Anda di halaman 1dari 13

1

TUGAS MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA


R3A
KELOMPOK 1

DHEA NABILLA
YUZADINA APRILLA
ABDUL HAKIM

Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Pengetahuan Sosial


Program Studi Pendidikan Ekonomi
Universitas Indraprasta PGRI
2019/2020
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………….……………………………………………………... 2

BAB1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …..............……………..……………………………….… 3
B. Rumusan Masalah ……………………………………............................ 3
C Tujuan..... ........... ……………………………………….......................... 4

BAB 2. PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Budaya.…………………………………5
B. Apresiasi Terhadap Kemanusiaan Dan Kebudayaan...……………………... 6
C. Etika Dan Estetika Kebudayaan…………………………............................. 7
D. Memanusiakan Manusia Melalui Pemahaman Konsep Dasar Manusia…… 8
E. Problematika Kebudayaan…………………………………………………...9

BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………......……………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Allah SWT berupa akal dan nafsu,
akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang dapat
mewujudkan cita-cita atau penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia telah
menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga sejak saat itu
kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni juga telah mempengaruhi
peradapan manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang budaya.
Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas
pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan
yang melibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya kegiatan
yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan turun-temurun dari para
leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau
dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral
tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa
aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu kalangan suku
atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan etnis memiliki berbagai
macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.
Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya di Indonesia
merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, karena itu manusia
adalah mahluk budaya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Hakikat manusia sebagai makhluk budaya
2.      Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
3.      Etika dan estetika berbudaya
4.      Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep dasar kemanusiaan
5.      Problematika kebudayaan.
4

C.    TUJUAN
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1.      Menganalisis manusia sebagai makhluk budaya
2.      Menjelaskan hakikat manusia sebagai makhluk budaya
3.      Mengetahui apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
4.      Membedakan antara etika dan estetika budaya
5.      Menunjukkan sikap hormat terhadap sesama manusia
6.      Memberikan contoh problematika kebudayaan
5

BAB II
PEMBAHASAN

A.    HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana ini ada
empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki makhluk
tersebut sebagai berikut.

1. Alam memiliki sifat wujud.


2.  Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup.
3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali hawa nafsu.
4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal budi.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila
dibanding dengan makhluk yang lainnya. Manusia tidak hanya
sekedar homo, tetapi human (manusia yang manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki
dan mampu mengembangkan sisi kemanusiaanya.
Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal budi. Manusia mampu
menciptakan kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia, baik
dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu manusia dapat dikatakan sebagai pencipta
kebudayaan dan makhluk berbudaya.

Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia, sehingga kebudayaan


memiliki peran sebagai :

1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.


2.  Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku didalam
pergaulan.
6. Pengantar agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
6

B.     APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN

1.    MANUSIA DAN KEMANUSIAAN


Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan untuk
berkesusaian dengan hakikat dari manusia. Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental
atau dalam arti persial. Misalkan manusia dikatakan sebagai homo economicus, homo faber,
homo socius, homo homini lupus, zoon politicon dan sebagainya.
Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan terhadap
harkat dan martabat yang luhur. Semua manusia adalah luhur, karena itu manusia tidak harus
dibedakan perlakuannya hanya karena perbedaan suku, ras, keyakinan, status sosial ekonomi,
asal usul dan sebagainya. Dengan demikian, sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak saling
menindas, tetapi saling menghargai dan saling menghormati dengan pijakan prinsip
kemanusiaan.

2.      MANUSIA SEBAGAI KEBUDAYAAN 


Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, culture bisa diartikan sebagai
mengolah tanah atau bertani. Dengan demikian kata budaya ada hubungan nya dengan
kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan, dalam hal pertanian.
Definisi kebudayaan telah banyak di kemukakan oleh banyak ahli. Beberapa contoh
sebagai berikut:
a. Herskovits memandang kebudaaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik
b.  Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan megandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan. Serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
c. Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang didalam nya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
d. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya. 
7

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan sebagai
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari,kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-
lainyang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

C.    ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA

1.      ETIKA MANUSIA DALAM BERBUDAYA


Etika pada umumnya membahas membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
predikat nilai sosial, atau tindak asusila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam
kawasan nilai, sedangkan etika itu sendiri berkaitan dengan baik buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna
etika  yaitu :
a. Etika dalam nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud di sini adalah kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. Disini etika sama artinya dengan
filsafat moral.
2.      ESTIKA MANUSIA DALAM BERBUDAYA
                      Estika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. estetika berkaitan
dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetika berati nilai tentang keindahan. Keindahan
dapat diberi makna secara luas, secara sempit dan estetika murni.
a. Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang baik termasuk
yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. 
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan
warna)
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran, peradaban, dan
perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.

Sesuatu yang estetik berati memenuhi unsur keindahan. Keindahan secara murni  maupun
secara sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, ataupun nada. Nilai ekstetika tidak bisa
dipaksakan pada orang lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan
8

sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita. Nilai-nilai esteika lebih bersifat perasaan, bukan
pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia, sesungguhnya diupayakan untuk memunuhi unsur
keindahan. Disinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Namun sekali lagi, bahwa
suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat pemiliknya, belum tentu indah bagi
masyarakat budaya lain. Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya
harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya
manusia untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainnya.
Untuk itu manusia dalam berbudaya berkewajiban bersikap dan berperilaku yang halus,
serasi, serta tepat dalam mengamalkan nilai ide, aktivitas sosial, kebudayaan materi, dibidang
keyakinan, ilmu dan keterampilan, peralatan hidup, berorganisasi, bertutur kata dan
berkomunikasi, yang hidup dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. 

D.  MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALAUI PEMAHAMAN KONSEP DASAR


MANUSIA

Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam dirinya.
Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak bisa dikatakan memiliki
perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi, sedangkan manusia memiliki
akal budi yang biasa memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang
mendorong perilaku baik sebagai manusia.
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan
menghormati harkat dan derajat manusia lainya. Memanusiakan manusia adalah tidak menindas
sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan perilaku-perilaku buruk
lainnya.
Memanusiakan manusia berarti perilaku memanusiawikan antarsesama. Memanusiakan
manusia memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri akan
menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia. Sedangkan bagi orang lain
akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian, dan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga
diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia. sedangkan bagi orang
lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan penderitaan, kesusahan,
kekuatan, perasan dendam, dan sebagainya. Sedangkan bagi orang lain sebagai korban tindakan
yang tidak manusiawi akan menciptakan penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam,
dan sebagainya. 
Sejarah membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan peperangan yang terjadi di
berbagai belahan dunia adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain,
sekelompok bangsa menindas bangsa lain.
9

Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi
dicontohkan dengan adanya kasus kekerasan terhadap para pembantu rumah tangga. Misalkan
seorang pembantu disiksa, tidak diberi upah, dikurung dalam rumah, dan sebagainya. Para
majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusiaan yang
disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita dalam
memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan status sosial
ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakangnya, karena
semua manusia adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang
manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaiknya,
perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak
manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan hidup manusia.

E.     PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia (masyarakat, suku, atau
bangsa) memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kelompok lain, yang membentuk ciri dan
menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian kebudayaan menjadi identitas dari
persekutuan hidup manusia.
Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan
hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.

1. Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah peroses pemindahan, penerusan, pemilikan dan
pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan
budaya bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan
datang.
Dalam hal pewarisan budaya dapat muncul masalah antara lain: sesuai atau
tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan
generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang
tidak sesuai lagi dengan budaya warisan.
2. Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
10

keadaan yang fungsinya tidak sesuai bagi kehidupan yang dapat menimbulkan sebuah
masalah.

3. Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebarannya unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat kemasyarakat
yang lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke
masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat Barat (negara-negara
Eropa) masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika).
Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara
meluas. 

Beberapa Problematika Kebudayaan antara lain:


a. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup system kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun
diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan.Mereka enggan meninggalkan kampumg
halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani.padahal umumnya miskin.
b. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan prinsip atau sudut pandang
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini
dapat terjadi antara masyarakat dan laksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga
Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak
banyak rezeki.
c. Hambatan budaya berkaitan dengan factor piskologi atau kejiwaan
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam
banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan adanya kekawatiran penduduk bahwa di
tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan mereka hidup di
tempat yang lama
d. Masyarakat tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang berkomunikasi dengan masyarakat luar,
karena pengatahuaan sangat terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-
program pembangunan.
e. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah memililki
secara turun-temurun.
f. Sikap Etnosentrisme.
11

Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri
dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah
memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal, Yang
terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam
memandang kebudayaan orang lain.
Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap
kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.
g. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
dalam penggunaannya disalahgunakan yang justru menggangu kesehatan.
12

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu,
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya adalah makhluk yang senantiasa membudayakan akal
budinya untuk menciptakan kebudayaan baik dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu
manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan makhluk berbudaya. Budaya sendiri
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang yang diwariskan dari generasi ke generasi dan budaya yang dihasilkan manusia bergantung
dari paham/ideologi yang diyakini manusia pendukung budaya tersebut.
13

DAFTAR PUSTAKA

http://ranahartikel.blogspot.com/2016/03/makalah-sosial-budaya-manusia-sebagai.html
http://riffatugaskuliah.blogspot.com/2017/12/manusia-sebagai-makhluk-budaya.html

Rusmin Tumanggor, Dkk, (2010),Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana

Elly M. Setiadi, Dkk, (2007), Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana


Herimanto, Winarno, (2013),Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai