RISMA NIA
PK AL-AQSHO
PENGURUS DAERAH OGAN
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta
alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “STRATEGI DAKWAH NABI
MUHAMMAD SAW DALAM IQOMATUD-DIN ISLAM (STUDI
ANALISIS FASE MAKKIYAH DAN MADANIYYAH)” disusun untuk
memenuhi salah satu penugasan dalam alur pendaftaran Daurah Marhala 2
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Daerah Ogan.
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:............2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
A. Pengertian Iqomatud-din (Penegakan Agama)...........................................................3
B. Siroh Nabawiyah........................................................................................................4
C. Fase al-Makkiyah (marhalatut ta’sis) dan Fase al-Madaniyyah (marhalatut tamkin) 4
BAB III..............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
Iqomatud-Din (Penegakan Agama) Perspektif Siroh Nabawiyah...............................6
1. Fase Al-Makkiyah/Marhalatut Ta’sis (Fase Peletakan Asas).................................7
A. Dakwah Sirriyyah (Dakwah Sembunyi-Sembunyi)............................................7
B. Dakwah Jahriyyah (Dakwah Secara Terang-Terangan).....................................8
2. Peristiwa Hijrah sebagai Nuqthatut Tahwil (Titik Tolak Perubahan/Peralihan). . .13
3. Fase Al-Madaniyyah/Marhalatut Tamkin (Fase Memiliki Kekuasaan)................13
BAB IV............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana iqomatud-din (penegakan agama) perspektif Siroh Nabawiyah
(fase Makiyah dan Madaniyyah)?
2. Bagaimana strategi implementasi iqomatud-din (penegakan agama)
perspektif Siroh Nabawiyah (fase Makiyah dan Madaniyyah)?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Fuqaha telah mengisyaratkan makna ini. Abu Ya’la menuturkan, “Imam
berkewajiban menjaga agama berdasarkan asas-asas yang disepakati oleh salaful
ummah, para pendahulu umat. Ketika ada pemilik subyhat yang menyimpang dari
agama, maka imam harus menjelaskan hujjah dan kebenaran kepadanya, serta
memberlakukan kewajiban dan hudud yang diperlukan agama tetap terjaga dari
segala kekeliruan dan umat terjaga dari segala kesalahan.” (dalam Al-Ahkam As-
Suthaniyyah, Abu Ya’la, Ibid., hal. 92-96).
B. Siroh Nabawiyah
Perspektif siroh nabawiyah yang digunakan dalam makalah ini adalah
perspektif Siroh Nabawiyah dari Syekh Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-
Buthy, dimana judul lengkapnya adalah Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah
Manhajiah terhadap Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw. Sirah
nabawiyah sendiri adalah sejarah perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun setelah diangkat menjadi
rasul, hingga wafatnya beliau. Menurut Syekh Ramadhan al-Buthy tujuan
mempelajari sirah nabawiyah adalah agar setiap muslim dapat mengilustrasikan
hakikat Islam yang menjelma dalam kehidupan Nabi Muhammad saw. Sirah
memiliki peranan penting dalam memahami ajaran Islam. Dengan kata lain, kajian
Sirah Nabawiyah merupakan amal nyata yang bertujuan untuk menjelmakan
hakikat Islam secara lengkap, dengan sosok Nabi Muhammad saw. sebagai contoh
idealnya.
4
Madinah dimulai sejak beliau hijrah ke Madinah pada tahun 622 M dan berakhir
dengan Pembebasan kota Mekkah pada tahun 630 M. Dalam kedua fase ini beliau
telah berhasil membangun pondasi tauhid dan membangun peradaban tinggi.
Strategi dakwah yang digunakan dalam rangka iqomatud-din tersebut antara lain
yaitu, pertama berdakwah dengan dua tahapan, yakni dengan cara sembunyi-
sembunyi (sirriyyah) dan terang-terangan (jahriyyah). Kedua membangun pondasi
tauhid, ketiga mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan (Wahyuni, n.d.).
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
mencari basis territorial/wilayah yang dapat melindungi jama’ah (talammusul
qa’idatul ardhiyyatil hamiyah).
7
Artinya:
“Berkata Musa bin ‘Uqbah: ‘Salim mengabarkan kepadaku bahwa dia
mendengar bapaknya berkata dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
bahwa beliau pernah bertemu dengan Zaid bin Amr bin Nufail di bawah bukit
Baldah, dan ini terjadi sebelum wahyu turun, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam
lalu menyuguhkan kepada Zaid hidangan daging, tapi Zaid menolak untuk
memakannya seraya berkata: ‘Aku tidak makan sesembelihan yang mereka
kurbankan kepada berhala mereka, aku tidak makan kecuali dari sesembelihan
yang disebut nama Allah padanya.’”
Artinya:
Artinya:
8
Mulailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah secara
terang-terangan (jahriyyah). Hal pertama yang beliau lakukan adalah
menyampaikan dakwahnya kepada kaum kerabatnya yang terdekat, yaitu Bani
Hasyim dan Bani Abdul Mutahallib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumpulkan mereka lalu menyampaikan dan mengajak mereka kepada ajaran
Islam. Pada saat itu Nabi Muhammad saw. langsung mendapat penentangan dari
Abu Lahab, pamannya. Meskipun begitu, kontak pertama ini telah berhasil meraih
dukungan ‘perlindungan dan pembelaan’ dari Abu Thalib. Ia berkata di majelis
itu, “Demi Allah, aku akan tetap melindungi dan membelamu, tetapi aku sendiri
tidak dapat meninggalkan agama Abdul Muthallib.”
Alasan mengapa dipilih rumah Arqam sebagai tempat markas dakwah ini,
menurut Syaikh Munir Muhammad Ghadba untuk mengecoh orang-orang
Quraisy. Pertama, karena Arqam tidak diketahui keislamannya. Kedua, karena
Arqam berasal dari Bani Makhzum yang merupakan musuh bebuyutan Bani
Hasyim (keluarga besar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ketiga, karena
Arqam saat itu masih berusia muda, sekitar 16 tahun, sehingga tidak terpikirkan
oleh orang-orang Quraisy jika markas dakwah itu bertempat di rumah anak kecil.
9
tidak dilawan oleh kaum muslimin kecuali dengan kesabaran. Imam Al-Bukhari
meriwayatkan kisah yang dibawakan oleh Khabbab radhiyallahu anhu, ia berkata:
Artinya:
10
bertanya kepadanya, ‘Apakah kumbang ini ‘tuhanmu selain Allah?’ Ia menjawab,
‘Ya’.”
11
kemudian oleh wafatnya istri pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yaitu Khadijah radhiyallahu ‘anha.
12
pengenalan itu beliau berharap dapat menangkap celah dan sisi kehidupan mereka
yang dapat dimanfaatkan untuk menopang dakwahnya (dalam Manhaj Dakwah
Rasulullah). Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhasil
mendapatkan dukungan orang-orang Aus dan Khazraj dari Yatsrib. Mereka inilah
kaum Anshar (penolong dan pembela), dimana negeri mereka, Yatsrib, kelak
berubah nama menjadi Madinah Al-Munawarah, negeri pusat perkembangan
Islam ke seluruh penjuru bumi.
Setelah menemukan basis massa dan basis teritorial yang akan dijadikan
penopang dan pendukung dakwah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
kaum muslimin diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk berhijrah. Hijrah memiliki
dua bentuk, pertama hijrah maknawi atau al-ma’nawiyah dan kedua hijrah tempat
atau al-makaniyyah. Hijrah maknawi (al-ma’nawiyah) yaitu perubahan dari
jahiliyyah kepada Islam, dari kufur kepada iman, dari syirik kepada tauhid, dari
kebatilan kepada kebenaran, dari nifaq kepada istiqomah, dari maksiat kepada
taat, dari haram kepada halal, dan dari menyendiri kepada jama’ah muslim.
Sedangkan hijrah tempat (al-makaniyyah) yaitu perubahan tempat untuk berpijak
sementara atau untuk berpijak secara permanen, dikarenakan adanya basis sosial
pendukung (al-qa’idatul ijtima’iyyah ) dan basis teritorial (al-qa’idatul
ardhiyyah).
13
Disebutkan oleh Muhammad Al-Ghazaly dalam Fiqhus Sirah Nabawiyah, ada
tiga hal yang dibangun oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam rangka penegakan negara Madinah:
1. Memperkokoh hubungan umat Islam dengan Allah, hal ini ditandai dengan
membangun masjid.
2. Memperkokoh hubungan internal umat Islam, yakni dengan
mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar.
3. Mengatur hubungan umat Islam dengan non muslim. Untuk itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan penandatanganan
Piagam Madinah (sulhul Madinah).
14
BAB IV
PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA
Aan Parhani. (2015). Penegakan Syari’at Islam Kajian Tematik Pada Frase
Iqamatuddin dalam QS al-Syura/42:13. 3, 1–29.
16