orang hanya percaya kepada orang
yang dikenal, sifatnya fisik-material serta hadir di sini. Dalam era
globalisasi kita percaya pada orang yang tidak dikenal, kekuatan-
kekuatan impersonal dan norma-norma seperti norma-norma pasar,
hak asasi manusia dansebagiannya.
c. SejarahGlobalisasi
Globalisasi merupakan perubahan ruang dan waktu. Menurut rentang
waktu globalisasi dapat dikalsifikasi menjadi tiga bagian, diantaranya
globalisasi kuno, globalisasi modern awal/proto globalisasi dan
globalisasi masa kini. Globalisasi timbul semenjak manusia mengenal
perdagangan antar negara. Hal ini dapat dilihat dari pedagang Cina dan
India lalu diikuti oleh kaum muslimin di Asia dan Afrika. Ekonom dan
sosiolog historis Jerman Frank (1998) (wikipedia, “Globalisasi,
www.https://id.m.qikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses 27 desember
2017)) berpendapat bahwa :
“Globalisasi diawali oleh munculnya hubungan dagang antara
Sumer dan peradaban lembah Indus pada milenium ketiga SM.
Globalisasi kuno ini terjadi pada zaman Helenistik, zaman ketika
pusat-pusat kota Komersial membentuk poros budaya Yunani yang
merentang dari India sampai Spanyol, termasuk Alexandria dan
kota-kota Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani dan
impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan lewat laut.
Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya
mengendalikan suplai gandum.”
d. GlobalisasiBudaya
Globalisasi mempunyai berbagai dampak tehadap aspek kehidupan.
Salah satunya membuat adanya kecenderungan homogenisasi budaya.
Globalisasi budaya merupakan penyebaran budaya dari luar yang
menjadikan keseragaman diseluruh negara. Globalisasi budaya itu kian
mudah dijalankan seiring dengan perkembangan pesat teknologi
komunikasi dan informasi (Safril, 2015: 50). Globalisasi budaya dalam
prosesnya dibantu oleh internet, media budaya masyarakat dan perjalanan
luar negeri. Globalisasi budaya menyebabkan konsumsi budaya yang
menyebabkan pertukaran barang dan kolonisasi ke seluruh dunia. Selain
itu gaya hidup, norma dan nilai, adat dan kebiasaan, keyakinan agama,
pola kehidupan keluarga, cara produksi dan konsumsi masyarakat
pribumi rusak akibat penetrasi kultur barat modern itu (Sztompka, 2007:
108).
Penyebaran suatu budaya akan sangat berdampak pada kehidupan
sosial di masyarakat. Betapa cepat perubahan budaya masyarakat yang
disebabkan oleh konsumsi budaya secara intens karena globalisasi.
Pengaruh budaya bisa terlihat dari prilaku, norma dan juga nilai-nilai
budaya yang tampak. Fenomena dalam masyarakat ketika melihat budaya
yang sekarang sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia yaitu
budaya barat yang dianggap sebagai budaya modern. Kuatnya penetrasi
budaya yang terglobalkan menyebabkan sebagian orang merasa identitas
aslinya telah usang karena tidak sejalan dengan globalisasi (Safril, 2015:
50). Budaya yang sudah terlihat adalah gaya berpakaian, gaya bergaul,
dan juga bahkan makanan dan lain-lain. Sebagai contoh globalisasi
budaya adalah gerai makanan barat yang sudah begitu banyak di
Indonesia seperti MC Donal, KFC, Pizza Hut dan masih banyak lagi.
Globalisasi memicu terjadinya interaksi antara dua budaya yang
sangat berlainan karakternya. Sudah menjadi hukum alam sesuatu yang
berbeda dan berlainan sulit untuk menemui bentuk keseimbangan. Pasti
akan selalu ditemui pendominasian atau kecenderungan salah satu dari
yang berbeda tersebut. Begitupun dengan persinggungan dua budaya
yang berbeda, tentu akan ada pendomianasian dari salah satu budaya.
Globalisasi Budaya yang menyebabakan pendominasian dari budaya lain
akan menjadi budaya global yang lebih berkembang dan diterima di
masyarakat. Budaya yang mendominasi dan diidentikan menjadi budaya
yang benar maka akan diidentikan dengan kekinian. Namun budaya lain
yang didominasi akan dilegitimasikan sebagai istilah kekunoan. Budaya
yang mendominsi akan memperesentasikan kekinian (up to date),
sehingga akan melahirkan produk-produk budaya baru yang mulai
menggeser produk budaya lain. Globalisasi budaya dalam
perkembangannya telah menghasilkan budaya populer sehingga
memunculkan fenomena gelombang budaya mengenai food, fun, fashion,
film sampai sosialmedia.
f. DampakGlobalisasi
Globalisasi dalam perkembangannya membawa berbagai dampak
terhadap kehidupan. Diantaranya dampak positif dan negatif.
1) Dampak PositifGlobalisasi
a) Adanya perubahan tata nilai dan sikap seperti perubahan
pola fikir masyarakat irasional menjadirasional.
b) Berkembanganya IPTEK sehingga masyarakat menjadi
lebih bisa berkreasi, berinovasi dan mempermudah
pekerjaanmanusia.
c) Pembukaan industri yang menghasilkan alat-alat canggih
dapat meningkatkan tingkat kehidupan yang lebihbaik.
2) Dampak NegatifGlobalisasi
a) Masyarakat menjadi memiliki pola hidupkonsumtif.
b) Sikapindividualistik.
c) Gaya hidup kebarat-baratan.
d) Nilai-nilai barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian
nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia (Safril, 2015:32).
2. Nilai-NilaiPancasila
a. PengertianNilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya
batin, dan menyadarkan dirinya akan harkat dan martabatnya. Nilai
adalah serangkaian sikap yang menyebabkan atau membangkitkan suatu
pertimbangan yang harus dibuat, sehingga menghasilkan suatu standar
atau rangkaian prinsip yang bisa dijadikan alat ukur suatu aksi (Aryani,
2010: 85). Selain itu Fraenkel dalam Thoha (1996: 17) menyebut bahwa
nilai adalah sebuah pikiran atau ide atau konsep mengenai apa yang
dianggap penting bagi seseorang dalamkehidupannya.
Tindakan benar atau salah bahkan baik buruk dapat dilihat melalui
nilai. Nilai menjadikan seseorang dapat memilih berbagai hal yang akan
dilakukan dalam hidupnya. Kebermaknaan akan prilakupun dapat dilihat
melalui nilai. Nilai sebagai suatu keyakinan yang menjadi dasar bagi
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih dan menilai tindakan-
tindakannya, apakah yang dilakukan bermakna atau tidak, benar atau
salah bagi kehidupannya (Ekosusilo, 2003: 8).
Jadi dapat disimpulkan Nilai merupakan sesuatu yang
kebenarannya diyakini sehingga dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan dasar baik buruk, benar salah, berhaga atau tidak berharga
bagikehidupannya.
b. Macam-MacamNilai
Menurut Notonegoro dalam Kaelan (2004: 89-90) membagi nilai
menjadi tiga macam, yaitu:
1) NilaiMaterial
Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia atau kebutuhan material dari raga manusia.
2) NilaiVital
Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) NilaiKerohanian
Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian ini diapat dibedakan menjadi empat
macam:
a) NilaiKebenaran
Nilai yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b) Nilai Keindahan atau NilaiEstetis
Nilai yang bersumber pada unsur perasaan (rasa) manusia.
c) Nilai Kebaikan atau NilaiMoral
Nilai yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia.
d) NilaiReligius
Nilai yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.
Nilai religious ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinanmanusia.
c. PengertianPancasila
Pancasila merupakan hasil dari perwujudan nilai luhur budaya
bangsa. Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses yang panjang dan dimatangkan oleh
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia
dan dengan tetapberakar pada kepribadian bangsa Indonesia dan
gagasan-gagasan besar bangsa Indonesia sendiri. Pancasila adalah milik
khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat
legitimasi moral dan budaya bangsa sendiri (Syarbaini, 2015: 50).
Sedangkan menurut Latif dalam Mulyadi (2014: 1) mengemukakan
bahwa pancasila adalah warisan dari jenius nusantara, sesuai dengan
karakteristik lingkungan alamnya, sebagai negeri lautan yang ditaburi
pulau-pulau (archipelago).
Jadi pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai
pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila diambil dari akar budaya bangsa kita sendiri,
bukan dari budaya asing. Secara turun temurun nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila tertanam dalam diri setiap warga negara Indonesia. Sebagai
dasar Negara pancasila memiliki nilai-nilai yang dituangkan dalam butir-
butir Pancasila.
d. Nilai-NilaiPancasila
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara membuat bangsa
Indonesia memiliki pondasi dan pendirian yang kokoh untuk terus
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak terpengaruh
atau goyah dengan gangguan dari pihak luar yang berusaha untuk
mengganggu stabilitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai nilai dasar
yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Syarbaini, 2015:
51).
Notonegoro dalam Kaelan (2004: 90) berpendapat bahwa nilai-nilai
pancasila tergolong nilai-nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian
yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dalam kaitannya
dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam:
1) NilaiDasar
Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut hakikat
kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat Tuhan, manusia
atau yang lainnya. Nilai dasar dapat juga disebut sebagai sumber
norma yang pada gilirannya dijabarkan atau direalisasikan ke dalam
kehidupan yang bersifat praksis. Konsekuensinya aspek praksis
dapat berbeda-beda namun secara sistematis tidak dapat
bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran
norma serta realisasi praksis tersebut. Nilai dasar terdapat dalam
UUD 1945 (Syarbaini, 2015:50).
2) NilaiInstrumental
Nilai instrumental dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan
praksis maka nilai dasar harus memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental inilah yang merupakan
suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Nilai
instrumental merupakan suatu pengejawantahan dari nilai dasar.
Nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945
dan juga dalam ketetapan MPR (Syarbaini, 2015:50).
3) NilaiPraksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih
lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang nyata. Nilai
praksis ini merupakan perwujudan dari nilai instrumental. Nilai
praksis dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan
berikutnya, yaitu dalam undang-undang sampai kepada peraturan di
bawahnya (Syarbaini, 2015: 50).
Pancasila sebagai suatu dasar falsafah negara merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Nilai sila setiap Pancasila juga mengandung
nilai, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila adalah sebagai
berikut:
a) Ketuhanan Yang MahaEsa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan
menjiwai keempat sila lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah sebagai pengejawantahan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa. Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa member jaminan sesuai dengan keyakinannya untuk
beribdah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Bahwa
di Indonesia ini meskipun berbeda-beda agama tetapi mereka tetap
memiliki Jiwa Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu di dalam sila
pertama terkandung butir nilai berupa :
Mengantarkan manusia Indonesia yang taat dan patuh pada titah
Tuhan, bahkan dengan kesadaran penuh yang berasal dari lubuk
hati akan menciptakan tingkah laku dan budi pekerti luhur yang
akhirnya menciptakan mentalitas dan moralitas manusia
Indonesia yang sadar akan nilai-nilai ketaqwaan pada Tuhan
yang Maha Esa (Yuniarto, 2014:7-8).
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk
agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunanhidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanmasing-masing.
b) Kemanusiaan yang Adil danBeradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna
kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia yang berhubungan dengan norma kesusilaan.
Maksudnya bersikap berbudi luhur, berkesopanan dan bersusila.
Setiap warga negara memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab juga terkandung nilai-
nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradab. Nilai kemanusiaan yang
adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Bahwa
hakikat manusia harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara,
adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Selain itu, di dalam sila ke-2 terkandung butir nilai berupa:
Mengembangkan sikap tenggangrasa.
Tidak semena-mena terhadap oranglain.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesamamanusia.
Bersikap sopansantun.
c) PersatuanIndonesia
Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk
individu dan sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang
berupa, suku, ras, kelompok, dan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.
Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia,
beraneka ragam tetapi satu mengikat diri dalam suatu persatuan yang
dilukiskan dalam simbol Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan
untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan
untuk saling menguntungkan persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsaIndonesia.
Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap
warga negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada
negara, khususnya dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.
Selain itu, di dalam sila ke-3 terkandung butir nilai berupa :
Menjaga persatuan dan kesatuanNegara.
Cinta tanah air.
Berbangga sebagai bagian dariIndonesia.
d) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan tersebut dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama
yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas
kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-
undangan. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
negara. Dalam iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan,
mempertimbangkan satu sama lain, dan juga sikap belajar serta
saling menerima dan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap orang
diakui dan dilindungi haknya untukberpartisipasi dalam kehidupan
politik. Selain itu, di dalam sila ke-4 terkandung butir nilai berupa :
Mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentinganpribadi.
Tidak memaksakan kehendak kepada oranglain.
Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam
mengambil keputusanbersama.
e) Keadilan Sosial bagi Seluruh RakyatIndonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dalam sila kelima terkandung nilai-
nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup
bersama atau keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut juga didasari dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain, masyarakat, bangsa negaranya dan manusia dengan
Tuhannya (Kaelan, 2010: 31-36). Selain itu, di dalam sila ke-5
terkandung butir nilai berupa:
Menghormati dan mengakui hak-hak oranglain.
Berprilaku dan bersikap adil terhadapsesama.
Menghargai oranglain.
Demikianlah nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam
pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin
menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar
bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi
setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama
(keadilan sosial).
Adapun sikap siswa yang ingin di teliti dari pengaruh globalisasi
terhadap internalisasi nilai-nilai pancasila sebagai wujud dari refleksinya
terdapat dalam kelima asas dalam Pancasila yang dijabarkan menjadi 36
butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan pancasila.
Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang
Eksprasetia Pancakarsa (Berbagi, “Makna/Arti Butir-Butir Pancasila
https://bagiilmunei.blogspot.co.id/2017/07/makna-arti-butir-butir-
pancasila.html?m=1(diakses 27 Februari 2018). Dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan kepada nilai-nilai berikut:
a) Nilaireligius
Nilai religius merupakan nilai yang memiliki kebenaran yang
paling kuat karena bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Secara
historis, hidup religius dengan kerelaan menerima keragaman yang
telah diterima sebagai kewajaran oleh penduduk Nusantara (Latif,
2015: 56). Nilai ini merupakan bagian dari refleksi tertanamnya
nilia-nilai pancasila khususnya sila pertama. Nilai religius
merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan
oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam
kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan
pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang
bersangkutan. Nilai religius memberikan andil dalam pembangunan
karakter peserta didik agar lebih baik dan mempunyai karakter yang
mulia. Nilai religius dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya
berakhlak mulia, menjalin persaudaraan, menjunjung nilai
kehormatan manusia, dan amar ma’ruf nahyi munkar (menyuruh
kebaikan dan melarang kejahatan). Ada beberapa macam nilai
religiusyaitu:
Nilai religius tentang hubungan manusia denganTuhannya.
Nilai religius tentang hubungan sesamamanusia.
Nilai religius tentang hubungan manusia dengan alam atau
lingkungan.
Nilai religius yang berkaitan dengan pendidikankeagamaan.
b) Nilaikesopanan
Sopan santun adalah perauran hidup yang timbul dari hasil
pergaulan sekelompok itu. Kesopanan merupakan tuntutan dalam
hidup bersama. Ada nilai dan norma yang harus dipenuhi supaya
diterima secara sosial. Nilai kesopanan sebagai wujud refleksi dari
sila ke-2, yaitu sikap saling menghormati terhadap satu sama lain
baik itu orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Nilai
kesopanan mencerminkah akhlak yang berbudi pekerti luhur dan
beradab sehingga menjadikan insan yang mulia. Fungsinya antara
lain untuk membatasi seseorang berprilaku diluar batas kesopanan
pada umumnya dan belajar menghargai diri sendiri.
c) Cinta damai
Damai sangat diperlukan oleh setiap manusia, tidak terkecuali
seluruh masyarakat bangsa ini, dimana akhir-akhir ini sedang
diguncang krisis moral. Damai adalah penyesuaian atas pengarahan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menjaga
keseimbangan kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya
perpecahan atau konflik.
Sikap cinta damai memiliki peran terwujudnya perasatuan seperti
makna dari sila ke-3. Sikap cinta damai yang dimiliki tiap individu
dapat mengahantarkan kondisi masyarakat yang tentram dan
terwujudnya tali persaudaraan satu sama lain. Sikap cinta damai
dalam masyarakat majemuk sangat penting, terlebih kondisi
masyarakat yang beragam seperti halnya bangsa Indonesia. Sikap
cinta damai dapat mewujudkan persatuan bangsa.
d) Salingmenghargai
Saling menghargai satu sama lain merupakan sikap terpuji.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat yang beragam baik itu halnya
sikap, pendapat dan kebudayaan. Saling menghargai adalah sikap
toleransi, dimana setiap individu menerima perbedaan yang ada
sebagai suatu hal yang wajar. Sikap saling menghargai menjadi
senjata pemersatu sekaligus alat pencegah konflik. Saling
menghargai tidak didapat melalui ancaman dan kekerasan,
melainkan melalui rasa saling pengertian dan kebajikan. Seperti
sikap saling menghargai akan pendapat satu sama lain merupakan
salah satu perwujudan dari terrefleksi nya silake-4.
e) Peduli
Sikap peduli satu sama lain sangat di perlukan. Hal ini dapat
menjadi sikap terbaik di tengah derasnya arus globalisasi yang
membuat masyarakat lebih individualistik. Peduli adalah suatu
tindakan yang didasari pada keprihatinan terhadap masalah orang
lain. Sikap peduli tidak hanya mengenai sosial, kepedulian akan
lingkungan dan alam sekitar merupakan salah satu contoh bentuk
kepedulian. Sikap saling peduli dapat mempererat tali silaturahmi
dan persaudaraan satu sama lain. Sikap peduli merupakan bagian
dari trefleksinya sila ke-5 daripancasila.
3. Internalisasi
a. PengertianInternalisasi
Internalisasi adalah suatu penghayatan dan pendalaman terhadap
suatu nilai melalui proses pembinaan. Secara etimologis, internalisasi
menunjukkan suatu proses. Kaidah bahasa Indonesia menyebutkan
akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Oleh karena itu internalisasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Internalisasi diartikan sebagai
penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (KBBI, 2007:
439). Selain itu internalisasi juga diartikan sebagai upaya memasukan
pengetahuan (knowing), dan keterampilan melaksanakan (doing) itu ke
dalam pribadi (Tafsir, 2012: 229).
Penanaman mendalam yang berlangsung melalui pembinaan,
penyuluhan dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan
kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.
Sehingga internalisasi berarti proses menanamkan suatu nilai atau
budaya menjadi bagian diri orang yang bersangkutan (Sahlan, 2010:
130).
Jadi, Internalisasi adalah proses proses penanaman nilai-nilai pada
diri sesesorang yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan
sebagainya sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai
dengan standar yangdiharapkan.
b. Tahapan-TahapanInternalisasi
Internalisasi sebagai proses penanaman nilai-nilai melalui
pembinaan, bimbingan dan sebagainya sehingga terwujud sikap dan
prilaku sesuai dengan standar yang diharapkan.
Menurut Muhaimin (1996: 153) Proses internalsasi yang dikaitkan
dengan pembinaan peserta didik ada tiga tahapan yang terjadi yaitu:
1) Tahap TranformasiNilai
Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik
dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada
tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan siswa.
2) Tahap TransaksiNilai
Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi
dua arah atau interaksi antara siswa dan pendidik yang bersifat
timbalbalik.
3) TahapInternalisasi
Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini
bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga sikap
mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian
yang berperan secara aktif.
C. KerangkaBerfikir
Pancasila sebagai ideologi negara mempunyai nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya pancasila adalah kristalisasi
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang majemuk, sehingga ideologi
pancasila adalah sebagai pandangan hidup dan dasar NKRI (Yuniarto, 2014:
5-6). Selain itu pancasila juga mengajarkan moral ideal bangsa Indonesia yang
menjadikannya sebagai alasan utama pentingnya pembentukan karakter
peserta didik melalui internalisasi.
Internalisasi diartikan sebagai penghayatan terhadap nilai-nilai atau
aturan-atauran melalui pembinaan. Internalisasi nilai-nilai pancasila pada
peserta didik diharapkan dapat menjadi ajang penguatan kembali nilai-nilai
karakter bangsa yang mulai tergerus perkembangan zaman seperti halnya
globalisasi.
Globalisasi diartikan sebagai proses penyeragaman budaya masyarakat
dunia. Globalisasi dipandang suatu hal yang maju dan modern. Hal ini
dikarenakan perkembangan IPTEK semenjak kemunculan globalisasi.
Perkembangan tersebut terus menyebar keseluruh plosok negara-negara di
dunia sehingga batas-batas wilayah antar negara menjadi kabur karna
globalisasi. Maka dari itu batas-batas wilayah geografi suatu negara tidak
begitu penting lagi (Adolf, 2007: 347).
Nilai luhur budaya bangsa telah ada semenjak dulu. Nilai-nilai tersebut
dikristalisasikan dalam pancasila. Pancasila sebagai sebuah ideologi segara
sekaligus sumber nilai moral, menjadikannya pedoman dalam bertingkah
laku. Mengamalkan nilai-nilai pancasila dapat membentuk karakter bangsa
yang baik dalam diri seseorang. Nilai-nilai luhur budaya bangsa tersebut, tidak
hanya diajarkan di sekolah. Jauh sebelum itu para orang tua pasti
menanamkan nilai-nilai yang baik untuk anaknya lalu ketika memasuki usia
sekolah, penanaman nilai-nilai tersebut diitensifkan dalam bentuk kurikulum,
mata pelajara, terlebih atauran tata tertibdisekolah.
Namun ditengah perkembanagn zaman, maraknya arus globalisasi
menyebabkan munculnya nilai-nilai global. Nilai-nilai global tersebut ada
sebagian yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila sehingga
menyebabkan adanya berbagai penyimpangan prilaku di sekolah. Arus
globalsiasi yang perkembangannya diikuti oleh modernisasi mengakibatkan
peruabahangaya hidup dan prilaku masyarakat. Remaja yang kurang bisa
memfilter nilai-nilai global yang ada dapat mengakibatkan penyimpangan
prilaku. Namun, penguatan nilai-nilai pancasila pada diri seseorng dapat
menajadi pondasi yang kokoh dalam pemfilteran nilai-nilai global yang ada.
Menjadikannya lebih bijak dalam mengambil langkah yang ada dan mampu
mengambil hal positif dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Sekolah mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai-nilai
pancasila terhadap peserta didik. Guru sebagai pemeran utama dalam
pendidikan mempunyai peran dalam proses internalisasi nilai-nilai pancasila
tersebut kepada peserta didik. Di tengah arus globalsiasi yang kian hari dapat
sewaktu waktu memudarkan nilai-nilai luhur pancasila maka diharapkan
internalsiasi nilai-nilai pancasila harus lebih intens dilakukan, Adapun dalam
penelitian ini sikap siswa yang ingin di teliti dari pengaruh globalisasi
internalisasi nilai-nilai pancasila sebagai wujud dari refleksinya yaitu religius,
saling membantu, cinta damai, rasa hormat, dan peduli.
Sekolah Guru
Globalsiasi
Hasil