Anda di halaman 1dari 28

STUDI STRATEGI DAKWAH KONTEMPORER DI INDONESIA

NAHDATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH DALAM PERFEKTIF


PEMANFAATAN MEDIA MASA

MUHAMMAD ANTARIKSAWAN

KOMISARIAT AL-QUD

KAMDA OGAN

2023
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, karena nikmat dari-Nya lah sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Studi Strategi Dakwah
Kontemporer Di Indonesia Nahdatul Ulama Dan Muhammadiyah Dalam
Perfektif Pemanfaatan Media Masa”. Tak lupa pula shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, dan kita para
pengikutnya yang Insya Allah senantiasa Istiqomah di jalan-Nya.

Dalam menyelesaikan makalah ini saya telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang saya miliki, saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat saya
butuhkan. Apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan saya
mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Indralaya, 8 Februari 2023

Muhammad antariksawan
DAFTRA ISI

Kata pengantar ..................................................................................................... 2


BAB I .................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................... 5
Rumusan masalah............................................................................................. 6
Tujuan penulisan .............................................................................................. 6
BAB II ................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7
Konsep Dakwah ............................................................................................... 7
Pengertian dakwah ........................................................................................ 7
Tinjauan termologi........................................................................................ 7
Unsur-unsur dakwah ..................................................................................... 7
Tujuan Dakwah ............................................................................................ 9
Hakikat Dakwah Islam ................................................................................ 10
Konsepsi Strategi ........................................................................................... 10
Pengertian Strategi Dakwah ........................................................................ 10
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi ............................... 11
Strategi Dakwah Rasul Allah ...................................................................... 12
Sejarah NU ................................................................................................. 13
Dasar pemikiran NU ................................................................................... 14
Sejarah muhammadiyah .............................................................................. 15
Dasar pemikiran muhammadiyah ................................................................ 16
Pengertian media Masa ............................................................................... 17
Hubungan media masa dan dakwah ............................................................ 17
BAB III.............................................................................................................. 19
PEMBAHASAN ................................................................................................ 19
ANALISA STRATEGI DAKWAH ANTARA MUHAMMADIYAH DAN
NAHDATUL ULAMA DALAM PEMANFAATAN MEDIA MASA ............ 19
Pemanfaatan Media Massa pada Organisasi Nahdlatul Ulama ..................... 19
Pemanfaatan Media Massa pada Organisasi Muhammadiyah ...................... 22
BAB IV ............................................................................................................. 26
PENUTUP ......................................................................................................... 26
Pemanfaatan media oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah ..................... 26
Perbandingan dan Persamaan Dua Organisasi ................................................. 27
Kelebihan dan kekurangan ............................................................................. 27
Daftar pustaka.................................................................................................... 28
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Secara etimologis dakwah berasal dar bahasa arab yang berarti seruan , ajakan
panggilan ( ismail nasution, 2021).

Islam agama rahmatan lil ‘alamin harus mampu memberikan kontribusi dan
solusi terhadap perkembangan dan perubahan masyarakat modern. Selama ini
peradaban Islam, mengalami stagnan bahkan Islam menjauh dari hiruk- pikuk
dunia sains. Kalau kita menengok ke belakang, justru Islam sebagai pelopor
terhadap temuan-temuan sains yang kemudian dikembangkan oleh peradaban
Barat.

Ilmu pengetahuan dan peradaban dunia sekarang ini, kiblatnya berada pada
peradaban Barat dan seakan-peradaban Islam akan mengalami stagnan tanpa
kemajuan yang signifikan untuk kemaslahatan umat. Kemunduran sains dalam
Islam dipicu oleh pemasungan pemikiran umat Islam dengan ditutupnya pintu
ijtihad ditambah lagi wacana epistemologi keilmuan Islam klasik yang berpola
Ghazalian (mazhab Al-Ghazali) yang belakangan lebih dominan. Tidak heran
kalau prestasi temuan di bidang iptek kalah jauh dari orang Barat, bahkan dalam
dunia Muslim temuan sains hampir tidak dikatakan tidak ada.

Mengahadapi hal tersebut maka para ulama membuat gerakan yang bisa
memberikan pembaharuan pemahaman islam dalam kehidupan bermasyrakat
dengan menyesuaikan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang pesat.
Tentu dengan berbagai strategi dakwah yang kekinian atau kontemporer.

Ada banyak sekali gerakann dakwa kontemporer khususnnya di negara kita


Indonesia dan perlu adanya studi komperasi agar dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan dan perbaikan dakwah. Studi komparatif ini selain
digunakan untuk kaji banding, juga digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap komponen dari sistem dakwah suatu negara. Dan pada makalah ini saya
membatasi studi komperasi ini pada dua organisasi dakwah kontemporer terbesar
di indonesia yaitu Nahdatul ulama dan muhammadiyah.

II. Rumusan masalah


a. Bagaimana analisa studi srategi dakwah kontemporer nahdatul ulama
dan muhammadiyah dalam pemanfaatan media masa

III. Tujuan penulisan


a. mengetahui analisa studi strategi dakwah kontemporer nahdatu ulama
dan muhammadiyah. Dalam pemanfaatan media masa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dakwah

a. Pengertian dakwah
Dakwah (Arab: ‫دعوة‬, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifa menyeru,
mengajak dan memanggil manusia untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai
dengan akidah, akhlak dan syariat Islam secara sadar dan terencana.Tujuanutama
dari dakwah adalah mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

b. Tinjauan termologi
Banyak ahli atau pakar yang berusaha mendefinisikan dakwah dan mereka
bervariasi dalam mengungkapkannya. Di antara para ahli tersebut adalah:

- HMS. Nasarudin Latif

Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang
bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’ah serta
akhlakIslamiyah.

- Syeikh Ali Mahfudz

Dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk mengikuti


kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka
dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

- Prof. H..M. Thoha Yahya Omar

Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.

c. Unsur-unsur dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra
dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode),
dan atsar (efek dakwah).

- Da’i (pelaku dakwah)


Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat
oraganisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebuatn mubaligh (orang
yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya
sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang
menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib
(orang yang berkhotbah), dan sebagainya.

Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya


menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan
kokoh.

Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik


dari segi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang
memerlukan ilmu dan keterampilan khusus maka kewajiban berdakwah
dibebankan kepada orang-orang tertentu

- Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama Islam maupun tidak: atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk


mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orangorang
yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam
dan Ihsan.

Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu: mukmin,
kafir dan munafik. Dari ketiga klasifikasi besar ini, mad’u kemudian
dikelompokkan lagi dalam berbagai macam peneglompokan. Misalnya, orang
mu’min dibagi mejadi tiga, yaitu: dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun
bilkhairat. Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u atau mitra
dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia.

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpkir secara


kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir


secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap
pengertianpengertian yang tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengam kedua golongan tersebut, mereka senang
membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja.

- Maddah (Materi) Dakwah

Pada dasarnya, materi dakwah tidak lan adalah Al Qur’an dan Al Hadits
sebagai sumber utama yang meliputi: aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai
macam cabang ilmu yang diperoleh darinya

Materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai,namun


secara umum bahwa materi dakwah adalah mencakup ajaran Islam yang
terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits sbagai sumber ajaran Islam.

Karena sangat luasnya ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits,
maka da’i harus cermat dan mampu dalam memilih materi yang akan disampaikan
kepada mad’udengan mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat

- Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan


materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam
kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah.

- Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian ”suatu
cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai
dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”. Sedangkan
dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode
adalah”suatu cara yang sistematis yang umum teritama dalam mencari kebenaran
ilmiah.

d. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan
tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan
aktivitas dakwah

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan,


jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk
mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak,
agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Tujuan dakwah secara umum adalah megubah perilaku sasaran dakwah agar
mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan
kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga,
maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan yang penuh dengan
keberkahan samawi dan keberkahan ardhi (al-A’raf:96).

e. Hakikat Dakwah Islam


Ismail R. al-Faruqi dan istrinya Lois Lamnya membagi hakikat dakwah Islam
pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya saling
berkaitan dan melengkapi.

Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang. Manusia berusaha


untuk menggapainya. Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan banyak
menghalalkan yang nyata haram. Mereka mengira ketika mencapai tujuan, itulah
kebahagiaan. Mungkin benar itu bahagia, tapi sesaat. ”Bahagianya manusia adalah
ketika ia menggapai apa yang diinginkannya”. Di sinilah manusia harus memiliki
gapaian yang positif, di mana agama memberi bimbingan spritual yang
transendental.

Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan meyakini


agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-
benar yakin kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri.

Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berpikr, berdebat, berargumen, dan


untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat disikapi
dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak berpikir
merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat
mengingkarinya.

II. Konsepsi Strategi

a. Pengertian Strategi Dakwah


Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu
siasat untuk mengalahkan musuh. Pengunaannya diwali atau bersumber dari dan
populer di lingkungan militer.

Di lingkungan tersebut penggunaan kata strategi lebih dominan dalam situasi


peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, dan
bertanggung jawab mengatur cara atau taktik untuk memenangkan peperangan.

Kata strategi selalu diartikan atau disejajarkan dengan kata cara. Strategi
kemudian berarti cara untuk menyelesaikan sesuatu. Dalam konteks ini padanan
kata cara untuk strategi tidaklah melulu salah karena memang strategi adalah cara

Hal yang membedakan antara strategi dan cara dalam arti harfiah adalah
bahwa strategi mempunyai arti yang luas dan kompleks. Kata cara dapat
dipergunakan dalam banyak kondisi tetapi strategi adalah cara untuk
menyelesaikan sesuatu secara jangka panjang.

Ini kemudian berarti bahwa strategi adalah kegiatan yang dilakukan organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ada atau aksi dalam organisasi untuk mencapai
performance terbaiknya

Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya
segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Adapun tentang
taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan, dan merupakan bagian dari
strategi.

Strategi dalam berdakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah, yaitu:

1. Asas fisiologis, yaitu asas yang membicarakan masalah yang erat


hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses aktifitas
dakwah Islam.

2. Asas keahlian dan kemampuan da,i.

3. Asas sosiologis, yaitu asas yang membahas masalah yang berhubungan


dengan situasi dan kondisi lingkuangn yang menjadi tempat sasaran dakwah.

4. Asas psikologis, yaitu asas yang mengharuskan adanya keseimbangan


antara biaya, waktu, dan tenaga yang harus dikeluarkan dengan pencapaian
hasil dakwah yang akan dicapai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi


Dalam menentukan suatu strategi, seseorang ataupun sekelompok orang akan
dihadapkan oleh sejumlah faktor yang akan sangat mempengaruhi diambilnya
keputusan terhadap suatu strategi tersebut.

Faktor-faktor ini dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri sang
pengambil keputusan strategi apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan semula. Oleh karena itu sangat penting pula untuk
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi diambilnya suatu strategi,
termasuk dalam penetapan strategi dakwah sebuah organisasi.

Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang ataupun


sekelompok orang dalam memutuskan suatu strategi:

1. Lingkungan: Lingkungan tidak pernah berada pada suatu kondisi yang tetap
dan tidak berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkungan berpengaruh
sangat kuat dan luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu
dan masyarakat, tidak hanya pada cara berpikir tetapi juga tingkah laku,
kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan hidup.

2. Lingkungan organisasi yang mencakup segala sumber daya dan kebijakan


organisasi yang ada.

3. Kepemimpinan: Seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam


mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik eksternal maupun internal
yang berbeda.

Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa faktor yang mendominasi untuk
mempengaruhi ditetapkannya suatu organisasi ialah faktor yang berasal dari
lingkungan, baik lingkungan di luar organisasi maupun lingkungan di dalam
organisasi itu sendiri.

Karena strategi adalah suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, maka strategi
juga memiliki beberapa sifat:

1. Menyatu (unified), yaitu menyatuka seluruh bagian dalam organisasi.

2. Menyeluruh (conprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam


organisasi

3. Integral (integrated), yaitu strategi harus dapat cocok/sesuai dengan seluruh


tingkatan dalam organisasi.

c. Strategi Dakwah Rasul Allah


Banyak sekali manfaat serta pelajaran yang dapat kita ambil dengan
menelusuri jejak dakwah Rasulullah SAW, pada saat mulai menyebarkan agama
Islam di luar lingkungan keluarganya hingga mencapai batas-batas kesukuan
maupun teritorial. Kita dapat memperhatikan bahwa keberhasilan dakwah
Rasasulullah disebakan strategi yang strategis.

Dengan menganalisis strategi yang strategis sebagaimana telah dikemukakan


oleh Drs. H. Hisyam Alie di atas, yaitu memperhitungkan kondisi intern dan
ekstern, strategi dakwah diawali dengan menggalang kekuatan di kalang keluarga
terdekat dan tokoh kunci yang sangat berpengaruh di masyarakat.

Tahap awal yang dilakukan oleh Rasul menghasilkan kekuatan yang sangat
tangguh, seperti adanya bantuan dan dorongan dana yang besar dari istrinya
(Khadijah), dan memperoleh motivasi dari Abu Bakar Siddiq, seorang tokoh
masyarakat yang sangat berpengaruh serta disegani.

Kita benar-benar yakin bahwa keberhasilan Rasul itu tidak terlepas dari
bimbingan dan petunjuk Allah. Ketika menerima wahyu pertama, beliau tidak
langsung mengislamkan seluruh warga Quraisy, tetapi memulainya dengan sabar
dari keluarga terdekatnya, meskipun Beliau kerap menerima berbagai hasutan,
hinaan, siksaan, bahkan usaha-usaha pembunuhan dan penjegalan. Semua itu
merupakan pelajaran yang sangat berharga yang diberikan oleh Rasulullah SAW,
tentang perlunya penggunaan strategi.

Dengan menyimak hal-hal di atas, maka strategi dakwah memerlukan


beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan, di
antaranya adalah:

1. Umat Islam harus mengembangkan pola pikir dan wawasan keilmuan.

2. Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut akan mempengaruhi umat Islam
dalam hal kepribadian, sehingga tidak mudah larut terbawa watak tradisional
emosional dan sikap-sikap negatif lainnya, termasuk tidak menghargai
pendapat orang lain-lain. Dari situlah terwujud persaudaraan Islam (ukhuwah
Islamiah) akan terwujud.

3. Memiliki khazanah ilmu termasuk iptek, sehingga dalam melaksanakan


dakwah mampu membawakan materi-materi yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat.

III. Profil Muhammadiyah Dan Nahdatul Ulama

a. Sejarah NU
Nahdlatul Ulama (NU, bahasa Arab: ‫ضة‬َ ‫نَ ْه‬ ْ translit. nahḍatul
‫العلَ َما ْء‬,
‘ulamā', har. 'Kebangkitan Para Ulama';) adalah organisasi
keagamaan Islam Indonesia didirikan oleh Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di
Jawa Timur. NU memiliki anggota berkisar dari 40 juta (2013) hingga lebih dari
95 juta pada Tahun (2021) yang menjadikannya sebagai organisasi Islam terbesar
di dunia. NU juga merupakan badan amal yang mengelola pondok pesantren,
sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit serta mengorganisir masyarakat untuk
membantu peningkatan kualitas hidup umat Islam.

NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H (yang bertepatan dengan tanggal 31


Januari 1926) di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk
membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan akidah Asy'ariyah dan
fikih Mazhab Syafi'i) dan kepentingan ekonomi anggotanya. Pandangan
keagamaan NU dianggap "tradisionalis" karena menoleransi budaya lokal selama
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. [7] Hal ini membedakannya dengan
organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, yang dianggap
"reformis" karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-
Qur'an dan Sunnah
NU didirikan pada tahun 1926 sebagai organisasi ulama
Muslim Asy'ari ortodoks, yang bertentangan dengan kebijakan
modernis Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), dan munculnya gerakan
Salafi dari organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Indonesia yang sama sekali
menolak adat istiadat setempat yang dipengaruhi oleh
tradisi Hindu dan Buddha Jawa pra-Islam. Organisasi ini didirikan setelah Komite
Hijaz telah memenuhi tugasnya dan akan dibubarkan. Organisasi ini didirikan
oleh Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di Jawa Timur. Organisasi NU
berkembang, tetapi basis dukungannya tetap di Jawa Timur. Pada tahun 1928, NU
menggunakan bahasa Jawa dalam khotbahnya, di samping bahasa Arab.

Pada tahun 1937, meskipun hubungan NU dengan organisasi-organisasi Islam


Sunni lainnya di Indonesia buruk, organisasi-organisasi tersebut
membentuk Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) sebagai forum diskusi. Mereka
bergabung dengan sebagian besar organisasi Islam lainnya yang ada pada saat itu.
Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan pada bulan September
diadakan konferensi para pemimpin Islam di Jakarta.

Jepang ingin menggantikan MIAI, tetapi konferensi tidak hanya memutuskan


untuk mempertahankan organisasi, tetapi juga memilih tokoh-tokoh politik yang
tergabung dalam Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) untuk kepemimpinan,
daripada anggota non-politik NU atau Muhammadiyah seperti yang diinginkan
penjajah. Lebih dari setahun kemudian, MIAI dibubarkan dan digantikan
oleh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang disponsori Jepang.
Hasjim Asjari adalah ketua nasional, tetapi dalam praktiknya organisasi baru itu
dipimpin oleh putranya, Wahid Hasyim. Tokoh NU dan Muhammadiyah lainnya
memegang posisi kepemimpinan.

Pada tahun 1945, Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan


Indonesia. Selama perang kemerdekaan Indonesia, NU menyatakan bahwa perang
melawan pasukan kolonial Belanda adalah jihad/perang suci, wajib bagi semua
umat Islam. Di antara kelompok gerilya yang memperjuangkan kemerdekaan
adalah Hizbullah dan Sabililah yang dipimpin oleh NU.

b. Dasar pemikiran NU
Nahdlatul Ulama menganut firkah ahlussunah wal-jama'ah, yaitu sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara nash (Al-Qur'an dan hadis) dengan akal
(ijmak dan qiyas). Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi warga NU tidak
hanya Al-Qur'an maupun Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal
ditambah dengan realitas empiris.

Dalam persoalan akidah, NU merujuk kepada Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari,


sedangkan dalam persoalan fikih, NU cenderung merujuk kepada Imam Syafi'i,
dan dalam bidang tasawuf, NU merujuk kepada Imam al-Ghazali. NU tetap
mengakui dan bersikap tasamuh kepada para mujtahid lainnya, seperti dalam
bidang akidah dikenal seorang mujtahid bernama Abu Mansur al-Maturidi,
kemudian dalam bidang fikih terdapat tiga mujtahid besar selain Imam Syafi'i,
yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Hambali, serta dalam
bidang tasawuf mengadaptasi pemikiran Junaid al-Baghdadi. Hal ini berbeda
dengan PERTI yang hanya mengakui mazhab Syafi'i, meski mayoritas warga NU
bermazhab Syafi'i. NU telah digambarkan oleh media barat sebagai gerakan Islam
yang progresif, liberal dan pluralistik, tetapi merupakan organisasi yang beragam
dengan faksi konservatif yang besar juga

Adapun gagasan "Kembali ke Khittah NU" pada tahun 1984


merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah
wal-jama'ah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fiqih
maupun sosial, serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial
dalam NU.

a. Sejarah muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 (8 Zulhijah 1330 H), Ahmad Dahlan—
pejabat pengadilan Keraton Yogyakarta dan seorang Ulama Muslim terpelajar
lulusan dari Makkah—mendirikan organisasi Muhammadiyah di Kampung
Kauman, Yogyakarta. Ada beberapa motif yang melatarbelakangi berdirinya
gerakan ini. Di antara yang penting adalah keterbelakangan masyarakat Muslim,
banyaknya muslim yang masih menyukai klenik dan banyaknya Kristenisasi di
kawasan penduduk miskin. Ahmad Dahlan, yang banyak dipengaruhi oleh
reformis Mesir Muhammad Abduh, menganggap modernisasi dan pemurnian
agama dari praktik sinkretis sangat vital dalam reformasi agama. Oleh karena itu,
sejak awal Muhammadiyah sangat perhatian dalam memelihara tauhid dan
menyempurnakan monoteisme di masyarakat.

Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima sekolah


Islam. Pada tahun 1919 sebuah sekolah menengah Islam, Hooge School
Muhammadiyah didirikan. Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima
bantuan yang signifikan dari Boedi Oetomo, sebuah gerakan nasionalis penting di
Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, yang menyediakan
guru.] Muhammadiyah pada umumnya menghindari politik. Tidak seperti mitra
tradisionalisnya, Nahdlatul Ulama dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah,
Muhammadiyah tidak pernah membentuk partai politik. Sejak didirikan, ia telah
mengabdikan dirinya untuk kegiatan pendidikan dan sosial.

Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman,
nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus
sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib
Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi
penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah
melalui salat istikharah (Darban, 2000: 34). Pada masa kepemimpinan Kyai
Dahlan (1912–1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-
karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar
daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah
berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim
Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka cabang
di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang
Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah
kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi,
dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh
Indonesia.

Selama pergolakan dan kekerasan politik 1965–1966, Muhammadiyah


menyatakan bahwa pemusnahan Partai Komunis Indonesia merupakan Perang
Suci, pandangan yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya..
Selama peristiwa seputar jatuhnya Presiden Soeharto tahun 1998, beberapa bagian
Muhammadiyah mendesak pimpinan untuk membentuk sebuah partai. Oleh
karena itu, pimpinan, termasuk ketua Muhammadiyah, Amien Rais,
mendirikan Partai Amanat Nasional. Meski mendapat dukungan besar dari
anggota Muhammadiyah, partai ini tidak memiliki hubungan resmi dengan
Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah mengatakan anggota organisasinya
bebas untuk bersekutu dengan partai politik pilihan mereka, asalkan partai
tersebut memiliki nilai-nilai yang sama dengan Muhammadiyah.

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha K.H. Ahmad


Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak
dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki
basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha.
Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan
sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan
selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang
dikenal dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-
laki, yang bertempat di Jalan Letjend S. Parman
68, Patangpuluhan, Wirobrajan dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah
Yogyakarta khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya sekarang
menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan
dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

b. Dasar pemikiran muhammadiyah


Doktrin sentral Muhammadiyah adalah Islam Sunni (ahlussunnah wal-
jama'ah). Namun, organisasi ini menekankan otoritas al-Qur'an dan Hadis sebagai
hukum Islam tertinggi yang berfungsi sebagai dasar yang sah dari interpretasi
keyakinan agama dan praktik. Ini kontras dengan praktik tradisional dengan
ditanamkannya hukum syariah dalam mazhab-mazhab agama oleh para ulama.
Fokus utama gerakan Muhammadiyah adalah untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab moral masyarakat, menyucikan iman mereka ke Islam yang benar. Secara
teologis, Muhammadiyah menganut doktrin Salafiyah; menyerukan secara
langsung kembali ke al-Qur'an dan Sunnah dan pemahaman para imam-
imam Salaf (generasi awal), termasuk eponim dari empat Mazhab Sunni. Ini
menganjurkan pemurnian iman dari berbagai adat istiadat setempat yang mereka
anggap sebagai bentuk takhayul, sesat, dan syirik. Muhammadiyah secara
langsung menelusuri warisan keilmuannya pada ajaran Muhammad Rasyid
Ridha (w. 1935 M / 1354 H), Muhammad bin 'Abdul Wahhab (w. 1792 / 1206 H),
dan para teolog abad pertengahan seperti Ahmad Ibnu Taimiyyah (w. 1328 M /
728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 1350 / 751 H)

Muhammadiyahsangatmenentang sinkretisme Islamdengan animisme (pemuja


an roh) pada zaman sejarah penyebaran Islam di Nusantara dan tidak mengakui
unsur Hindu-Buddha dan kepercayaan lokal yang tersebar di kalangan masyarakat
dari masa pra-Islam. Muhammadiyah juga menentang tradisi Sufisme yang
memungkinkan seorang pemimpin sufi menjadi otoritas formal atas umat Islam.
Pada tahun 2006, organisasi tersebut dikatakan telah "belok tajam ke arah Islam
yang lebih konservatif" di bawah kepemimpinan Din Syamsuddin ketua Majelis
Ulama Indonesia. Namun, beberapa faksi Muhammadiyah cenderung mendukung
gerakan modernis dari Muhammad 'Abduh daripada Doktrin Salafi dari Rasyīd
Rîdá; yang dideskripsikan sebagai "kaku dan konservatif".

IV Media Masa

a. Pengertian media Masa


Media dalam konteks komunikasi adalah alat, sarana, atau medium yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Lain
halnya apabila pesan yang disampaikan untuk khalayak atau masyarakat luas yang
berjumlah besar, heterogen, dan tersebar di mana-mana, maka biasanya
menggunakan media massa. Beberapa ahli mendefinisikan media massa sebagai
berikut:Cangara (2018), media massa adalah alat atau sarana yang digunakan
dalam menyampaikan pesan oleh sumber kepada penerima atau khalayak dengan
menggunakan alat-alat komunikasi.

b. Hubungan media masa dan dakwah


Saat ini, laju perkembangan zaman berpacu dengan tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tidak terkecuali teknologi komunikasi yang
merupakan suatu sarana yang menghubungkan suatu masyarakat dengan
masyarakat di bumi lain. Kecanggihan teknologi komunikasi ikut mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai
salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa proses dakwah bisa terjadi dengan


menggunakan berbagai sarana/media, karena perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sangat memungkinkan hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berdampak positif sebab dengan demikian pesan dakwah dapat menyebar
sangat cepat dengan jangkauan dan tempat yang sangat luas pula.

Dalam suatu proses dakwah, seorang juru dakwah (da’i) dapat


menggunakan berbagai sarana atau media. Salah satu unsur keberhasilan dalam
berdakwah adalah kepandaian seorang da’i dalam memilih dan menggunakan
sarana atau media yang ada (Adi Sasono, Didin Hafiudin, A.M. Saefuddin et. all.,
1998: 154).

Keberadaan media massa di tengah masyarakat sangat urgen bahkan


mampu mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Ketika sebuah
peristiwa dikonstruksi media menjadi tayangan bermuatan dakwah dan diakses
publik yang meliputi umat Islam selaku mad’u, tentu konstruksi media atas teks
atau tayangan dalam konstruk dakwah merupakan harapan bagi pengembangan
dakwah melalui media massa yang diyaikini pengaruhnya signifikan. Media
massa diyakini dapat memberi kesan khusus dan efek terhadap individu,
kelompok atau lingkungan tertentu (John, 2009:410).

Dapatlah diketahui bahwa kepentingan dakwah terhadap adanya sarana


atau media yang tepat dalam memanfaatkan media terhadap dakwahnya sangat
urgen. Sehingga dapat dikatakan dengan pemanfaatan media massa (sarana/ media
dakwah) akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad’u-nya) ketika proses
berlangsungnya dakwah.
BAB III

PEMBAHASAN

ANALISA STRATEGI DAKWAH ANTARA MUHAMMADIYAH DAN


NAHDATUL ULAMA DALAM PEMANFAATAN MEDIA MASA

a. Pemanfaatan Media Massa pada Organisasi Nahdlatul Ulama


Peran media massa dalam sebuah organisasi sangat dekat hubungannya
dengan peran public relations. Aktivitas Public Relations (PR) selalu dihubungkan
dengan aktivitas komunikasi dalam organisasi

PR, sesuai dengan peran dan fungsinya, bertindak sebagai komunikator yang
mewakili organisasi untuk menyampaikan atau menyebarluaskan pelbagai
informasi kepada publik yang dijadikan sasaran, baik publik internal maupun
publik ekstrenal (Ruliana, 2014:177). Oleh karena itu, dalam Ilmu Komunikasi
PR merupakan suatu metode komunikasi dan telah menjadi begian dari objek
studi ilmu komunikasi.

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media
massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria
sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik
yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film, media on-line
(internet).

Organisasi Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara mempunyai lembaga yang


menangani tentang publikasi media dan pusat informasi yaitu Lembaga Ta’lif wa
Nasyr (LTNNU). Lembaga dakwah media pada Nahdlatul Ulama ini menjadi
bagian dari Public Relation dalam sebuah organisasi. Karena keduanya sama-
sama bertindak sebagai komunikator organisasi yang akan menyampaikan pesan
atau informasi yang berkaitan dengan kebijakankebijakan organisasi kepada
khalayak (Ruliana, 2014:196).

Pada Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama telah memutuskan beberapa


perubahan AD/ART NU, salah satunya adalah posisi lajnah yang pada AD/ART
lama berfungsi hanya untuk menangani bidang-bidang khusus, pada AD/ART
selanjutnya berubah menjadi lembaga.

Pasal 16 ART NU telah mengatur bahwa perangkat organisasi Nahdlatul


Ulama terdiri dari : (1) Lembaga (2) Badan Otonom; dan (3) Badan Khusus.

Terkait dengan lembaga, telah dinyatakan dalam pasal 17 ART NU bahwa


“lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu dan/ atau yang memerlukan penanganan khusus.
Salah satu lembaga yang ada dalam perangkat lembaga NU tersebut adalah
Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTNNU) yang bertugas mengembangkan penulisan,
penerjemahan dan penerbitan kitab/buku serta media informasi menurut
alhusunnah wal Jamaa’ah.

LTNNU memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan warga NU


sekaligus menunjukkan eksistensi NU sebagai sebuah organisasi. Melalui gerakan
pengembangan penulisan, sehingga budaya literasi akan semakin kental. Pada
akhirnya, ketika warga NU memiliki kemampuan yang unggul di bidang
penulisan, akan menjadi kekuatan baru bagi NU dalam transformasi nilai-nilai
aswaja, melalui jalur literasi di lintas media. Warga NU akan semakin mudah
untuk masuk dalam dunia pers dan jurnalistik, sehingga akan semakin
memperkokoh eksitensi NU sebagai jam’iyyah, sesuai dengan adagium klasik, “
Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”.

Kematangan kompetensi di bidang penulisan juga memiliki semangat luhur,


karena berkohesi dengan pelestarian budaya menulis yang telah lama dilakukan
oleh ulama salaf untuk mentransformasikan keilmuan sekaligus menjaga agar
ilmu dan pemikiran tetap lestari melalui literasi. Kini, budaya itu telah
terdegradasi. Budaya literasi telah bergeser menjadi budaya orasi, dakwah tulisan
telah tetindih dengan dakwah lisan. Kitab sudah jarang ditulis karena dianggap
tidak ekonomis. Budaya informasi yang instan membuat google menjadi panutan.
Postingan yang terhampar dunia maya dianggap lebih dari cukup menjawab
semua persoalan masyarakat, karena memang nyaris tidak ada satupun persoalan
yang tidak ada solusinya di intenet.

Dalam bidang penerjemahan, LTNNU memiliki peran untuk “membumikan”


karya-karya para ulama yang ditulis dengan menggunakan bahasa asing. Upaya
penerjemahan niscaya dilakukan agar masyarakat dapat lebih mudah memahami
isi karya ulama tesebut. Di bidang penerbitan kitab/buku, LTNNU akan menjadi
“penyelamat” pemikiran dan ilmu para ulama melalui gerakan kodifikasi. Hal ini
karena banyak kyai NU yang ingin mencurahkan gagasannya dalam sebuah
kitab/buku, namun seringkali teganjal teknis penulisan dan penerbitan. Kitab/
buku yang akan ditebitkan oleh LTNNU tersebut, akan menjadi wadah bagi
perasan keringat intelektual para ulama dan menjaganya agar tetap lestari dapat
diwariskan kepada para generasi penerus.

LTNNU sebagai penyedia media dan informasi, akan menjadi “corong” bagi
setiap aktifitas NU, baik secara struktural maupun kultural. LTNNU juga akan
menjadi penjaga data dan informasi sekaligus rujukan bagi segenap warga NU
dan seluruh masyarakat pada umumnya yang ingin memperoleh informasi tentang
NU.

Dari banyaknya media massa yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana dakwah,
melalui media TV, radio, majalah, koran ataupun website, untuk saat ini LTNNU
lebih memilih fokus merawat dan mengembangkan website resmi milik PCNU.
Namun LTNNU juga banyak bekerja sama dengan media lain sebagai jalan
alternatif untuk tetang berdakwah lewat media massa.

- Pemanfaatan Media Cetak

Tidak dapat dipungkiri bahwa media cetak adalah media komunikasi


massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi penyebaran pesan-pesan atau
informasi. Dalam hal ini media massa sebagai media penyebaran informasi bisa
digunakan sebagai media untuk menyampaikan dakwah islamiyah. Pada masa kini
publikasi tercetak (printed publications) sangat efektif untuk penyampaian
informasi kepada khalayak ramai.

Berdakwah menggunakan sarana media cetak sudah banyak dilakukan


pada organisasi-organisasi keislaman saat ini. LTNNU sebagai wadah informasi
bagi organisasi Nahdlatul Ulama juga memanfaatkan media cetak sebagai media
dakwah. Dari klasifikasi media cetak berupa; surat kabar, tabloid, majalah ataupun
bulletin. LTNNU memilih ingin menerbitkan bulletin sebagai produk dakwah
media pada organisasi NU ini.

Bagi LTNNU masyarakat perlu diberi taushiyah keagamaan dan informasi


secara rutin agar keimanan dan pengetahuannya semakin meningkat. Salah satu
upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
menerbitkan buletin secara rutin tiap hari Jumat.

- Pemanfaatan Media Elektronik

Media elektronik merupakan media yang efektif dalam menyampaikan


pesan dalam hal ini pesan keagamaan kepada khalayak penerima dakwah, pada
era sekarang ini media elektronik dalam hal ini TV maupun radio sangat efektif
untuk menyampaikan pesanpesan kepada khalayak ramai. Beberapa organisasi
keislaman sudah banyak yang memanfaatkan media TV dan Radio sebagai sarana
dakwah. Namun organisasi Nahdlatul Ulama belum memanfaatkan media TV dan
Radio sebagai sarana dakwahnya.

Organisasi Nahdlatul Ulama dalam hal pemanfaatan media massa


elektronik masih menggunakan sistem kerjasama dengan media lain

- Pemanfaatan Media Online


Media Massa Online atau Internet merupakan media dan sumber informasi
yang paling canggih saat ini, sebab teknologi ini menawarkan berbagai
kemudahan, kecepatan, ketepatan akses dan kemampuan menyediakan berbagai
kebutuhan informasi setiap orang kapan saja, dimana saja dan pada tingkat apa
saja.

Hadirnya akses internet merupakan media yang tidak bisa dihindari karena
sudah menjadi peradaban baru dalam dunia informasi dan komunikasi tingkat
global. Dengan adanya akses internet, maka sangat banyak informasi yang dapat
dan layak diakses oleh masyarakat intenasional, baik untuk kepentingan pribadi,
pendidikan, bisnis, dan lain-lain. Di mana munculnya jaringan internet dianggap
sebagai sebuah revolusi dalam dunia komunikasi informasi.

Dari banyaknya ragam media online, Website dinilai paling efektif dalam
menyebarkan informasi juga sebagai media dakwah organisasi Nahdlatul Ulama.

Selain mempublikasikan kepengurusan NU dan lembaga-lembaganya,


juga menyajikan berbagai informasi dan bacaan untuk warga nahdliyin. Di
dalamnya banyak orang dapat membaca berita tentang kegiatan-kegiatan terbaru
NU , materi khutbah, opini, figur, hasil bathsul masail dan berbagai informasi
lainnya.

b. Pemanfaatan Media Massa pada Organisasi Muhammadiyah


Sama dengan pemaparan di atas bahwa peran media massa dalam sebuah
organisasi sangat dekat hubungannya dengan peran public relations. Aktivitas
Public Relations (PR) selalu dihubungkan dengan aktivitas komunikasi dalam
organisasi PR, sesuai dengan peran dan fungsinya, bertindak sebagai komunikator
yang mewakili organisasi untuk menyampaikan atau menyebarluaskan pelbagai
informasi kepada publik yang dijadikan sasaran, baik publik internal maupun
publik ekstrenal (Ruliana, 2014:177). Oleh karena itu, dalam Ilmu Komunikasi
PR merupakan suatu metode komunikasi dan telah menjadi begian dari objek
studi ilmu komunikasi.

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media
massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria
sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik
yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, televisi, film, media on-line
(internet).

Dalam organisasi keislaman Muhammadiyah , ada majelis yang menangani


tentang media dan sarana informasi. Majelis yang lebih dikenal dengan sebutan
MPI atau (Majelis Pustaka dan Informasi) ini mempunyai misi yaitu mewujudkan
sistem informasi yang mencakup pengembangan pustaka dan informasi yang
unggul, terintengrasi dan masif.
MPI memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan sinergitas
sumber daya teknologi informasi, pustaka dan media sebagai sistem gerakan
maupun amal usaha di lingkungan Persyarikatan. Kemudian juga untuk
menguatkan kapasistas kelembagaan internal Persyarikatan melalui pemanfaatan
teknologi informasi dan media komunikasi yang maju, interkonektif dan modern.

Melalui MPI ini diharapkan dapat mengembangkan jaringan dengan berbagai


pihak dalam bidang teknologi informasi, pustaka dan media dalam rangka
perluasan dakwah Persyarikatan. Kemudian dapat mengoptimalkan sumberdaya
kader bidang pustaka, teknologi informasi, dan

media yang berkomitmen dan profesional dalam penguatan dan perluasan


syiar Persyarikatan

- Pemanfaatan Media Cetak

Dalam berdakwah lewat media massa cetak, organisasi Muhammadiyah


untuk saat ini belum mempunyai produk media cetak sendiri. Organisasi ini masih
menggunakan sistem kerjasama dengan media lain, diantaranya bekerjasama
dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah berupa Majalah Bulanan “Suara
Muhammadiyah” dan Majelis Tabligh Yogyakarta berupa bulletin “Risalah
Jum’at”.

Suara Muhammadiyah merupakan majalah utama yang diterbitkan oleh


Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai media dakwah. Majalah suara
Muhammadiyah mempunyai fungsi sebagai media komunikasi dan informasi
warga persarikatan. Di samping itu, majalah suara Muhammadiyah juga
merupakan bacaan yang dianjurkan atau wajib bagi pengurus dan pimpinan serta
karyawan amal usaha Muhammadiyah.

Ada beberapa alasan mengapa Majalah Suara Muhammadiyah tidak hanya


untuk kalangan anggota organisasi Muhammadiyah melainkan juga mencakup
seluruh umat manusia. Di antara alasan tersebut adalah pertama, agar masyarakat
tahu bahwa Muhammadiyah bukan hanya milik dan untuk warga Muhammadiyah
saja melainkan juga untuk seluruh umat manusia. Kedua, sebagai bentuk
komitmen dan kepedulian terhadap penyelenggara aktivitas dakwah yang
dikembangkan oleh Muhammadiyah yang ditujukan kepada seluruh umat
manusia. Ketiga, sebagai usaha untuk merealisasikan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari.

- Pemanfaatan Media Elektronik

Media elektronik dibagi menjadi dua yaitu media audio berupa Radio dan
media audio-visual berupa televisi. Organisasi Muhammadiyah Jepara dalam hal
pemanfaatan media elektronik pernah menggunakan media Radio sebagai sarana
media dakwah. Radio milik Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)

- Pemanfaatan Media Online

Aktivitas dakwah yang dilakukan banyak organisasi keislaman saat ini


telah banyak menggunakan media penunjang yang efektif, efisien dan menarik
bagi masyarakat luas. Salah satu media penunjang aktivitas publikasi dan dakwah
adalah website yang merupakan bagian dari media internet/ media online. Website
memiliki keunggulan dalam hal dakwah atau penyebaran informasi secara lebih
efektif dibandingkan dengan media lain.

Secara umum, website Muhammadiyah ini terdiri dari Domain Utama


(www yang dikelola PP) dan 548 Sub-Domain (8 subdomain Majelis tingkat PP, 7
sub-domain Lembaga tingkat PP, 10 subdomain terkait menu khusus, 33 sub-
domain PWM dan 496 sub-domain PDM se-Indonesia). Jumlah sub-domain ini
masih dapat berkembang sesuai kebutuhan.

Menu yang ada sekarang masih berjumlah sekitar 150 menu yang terdiri
dari Menu Header, Menu samping dan Menu Footer. Tipe menu ada yang statis
(seperti Profil, Sejarah, dll.) dan menu dinamis (berita, agenda, pengumuman,
forum, bacaan se-hari-hari, download materials, dll.).

Menu dinamis memungkinkan dapat menampilkan konten-konten secara


kompleks dan terorganisasi dengan baik, sehingga lebih mudah ditangkap dan
diakses oleh pengguna. Misalnya menu berita, dalam hal ini dapat dikelompokkan
berita PP, berita PWM, berita PDM, berita Majelis, berita Lembaga, dan bahkan
berita organisasi otonom yang mempunyai situs berbeda, seperti Aisyiyah,
Pemuda Muhammadiyah, NA, IMM dan lain-lain.

Website resmi Persyarikatan Muhammadiyah terdiri dari domain utama


dan subdomain. Domain utama adalah www.muhammadiyah.or.id. Domain utama
adalah halaman-halaman website milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
akan dikelola bersama antara Majelis Pustaka dan Informasi beserta beberapa
admin yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah.

Domain utama berisi kontenkonten utama tentang Persyarikatan


Muhammadiyah secara keseluruhan, termasuk institusi-institusi pendukung,
organisasi otonom serta PWM dan PDM seluruh Indonesia. Domain utama
mengandung beberapa menu utama, termasuk berita, agenda, pengumuman, dan
lain-lain

Ibarat sebuah rumah, maka domain utama merupakan bangunan rumah


secara keseluruhan dengan beberapa ruang/kamar sebagai sub-domain yang
didistribusikan untuk majelis, lembaga, PWM, PDM dan lain-lain. Website
organisasi otonom tidak berada di dalam bangunan utama, tetapi merupakan
bangunan terpisah yang terhubung, karena semua organisasi otonom sudah
mempunyai website sendirisendiri.

Admin dan pengelola domain utama bertanggungjawab memelihara


domain dalam hal mengisi konten, menambah menu, merubah menu atau bahkan
merubah desain. Termasuk mengelola iklan dalam berbagai ukuran dan tempat
halaman yang berbeda-beda. Khusus berita, dalam hal ini perlu keaktifan admin
untuk memasukkan berita Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai berita utama
dan memasukkan kembali berita-berita organisasi otonom. Semua berita yang
dipublish oleh masingmasing sub-domain akan ditampilkan secara otomatis di
domain utama. Demikian pula menu agenda dan pengumuman. Ter-update
maupun tidaknya website ini hampir 75% menjadi tanggungjawab admin domain
utama. Mengingat pentingnya eksistensi website ini, maka tugas MPI dan admin-
admin domain utama yang ditunjuk menjadi sangat sentral.

Seperti sudah dijelaskan di depan, sub-domain diibaratkan ruang/kamar


yang ada di sebuah rumah. Website Muhammadiyah terdiri dari banyak
subdomain. Setiap subdomain akan dikelola sendiri-sendiri oleh institusi yang
diberi kewenangan sebagai admin sub-domain. Inilah maknanya website yang
didesain secara dinamis. Pengelolaan menjadi lebih mudah karena dilakukan
bersama-sama oleh banyak pihak secara terintegrasi. Subdomain yang sudah
diberi nama untuk sementara berjumlah 548 sub-domain, misalnya:
http://jepara.muhammadiyah. or.id; http://kudus.muhammadiyah. or.id;
http://demak.muhammadiyah.or.id; dan lain-lain. Semua majelis, lembaga, PWM,
dan PDM sudah mempunyai subdomain sendiri-sendiri. Mereka diberi akses
langsung ke website untuk bertindak sebagai admin sub-domain dengan login dan
password berbeda.
BAB IV

PENUTUP
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap strategi pemanfaatan media
massa pada organisasi Islam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Jepara, ada
beberapa kesimpulan bahwa media massa yang digunakan dua organisasi ini
adalah ; media massa cetak, media massa elektronik dan media massa online.
Berikut kesimpulan dalam kajian ini:

a. Pemanfaatan media oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah


- Pemanfaatan media massa cetak berupa buku

Pemanfaatan media masaa cetak berupa buku pada organisasi Nahdlatul


Ulama belum terealisasi, walaupun ada rencana dalam program kerja untuk
menerbitkan karya tulisan berupa buku. Begitupula pemanfaatan media massa
cetak berupa buku pada organisasi Muhammadiyah juga belum terealisasi,
walaupun ada rencana dalam program kerja untuk menerbitkan karya tulisan
berupa buku.

- Pemanfaatan media massa cetak berupa surat kabar

Pemanfaatan media massa cetak berupa surat kabar pada organisasi


Nahdlatul Ulama menggunakan sistem kerjasama dengan media massa cetak lain
diantaranya ; Suara Merdeka, Jawa Pos. Menggunakan sistem press release dalam
dakwah maupun publikasi kegiatan organisasi.

- Pemanfaatan media massa cetak berupa majalah/bulletin

Pada organisasi Nahdlatul Ulama, pemanfaatan media massa cetak elum


mempunyai produk media massa cetak berupa majalah/ bulletin. Sedangkan pada
organisasi Muhammadiyah pemanfaatan media massa cetak berupa majalah/
bulletin menggunakan kerjasama dengan media lain ; bekerjasama dengan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah berupa Majalah Bulanan “Suara
Muhammadiyah” dan Majelis Tabligh Yogyakarta berupa bulletin “Risalah
Jum’at.

- Pemanfaatan media massa elektronik berupa Televisi

Organisasi Nahdlatul Ulama belum memanfaatkan media elektronik


berupa televisi dalam hal berdakwah lewat media massa. Sama halnya Organisasi
Muhammadiyah belum memanfaatkan media elektronik berupa televisi dalam hal
berdakwah lewat media massa.

- Pemanfaatan media massa Online/ website


Pada organisasi Nahdlatul Ulama pemanfaatan media massa online sudah
mempunyai website resmi dengan url www.nujepara.or .id. Pemanfaatan yang
menurut organisasi Nahdlatul Ulama paling efektif dan efisien dalam berdakwah
dan publikasi organisasi. Sedangkan pada organisasi Muhammadiyah dalam
pemanfaatan media online nya mempunyai website resmi dengan url www.jepara.
muhammadiyah.or .id. Tetapi sejauh ini isi tulisan maupun berita dalam website
masih terbatas.

b. Perbandingan dan Persamaan Dua Organisasi


Perbandingan dua organisasi ini dalam memanfaatkan media massa sebagai
media dakwah terletak pada produk medianya. Organisasi Nahdlatul Ulama
mempunyai beberapa produk media yang dijadikan sebagai sarana dakwah
diantaranya ada website. Sedangkan Muhammadiyah pernah menggunakan radio
sebagai media dakwah, walau sekarang sudah tidak beroperasi lagi.

Kesamaan dua organisasi ini yaitu sama-sama memanfaatkan media massa


sebagai dakwah dengan sistem kerjasama dengan media lain. Nahdlatul Ulama
kerjasama dengan media cetak surat kabar dan radio R-lisa FM Jepara. Sedangkan
Muhammadiyah kerjasama dengan media cetak bulletin Majelis Tabligh
Yogyakarta dan Majalah Suara Muhammadiyah dari Pusat.

c. Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan pemanfaatan media massa dalam organisasi Nahdlatul Ulama
terletak pada pemanfaatan media massa online nya. Pemanfaatan media massa
online memang menjadi altenatif dakwah di era teknologi saat ini. Dakwah lewat
virtual dinilai sangat efektif dan efisien karena sistem yang cepat dan mudah,
bukan hanya untuk yang menulis (dalam hal ini da’i) tetapi juga untuk pembaca
website (mad’u).

Sama halnya dengan organisasi Muhammadiyah yang menggunakan media


online website sebagai media dakwah. Muhammadiyah menilai pendakwah
haruslah mengembangkann strategi komunikasi yang menarik minat objek
dakwah. terutama objek dakwah yang melek informasi di era digital atau generasi
internet.

Sedangkan kekurangan dari dua organisasi ini adalah pada ketidakmerataan


memanfaatkan di semua media yang ada. Seperti halnya media massa cetak
maupun elektronik. Keduanya sama-sama tidak memanfaatkan dua media massa
tersebut.
Daftar pustaka

Al Buthy, Muhammad SR. 1999. Sirah Nabawiyah. Jakarta : Robbani Press

Hamzah, Fahri. 2010. Negara, Pasar, dan Rakyat. Jakarta: Faham Indonesia

Nasution, I., Kom, S., & Sos, M. (2021). Studi Ilmu Dakwah Kontemporer. Cv.
Pusdikra Mitra Jaya.

Moslem, H. (2023). ANALISIS DESKRIPTIF PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


KONTEMPORER DI INDONESIA. Taraadin: Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai