Anda di halaman 1dari 14

ETOS KERJA ISLAMI

ZAKAT dan WAKAF

Anggota Kelompok 11: Redo Feruzi Armando


Satrio Bagus Wicaksono
Apa itu Etos Kerja?
Menurut KBBI PANDANGAN HIDUP YANG KHAS DARI
SUATU GOLONGAN SOSIAL

Menurut SIKAP YAKIN BAHWA BEKERJA ITU BUKAN


Pandangan Islam SAJA UNTUK MEMULIAKAN DIRI, NAMUN JUGA
SEBAGAI PENGUPAYAAN AMAL SHOLEH.

Sehingga bekerja yang didasarkan pada


prinsip-prinsip iman bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim,
melainkan sekaligus meninggikan
martabat dirinya sebagai hamba Allah.
Dalil Terkait

َ ُ ‫ع َملَك ُْمـ َو َر ُسـول ُُه َوال ُْم ْؤ ِمن‬


ۖ ‫ون‬ َ ‫اع َمل ُوا ََفسيَـ َرى الل َّ ُهـ‬
ْ ‫ق ُِلـ‬
‫اد ِةـ َفيُن َ ِبّئُك ُْمـ ِب َمـا كُنْتُ ْم‬ َّ ‫عالِ ِمـ ال ْ َغيْ ِبـ َو‬
َ ‫الش َه‬ َ ‫ون ِإل َٰىـ‬
َ ‫َو َسـتُ َر ُّد‬
‫ُون‬َ ‫تَ ْع َمل‬
• Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-Taubah : 105)
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang
selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang
meyakini bahwa bekerja merupakan bagian amanah dari Allah.

Sehingga dalam Islam, semangat kerja tidak hanya untuk


meraih harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT.
ZAKAT

Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi


yang strategis dan menentukan bagi Hablummin
pembangunan kesejahteraan umat Allah

Selain menjadi kewajiban seorang muslim, Hablummin


kaitannya dengan etos kerja adalah semua annas
hasil pecapaian kerja yang telah didapat, bisa
disalurkan dengan niat ibadah melalui zakat.
Dalil Terkait

َ ّ ،‫الله‬
‫وأن‬ َ ‫هاد ِة أ َ ْن ل َا ِإ‬
ُ َ ّ ‫له ِإال‬ َ ‫س َش‬:ٍ ‫بُ ِن َي ا ِإل ْسال ُم على َخ ْم‬
َ ‫ َو‬،‫ َوإيْتَا ِء ال َّزكا ِة‬،‫الصال ِة‬
،‫الح ِّج‬ ِ ‫ول‬
َ ّ ‫ َوإ َقا ِم‬،‫الله‬ ُ ‫ح ّ َمدا ً َر ُس‬
َ ‫ُم‬
)‫ان (متفق عليه‬ َ ‫“ َو َص ْو ِم َر َم َض‬

Islam dibangun di atas lima hal: kesaksian sesungguhnya


tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad
utusan Allah, melaksanakan shalat, membayar zakat, haji,
dan puasa Ramadhan.” (HR Bukhari Muslim)
8 Golongan yang berhak
menerima zakat
1. Fakir (orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
kehidupannya)
2. Miskin (orang yang tidak berkecukupan)
3. Amil (semua pihak yang berkaitan dan bertindak dalam berzakat termasuk
di dalamnya kegiatan pengumpulan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran
atau distribusi harta zakat)
4. Mualaf (sebutan bagi non-muslim yang sudah memeluk agama Islam)
5. Gharimin (orang yang berhutang untuk kepentingan sosial, walaupun
orang tersebut termasuk ke dalam golongan mampu)
6. Riqab (hamba sahaya atau budak)
7. Ibnu Sabil (musafir dan para pelajar yang merantau)
8. Fi Sabilillah (pejuang di jalan Allah SWT)
Wakaf
SEDEKAH BERBENTUK
ASSET

RUMAH
TANAH RUMAH MASJID SAKIT

Singkatnya wakaf dapat berupa bangunan umum lainnya yang


sifatnya produktif. Aset dari wakaf nilainya tidak boleh berkurang
dan harus bisa dikembangkan secara syariah dan sesuai prinsip
dalam Islam. Hasil pengembangan itu akan dapat keuntungan
yang nantinya bisa digunakan untuk kepentingan umat.
Wakaf termasuk ke dalam amal jariyah karena aset wakaf
akan terus memiliki nilai guna, bahkan sampai orang yang
mewakafkan (wakif) meninggal dunia. Amal jariyah inilah yang
akan terus mengalirkan pahala dan tidak akan menyiakan hasil
jerih payah kerja kita selama di dunia.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Jika seseorang


meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,
atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim).
Sejarah Perkembangan Zakat di
Indonesia
• Sejak kedatangan Islam di Nusantara pada awal abad ke 7 M1),
kesadaran masyarakat Islam terhadap zakat pada waktu itu
ternyata masih menganggap zakat tidak sepenting shalat dan
puasa
• Menjelang kemerdekaan, praktek pengelolaan zakat juga
pernah dilakukan oleh umat Islam ketika Majlis Islam ‘Ala
Indonesia (MIAI), pada tahun 1943, membentuk Baitul Maal
untuk mengorganisasikan pengelolaan zakat secara
terkoordinasi.
• Tahun 1999, dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil
Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh
pemerintah
• Pada tanggal 27 Oktober 2011, Pemerintah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyetujui Undang-undang
pengelolaan zakat pengganti Un-dang-Undang Nomor 38 Tahun
1999 yang kemudian diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun
2011 pada tanggal 25 November 2011. UU ini menetapkan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan :
• (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
• (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Manajemen Pengelolaan Zakat
Produktif
• Dalam mengelola zakat produktif dibutuhkan sebuah
manajemen guna mencapai kesejahteraan dan meningkatkan
etos kerja umat. Keberadaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) mempunyai peran penting dalam
menyalurkan zakat produktif sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi umat yang awalnya adalah golongan
mustahiq kemudian menjadi seorang muzakki.
Manajemen Pengelolaan Wakaf
• Model pengelolaan wakaf produktif dilakukan dengan
pendekatan bisnis, yakni suatu usaha yang berorientasi pada
keuntungan dan keuntungan tersebut disedekahkan kepada
pihak yang berhak menerimanya. Dalam wakaf produktif, laba
atau keuntungan yang dihasilkan harus dalam jumlah besar
dan signifikan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai